Wednesday, December 31, 2014

Bye 2014!

 Dalam beberapa jam lagi, 2014 akan berlalu dan akan berganti tahun yang baru. Lembaran baru, cerita baru. Tanpa terasa 2014 berlari begitu cepat. Sudah terengah-engah pun rasanya kita nggak mampu mengejar berjalannya waktu. Mungkin banyak hal yang kita lewatkan. Mungkin banyak keinginan yang belum terkabul. Mungkin banyak mimpi yang belum tercapai.

Tapi tetap banyak hal yang perlu disyukuri. Tahun ini, dua bucket list utamaku terpenuhi. Umroh dan ketemu Dani Pedrosa langsung. Kontras banget ya? Satunya urusan ibadah dengan yang di atas, satunya urusan duniawi banget. Persamaannya, sampe sekarang dua-duanya masih berasa seperti mimpi.

Aku suka masih nggak percaya akhirnya bulan Mei kemarin aku menginjakkan kaki di tanah suci. Bisa sholat di Masjid Nabawi yang menenangkan. Bisa sholat di Masjidil Haram yang megah. Bisa lihat langsung Ka’bah dengan mata kepala sendiri. Impian sebagian besar umat muslim di dunia ini. Kalau masih dikasih rejeki lebih dan nikmat sehat, pengen banget bisa kembali ke sana segera.

Aku juga masih nggak percaya kalau Oktober lalu aku ketemu langsung sama Dani Pedrosa. Idola yang selama ini cuma bisa liat di tv, dia yang rasanya amat sangat jauh dan tak tergapai. And i have a chance to stand besides him, take a picture with him. Oh, please pinch me on the cheek! I really don’t think thats real.


But yes, dreams take you anywhere! And i hope my dreams will take me to another wonderful journey next year. Dan yang terpenting, semoga mimpi terbesarku kesampaian tahun depan. Apa itu? Rahasia. Bantu mengaminkan saja ya..

Itazura Na Kiss Love In Tokyo Season 2: Not as Expected


Kemarin aku berniat donlot episode 5 yang tayang Senin kemarin, tapi aku baca komen yang bener-bener menyuarakan pikiranku dan akhirnya, aku urung mendonlot sampe sekarang. Komen itu menyesalkan itakiss yang jadi begini. Feelnya nggak kerasa dan kurang ditunjukkan perjuangan/usaha untuk mendapatkan sesuatu. Itu banget yang aku rasain. Sebenernya aku udah berasa nggak sreg dari episode 1, dan makin lama makin berasa ini drama ada yang kurang. Terlebih di episode 4 kemaren, tau-tau Chris udah mau balik ke Inggris aja padahal episode 3 Chrisnya baru mulai muncul. Sama sekali nggak ditunjukin gimana perjuangan Chris buat dapetin Kin-chan. Kotoko yang mau pindah jurusan ke keperawatan juga tau-tau langsung lulus ujian aja.

Buat yang belom pernah nonton jelas ini plot hole, dan buatku yang udah tau cerita dari versi-versi lain, rasanya ini drama terlalu fast paced. Alurnya terlalu cepat, sampe jalan ceritanya nggak ada. Kita dikasih start, terus tau-tau langsung finish. Tanpa tau apa yang terjadi di antaranya. Terus terang ini mengecewakan, sampe aku harus berpikir ulang buat ngabisin kuota donlot drama ini.

Itakiss season 2 is my highly anticipated drama. Sejak pengumuman sekuelnya tahun lalu, aku udah nggak sabar nunggu kabar kapan drama ini mulai diproduksi. Sejak syuting di bulan Februari, aku nggak sabar nunggu bulan Mei karena gosipnya bakalan tayang di bulan itu. Tapi sampai selesai syuting di bulan Juni, masih nggak ada kabar jelas kapan tayangnya. Berbulan-bulan kemudian, baru tayang episode 1, spesial waktu honeymoon Naoki – Kotoko. Episode 2 baru tayang 2 bulan kemudian, di bulan November. Itu juga ada selang beberapa minggu dramanya nggak tayang.

Dari yang excited banget sampe udahlah pasrah mau tayang kapan juga bodo amat. Capek diPHP mulu. Aku nggak tau ada masalah apa di drama ini, sampe mundurnya lama banget. Kebanyakan yang tadinya excited nungguin lama-lama juga pada capek. Dan nggak cuma satu dua yang bilang ada yang kurang sama sekuel itakiss ini, rasanya feelnya kurang dapet.

Sayang banget, padahal itakiss season 1 favoritku banget. Naoki Kotoko tetep cute di kehidupan pernikahan mereka, tapi entahlah... semua terasa flat. Apa karena ganti tim produksi ya? Timnya sama season 1 beda. Aduuuh, coba tetep aja biar tetep greget nontonnya. Aku yang semangat banget mau bikin sinopsisnya sejak PMAI tamat sampe akhirnya kehilangan minat dan membatalkan niat. Kalaupun aku terus lanjut donlot, semua demi Naoki.


Dan ungkapan ini benar adanya, “Jangan berharap ketinggian, nanti kalau jatuh sakit”.


Hiks, aku sedih.

Review K-Drama: Smile, You (2009)


Bisa dibilang aku nemu drama ini kebetulan banget dan semua gara-gara Shin Ha Kyun di Mr. Back. Minggu lalu aku sempat take a look Mr. Back karena ya ada ahjussi favorit di situ, tapi pas nonton rasanya pairing Shin Ha Kyun sama Jang Na Ra agak gimana gitu, malah bikin kangen sama All About My Romance. Drama yang nggak pernah bosen ku rerun karena chems Shin Ha Kyun ahjussi sama Lee Min Jung oke banget di situ. Karena kangen aku buka-buka youtube, nonton MV All About My Romance, tapi takdir malah membawaku ke MV drama jadulnya Lee Min Jung.. Smile, You. Drama yang namanya aja nggak pernah denger, entah ceritanya apa, tapi MVnya bener-bener bikin tertarik. Lee Min Jung sama main leadnya cute dan cocok banget!


Baru ini aku tertarik sama drama gara-gara kebetulan liat MVnya. Browsing-browsing, ternyata ini drama weekend alias drama keluarga yang berepisode banyaak, which is 45 episodes. Untungnya, dramabeans bikin recapsnya. Dan kalo dramabeans aja bikin recapsnya, drama ini pasti emang oke kan? Jadilah aku bela-belain ke warnet lagi buat ngopi drama ini, lama lagi saking gede filenya, haha.


Dan setelah ditonton, drama ini beneran jadi hiburan yang menyenangkan. Aku baru sepertiga jalan, atau baru sampe episode 15 dari 45 episode, tapi aku bahkan udah jatuh cinta sama main couple Jung In – Hyun Soo dari episode 1. Aku yang udah berbulan-bulan nggak tertarik sama drama Korea apapun, malah naksir sama family drama jadul. Meskipun episodenya banyaak, tapi nggak ada tokoh antagonis di drama ini, itu yang bikin betah nonton. Dan chemistry Lee Min Jung (as Seo Jung In) sama Jung Kyung Ho (as Kang Hyun Soo) ampun deh, mereka hobinya berantem tapi cocok bin cute banget. Ahjussi Shin Ha Kyun, maaf ya kalo aku berpaling sementara ke Soo – In couple, muehehe.


