Race day sebenernya hari yang antara
ditunggu-tunggu dan nggak. Ditunggu-tunggu karena keinginan nonton balapan
MotoGP live di sirkuit akhirnya kesampaian. Dan nggaknya karena begitu balapan
berakhir, berakhir pula keseruan selama beberapa hari di Sepang. Sayangnya,
hari yang kutunggu-tunggu ini nggak berakhir seperti yang diharapkan, meski ada
beberapa kejutan kecil yang menyenangkan.
Seperti biasa, kita siap
berangkat pagi-pagi ke sirkuit. Jam setengah 8 kita sudah cantik dan nunggu
taksi jemputan di depan hotel. Perjalanan masih sama seperti hari-hari
sebelumnya, karena daerah hotel dan sirkuit sama-sama di pinggiran, taksi bisa
melaju kencang di jalanan yang relatif sepi. Dan jam setengah 9 kita sudah
duduk manis di Main Grandstand North, di dekat start/finish, persisnya di depan
starting grid Dani. Persis di tempat incaran, bagian terdepan tribun jadi kalo
mau neriakin Dani ntar gampang, hahaa. So, berangkatlah sepagi mungkin biar
dapet tempat paling yoi dan paling dekat dengan pembalap kesayangan kalian.
Karena masih pagi, area Main
Grandstand masih sepi. Belum ada aktivitas di track karena sesi pertama pagi
itu, Warm Up Practice Moto3 masih nanti di jam 9.40 dan untuk MotoGP di jam
10.40. Daripada bengong, aku bertiga dengan Oya dan Dina main-main ke paddock. Niatnya
mau ngucapin good morning and good luck ke abang. Tapi rupanya kami belum cukup
beruntung pagi itu, Dani sudah di garasinya dan sibuk meeting untuk persiapan
race nanti. Kita nunggu sampe jam 10, tapi Dani yang sesekali kelihatan mondar
mandir di garasinya cuma dadah-dadah aja dari dalem, udah dipanggil-panggilin
padahal. Sampai kita balik ke Main Grandstand, Dani sama sekali nggak keluar
dari garasinya, hiks.
|
With om Gavin Emmet |
|
With Vanessa Carlotta |
Tapi, lumayan juga selagi nunggu
Dani kita ketemu banyak orang penting di MotoGP lainnya. Om Gavin Emmet, reporter
BT Sports yang dulunya bawain After The Flag MotoGP dengan kocaknya. Marc
Marquez yang baru dateng dan masuk garasi dengan buru-buru. Mbak cantik Vanessa
Carlotta, PRnya HRC. Stefan Bradl (lagi), dan kali ini aku motoin Oya bareng
sama Stefan. Btw, aku merasa dudul sekali sekarang, berkali-kali ketemu Stefan
tapi cuma ngajak foto sekali dan hasilnya jelek sekali, malah motoin orang sama
dia berkali-kali.
Emang sih pagi itu aku nggak
ketemu langsung sama Dani lagi, tapi keinginanku yang lain terkabulkan. Foto bareng
sama Raul Jara dan Emanuel Buchner, om-om kesayangan yang selalu ada di samping
Dani. Sebelum ini, aku udah ketemu om Raul beberapa kali, tapi karena lagi
buru-buru permintaan foto barengku ditolaknya. Nah, pas nongkrongin Dani di
depan garasi Repsol Honda itu tau-tau om Raul keluar dan siap pergi dengan
motor yang daritadi terparkir di depan garasi.
Merasa nggak akan dapat
kesempatan foto bareng lagi, aku cukup puas dengan memfoto gerak geriknya. Kita
sempat nanyain soal Dani dan dijawab om Raul kalau Dani lagi meeting di dalam. Selagi
diajak ngobrol, aku refleks mengarahkan kamera depan ke mukaku dan muka om Raul
yang sudah siap keluar dengan motornya, siap selfie. Untungnya, kali ini aku
nggak ditolak. Om Raul mau berpose dengan muka gantengnya itu. Muahahaa, foto
bareng om Raul, checked!
