(Masih) Selasa, 11 Oktober 2016
Beres mandi dan kembali cantik
(iyain aja), kita cabut dari hotel sekitar jam setengah 5. Tujuan pertama kita
di Osaka adalaah.. The Wizarding World of Harry Potter, Universal Studio
Japan!! Yang sayangnya masih sebatas angan dan impian belaka, haha. Kita memang
nggak memplot USJ di Japan Trip kali ini karena budget dan waktu terbatas
ibu-ibuu (but someday i will). Cukuplah kita foto di depan globe Universal buat
gaya-gayaan (yang mana di SG aku juga melakukan hal yang sama haha #turiskere).
Universal City Walk #1 |
Berbekal niat cetek itu, kita
naik JR lines Fukushima ke Nishikujo, dan ganti kereta ke Universal City
Station. Universal City Walk ibaratnya adalah gerbang masuk Universal Studio,
yang meskipun kita nggak masuk ke main attractionnya, we still get a glimpse
the fun of theme park.
Universal City Walk #2 |
Universal City Walk #3 |
Universal City Walk #4 |
Universal City Walk #5 |
Ada apa aja di Universal City
Walk? Ada globe Universal yang tersohor itu. Ada Osaka Takoyaki Museum (tapi
kita nggak kesana). Ada McD dan tempat-tempat makan lainnya. Ada hotel. Ada
Lawson (haha!). Ada Hard Rock Cafe. Ada Universal Studio Store. Dan lain-lain.
Dan ngapain aja kita di sana?
Universal City Walk #6 |
Universal City Walk #7 |
Universal City Walk #8 |
Universal City Walk #9 |
Universal City Walk #10 |
Universal City Walk #11 |
Universal City Walk #12 |
Yaa foto-foto laaah! Sore yang
gloomy dan duingiin nggak menyurutkan niat untuk eksis sambil memperhatikan
warga Jepang yang kawaai. Mereka lho pergi ke theme park niat banget pake
kostum. Ada yang serombongan dateng pake piyama malah (mungkin mau pajamas party
di dalem, haha). Tapi aku paling takjub sama mereka yang pake rok mini! Sumpaah
hari itu Osaka dingin bangeeet, kok ya tahaan? *makhluk tropis gumunan*
Puas foto-foto sampe kedinginan
dan kelaparan, PR pertama di Jepang adalah menentukan mau makan apa dimana. Ada
McD tapi kita nggak bisa makan ayam atau burgernya. Ada Takoyaki Museum tapi
habis dari situ kita mau ke Dotonbori dan plannya mau nyobain takoyaki di sana.
Ada Lawson, tapi kita belum pernah sama sekali masuk sana dan nggak yakin ada
sesuatu yang mengenyangkan (kita belum makan siang btw).
Satu-satunya pilihan yang
memungkinkan adalah Saizeriya, resto Itali yang lumayan menjamur di Jepang.
Pernah baca pas blogwalking kalau Saizeriya ini salah satu restoran “aman”
selama kita pesan menu seafood, dan harganya termasuk murah. Saizeriya di
kompleks Universal City Walk gampang banget ditemukan karena plang namanya
besar banget, meski posisinya di lantai 3.
Kita sempat ragu sebelum masuk,
tapi melihat keberadaan mbak-mbak berjilbab di dalam resto, akhirnya kita masuk
juga. Dan malam itu Saizeriya ramee banget, nggak heran sih setelah lihat
daftar menunya, harganya termasuk murah untuk standar Jepang. Spaghetti seafood
yang kupesan harganya “cuma” 499 yen, sampe kita pesen pizza juga buat menu
tambahan. Menu di Saizeriya ada gambarnya plus logo hewan kalau memang menu
tersebut mengandung hewan-hewanan (i mean hewan di sini yang berkaki 4 yaa).
Yang paling aman adalah memesan menu yang nggak ada logo apa-apa seperti
spaghetti seafood. Dan yang terpenting adalah baca bismillah dulu sebelum makan
*doa khusyuk*. Rasanya lumayan, meskipun yaa agak nggak cocok sama lidah
Indonesia, yang penting kenyang dan kita jadi punya tenaga untuk melanjutkan
perjalanan.