Karena ini drama keluarga, tokohnya pun segambreng. Ada keluarga Seo di kubu kiri, dan keluarga Kang di kubu kanan. Keluarga Kang awalnya kaya raya, tapi karena si ayah Seo Jung Gil nggak hati-hati dalam berbisnis, mereka bangkrut. Gara-gara kebangkrutan itu, Jung In yang baru aja nikah sama Lee Han Se dengan alasan bisnis, ditinggalin begitu aja sama Han Se di jalan tol. Bangkrut, rumah disita, nggak punya uang sepeser pun, Kang Man Bok, supir keluarga Seo yang sudah mengabdi lama berbaik hati menampung mereka, meskipun Seo Jung Gil udah mecat kakek Kang yang emang udah tua.

Dua keluarga yang berbeda 180 derajat tinggal bareng dalam satu rumah pasti keadaan langsung kacau. Kakek Kang berusaha mengubah keluarga Seo yang biasa hidup dalam gelimang harta, jadi mau berusaha untuk diri atau keluarganya sendiri. Biar nggak manja lagi. Tema ini klise ya, tapi i don’t mind, selama ceritanya asik buat ditonton. Dan karakter masing-masing tokohnya aku suka. Kujabarkan sedikit ya..

Main Cast:
·         Seo Jung In – Putri kedua keluarga Seo. Childish, suka teriak, kalo ngomong suka nggak dipikir, tapi cantik dan cute. Pernikahannya dengan Lee Han Se gagal gara-gara keluarganya bangkrut. Dan sebelum pindah ke rumah kakek Man Bok, Jung In udah berkali-kali ketemu Kang Hyun Soo, dan nggak pernah akur.
·         Kang Hyun Soo – Putra tunggal keluarga Seo (cucu kakek Man Bok). Tipe beta male, nggak tegaan, canggung, suka cegukan kalo lagi gugup. Baru pulang dari luar negeri dan langsung ketemu Jung In bahkan sebelum sampe rumah. First impression waktu ketemu Jung In sama sekali nggak bagus. Punya long awaited crush sama kakaknya Jung In, Seo Jung Kyung selama 8 tahun.

Keluarga Kang:
·         Kang Man Bok – supir yang sudah lama mengabdi di keluarga Seo. Pemilik Seung Ri Auto Shop. Sosok yang paling ditakuti anak, menantu, dan cucunya.
·         Kang Sang Hoon – ayah Hyun Soo. Like father like son, suka cegukan pas gugup, apalagi pas ketemu lagi sama cinta pertamanya.
·         Baek Geum Ja – ibu Hyun Soo yang manjain anak semata wayangnya banget. Takut sama kakek Man Bok, tapi kalo ada apa-apa ngadunya ya sama kakek.

Keluarga Seo
·         Seo Jung Gil – kepala keluarga yang nggak bisa diandalkan. Dia yang bikin bangkrut, tapi nggak ada usaha buat memperbaiki kondisi keluarganya. Malah kadang kekanakan.
·         Go Jo Hee – istri sekaligus ibu yang manja dan cengeng. Kukunya rusak sedikit aja nangis. Nggak bisa ngapa-ngapain. Suka pake baju berlebihan (kayak gaun pesta), meski cuma di rumah. Cinta pertamanya ayah Hyun Soo.
·         Seo Sung Joon – kakak tertua Jung In. Baru pulang dari Amerika, katanya mau jadi pegolf pro, tapi malah ngabisin aset keluarganya buat judi. Sama kayak ayahnya, nggak bisa diandalkan.
·         Seo Jung Kyung – kakak perempuan Jung In, sekaligus saingan Jung In buat dapetin Hyun Soo. Jae Kyung satu-satunya yang punya pekerjaan bener, dia residen neurology di RS. Punya hubungan dengan kepala departemen RSnya, tapi anak si kepala departemen menentang mereka.

Selain mereka masih ada Lee Han Se yang malah ngejar-ngejar Jung In lagi buat balikan. Ji Soo yang sepertinya punya background preman yang akhirnya sama Sung Joon, oppanya Jung In. Masing-masing tokoh punya ceritanya sendiri, dan mereka yang bikin bertahan sama jumlah episode yang banyak bener. Perjalanan masih panjang, 30 episodes to go. But i’m sure this will be a joyful journey. Dan yang jelas, aku udah naksir sama Hyun Soo oppa, kebanyakan liat mukanya sih, hahaa..

Sunday, December 21, 2014

Flying With Bombardier CRJ1000 Garuda Indonesia


Pernah liat atau malah naik pesawat Bombardier nggak? Pesawatnya ramping, bentuknya lucu dengan nama yang terdengar keren plus bonus mirip jet pribadi. Bombardier, produsen pesawat asal Kanada ini memang nggak sepopuler Boeing atau Airbus. Di Indonesia cuma Garuda Indonesia yang mengoperasikan pesawat jenis ini, jadi wajar sih kalau banyak yang nggak familiar sama pesawat ini.


Bombardier yang bodinya kecil paling hanya mampu menampung sekitar 100 penumpang, dan biasanya dipakai untuk rute-rute jarak dekat. Tapi jangan salah, kecil-kecil gitu maximum speednya lebih kenceng dari tipe pesawat yang biasanya dipakai maskapai. Meskipun harusnya untuk rute jarak dekat, si Bombardier ini jadi langganan rute Balikpapan – Jogja pp. Mungkin karena pangsa pasar yang nggak begitu besar, jadi cukup dengan pesawat kecil.


Karena ini pesawat kecil, kita nggak bisa naik dari garbarata. Di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Balikpapan, turun dari gate kita harus diantar bis ke pesawat yang parkir di luar area garbarata. Pintu sekaligus tangga naik pesawat cuma ada satu di bagian depan pesawat, kalau mau naik harus sabar satu-satu. Formasi tempat duduk 2 – 2, dan rasanya cukup lapang, setidaknya buatku yang badannya kecil. Cuma karena pesawatnya pendek, yang badannya tinggi bisa-bisa kejedot kabin kalo berdiri nggak hati-hati.

 

Meski pesawat kecil, hati ini nggak ikut jadi kecil tiap naik. Aku pernah naik pesawat kecil punya Wings Air yang masih berbaling-baling dan rasanya deg-degan, beda sama naik Bombardier ini. Faktor pesawat ini dioperasikan Garuda Indonesia mungkin berpengaruh besar, tapi Bombardier ini memang nyaman. Nggak ada entertainment in flight, tapi untuk penerbangan yang cuma 1,5 jam rasanya tv di masing-masing tempat duduk nggak penting-penting amat. Mau nonton film juga nanggung, baru separo jalan pesawat udah mau mendarat. Dan enaknya, pesawat seringkali mendarat lebih cepat dari jadwal (asal nggak ada antrian buat mendarat) karena speed pesawat yang memang lebih kenceng.