Begitu om Raul pergi, om Emanuel
muncul. Karena foto bareng kemaren gagal, kali ini aku kembali mendekat dan
minta foto bareng. Om Emanuel yang baik hati mengabulkan permintaanku. Dan akhirnya,
komplitlah sudah misiku. Ketika dapet akses paddock, misiku sederhana. Cukup foto
bareng sama Dani, Raul Jara, dan Emanuel Buchner. I don’t really care about
other rider karena fokusku cuma sama tiga orang itu. Jadi selama di Sepang foto
bareng pembalap-pembalap lain emang sedikit, apalagi aku nggak begitu apal sama
muka-muka pembalap Moto2 atau Moto3. Mungkin mereka mondar mandir selagi
nongkrongin Dani dan aku cuma menganggap mereka kru tim, haha. Maklum, Dani
terlalu mengalihkan perhatianku *halah*.
Karena misi sudah komplit, aku
tenang-tenang aja waktu baik ke Main Grandstand meski nggak ketemu Dani. Suasana
Main Grandstand udah makin rame saat itu karena Warm Up Practice Moto3 sudah
selesai, tinggal giliran Moto2 dan MotoGP. Masing-masing sesi warm up hanya selama
30 menit, dan Dani ada di posisi 3 saat warm up berakhir. Yang aku suka dari
MotoGP Sepang, Dani selalu meraih hasil bagus di sini. Dua tahun lalu berturut-turut,
Dani menang di sini dan hasil free practicenya juga meyakinkan, Dani selalu ada
di posisi 3 besar dan nanti Dani juga start dari posisi 2. Tentu saja aku
berharap Dani kembali menang saat akhirnya aku bisa nonton balapannya live.
|
We're ready to support you, bang! |
Di Main Grandstand yang makin
lama makin ramai, kita siap-siap pasang bendera buat dukung Dani. Ada satu
bendera official punya Dina dan beberapa bendera bikinan sendiri yang sayangnya
hasilnya kurang maksimal karena waktu pembuatan yang mepet. Saat udah
terpasang, rasanya masih kurang, jadi Tristan sama Dina pergi ke Mall Area buat
beli satu bendera official lagi. Karena ini merchandise official, harganya
lumayan mahal, RM 100 yang mana aku nggak sanggup beli, haha. Setelah semua
atribut terpasang, kita foto bareng dulu. Minta tolong sama mas-mas Medical Crew
yang stand by di bawah buat fotoin, muehehe.
Race MotoGP yang kita
tunggu-tunggu masih lama, masih jam 4 sore nanti. Tapi kita juga nggak bisa
kemana-mana karena area Main Grandstand makin penuh, mau kemana-mana juga males
sih, panasnya nggak nahan. Duduk di Main Grandstand aja harus kipasan mulu
saking panasnya.
|
Starting grid Moto3 Sepang |
Jam 1 siang, race Moto3 dimulai.
Jack Miller start dari pole position, and i don’t even khow who’s the rest of
the grid selain Alex Marquez dan Alex Rins. Sepertinya kalau mau berangkat lagi
tahun depan aku harus memperluas pengetahuan dulu deh, haha. Di sisi starting
grid, bertebaran pembalap MotoGP yang ikut ngasih dukungan, aku nggak inget ada
Marc dukung adeknya atau nggak, tapi yang jelas ada Valentino Rossi, Aleix
Espargaro, Karel Abraham, Alvaro Bautista, sama Stefan Bradl (lagi).
Race start. Ini pertama kalinya
aku nonton race Moto3 dan langsuung dari Sepang, hehe, biasanya kan yang
kutonton MotoGP doang. Race Moto3 berjalan seperti biasanya, ketat. Seru aja
rasanya liat race leader yang berganti-ganti tiap lewat garis start/finish. But,
inilah nggak enaknya duduk di Main Grandstand, kita nggak tau apa yang terjadi
di bagian sirkuit lain selain saat pembalap lewat start/finish. Ada sih layar
besarnya, tapi cuma 1 dan posisinya setelah tikungan terakhir, nggak kelihatan
dari tempat kita berdiri.
