Setelah meninggalkan kota Makkah
tepat jam 3 sore, rombongan melanjutkan perjalanan ke Jeddah. Pesawat yang akan
membawa kita pulang jadwal terbangnya masih jam 4 pagi keesokan harinya, jadi
kita menghabiskan waktu di Jeddah sembari menunggu jam keberangkatan.
Perjalanan Makkah – Jeddah tak memakan waktu lama, kira-kira jam 4 sore kita
sudah sampai di Balad and Corniche, tempat belanja di Jeddah. Namanya sih mall,
tapi dalemnya ehehe banget. Dibandingin sama mall di Samarinda aja kalah jauh.
Agendanya, kita disuruh muter-muter di tempat ini, terserah mau ngapain, sampe
jam makan malam dan kita akan makan di Restoran Garuda yang persis ada di
seberang mall.
And seriously, rasanya ini salah
satu sore terlama dalam hidup. Setelah ngider-ngider mall selama beberapa menit
dan bosan (udah nggak minat belanja juga sih), kita keluar menuju arah Restoran
Garuda sambil bergumam, kenapa makan malam masih lama sekali? Kita pun
melangkahkan kaki ke barisan toko berlabel “.... Murah”, ada Ali Murah, Gani
Murah, Sultan Murah, dll. Beneran murah kah? Yah standar sih, tapi berisiknya
itu lho nggak nahan. Mama beli kaos buat oleh-oleh adek, terus kita keluar dan
nunggu di luar, persis rombongan terlantar.
Di luar yang juga persis pintu
keluar masuk parkiran, aku malah jadi ngamatin mobil-mobil yang keluar masuk. Ada
satu yang ngaco banget, itu mobil kan mau masuk mall tapi kayaknya nggak jadi,
malah mau keluar melawan arus ke arah mobil-mobil pada mau masuk, jadilah antri
panjang karena mobil itu stuck, hadeeh banget dah. Ada yang beberapa kali nggak
berhasil ambil karcis parkir, sampe harus turun dari mobil. Dan, beneran deh
mobil Arab ini jaraaaaang banget yang mulus, pasti penyok sana sini, dan
tampaknya pada nggak mau repot-repot ke ketok magic atau apalah. Beda banget
sama di Indo, rasaya mobil sini itu jadi pada mulus-mulus banget.
Setelah menunggu lumayan lama,
akhirnya sore yang terang menggelap, dan tibalah waktu makan malam. Naiklah kita
ke Restoran Garuda, restoran khas Indonesia yang nggak terlalu besar. Padahal kita
rombongan besar, jadi makannya gantian, yang udah harus buruan keluar, hehe. Kelar
makan, kita langsung ke bis sambil nunggu rombongan kumpul semua. Waktu itu aku
belum sholat maghrib, soalnya katanya mau mampir Masjid Terapung, jadi niatnya
mau jamak di sana aja.
Setelah bis meninggalkan Balad
and Corniche, ternyata tujuan berikutnya mall lain, Red Sea Mall, kalo ini mall
yang bagusnya lah. Tapi banyak yang memilih nggak turun, termasuk aku, males
juga mau ngapain di mall mending tidur di bis. Ternyata kita nunggu cukup lama,
sampe jam setengah 12 kita masih di tempat yang sama. Jadilah akhirnya sholat
di bis aja, kayaknya nggak bakalan mampir Masjid Terapung ini. Dan bener,
begitu jam 12 bis berangkat dan langsung menuju bandara King Abdul Aziz. Sempet
kecewa sih karena nggak jadi ke Masjid Terapung dan Laut Merah, tapi setelah
dipikir-pikir kalo malem gitu kan nggak bisa liat laut juga ya?
Sampai bandara, ternyata penantian
hari itu belum berakhir. Kita kembali terlantar nunggu proses check in yang
entah kenapa lamaa sekali. Dan di King Abdul Aziz nggak ada free wifi, jadi
nunggunya sambil tidur-tidur ayam. Jam setengah 4, baru paspor dan boarding
pass dibagikan. Udah mendekati waktu boarding, jadi begitu masuk ruang tunggu,
kita udah langsung antri naik ke pesawat. Etihad Airways EY312 menuju Abu Dhabi
yang ditempuh selama 3 jam.
Jam 9, pesawat mendarat di Abu
Dhabi International Airport. Nggak seperti waktu berangkat yang transitnya
lama, ini begitu sampai di gate keberangkatannya, kita cuma sempat ke toilet,
dan terus udah dipanggil masuk ruang tunggu. Penerbangan menuju Jakarta dengan
Etihad Airways EY 472 jam 11.05, sempat
molor 1 jam karena ada satu penumpang yang sakit dan harus dirawat dulu di Abu
Dhabi.
Selanjutnya, i’m flying back
home. Penerbangan yang sama-sama 8 jam, terasa lebih cepat dari waktu
berangkat. Perjalanan pulang pasti rasanya lebih singkat, selalu begitu,
padahal aku belum pingin pulang. Aku belum ingin perjalanan ini berakhir. Aku masih
betah bolak balik Masjidil Haram atau Masjid Nabawi. Delapan hari rasanya
terlalu singkat. Yah, manusia memang nggak pernah puas. So, someday i’ll be
back. I want to repeat this kind of journey again and again. Semoga Allah
kembali memudahkan langkahku untuk kembali kesana, amiiiin.
This journey is too precious to
be forgotten, jadi aku sengaja menuliskannya dengan lengkap. Agar aku bisa
membacanya lagi dan tersenyum. Agar tekadku untuk kembali semakin kuat. Bukan karena
niatan lain. Semoga kalian yang membaca juga bisa segera menyusul ke tanah suci
yaa..
Ayibuuna Ta’ibuuna
Abiduuna Sajiduna li Robbinaa Hamiduun (Kami kembali kepadaMu, bertaubat
kepadaMu, beribadah kepadaMu, bersujud kepadaMu, untuk Tuhanku puja-pujian)
No comments:
Post a Comment