Naik pesawat dengan nama sekeren Bombardier yang dioperasikan five stars airlines kebanggaan kita, Garuda Indonesia, siapa juga yang nggak suka? Dengan tagline "Explore-jet" ayo kita mengeksplor Indonesia, sambil nyobain enaknya naik Bombardier.

Sunday, November 30, 2014

Sepang Trip 2014: Race Day

Race day sebenernya hari yang antara ditunggu-tunggu dan nggak. Ditunggu-tunggu karena keinginan nonton balapan MotoGP live di sirkuit akhirnya kesampaian. Dan nggaknya karena begitu balapan berakhir, berakhir pula keseruan selama beberapa hari di Sepang. Sayangnya, hari yang kutunggu-tunggu ini nggak berakhir seperti yang diharapkan, meski ada beberapa kejutan kecil yang menyenangkan.


Seperti biasa, kita siap berangkat pagi-pagi ke sirkuit. Jam setengah 8 kita sudah cantik dan nunggu taksi jemputan di depan hotel. Perjalanan masih sama seperti hari-hari sebelumnya, karena daerah hotel dan sirkuit sama-sama di pinggiran, taksi bisa melaju kencang di jalanan yang relatif sepi. Dan jam setengah 9 kita sudah duduk manis di Main Grandstand North, di dekat start/finish, persisnya di depan starting grid Dani. Persis di tempat incaran, bagian terdepan tribun jadi kalo mau neriakin Dani ntar gampang, hahaa. So, berangkatlah sepagi mungkin biar dapet tempat paling yoi dan paling dekat dengan pembalap kesayangan kalian.


Karena masih pagi, area Main Grandstand masih sepi. Belum ada aktivitas di track karena sesi pertama pagi itu, Warm Up Practice Moto3 masih nanti di jam 9.40 dan untuk MotoGP di jam 10.40. Daripada bengong, aku bertiga dengan Oya dan Dina main-main ke paddock. Niatnya mau ngucapin good morning and good luck ke abang. Tapi rupanya kami belum cukup beruntung pagi itu, Dani sudah di garasinya dan sibuk meeting untuk persiapan race nanti. Kita nunggu sampe jam 10, tapi Dani yang sesekali kelihatan mondar mandir di garasinya cuma dadah-dadah aja dari dalem, udah dipanggil-panggilin padahal. Sampai kita balik ke Main Grandstand, Dani sama sekali nggak keluar dari garasinya, hiks.

With om Gavin Emmet 
With Vanessa Carlotta
Tapi, lumayan juga selagi nunggu Dani kita ketemu banyak orang penting di MotoGP lainnya. Om Gavin Emmet, reporter BT Sports yang dulunya bawain After The Flag MotoGP dengan kocaknya. Marc Marquez yang baru dateng dan masuk garasi dengan buru-buru. Mbak cantik Vanessa Carlotta, PRnya HRC. Stefan Bradl (lagi), dan kali ini aku motoin Oya bareng sama Stefan. Btw, aku merasa dudul sekali sekarang, berkali-kali ketemu Stefan tapi cuma ngajak foto sekali dan hasilnya jelek sekali, malah motoin orang sama dia berkali-kali.


Emang sih pagi itu aku nggak ketemu langsung sama Dani lagi, tapi keinginanku yang lain terkabulkan. Foto bareng sama Raul Jara dan Emanuel Buchner, om-om kesayangan yang selalu ada di samping Dani. Sebelum ini, aku udah ketemu om Raul beberapa kali, tapi karena lagi buru-buru permintaan foto barengku ditolaknya. Nah, pas nongkrongin Dani di depan garasi Repsol Honda itu tau-tau om Raul keluar dan siap pergi dengan motor yang daritadi terparkir di depan garasi.


Merasa nggak akan dapat kesempatan foto bareng lagi, aku cukup puas dengan memfoto gerak geriknya. Kita sempat nanyain soal Dani dan dijawab om Raul kalau Dani lagi meeting di dalam. Selagi diajak ngobrol, aku refleks mengarahkan kamera depan ke mukaku dan muka om Raul yang sudah siap keluar dengan motornya, siap selfie. Untungnya, kali ini aku nggak ditolak. Om Raul mau berpose dengan muka gantengnya itu. Muahahaa, foto bareng om Raul, checked!


Begitu om Raul pergi, om Emanuel muncul. Karena foto bareng kemaren gagal, kali ini aku kembali mendekat dan minta foto bareng. Om Emanuel yang baik hati mengabulkan permintaanku. Dan akhirnya, komplitlah sudah misiku. Ketika dapet akses paddock, misiku sederhana. Cukup foto bareng sama Dani, Raul Jara, dan Emanuel Buchner. I don’t really care about other rider karena fokusku cuma sama tiga orang itu. Jadi selama di Sepang foto bareng pembalap-pembalap lain emang sedikit, apalagi aku nggak begitu apal sama muka-muka pembalap Moto2 atau Moto3. Mungkin mereka mondar mandir selagi nongkrongin Dani dan aku cuma menganggap mereka kru tim, haha. Maklum, Dani terlalu mengalihkan perhatianku *halah*.

Karena misi sudah komplit, aku tenang-tenang aja waktu baik ke Main Grandstand meski nggak ketemu Dani. Suasana Main Grandstand udah makin rame saat itu karena Warm Up Practice Moto3 sudah selesai, tinggal giliran Moto2 dan MotoGP. Masing-masing sesi warm up hanya selama 30 menit, dan Dani ada di posisi 3 saat warm up berakhir. Yang aku suka dari MotoGP Sepang, Dani selalu meraih hasil bagus di sini. Dua tahun lalu berturut-turut, Dani menang di sini dan hasil free practicenya juga meyakinkan, Dani selalu ada di posisi 3 besar dan nanti Dani juga start dari posisi 2. Tentu saja aku berharap Dani kembali menang saat akhirnya aku bisa nonton balapannya live.

We're ready to support you, bang!
Di Main Grandstand yang makin lama makin ramai, kita siap-siap pasang bendera buat dukung Dani. Ada satu bendera official punya Dina dan beberapa bendera bikinan sendiri yang sayangnya hasilnya kurang maksimal karena waktu pembuatan yang mepet. Saat udah terpasang, rasanya masih kurang, jadi Tristan sama Dina pergi ke Mall Area buat beli satu bendera official lagi. Karena ini merchandise official, harganya lumayan mahal, RM 100 yang mana aku nggak sanggup beli, haha. Setelah semua atribut terpasang, kita foto bareng dulu. Minta tolong sama mas-mas Medical Crew yang stand by di bawah buat fotoin, muehehe.

Race MotoGP yang kita tunggu-tunggu masih lama, masih jam 4 sore nanti. Tapi kita juga nggak bisa kemana-mana karena area Main Grandstand makin penuh, mau kemana-mana juga males sih, panasnya nggak nahan. Duduk di Main Grandstand aja harus kipasan mulu saking panasnya.