Jadi, kita harus puas liat
pembalap lewat dengan kencangnya di depan kita dalam hitungan detik, terus
sepi, terus mereka lewat lagi, begitu seterusnya. Dan anehnya, di tengah cuaca
terik plus bisingnya suara motor saat race, aku bisa tidur siang. Haha serius!
I’m not even wearing earplug. Kadang-kadang aku memang bisa begitu awesome. *Karepmu
Diif, karepmu!*
Race Moto3 selesai dan Efren
Vazquez melintasi garis finish pertama kali, diikuti Jack Miller dan Alex Rins
dengan gap yang amat sangat kecil seperti race Moto3 biasanya. Alex Marquez,
pemimpin klasemen Moto3 saat itu, hanya finish di posisi 5. Alex Marquez belum
bisa mengamankan gelar juara dunia di Sepang, dan perebutan gelar dengan Jack
Miller nanti masih akan lanjut di seri terakhir di Valencia.
|
Starting grid Moto2 Sepang |
Waktu Moto3 podium, starting
grid buat race Moto2 selanjutnya dipersiapkan. Mbak-mbak cantik mulai sudah
bersiap di posisinya dengan papan nomor grid. Sesuatu yang nggak pernah kita
lihat kalau nonton race di tv. Podium Moto3 selesai, gantian pembalap Moto2
menempati grid masing-masing. Sama dengan Moto3, pengetahuanku soal Moto2 juga
payah sekali. Kalau nggak salah ingat pole postition milik Tito Rabat, terus di
belakangnya ada teman setimnya Mika Kallio, terus ketiga nggak tau siapa, terus
keempat baru Maverick Vinales. Selanjutnya nggak tau, haha.
|
Penuhnya Main Grandstand North |
Race start. Dan aku sama Oya
cabut dulu ke mushola buat sholat dzhuhur dijamak ashar. Main Grandstand saat
itu sudah super penuh sekali. Gimana nggak, kabarnya total yang nonton saat
race day aja hampir 82 ribu. Setelah susah payah keluar area Main Grandstand,
kita baru tau kalo di luar juga penuh orang-orang yang antri di stand makanan. Air
mineral dingin aja mereka sampe kehabisan, jadi ya adanya yang nggak dingin. Mushola
yang biasanya adem ayem juga jadi penuh orang dan ACnya jadi kurang dingin. Waaw
daebak, mantap sekali emang race day ini.
Selesai sholat kita langsung
balik ke tempat semula. Pinggiran tribun paling depan makin penuh orang, dan
kalau mau nontonnya nggak ketutupan kita harus berdiri di pinggiran tribun itu.
Demi melihat jelas muka abang nanti, adek rela berdiri berjam-jam bang, haha.
|
Podium Moto2 Sepang |
Race Moto2 selesai, yang melintasi
garis finish berturut-turut, Maverick Vinales, Mika Kallio, dan Tito Rabat. Tito
Rabat memang cuma finish di posisi 3, tapi itu cukup untuk mengunci gelar juara
dunia Moto2 musim ini. Yay, congrats Tito!
Selanjutnyaa, race yang
ditunggu-tunggu pun tiba... MotoGP. Posisi start, pole position milik Marquez,
Dani di P2 dan Lorenzo P3. Balapan akan dimulai jam 4, tapi 20 menit sebelumnya
pembalap sudah siap di starting grid. Daan, kalau biasanya di rumah aku selalu
deg-degan tiap sebelum race MotoGP, kali ini aku juga deg-degan. Tapi karena Dani
ada persis di depan mata. Sekitar 10 meter jarak yang memisahkan kami. Seperti biasa,
Dani dikelilingi om Emanuel yang alih tugas jadi umbrella boy, om Raul, om Mike, dan beberapa mekaniknya yang lain.
