Rabu, 12 Oktober 2016
Good morning from Osaka! Malam
pertama di Jepang kita habiskan dengan tidur nyenyak sampai nggak sadar kalau
di luar sudah terang. Akibat bangun kesiangan rentetan ke belakangnya juga ikut
kesiangan. Mandi kesiangan, sarapan kesiangan, otomatis cabut dari hostelnya
juga kesiangan. Sekitar jam 9 kita baru beres packing dan siap-siap sementara
penghuni kamar lain (termasuk Asumi yang ternyata sekamar sama kita) sudah pada
menghilang dari pagi banget. Kita pemalas banget yak? Hahaa.
Setelah sarapan indomie yang
dibuat di microwave (my first time!) dan menitipkan koper di luggage room
karena kita cuma menginap sehari di J-Hoppers, kita siap menuju Osaka Castle,
destinasi pertama hari ini. Kita pergi nggak cuma bertiga, tapi berempat sama
Keichii, orang Jepang juga yang kebetulan lagi liburan di Osaka. Keichii baru
sampe hostel pagi pas kita sarapan, dan karena tujuan kita sama-sama Osaka
Castle, beliau (he’s older btw) bersedia nunggu kita selesai buat pergi bareng.
Jam 10, we’re ready to go!
(Telat 2 jam dari itinerary hahaa)
Osaka pagi itu cerah dan lumayan
hangat sampe aku yang tadinya bawa jaket buat jaga-jaga lari balik ke hostel
bentar buat naro jaketnya lagi.
Menuruti saran Mr. Yano (owner
J- Hoppers yang orangnya lucu dan nyenengin banget), kita turun di Morinomiya
Station, satu stasiun setelah Osakajokoen. Dari petunjuk yang kucatat sih
kebanyakan orang akan turun di Osakajokoen buat menuju Osaka Castle. Tapi kata
Mr. Yano dengan mimik lucunya, itu jalannya jauuh. Sebagai pendatang yang baik,
nggak ada salahnya mengikuti petunjuk orang lokal kan?
Dari Morinomiya Station, kita
menyebrang jalan dan masuk ke arah taman di dekat situ. Dari taman itu, Osaka
Castle bahkan sudah keliatan di kejauhan. Kami berjalan mengikuti petunjuk yang
tersebar di taman, plus insting Keichii. Meskipun Keichii juga baru pertama
kali ke Osaka Castle, kita mah percaya aja. Taman di seputaran Osaka Castle ini
suasananya enak banget, rindang dan adem, padahal cuaca lagi terik.
Osaka Castle sudah keliatan dari Sakuramon Gate |
Sepertinya saran Mr. Yano benar,
nggak lama jalan sambil mendengarkan cerita Hiroshima Nagasaki dan perang dunia
II dari Keichii, tau-tau kita sudah sampai di gerbang masuk Osaka Castle. Dari
petanya, kalau nggak salah kita masuk dari Sakuramon Gate.
Megahnya Osaka Castle dan langit
biru cerah adalah perpaduan sempurna! Percaya nggak percaya, akhirnya aku sampe
di tempat impianku selama bertahun-tahun. Iyaa, aku menabung mimpi ke Jepang
sejak terpesona sama foto Osaka Castle dari feed @aMRazing di instagram.
Bertahun-tahun foto itu jadi wallpaper hape and i finally here! Bonus cuaca
cerah yang bikin Osaka Castle berkali-kali lipat cakepnya lagi,
alhamdulillaah..
Puas foto-foto di luar, kita
lalu beli tiket di mesin seharga 600 yen untuk masuk ke dalam Osaka Castle. Begitu
naik akan ada 2 antrian, satu untuk yang mau naik tangga, dan satunya lagi buat
yang naik lift. Yaak, tentu saja kita ikut antrian yang naik lift. Btw jangan
heran kalau Osaka Castle ada liftnya, karena bagian dalam castle sudah dirombak
jadi modern dengan tetap mempertahankan bentukan luarnya.
Bangunan Osaka Castle terdiri
dari 5 lantai, dan lift akan membawa kita langsung ke observation deck lantai 5. Lift hanya disediakan untuk pengunjung
yang mau naik, sementara akses turun hanya lewat tangga.
Kita dan Keichii |
Begitu keluar ke observation
desk, mata langsung berbinar-binar karena pemandangan Osaka dari atas
bener-bener cakep. Aku suka banget lihat hijaunya pepohonan di taman Osaka
Castle (ada yang udah menguning juga euy) dan di belakangnya gedung-gedung yang
tinggi menjulang. Perpaduan yang kontras, tapi tampak menakjubkan.