Starting grid Moto3 Sepang
Jam 1 siang, race Moto3 dimulai. Jack Miller start dari pole position, and i don’t even khow who’s the rest of the grid selain Alex Marquez dan Alex Rins. Sepertinya kalau mau berangkat lagi tahun depan aku harus memperluas pengetahuan dulu deh, haha. Di sisi starting grid, bertebaran pembalap MotoGP yang ikut ngasih dukungan, aku nggak inget ada Marc dukung adeknya atau nggak, tapi yang jelas ada Valentino Rossi, Aleix Espargaro, Karel Abraham, Alvaro Bautista, sama Stefan Bradl (lagi).

Race start. Ini pertama kalinya aku nonton race Moto3 dan langsuung dari Sepang, hehe, biasanya kan yang kutonton MotoGP doang. Race Moto3 berjalan seperti biasanya, ketat. Seru aja rasanya liat race leader yang berganti-ganti tiap lewat garis start/finish. But, inilah nggak enaknya duduk di Main Grandstand, kita nggak tau apa yang terjadi di bagian sirkuit lain selain saat pembalap lewat start/finish. Ada sih layar besarnya, tapi cuma 1 dan posisinya setelah tikungan terakhir, nggak kelihatan dari tempat kita berdiri.

Jadi, kita harus puas liat pembalap lewat dengan kencangnya di depan kita dalam hitungan detik, terus sepi, terus mereka lewat lagi, begitu seterusnya. Dan anehnya, di tengah cuaca terik plus bisingnya suara motor saat race, aku bisa tidur siang. Haha serius! I’m not even wearing earplug. Kadang-kadang aku memang bisa begitu awesome. *Karepmu Diif, karepmu!*

Race Moto3 selesai dan Efren Vazquez melintasi garis finish pertama kali, diikuti Jack Miller dan Alex Rins dengan gap yang amat sangat kecil seperti race Moto3 biasanya. Alex Marquez, pemimpin klasemen Moto3 saat itu, hanya finish di posisi 5. Alex Marquez belum bisa mengamankan gelar juara dunia di Sepang, dan perebutan gelar dengan Jack Miller nanti masih akan lanjut di seri terakhir di Valencia.

Starting grid Moto2 Sepang
Waktu Moto3 podium, starting grid buat race Moto2 selanjutnya dipersiapkan. Mbak-mbak cantik mulai sudah bersiap di posisinya dengan papan nomor grid. Sesuatu yang nggak pernah kita lihat kalau nonton race di tv. Podium Moto3 selesai, gantian pembalap Moto2 menempati grid masing-masing. Sama dengan Moto3, pengetahuanku soal Moto2 juga payah sekali. Kalau nggak salah ingat pole postition milik Tito Rabat, terus di belakangnya ada teman setimnya Mika Kallio, terus ketiga nggak tau siapa, terus keempat baru Maverick Vinales. Selanjutnya nggak tau, haha.

Penuhnya Main Grandstand North
Race start. Dan aku sama Oya cabut dulu ke mushola buat sholat dzhuhur dijamak ashar. Main Grandstand saat itu sudah super penuh sekali. Gimana nggak, kabarnya total yang nonton saat race day aja hampir 82 ribu. Setelah susah payah keluar area Main Grandstand, kita baru tau kalo di luar juga penuh orang-orang yang antri di stand makanan. Air mineral dingin aja mereka sampe kehabisan, jadi ya adanya yang nggak dingin. Mushola yang biasanya adem ayem juga jadi penuh orang dan ACnya jadi kurang dingin. Waaw daebak, mantap sekali emang race day ini.

Selesai sholat kita langsung balik ke tempat semula. Pinggiran tribun paling depan makin penuh orang, dan kalau mau nontonnya nggak ketutupan kita harus berdiri di pinggiran tribun itu. Demi melihat jelas muka abang nanti, adek rela berdiri berjam-jam bang, haha.

Podium Moto2 Sepang
Race Moto2 selesai, yang melintasi garis finish berturut-turut, Maverick Vinales, Mika Kallio, dan Tito Rabat. Tito Rabat memang cuma finish di posisi 3, tapi itu cukup untuk mengunci gelar juara dunia Moto2 musim ini. Yay, congrats Tito!


Selanjutnyaa, race yang ditunggu-tunggu pun tiba... MotoGP. Posisi start, pole position milik Marquez, Dani di P2 dan Lorenzo P3. Balapan akan dimulai jam 4, tapi 20 menit sebelumnya pembalap sudah siap di starting grid. Daan, kalau biasanya di rumah aku selalu deg-degan tiap sebelum race MotoGP, kali ini aku juga deg-degan. Tapi karena Dani ada persis di depan mata. Sekitar 10 meter jarak yang memisahkan kami. Seperti biasa, Dani dikelilingi om Emanuel yang alih tugas jadi umbrella boy, om Raul, om Mike, dan beberapa mekaniknya yang lain.


Dari kejauhan, aku memandangi (sekaligus memotret berkali-kali) Dani and his moment of silence. Itu cara Dani untuk fokus sebelum race. Sampai 8 menit sebelum race start, Dani turun dari motornya diikuti om Raul dan mendekat ke arah Main Grandstand. Bukan untuk menyapa kami, tapi buat.. keramas. Sepang yang super hot rupanya bikin Dani nggak tahan dan melipir untuk dapet guyuran sebotol air dingin dari om Raul. Setelah itu Dani balik lagi ke motornya. Ih si abang ih, padahal sengaja kan pengen deket-deket kita, pake pura-pura cuek lagi biar udah dipanggil-panggilin. *karepmu Dif, karepmuu! Hahaa*

Starting grid MotoGP Sepang
Race start. Dani start dengan oke dan berhasil mempertahankan posisi 2-nya. Lorenzo menyodok ke posisi pertama, sementara Marquez melorot ke posisi 6 setelah lap pertama. Waktu pertama Dani lewat setelah lap 1, rasanya super excited! Ternyata begini rasanya nonton MotoGP langsung di sirkuit. Tapi yang terjadi selanjutnya jauh di luar harapan, Dani jatuh. Hati ini langsung mencelos rasanya. Ya ampun, again? Dani baru aja jatuh di Aragon dan Phillip Island. Dan kali ini, ketika kita bahkan datang langsung buat dukung dia.

Tapi, ternyata Dani bangkit dan melanjutkan balapan. Meski jelas langsung melorot ke posisi terakhir (P20) dan jarak ke pembalap di depannya lebih dari 15 detik. Dani nggak menyerah dan melajukan motornya makin kencang. Dani memang lewat setelah selang lama dari leading grup, tapi semangatnya bikin aku terus bersorak menyemangati tiap dia melintas kencang di depanku.

Lap demi lap Dani terus memangkas jarak dan berhasil menyalip pembalap di depannya di lap 7. Pacenya oke dan di lap 12, Dani sudah ada di posisi 11. Tapi apa yang terjadi di lap awal terulang, Dani jatuh lagi. Entah dengan sebab apa. Kali ini Dani nggak bangkit, atau dengan kata lain.. his race is over. Perebutan posisi 3 di klasemen juga selesai karena Dani yang nggak finish di 3 race belakangan ini. Hati ini rasanya langsung nggak karuan. Rasanya kayak 5 balon yang ada di tangan terbang semua. Harapan yang kita pegang erat di tangan tiba-tiba terlepas dan terbang menjauh. Sedih. Super sedih.