Dari kejauhan, aku memandangi (sekaligus
memotret berkali-kali) Dani and his moment of silence. Itu cara Dani untuk
fokus sebelum race. Sampai 8 menit sebelum race start, Dani turun dari motornya
diikuti om Raul dan mendekat ke arah Main Grandstand. Bukan untuk menyapa kami,
tapi buat.. keramas. Sepang yang super hot rupanya bikin Dani nggak tahan dan
melipir untuk dapet guyuran sebotol air dingin dari om Raul. Setelah itu Dani
balik lagi ke motornya. Ih si abang ih, padahal sengaja kan pengen deket-deket
kita, pake pura-pura cuek lagi biar udah dipanggil-panggilin. *karepmu Dif,
karepmuu! Hahaa*
|
Starting grid MotoGP Sepang |
Race start. Dani start dengan
oke dan berhasil mempertahankan posisi 2-nya. Lorenzo menyodok ke posisi
pertama, sementara Marquez melorot ke posisi 6 setelah lap pertama. Waktu pertama
Dani lewat setelah lap 1, rasanya super excited! Ternyata begini rasanya nonton
MotoGP langsung di sirkuit. Tapi yang terjadi selanjutnya jauh di luar harapan,
Dani jatuh. Hati ini langsung mencelos rasanya. Ya ampun, again? Dani baru aja
jatuh di Aragon dan Phillip Island. Dan kali ini, ketika kita bahkan datang
langsung buat dukung dia.
Tapi, ternyata Dani bangkit dan
melanjutkan balapan. Meski jelas langsung melorot ke posisi terakhir (P20) dan
jarak ke pembalap di depannya lebih dari 15 detik. Dani nggak menyerah dan
melajukan motornya makin kencang. Dani memang lewat setelah selang lama dari
leading grup, tapi semangatnya bikin aku terus bersorak menyemangati tiap dia
melintas kencang di depanku.
Lap demi lap Dani terus
memangkas jarak dan berhasil menyalip pembalap di depannya di lap 7. Pacenya oke
dan di lap 12, Dani sudah ada di posisi 11. Tapi apa yang terjadi di lap awal
terulang, Dani jatuh lagi. Entah dengan sebab apa. Kali ini Dani nggak bangkit,
atau dengan kata lain.. his race is over. Perebutan posisi 3 di klasemen juga
selesai karena Dani yang nggak finish di 3 race belakangan ini. Hati ini
rasanya langsung nggak karuan. Rasanya kayak 5 balon yang ada di tangan terbang
semua. Harapan yang kita pegang erat di tangan tiba-tiba terlepas dan terbang
menjauh. Sedih. Super sedih.
Khawatir dengan keadaan Dani,
aku dan Tristan mengabaikan apa yang selanjutnya terjadi di balapan dan
melangkah cepat ke paddock. Memastikan kalau Dani baik-baik saja. Yes, he’s
fine seperti kata om Raul yang kita temui di depan garasi Repsol Honda. “.. but
he’s a little bit sad,” tambah om Emanuel. Kita nggak berhasil ketemu Dani saat
itu, tapi kita mengirimkan pesan penyemangat lewat om Emanuel. Om Emanuel yang
baik hati menenangkan kalau Dani akan lebih kuat lagi musim depan, just believe
he can. Yes, absolutely he can! Selama Dani percaya, selama orang-orang di
sekitarnya percaya, selama kita percaya. So chin up, Dani!
Setelah om Emanuel masuk garasi lagi, kita
sempat bingung mau ngapain sampai Tristan ngajakin jalan lewat pitlane access
yang persis di sebelah garasi Repsol Honda. Biasanya pagar ke arah pitlane
tertutup, tapi waktu itu pagar dalam posisi terbuka dan nggak ada satupun
penjaga di situ. Aku sama Tristan langsung girang bisa jalan-jalan di pitlane
lagi. Kali ini bukan di tengah kerumunan orang pun. Garasinya Dani juga terbuka
dan ada om Emanuel lagi di situ, tapi nggak ada penampakan Dani.