Namba |
Sekitar jam 8 kita beranjak dari
Universal City menuju Namba dan Dotonbori. Dari Universal City station kita
kembali ke Nishikujo, dan masih dengan JR lines lanjut Nishikujo – Shin
imamiya, semua tercover JR Pass. Nah, dari Shin imamiya ke Namba karena kita
naik Nankai lines, pasmo akhirnya diberdayakan untuk bayar ongkos transport 150
yen. Sampai sini perjalanan masih berjalan lancar tanpa nyasar. Meskipun aku
lupa gimana rute dari stasiun Namba (Nankai), kita sampai juga di Dotonbori.
Aku cuma inget kita lewat kompleks pertokoan, dan tentunya dengan bantuan
google maps (apalah kita tanpa google maps).
Dotonbori #1 |
Dotonbori #2 |
Dotonbori #3 |
Dotonbori #4 |
Dotonbori #5 |
Dotonbori #6 |
Penanda kalau akhirnya kita
sampai di Dotonburi adalah deretan restoran dengan logo super besar dan iconic.
Dari pertama sampe, aku langsung suka sama gemerlapnya Osaka pas malem. Rame
dan atraktif. Menyenangkan banget buat strolling around at night.
Dan yang paling mencuri
perhatian pertama kali adalah.. stand takoyaki! Baru nyampe udah langsung
nyangkut ke Creo Ru yang logonya gede banget, dan kita pesan 6pc takoyaki
seharga 450 yen buat bertiga. Yaap, kan niatnya icip-icip doang. Dan
kesimpulannya, enakan takoyaki beli di Indonesia! Hahaa. But at least, udah
pernah nyicip takoyaki di negara asalnya.
Setelah duduk-duduk menghabiskan
takoyaki, kita lanjut cari main attraction di Dotonbori (versiku tentu saja)
yang adalah.. logo Glico Man!
Hah, siapa itu Glico Man?
Hahaa, bukan.. dia bukan
temennya P-Man! Tau Pocky kan? Nah, Glico itu perusahaan pembuatnya, dan logo
mereka si Glico Man itu. Belum afdol main ke Dotonbori Osaka kalo belum foto di
depan Glico Man. Tapi ternyata kita salah baca google maps dan malah menjauh ke
jalanan yang makin lama makin sepi. Padahal area Dotonbori kan harusnya rame
orang. Curiga, kita pun puter badan ke arah datang tadi setelah jalan lumayan
jauh (adek lelah baang).
Dan ternyata oh ternyata, lokasi
si Glico Man ternyata nggak jauh dari stand takoyaki tadi. Salahnya kita, kita
malah santai aja jalan lurus melewati belokan ke kanan yang rame orang. Deket banget
ternyata, tinggal belok kanan dikit udah nemu jembatan, terus balik badan 180°
tadaaa.. ketemu deh Glico Man-nya!
Yeay, akhirnya sudah sah
bertandang ke Dotonbori! Foto-foto sebentar, kita lalu melanjutkan perjalanan
ke Umeda melalui Shinsaibashi Station yang tau-tau aja ketemu setelah kita
menyusuri kompleks pertokoan Shinsaibashi. Perjalanan ke Umeda nggak dicover JR
Pass, kita naik Osaka subway Midosuji line yang harga tiketnya 240 yen. Cuma 7
menit, kita sudah sampai di Umeda station. Dan nightmare kita dimulai di situ..
Sebelum berangkat ke Jepang,
yang paling kutakutkan adalah kemungkinan nyasar dan butuh waktu lama untuk
sampai tempat yang dituju. Dari mendarat di Haneda sampai akhirnya tiba di
Osaka, everything went so smooth, tanpa insiden nyasar ataupun kebingungan. Tapi
ketakutan itu ternyata terjadi di Umeda Station. Tujuan kita di Umeda adalah
Umeda Sky Building yang sudah kucatat directionnya, plus exit stationnya. Di petunjuk,
kita perlu keluar dari exit 5.