Khawatir dengan keadaan Dani, aku dan Tristan mengabaikan apa yang selanjutnya terjadi di balapan dan melangkah cepat ke paddock. Memastikan kalau Dani baik-baik saja. Yes, he’s fine seperti kata om Raul yang kita temui di depan garasi Repsol Honda. “.. but he’s a little bit sad,” tambah om Emanuel. Kita nggak berhasil ketemu Dani saat itu, tapi kita mengirimkan pesan penyemangat lewat om Emanuel. Om Emanuel yang baik hati menenangkan kalau Dani akan lebih kuat lagi musim depan, just believe he can. Yes, absolutely he can! Selama Dani percaya, selama orang-orang di sekitarnya percaya, selama kita percaya. So chin up, Dani!


Setelah om Emanuel masuk garasi lagi, kita sempat bingung mau ngapain sampai Tristan ngajakin jalan lewat pitlane access yang persis di sebelah garasi Repsol Honda. Biasanya pagar ke arah pitlane tertutup, tapi waktu itu pagar dalam posisi terbuka dan nggak ada satupun penjaga di situ. Aku sama Tristan langsung girang bisa jalan-jalan di pitlane lagi. Kali ini bukan di tengah kerumunan orang pun. Garasinya Dani juga terbuka dan ada om Emanuel lagi di situ, tapi nggak ada penampakan Dani.

Orang-orang pada berlarian ke arah podium, akunya adem ayem :) 
 

Saat itu race MotoGP sudah selesai, dan orang-orang di tribun berhamburan menuju arah podium. FYI, Marquez lagi-lagi menang, Rossi P2, dan Lorenzo P3. Aku yang masa bodo dengan apa yang terjadi di ujung sana karena toh Dani nggak ada di sana, malah sibuk foto-foto di depan garasi Dani, di pitlane, atau foto-fotoin garasi tim lain dalam jarak jauh lebih dekat dari pas pitlane walk kemarin. Tau gini kemaren nggak usah panas-panasan ikut pitlane walk ya? Hahaa.

Puas foto-foto di pitlane, kita kembali ke paddock. Baru sampe di depan garasi abang lagi, Oya nelpon, katanya Dina nangis. Kita yang nggak tau apa-apa langsung panik, ha, nangis kenapa? Ternyata bendera official Dina dan punya kita yang belinya mahal itu, diambil orang waktu pada heboh larian ke arah podium. Dina yang nggak mikir apa-apa lagi langsung loncat (padahal tinggi.. banget) dan ngejar orang itu, alhamdulillah kekejar dan benderanya berhasil diambil lagi. Nggak kebayang deh kalo itu bendera beneran ilang, Dina pasti nangis nggak berhenti-berhenti sampe kita pulang ke Indo. Bener-bener deh ini, trip penuh drama banget ya Allah.

Setelah yakin bendera udah aman, kita duduk-duduk di depan hospitality Repsol Honda Team. Oh ya, sebelumnya Tito Rabat lewat dan aku sempat neriakin, “Congrats, Tito!”. Titonya noleh dan senyum ihiyy. Lanjut di depan hospitality, di sana sudah ada 2 om-om dari Jerman yang kemarin sudah sempat kenalan sama Tristan. Mereka datang jauh-jauh dari Jerman, tapi setia banget ngikutin MotoGP sampai ke Malaysia gini.

My precious, haha..
Lihat kita yang kepanasan, om-om baik hati ini mengambilkan air mineral dari dalam hospitality Repsol Honda. Mereka bilang mereka temannya om Emanuel. Saat itu aku cuma berpikir orang-orang ini baik sekali ya Allah. Belakangan aku baru tau kalau salah satu dari mereka itu ayahnya om Emanuel. Ealaaaah, pantes mereka sama-sama baik hati! Sampai sekarang botol air mineral pemberian om itu kusimpan, karena selain itu dikasih langsung sama ayahnya om Emanuel, itu diambil dari hospitalitynya Repsol Honda. Jadi, berharga sekali. Haha.


Kita masih anteng duduk di depan hospitality waktu ada Alex Marquez lewat. Pertamanya dia lewat tapi buru-buru jadi nggak ada yang sempet ngajakin foto. Nah pas dia balik, dia mau nerima ajakan foto orang-orang. Aku tadinya ragu, tapi ikutan mendekat juga dan berhasil dapet foto bareng. Padahal aku orang kesekian yang minta foto bareng, tapi Alex dengan baik hatinya mau bertahan dan selfie sama aku. Sejak saat itu, aku resmi mendukung Alex Marquez juga. Dengan alasan yang shallow abis, gara-gara dia baik banget mau diajak foto bareng, hahaa.

Nggak enak lama-lama di paddock sementara yang lain masih pada di Main Grandstand, aku ngajakin Tristan buat balik. Meskipun dengan berat hati, karena begitu aku melangkah meninggalkan paddock, aku nggak akan ketemu Dani lagi. Tapi karena belum ada tanda-tanda Dani mau keluar, dan sedikit khawatir dengan mood Dani yang bisa saja memburuk, aku say goodbye sama garasi Dani yang sepi. “Bye, abang. I hope someday we’ll meet again.”

Bye, abang.. :(
Itu langkah terberat selama sekian hari di Sepang. Hari yang ditunggu-tunggu nggak berjalan seperti yang diharapkan. Bukannya menang Dani malah jatuh. Nggak ketemu Dani sama sekali meski udah nongkrongin di depan garasinya pagi sore. Bendera nyaris ilang. Mau nemenin Tristan ke kota nyari oleh-oleh tapi bingung baliknya gimana, taksi pada pasang tarif selangit padahal kita udah nggak ada duit.

Tapi, tetep banyak hal yang bisa disyukuri sih. Ketemu om Raul berkali-kali, foto bareng. Ketemu om Emanuel berkali-kali, foto bareng. Ketemu ayahnya om Emanuel yang baik hati. Dapet minuman gratis waktu lagi haus (dari hospitality Repsol Honda pula). Dapet makanan gratis waktu lagi laper. Serius, waktu mau balik stand makanan di deket tempat kita duduk-duduk bagi-bagi sisa roti isi sayurannya yang nggak habis terjual. Rejeki anak sholeh banget, itu kalo beli harganya lumayan e, RM 20 :”). Terus sebelum hari berakhir, aku sempat menginjakkan kaki di Bukit Bintang.

Iya, sejujurnya aku penasaran Bukit Bintang yang hits di Kuala Lumpur itu tempatnya kayak apa. Tapi aku mikirnya kalo nggak sempet kesana juga nggak apa-apa lah, jauh juga. Tristan juga paling mau cari oleh-oleh di Chinatown aja, mana yang sempet lah. Tapi setelah duduk-duduk di depan pintu masuk utama lamaaaa banget kayak anak ilang yang bingung gara-gara nggak bisa pulang, kita makin pesimis. Jangankan cari oleh-oleh, bisa balik ke hotel sebelum malem banget aja udah alhamdulillah.  Untunglah Indri dkk datang dengan taksi pesananya menjemput kami. Dan tau tujuan mereka kemana? Yak, Bukit Bintang. Mereka juga mau cari oleh-oleh. Yaampun, ternyata aku bertakdir sama Bukit Bintang juga :”). Meskipun ongkos taksi ke sana dari SIC juga fantastis, RM 150. Untung dibagi 7 (ups, jangan bilang-bilang ya kalo kita naik taksi bertujuh :p).