|
Orang-orang pada berlarian ke arah podium, akunya adem ayem :) |
Saat itu race MotoGP sudah
selesai, dan orang-orang di tribun berhamburan menuju arah podium. FYI, Marquez
lagi-lagi menang, Rossi P2, dan Lorenzo P3. Aku yang masa bodo dengan apa yang
terjadi di ujung sana karena toh Dani nggak ada di sana, malah sibuk foto-foto
di depan garasi Dani, di pitlane, atau foto-fotoin garasi tim lain dalam jarak
jauh lebih dekat dari pas pitlane walk kemarin. Tau gini kemaren nggak usah
panas-panasan ikut pitlane walk ya? Hahaa.
Puas foto-foto di pitlane, kita
kembali ke paddock. Baru sampe di depan garasi abang lagi, Oya nelpon, katanya
Dina nangis. Kita yang nggak tau apa-apa langsung panik, ha, nangis kenapa? Ternyata
bendera official Dina dan punya kita yang belinya mahal itu, diambil orang
waktu pada heboh larian ke arah podium. Dina yang nggak mikir apa-apa lagi
langsung loncat (padahal tinggi.. banget) dan ngejar orang itu, alhamdulillah
kekejar dan benderanya berhasil diambil lagi. Nggak kebayang deh kalo itu
bendera beneran ilang, Dina pasti nangis nggak berhenti-berhenti sampe kita
pulang ke Indo. Bener-bener deh ini, trip penuh drama banget ya Allah.
Setelah yakin bendera udah aman,
kita duduk-duduk di depan hospitality Repsol Honda Team. Oh ya, sebelumnya Tito
Rabat lewat dan aku sempat neriakin, “Congrats, Tito!”. Titonya noleh dan
senyum ihiyy. Lanjut di depan hospitality, di sana sudah ada 2 om-om dari
Jerman yang kemarin sudah sempat kenalan sama Tristan. Mereka datang jauh-jauh
dari Jerman, tapi setia banget ngikutin MotoGP sampai ke Malaysia gini.
|
My precious, haha.. |
Lihat kita yang kepanasan, om-om
baik hati ini mengambilkan air mineral dari dalam hospitality Repsol Honda. Mereka
bilang mereka temannya om Emanuel. Saat itu aku cuma berpikir orang-orang ini
baik sekali ya Allah. Belakangan aku baru tau kalau salah satu dari mereka itu
ayahnya om Emanuel. Ealaaaah, pantes mereka sama-sama baik hati! Sampai sekarang
botol air mineral pemberian om itu kusimpan, karena selain itu dikasih langsung
sama ayahnya om Emanuel, itu diambil dari hospitalitynya Repsol Honda. Jadi, berharga
sekali. Haha.
Kita masih anteng duduk di depan
hospitality waktu ada Alex Marquez lewat. Pertamanya dia lewat tapi buru-buru
jadi nggak ada yang sempet ngajakin foto. Nah pas dia balik, dia mau nerima
ajakan foto orang-orang. Aku tadinya ragu, tapi ikutan mendekat juga dan
berhasil dapet foto bareng. Padahal aku orang kesekian yang minta foto bareng,
tapi Alex dengan baik hatinya mau bertahan dan selfie sama aku. Sejak saat itu,
aku resmi mendukung Alex Marquez juga. Dengan alasan yang shallow abis,
gara-gara dia baik banget mau diajak foto bareng, hahaa.
Nggak enak lama-lama di paddock
sementara yang lain masih pada di Main Grandstand, aku ngajakin Tristan buat
balik. Meskipun dengan berat hati, karena begitu aku melangkah meninggalkan
paddock, aku nggak akan ketemu Dani lagi. Tapi karena belum ada tanda-tanda
Dani mau keluar, dan sedikit khawatir dengan mood Dani yang bisa saja memburuk,
aku say goodbye sama garasi Dani yang sepi. “Bye, abang. I hope someday we’ll
meet again.”
|
Bye, abang.. :( |
Itu langkah terberat selama
sekian hari di Sepang. Hari yang ditunggu-tunggu nggak berjalan seperti yang
diharapkan. Bukannya menang Dani malah jatuh. Nggak ketemu Dani sama sekali
meski udah nongkrongin di depan garasinya pagi sore. Bendera nyaris ilang. Mau nemenin
Tristan ke kota nyari oleh-oleh tapi bingung baliknya gimana, taksi pada pasang
tarif selangit padahal kita udah nggak ada duit.