Dari lantai 5, kita turun ke
lantai bawah satu persatu. Kebanyakan isi Osaka Castle adalah sejarah Hideyoshi
Toyotomi (sang pendiri), cerita peperangan di Osaka, juga sejarah si Osaka
Castle sendiri. Ada berbagai macam diorama, koleksi baju perang, juga maket
Osaka Castle jaman dahulu kala. Nggak banyak foto di dalam museum karena di
beberapa lantai ada larangan untuk memotret. Kita bertiga yang sama sekali bukan
anak museum cepat sekali bosan dan pengen buru-buru turun, tapi oh tapi,
Keichii tekun sekali menyimak satu per satu koleksi museum. Beliau bahkan
menceritakan sejarah Osaka Castle (he’s good in English btw) waktu kita di
depan maket Osaka Castle jaman dahulu kala. Waktu itu sih kita beneran nyimak,
tapi aku kok lupa sama sekali ya ceritanya apa? Hahaha.
Setelah menunggu Keichii
selesai, kita pun keluar dari bangunan Osaka Castle. Semoga Keichii nggak
merasa diburu-buru kita yang bosenan ya #merasabersalah.
Di luar kita masih puas-puasin
foto-foto karena hari itu cuaca Osaka bener-bener perfect. Langit biru cerah
dan yang terpenting.. nggak dingin. Kalo nggak inget kita harus pindah kota ke
Kyoto siang itu, nongkrong sampe sore di sana juga kayaknya kita bakalan betah.
Wiwin sama Malia aja nyangkut foto-foto mulu sementara aku gelisah liat jam,
haha.
Setelah mampir beli makan siang
di Lawson (onigiri doang sih), we parted ways with Keichii karena beliau masih
mau mengeksplor daerah seputaran Osaka Castle. Byee, Keichii.. very nice to
meet you! Berasa jalan sama tour guide deh kita hari ini, haha.
Osakajokoen Station |
Karena tadi sudah datang dari
Morinomiya, kita kembali ke hostel dari Osakajokoen station. Dan bener,
jalannya lebih jauh. Mr. Yano you were riiight, arigatoou! Kita kembali ke
J-Hoppers buat ambil koper dan numpang pipis sebelum melanjutkan perjalanan ke
Kyoto.
Karena kita naik shinkansen,
rutenya masih sama dengan kemaren waktu datang. JR Fukushima ke Osaka Station
baru ke Shin Osaka Station. Iyaa, Shin Osaka, stasiun yang bikin kita
gotong-gotong koper buat turun dari platform kereta kemaren. Dan hari ini kita
harus mengulang penyiksaan yang sama, yosh!
Kita naik shinkansen Hikari 524
jam 14.16 dari departure track no. 27 menuju Kyoto. Karena perjalanan ke Kyoto
cuma 15 menit, kita nggak melakukan reservasi sebelumnya dan langsung menuju
car 1 – 4 yang merupakan gerbong unreserved seat. Sambil nunggu kereta datang,
kita duduk lesehan dan makan onigiri yang tadi dibeli. It was my first
experience with onigiri and surprisingly, it tastes good. Sempet khawatir
sebelumnya karena aku nggak suka nori, tapi kenapa di Jepang rasanya enak-enak
aja ya? Apalagi kalo onigirinya ditaburi boncabe sama abon dulu, rasanya jadi
uenak banget!
Mon maap, tanganku emang suka khilaf nutupin lensa :p |
Tepat sebelum 14.16, shinkansen
kita datang. Keretanya sepi, meskipun nggak pesen seat nggak perlu khawatir lah
kalo ke Kyoto doang. Nggak kerasa 15 menit berlalu dan kita sampai di Kyoto
Station. Oh yaa, Piece Hostel tempat kita stay di Kyoto udah keliatan lhoo dari
kereta.
Peta menuju hostel |
Yay, itu hostelnya! |
Halooo hostel cakep! |
Begitu keluar dari Shinkansen Central
Gate, kita belok kiri mengikuti petunjuk yang ada di web Piece Hostel. Petunjuknya
sebenernya jelas, tapi entah kenapa begitu nemu Lawson dan belokan ke kiri dari
jalan utama, aku mendadak blank dan bingung (baru hari kedua udah hang, hahaa).
Tiba-tiba nggak yakin kalau itu belokan yang benar. Kebetulan ada ibu-ibu
Jepang lewat, pas kita tanyain, eh beliau malah berbalik arah ke tempat tadi
datang sambil liat peta hostel dari handphone. Si ibu nganterin kita dong! Yaampun
baik banget! Ternyata jalan yang kita bingungkan adalah jalan yang benar, dan
kita tinggal jalan ke belokan kecil ke kiri, langsung keliatan deh hostelnya.
Arigatou ibu!
Sepiiii... |
Berhubung sudah jam 3, begitu
beres check in dan pembayaran untuk 2 malam, kita langsung ke kamar buat taro
koper sama sholat dzuhur ashar dulu. Siang itu mixed dorm 18 bed sepiii tanpa
penghuni *yaiyalah siapa juga yang pulang buat bobok siang dulu*. Setelah
sholat kita cuss ke destinasi pertama di Kyoto.. Kiyomizudera.
kak buat sinopsis thailand yaaaa!!!!
ReplyDelete