Sampai Bukit Bintang, yang ternyata masih bagusan bukit bintangnya Jogja, Indri dkk cari makan dulu. Aku yang masih kenyang roti tadi nungguin mereka makan aja. Kelar makan mampir supermarket, mereka cuma pada nyari minuman dingin, aku malah keliling rak.. nyari milo, hahaha. Dari kemaren emang niatnya beli milo, tapi belum kesampaian. Tapi alhamdulillah apa yang aku pinginin kesampaian semua, milonya ada. Harganya RM 7,85 buat kemasan kecil, lumayaan. Nggak beli yang besar karena selain nggak ada duitnya, tempat di koper juga nggak muat. Btw baru kali ini aku beli milo Malaysia sendiri, biasanya pasti nitip nggak pake bayar.

Teman-temanku heran ngapain juga aku bela-belain beli milo di sini? Mereka belum tau kalo milo indo sama malaysia itu rasanya beda banget. Dan aku nggak doyan milo indo. Haha, gaya banget yak minum susu aja maunya yang belinya di luar negeri? :p

Habis itu Tristan beresin urusan oleh-oleh dan kita balik naik LRT dari Bukit Bintang ke KL Sentral. Selanjutnya naik KTM Komuter ke Nilai. Dari stasiun komuter naik taksi balik ke hotel. Sampai hotel langsung packing. Terus tidur bentar karena pagi-pagi udah harus berangkat ke bandara. Terus, pulang......

Terus, selesailah Sepang trip ini. Huhuu, sedih sekali rasanya. Bye, Dani. Bye, Sepang. Bye, KL. Bye, teman-teman. See you again next year! Amiiiin..



Monday, November 24, 2014

Sepang Trip 2014: Rider’s Autograph and Dani Pedrosa’s Plate of Muffin

Good morning! Setelah ketemu abang di hotelnya semalam, tidurku jadi nyenyak sekali, sampe kesiangan bangun malah. Padahal kita harus cabut ke sirkuit lebih pagi karena mau ngantri Rider’s Autograph. Sebenernya sesi Rider’s Autograph masih nanti jam setengah 12, tapi kita harus ngantri sepagi mungkin biar kebagian tanda tangan rider yang kita pinginin. Untungnya kita siap-siapnya cepet, dan jam 8 udah sampe sirkuit.


Begitu sampe sirkuit, kita langsung ke Foyer dekat Welcome Centre dan mulai antri di sana. Karena masih pagi, antrian masih pendek dan kita kebagian tempat yang enak banget, masih ketutupan tenda foyer jadi nggak panas. Kalo udah dapet antrian, kita nggak bisa kemana-mana, karena makin siang antrian akan makin panjang dan ramai. Bisa sih minta jalan ke orang-orang yang antri, tapi pasti mereka pada ngedumel baik di dalam maupun di luar hati, hahaa. Jadi pilihannya, stay or leave.

Lumayan lama juga itu nunggunya, lebih dari 3 jam dalam keadaan haus dan tadi cuma sempat sarapan bakpia. Tapi untungnya, kita kebagian tempat yang adem jadi nunggu lama pun nggak masalah, nggak kayak kemarin waktu antri pitlane walk yang sampai mandi keringat saking panasnya. Sambil nunggu, karena paddock pass sudah di tangan, kita nentuin giliran masuk ke paddock.


Sedikit disclaimer soal akses paddock kalau punya member official, akses paddock di sini bukan berarti per member dapet satu paddock pass. Paddock pass jumlahnya terbatas, dan tim juga nggak bisa sembarangan ngasih. Apalagi kita dapet langsung dari Repsol Honda yang notabene tim besar di MotoGP, jadi dapet 3 paddock pass itu sudah suatu hal yang sangat amat patut disyukuri sekali. Karena yang bikin member juga banyak, jadi kita bagi bergiliran 3 orang sekali masuk paddock dengan jatah waktu 30 menit biar semua kebagian. Dan aku kebagian masuk di giliran pertama setelah Rider’s Autograph selesai.

Entah kenapa waktu berjalan cepat waktu nunggu Rider’s Autograph dimulai, mungkin karena nggak kepanasan kali ya. Beda sama pitlane walk yang sempat molor kemarin, sesi Rider’s Autograph yang dimulai jam 11.30 – 12.30 ini lebih on time. Sebelum mulai, pihak penyelenggara sudah mengumumkan berkali-kali kalau Jorge Lorenzo dan Valentino Rossi nggak ikut di sesi ini, padahal yang antri banyakan fansnya Rossi.. kasian.

Oh ya, Rider’s Autograph terbagi jadi 2 sesi, masing-masing 30 menit, dengan pembalap yang berbeda-beda. Kemungkinan dapet tanda tangan pembalap kesayangan bisa menipis kalo antrian kita nggak pas dengan sesi si pembalap. Misalnya ni, kita kebagian di sesi 1, tapi ternyata pembalap yang kita mau ikut yang sesi 2. Ini masih bisa diakali sih dengan melipir-melipir dan ngasih jalan buat yang ngatri di belakang kita buat maju duluan, baru kita maju pas sesi 2 mulai. Yang repot kalo kita antrinya di belakang dan pembalap yang diincer dapetnya sesi 1, yaudah deh dadaah bye byee!

Itu pas Marquez baru datang
Aku udah deg-degan dong, duh ini si abang Dani dapet sesi berapa ya? Semoga sesi pertama aja, jadi aku cepet maju, cepet selesai, cepet bisa masuk paddock. Persis jam setengah 12, pembalap mulai berdatangan. Yang pertama diumumkan, pembalap dari tim Repsol Honda... Marc Marquez! Dheg, dan aku semakin gugup, habis ini abang dooong! Dan bener. Pembalap kedua yang dateng masih dari tim Repsol Honda.. Dani Pedrosa! Kyaa, seneng deh bisa jodoh banget sama si abang gini :”)


Pembalap berikutnya berturut-turut ada Bradley Smith, Alvaro Bautista, Scott Redding, Nicky Hayden, sama Hiroshi Aoyama (ini kalo aku nggak salah inget ya, maklum fokusnya cuma ke abang :p). Karena aku termasuk di antrian depan, nggak lama aku bisa langsung naik panggung ke jejeran para pembalap. Di paling ujung kiri ada Marc, tapi kayaknya doi lagi nggak begitu mood dan malas berinteraksi, jadi kita cuma ambil poster yang udah ditandatangani sebelumnya. Dan poster itu juga yang terus ditandatangani pembalap lain. Ada pembalap yang bawa posternya sendiri sih, kayak Smith, Hayden, sama Aoyama. Tapi yang lain nggak, jadi keroyokan di poster yang sama, termasuk Dani.