The problem is.. kita nggak
berhasil menemukan exit 5 ataupun petunjuk arah menuju exit 5. Setengah jam
kita berputar-putar kebingungan di stasiun yang rasanya mirip labirin. Yang semakin
membingungkan adanya tulisan Osaka Station, kita dimana sih ini sebenernya? Tadi
bener kok turunnya di Umeda Station. Sudah lelah dan nyaris putus asa,
untungnya ada ibu-ibu Jepang yang baik banget mau nganterin ke jalan keluar. Alhamdulillaaaah,
makasih yaa bu. Orang Jepang ini emang baik-baik bangeet.
Pas bikin tulisan ini baru aku cari
tau tentang Umeda Station. Jadi ternyata Umeda subway station ini salah satu rute transit paling penting di
Osaka. Naah yang bikin dia njlimet banget adalah karena posisinya yang
connected dengan JR Osaka station, Hankyu Umeda station, Higashi Umeda station, Hanshin Umeda station, dan Umeda station posisinya persis di tengah-tengah. Ya
panteeeees!
Di Shinjuku aja aku (alhamdulillah) nggak
nyasar, nyasarnya malah di Umeda station, hahaha!
Long story short, kita berhasil
menemukan underpass menuju Umeda Sky Building. Sudah hampir jam 10 malam dan
Osaka makin dingin. Tujuan kita adalah Floating Garden Observatory di lantai 39
yang last entrance-nya ternyata jam 10. Dan karena udah jauh-jauh dan dibelain
nyasar, kita tetep coba untuk naik dulu. Mana di depan lift pake acara berdebat
dulu lagi sama mas-mas yang jaga lift. Jadi ceritanya, buat masuk ke Floating
Garden perlu bayar 1000 yen, cuma aku baca di salah satu blog, kita tetep bisa
naik dan liat pemandangan Osaka dari atas di jendela deket restoran for free. Dan
itu yang Wiwin pertahankan.
Mas-mas penjaga lift juga
bersikeras kalau naik itu harus bayar dan sebentar lagi udah mau tutup. Kita akhirnya
iyain aja dan diperbolehkan naik. Dan sampe atas ternyata zonk sodara-sodara. Nggak
adaa jendela yang buat liat pemandangan tanpa harus bayar. Jadi kita cuma duduk
bentar sambil minum (capeek bok), terus turun lagi. But at least, kita tetep
liat pemandangan Osaka waktu malem dari eskalator. Mayanlaaah.
Begitu keluar Umeda Sky Building
niatnya mau duduk-duduk dulu istirahat, tapi tempat yang mau didudukin ternyata
dingiin dan malem juga makin dingin. Mau foto gedungnya dari bawah juga nggak
cakep karena lampunya nggak nyala. Yaudah deh kita jalan pulang. Alhamdulillah nggak
pake acara nyasar lagi. Dari JR Osaka station kita tinggal naik kereta sebentar
ke JR Fukushima station.
Yang kita lakukan begitu sampe
hostel adalah bikin coklat panas! Dan yang aku suka dari J-Hoppers adalah tamu
lain pada enak diajakin ngobrol. Sebenernya ini seninya nginep di hostel. Iya,
kita sekamar sama orang-orang yang kita nggak kenal, privasi kurang. Tapi poin
plusnya, kita bisa berinteraksi sama orang-orang dari berbagai negara, tuker
cerita.. dan itu menyenangkan!
Kita ketemu temen-temen dari
Indonesia yang nyampe Jepang lebih duluan dari kita. Obrolannya standar lah
seputar asal kota, sama udah kemana aja di Jepang. Kita juga ngobrol lumayan
lama sama cewek Jepang, Asumi namanya. Tadinya Asumi diem aja dan sibuk sama kerjaannya
di meja deket kita. Tapi begitu kita basa basi nawarin dia minum, dia ikutan
bikin minum dan malah terus ngobrol sama kita. Talking with stranger ternyata
menyenangkan.
Malam pertama di Jepang ditutup
dengan perut tenang dan hati senang! Tadinya kupikir Osaka akan jadi least favorite
city, tapi aku suka gemerlapnya Osaka pas malem. Rame dan atraktif banget! Jepang
udah bikin jatuh cinta dari hari pertama.