Tapi, tetep banyak hal yang bisa
disyukuri sih. Ketemu om Raul berkali-kali, foto bareng. Ketemu om Emanuel
berkali-kali, foto bareng. Ketemu ayahnya om Emanuel yang baik hati. Dapet minuman
gratis waktu lagi haus (dari hospitality Repsol Honda pula). Dapet makanan
gratis waktu lagi laper. Serius, waktu mau balik stand makanan di deket tempat
kita duduk-duduk bagi-bagi sisa roti isi sayurannya yang nggak habis terjual. Rejeki
anak sholeh banget, itu kalo beli harganya lumayan e, RM 20 :”). Terus sebelum
hari berakhir, aku sempat menginjakkan kaki di Bukit Bintang.
Iya, sejujurnya aku penasaran
Bukit Bintang yang hits di Kuala Lumpur itu tempatnya kayak apa. Tapi aku
mikirnya kalo nggak sempet kesana juga nggak apa-apa lah, jauh juga. Tristan
juga paling mau cari oleh-oleh di Chinatown aja, mana yang sempet lah. Tapi setelah
duduk-duduk di depan pintu masuk utama lamaaaa banget kayak anak ilang yang
bingung gara-gara nggak bisa pulang, kita makin pesimis. Jangankan cari
oleh-oleh, bisa balik ke hotel sebelum malem banget aja udah alhamdulillah. Untunglah Indri dkk datang dengan taksi
pesananya menjemput kami. Dan tau tujuan mereka kemana? Yak, Bukit Bintang. Mereka
juga mau cari oleh-oleh. Yaampun, ternyata aku bertakdir sama Bukit Bintang juga
:”). Meskipun ongkos taksi ke sana dari SIC juga fantastis, RM 150. Untung dibagi
7 (ups, jangan bilang-bilang ya kalo kita naik taksi bertujuh :p).
Sampai Bukit Bintang, yang
ternyata masih bagusan bukit bintangnya Jogja, Indri dkk cari makan dulu. Aku yang
masih kenyang roti tadi nungguin mereka makan aja. Kelar makan mampir
supermarket, mereka cuma pada nyari minuman dingin, aku malah keliling rak..
nyari milo, hahaha. Dari kemaren emang niatnya beli milo, tapi belum
kesampaian. Tapi alhamdulillah apa yang aku pinginin kesampaian semua, milonya
ada. Harganya RM 7,85 buat kemasan kecil, lumayaan. Nggak beli yang besar
karena selain nggak ada duitnya, tempat di koper juga nggak muat. Btw baru kali
ini aku beli milo Malaysia sendiri, biasanya pasti nitip nggak pake bayar.
Teman-temanku heran ngapain juga
aku bela-belain beli milo di sini? Mereka belum tau kalo milo indo sama
malaysia itu rasanya beda banget. Dan aku nggak doyan milo indo. Haha, gaya
banget yak minum susu aja maunya yang belinya di luar negeri? :p
Habis itu Tristan beresin urusan
oleh-oleh dan kita balik naik LRT dari Bukit Bintang ke KL Sentral. Selanjutnya
naik KTM Komuter ke Nilai. Dari stasiun komuter naik taksi balik ke hotel. Sampai
hotel langsung packing. Terus tidur bentar karena pagi-pagi udah harus
berangkat ke bandara. Terus, pulang......
Terus, selesailah Sepang trip ini. Huhuu,
sedih sekali rasanya. Bye, Dani. Bye, Sepang. Bye, KL. Bye, teman-teman. See
you again next year! Amiiiin..