Oh ya, kita nggak boleh foto-foto di sesi Rider’s Autograph, jadi ya sebatas minta tanda tangan di official poster MotoGP Sepang aja. Sama boleh kalo mau minta 1 tanda tangan di barang pribadi. Tapi aku menyiapkan 2 barang buat ditandatangani Dani, bendera pedrosistas sama foto mozaik project ultah Dani kemaren, haha.

Dan sampailah aku di depan Dani. Aku udah megang bendera pedrosistas ni, tapi si abang biasa aja. Dia malah sibuk ngobrol sama Hayden sambil tandatangan barang yang kusodorin, huhuu, abang tega banget dah masa kita dicuekin gini. Bang, adek udah antri dari pagi baang? Kemanaa abang yang baik banget semalem?? *mulai deh, drama, haha.* Tapi katanya Dani emang gitu kalo pas meet and greet, tahun kemaren juga doi sibuk ngobrol sama pembalap lain (mbuh siapa :p).

Meskipun nyebelin nggak apa-apa deh, yang penting udah ketemu lagi dan dapet tanda tangan abang. Begitu sampe ujung kita langsung turun, beresin poster, terus jalan ke Main Grandstand buat masuk paddock. Keluar dari area foyer baru deh berasa banget panasnya Sepang, dan ternyata antrian meet and greet masih panjang banget sampe tengah Mall Area. Aku beruntung banget karena dateng pagi, nggak kepanasan, dan langsung ketemu Dani. Kasian yang dateng siangan, mereka pasti kepanasan.

Oya sama Dina nggak langsung ikut masuk ke Main Grandstand. Oya nyangkut di booth merchandise official dulu, hahaa. Aku yang jelas nggak punya dana berlebih buat beli barang official yang harganya selangit nggak ikutan mampir dan jalan terus masuk ke Main Grandstand bareng 2 member lain, Novi sama Ela.

Di dalem ketemu sama Tristan yang milih nggak ikut Rider’s Autograph dan nongkrongin abang di paddock. Kita gantian, dan giliran aku sama Novi dan Ela yang masuk paddock. Kalo kemaren masuk pake paddock pass dari tim Paginas Amarillas, kali ini dari tim Repsol Honda, heuheu. Misi masih sama, foto bareng sama Dani!

Di paddock yang panas, kita langsung nongkrong di depan hospitality Repsol Honda. Ada om Doraemon lewat, eh.. om Shuhei Nakamoto maksudnya, aku sapa aja, “Nakamoto-san, would you like to take a picture with me?” Dan om Nakamoto jelas mau doong. Kayaknya orang di paddock ini emang pada baik-baik deh, kecuali om Raul (gemes gara-gara ditolak kemaren). Habis foto sama om Nakamoto, ada om Emanuel Buchner juga keluar dari garasi. Om Emanuel ini mekanik Dani yang juga om kesayanganku setelah om Raul, om yang selalu menyambut Dani dengan senyum lebarnya di parc ferme. Dan om satu ini emang kerjaannya senyam senyum mulu, haha. Aku ngajak foto bareng, tapi ternyata entah gimana fotonya tadi nggak berhasil keambil, aku nyadarnya pas udah balik ke Main Grandstand lagi, huhuu, sedih.

Nggak lama setelah foto sama om Emanuel, Dani keluar dari garasi. Ahahaa, si abang keluar bawa sepiring muffin. Aku langsung ngajak foto bareng, tapi si abang bilang ‘wait a minute’ dan masuk ke hospitality. Bener-bener cuma semenit karena Dani cuma masuk ke hospitality buat naro piring muffin tadi (yah bang, kenapa nggak buat kita aja itu muffinnya, daripada dibalikin kan? *eh).

First try
Dani keluar dan menepati janjinya. Si abang pun kembali kuajak berselfie ria, tapi fotonya nggak okee, si abang aja silau kepanasan gitu. Jadi begitu giliran Novi sama Ela foto sama abangnya udah, aku ngajak abang foto lagi. Untung abang mau. Dan kali ini sukses, foto terkece selama di Sepang! Mission accomplished!! Daninya ganteng banget lagi, senyumnya itu lho ampuun.. :”)

Second try and.. sukses!
Btw, Dani kembali baik hati kalo ditemui secara personal gini. Pas foto pertama kali aja, Dani sabar banget nunggu aku ngeset kamera depan hape yang ternyata timernya masih nyala. Aku agak gemeteran sampe minta maaf dan bilang, “sorry Dani, i’m so nervous when i’m besides you.” Dani juga mau diajakin foto lagi karena yang tadi nggak oke hasilnya. Aduh bang, baek banget sih kamu. Ini keluar balikin piring muffin sendiri juga sengaja kan biar kita ketemu? *yak, mulai delulu*

Selesai foto, Dani pun masuk ke garasi lagi karena mau siap-siap FP4 dan kualifikasi. Tak lupa aku meneriakkan good luck buat hari ini sama besok. Hoho, kalo biasanya cuma ngucapin good luck via media sosial, kali ini aku bisa ngucapin langsung ke abang :”)


Begitu Dani masuk, ada Stefan Bradl lewat lagi. Kali ini kucegat dan kuajakin foto, tapi yah hasilnya gitu deh. Sudut ambil fotonya persis kayak foto pertama sama abang, jadi gelap. Btw karena udah ketemu abang dan nggak ada rider lagi yang bisa dicegat, kita balik ke Main Grandstand lewat tunnel 1 buat gantian paddock passnya sama Oya dan Dina.

Enjoying the empty Main Grandstand
Habis itu aku anteng duduk di Main Grandstand sambil nonton kualifikasi Moto3. Di hari kedua, telingaku rupanya sudah beradaptasi sama suara mesin motor-motor yang super berisik itu. Jadi aku nggak beli ear plug, lumayan menghemat RM 5, hehe. Kelar kualifikasi Moto3 dan Jack Miller yang dapat pole position, sesi lanjut dengan FP4 MotoGP. Di hari Sabtu, area grandstand lebih ramai orang, nggak kayak Jum’at kemarin yang masih sepi. Tapi tetep masih banyak tempat kosong sampai aku bisa duduk ongkang-ongkang kaki macam begini, haha.

Musholla SIC
FP4 selesai dan Dani ada di urutan 2. Karena sesi selanjutnya masih QP1 dan nggak ada abangnya, aku pergi ke tempat teradem di seantero Sepang International Circuit... mushola. Aku sholat dzuhur dijamak ashar bareng Mila. Mila yang baru ini ikutan ke mushola kayak nemu oase di padang pasir dan milih tidur siang dulu di situ, hahaa. Aku nggak ikutan karena QP2 MotoGP udah mau mulai, jadi aku balik duluan ke tempat duduk tadi.

Kalo di zoom itu Dani lagi foto post kualifikasi
Oh ya, kalau hari Jum’at kemarin aku milih duduk di depan garasinya Dani, pas hari Sabtunya aku pindah ke depan podium. Biar bisa liat-liat parc fermenya, dan untungnya Dani besok pas balapan start di front row (P2), jadi bisa liat Dani yang lagi diwawancara di parc ferme (meski sejujurnya nggak keliatan jelas, jauh sih, haha). Tapi gara-gara kelamaan nongkrongin parc ferme, aku jadi nggak liat press conference post qualifying di layar gede sebelum start/finish. Yah, nggak liat abang garuk-garuk muka deh.

Selesai kualifikasi MotoGP masih ada sesi kualifikasinya Moto2, aku nggak mau nonton karena mau langsung cabut cari oleh-oleh ke Chinatown. But the problem is, aku mau pergi sama Oya dan Dina, tapi mereka masih nangkring aja di paddock. Jadi aku sama Tristan masuk lagi ke paddock, kali ini aku pinjem pass-nya Zahra yang kebetulan lagi nganggur.

Di dalam paddock, mereka masih nongkrong di depan garasi Dani, dan daritadi tak tampak keberadaan Dani sama sekali. Hehe, jadi tadi aku beruntung dong baru dateng bentar udah langsung ketemu abang lagi? Alhamdulillah, rejeki anak soleh :”)

Om Emanuel itu hobinya nyengar nyengir gitu
Liat Om Emanuel di pojok belakang deh, dia ikutan nyengir gitu pas kita foto. Kocak!
Sama fans Dani dari Thailand
Tak ada Dani, aku malah ngiderin paddock yang super hot sampe ujung (tapi nggak ketemu siapa-siapa). Nongkrongin om Emanuel yang lagi cuci-cuci. Foto-foto. Motoin Tristan sama Stefan Bradl (kan, ada Stefan lagi! Kayaknya dia pembalap yang paling sering mondar mandir di paddock deh, tiap aku masuk pasti aja ketemu). Foto sama fansnya Dani juga yang dari Thailand (semoga aku nggak salah inget negara :p). Sampe foto sarang lebah yang ada di depan garasi Repsol Honda, bikin kita kudu super ati-ati kalo nongkrongin si abang, haha.

Tapi karena tak ada tanda-tanda keberadaan Dani, jam setengah 5 kita cabut keluar sirkuit. Kalo biasanya pulang pergi naik taksi, karena ini kita mau ke kota, jadi kita milih transport yang biasa dipake orang-orang yang nginep di daerah kota.. RapidKL. Di deket pintu masuk main gate ada shuttle bis yang datang tiap beberapa menit sekali dan shuttle ini yang akan nganterin kita ke tempat naik bis ke tujuan kita di kota, tempatnya di dekat tulisan Sepang International Circuit (tulisan yang tahun lalu cuma kulihat dari bis yang berjalan dan itu aja udah bikin seneng banget). Karena bareng bubaran kualifikasi Moto2, shuttle bis yang berhenti cepet sekali penuh. Untung bisnya banyak.


Sampai di tempat pemberhentian, kita cari tiket untuk RapidKL dulu. Ada 3 macam tujuan, KLIA, KLCC, dan KL Sentral. Harganya beda-beda, ke KLIA karena lebih dekat hanya RM 10, sementara KLCC dan KL Sentral harganya sama-sama RM 18. Antriannya juga beda, yang ke KLIA paling sepi, ke KLCC lumayan rame, dan yang ke KL Sentral paling rame. Kita milih yang ke KL Sentral, biar gampang naik LRT ke Chinatownnya. Naik yang ke KLCC juga bisa sih, nanti turunnya di dekat Twin Tower, tinggal turun ke stasiun LRT deket situ. Tapi kita udah terlanjur antri di barisan KL Sentral, jadi ya udahlah.


Bis berangkat tiap 15 atau 30 menit sekali, jadi lumayan juga nunggunya. Sembari nunggu, lumayan bisa buat foto-foto. Meskipun ada deretan toilet pink yang sedikit mengganggu pemandangan :p. Setelah menunggu sekitar setengah jam, akhirnya bisnya datang dan alhamdulillah kebagian tempat duduk. Kalo harus berdiri padahal perjalanannya kira-kira 1 jam, nggak sanggup aku.

Bis yang dingin enak banget buat tidur-tidur ayam. Apalagi capek habis dari sirkuit dan di luar ternyata hujan. Sekitar jam 8 bis sampai di KL Sentral dan alhamdulillah hujan sudah reda. Kita terus naik LRT ke Pasar Seni yang cuma berjarak 1 station, ongkosnya RM 1. Tahun lalu aku udah pernah turun di Pasar Seni, dan masih inget daerahnya. Tapi, aku belum pernah ke Chinatownnya. Jadi setelah malah nyusurin beraneka penjual makanan di sisi Central Market (pernah masuk situ dan barangnya mahal-mahal, jadi ogah masuk lagi) dan sadar kalau salah jalan, barulah aku nyalain google maps. Hahaa, baru ini aku jalan kaki nyalain google maps! Tapi emang terus ketemu sih, hahaa, thanks to google maps! (Padahal nanya orang juga bisa)


Chinatown Kuala Lumpur atau sering juga disebut Petaling Street ini sama aja kayak Chinatown di Singapura. Cuma, Chinatown KL yang jual souvenirnya nggak sebanyak di Singapura. Jadi ya pilihannya nggak banyak. Tapi yang penting yang kucari ada, tempelan kulkas sama kaos. Aku kalo mau liburan pasti sudah memplot mau beli oleh-oleh apa aja sih, karena belum lama ini ada yang ngasih gantungan kunci KL, jadi yaudah aku pengen beliin tempelan kulkas aja. Sama kaos buat adek-adekku. Tempelan kulkas harganya RM 10 untuk 4 biji, dan kaos RM 6 per bijinya. Lumayan juga aku beli oleh-olehnya sampe plastiknya berat dan habis RM 90, lumayan ngabisin isi dompet banget, hahaa. Belum lagi pas masih tambah beli coklat di KL Sentral yang pake dibela-belain tuker ringgit dulu segala.

Urusan oleh-oleh beres, kita naik LRT balik ke KL Sentral. Rencananya mau makan malam di KL Sentral, tapi karena bingung mau makan apa, kita memutuskan langsung balik ke stasiun Nilai aja naik KTM Komuter dan makan nasi goreng di dekatnya lagi. Tapi keretanya agak molor dari jadwal, dan dapetnya nggak yang bagus pun, beda sama pas kita mau jalan ke Twin Tower. Udah gitu perasaan keretanya jalannya lambat dan agak nggak meyakinkan, tapi nyampenya sama sih, sejam-an  juga. Tapi ya sampe stasiun Nilai lagi-lagi udah malem juga.

Sebelum balik hotel makan dulu di tempat biasa, warung nasi di depan Sevel Nilai. Kalo sebelumnya aku pesen nasi goreng kampung, kali ini pesennya nasi goreng biasa. Harganya sama-sama RM 4, tapi enakan yang nasi goreng biasa sih menurutku. Soalnya berkecap, beda sama nasi goreng kampung yang cenderung putih, rasanya asin-asin doang, hehe.

Perut kenyang, waktunya balik ke hotel. Kali ini naik taksi dong. Nggak apa-apa deh keluar duit lagi, daripada jalan dan harus melalui malam yang mencekam lagi gara-gara digonggongin anjing sepanjang jalan, haha *masih trauma*. Sampe hotel waktunya istirahat, besok race day dan harus berangkat pagi lagi. So, see you again tomorrow! *tidur sambil senyum karena dapet selfie cakep sama abang*