Sun Woo dan Bong Sun kembali ke Sun Restoran,
dan di depan sudah banyak ucapan-ucapan selamat untuk Bong Sun. Sun Woo membaca
dan mengulangnya, “Congratulation, Na Bong.” Bong Sun tertawa riang mengiyakan.
Tapi di dalam, restoran sepi tak
ada siapapun. Bong Sun dan Sun Woo sampai kebingungan. Tapi tadaa.. empat chef
kita muncul dari balik meja kasir dengan cake di tangan, dan mulai bernyanyi
“CONG-RA-TU-LATIONS! CONG-RA-TU-LATIONS!” Mereka menari-nari riang dan memberi
selamat Bong Sun. Bong Sun berterimakasih dengan tak kalah riang.
Min Soo mau mencolekkan krim dari
cake yang mereka siapkan ke Bong Sun, tapi Sun Woo sengaja maju dan krim itu
mengenainya. Ia tertawa, “Astaga kau ini, sudah kubilang jangan melakukan hal
semacam ini.” Sun Woo lalu membalas dengan krim yang lebih banyak ke wajah Min
Soo, haha. Min Soo tertawa tak percaya, di hari bahagia seperti ini ia masih
kena omel karena wajah Sun Woo terkena krim.
Bong Sun yang selamat ikut
tertawa dan membantu menghilangkan krim dari wajah Sun Woo. Tapi bagaimanapun
Min Soo bangga padanya, tak percuma ia sudah membesarkan Bong Sun. Sun Woo tak
terima, ia yang lebih banyak melakukannya. Ji Woong menengahi, “Aigoo, Bong
dibesarkan oleh neneknya, kenapa tiba-tiba kalian berdebat soal siapa ayahnya?”
Hahaha.
Selagi semua tertawa, Joon
tiba-tiba memeluk Bong Sun sebagai ucapan selamatnya. Bong Sun sih
terima-terima saja, tapi Sun Woo dan Min Soo yang langsung menarik Joon
menjauh. “Astaga, apa Bong menyelamatkan negara kita atau semacamnya? Kenapa
terlalu banyak skinship?” protes Sun
Woo sambil melindungi Bong Sun. Karena itu Sun Woo langsung dikatai monster
pencemburu, haha.
“Ngomong-ngomong, berapa uang
hadiahnya? 1 juta? 2 juta?” tanya Dong Chul penasaran. Menurut Ji Woong bukan
uangnya yang penting, ia dengar tiga pemenang akan dapat beasiswa belajar di
luar negeri. Bong Sun bingung, ia baru dengar soal itu, dan tatapannya langsung
mengarah pada Sun Woo, meminta penjelasan. Yang ditatap gugup dan malah minta
tissu.
“Kenapa kau tak memberitahuku?”
tanya Bong Sun saat mereka hanya berdua di rooftop. Sun Woo masih pura-pura tak
mengerti, jadi Bong Sun mengulang pertanyaannya soal hadiah itu. “Kenapa? Kau
pikir aku tak akan menang?” tambahnya. Tentu saja, jawab Sun Woo, siapa yang
berpikir Bong Sun akan memenangkan tempat ketiga di kompetisi pertamanya? Ia
sampai mengeluhkan Bong Sun yang benar-benar jadi icon plot twist. “Aku
memintamu untuk tak mempermalukan gurumu, tapi tempat ketiga?”
Bong Sun jadi bingung. Ia tak
tau Su Woo memujinya atau tidak. “Tentu saja... ini pujian. Kau benar-benar
melakukannya dengan baik, Na Bong Sun,” aku Sun Woo yang lalu memeluk Bong Sun.
“Lalu, apa yang akan kau
lakukan? Aku akan mengikuti pilihanmu. Belajar di luar negeri bukan keharusan
dalam memasak. Kalau kau ingin mencari pengalaman di dapur yang sebenarnya, aku
akan membantu. Kalau kau ingin belajar di tempat lain, aku akan membiarkanmu
pergi.”
Bong Sun berpikir sejenak, dan
saat Sun Woo melepas pelukannya, ia sudah punya jawaban. Ia ingin pergi. Sun
Woo terdiam, bukan itu jawaban yang diinginkannya. Bong Sun ingin pergi bukan
untuk CVnya, tapi ia ingin pengalaman belajar dan bekerja paruh waktu di dunia
yang lebih besar, dari awal, langkah demi langkah, semua oleh dirinya sendiri.
Sun Woo tak yakin, orang-orang
di sana terlalu terbuka. Bong Sun meyakinkan kalau ia tak akan melihat orang
lain. Kali ini Sun Woo yang tak percaya diri, karena gadis-gadis mendekatinya
sepanjang waktu. Bong Sun menunduk pasrah, itulah yang sebenarnya paling ia
khawatirkan.
Sun Woo tiba-tiba bangkit dan masuk
ke kamarnya, menunduk makin dalam lah Bong Sun. “Harusnya kubilang aku tak akan
pergi,” sesalnya.
Tapi tak lama Sun Woo keluar
lagi. Bong Sun sudah bertanya-tanya apa Sun Woo marah, tapi lalu ia melihat
kalungnya di tangan Sun Woo. “Setidaknya aku harus memakaikanmu ini. Kau tau
pria Eropa sangat suka wanita Korea kan? kalau kau pergi dengan pria yang
mendekatimu, kau akan mendapat masalah dengan kalung ini,” ancam Sun Woo tak
tenang.
Tau Sun Woo akan memasangkan
kalung itu, Bong Sun langsung berdiri agar selisih tinggi mereka tak terlalu
banyak. Tapi Sun Woo malah mendudukkan Bong Sun di pangkuannya, lalu memakaikan
kalungnya. Bong Sun tersenyum memegang kalungnya, tapi tangannya lalu meraih
tangan Sun Woo yang ada di belakang tubuhnya, dan meletakannya di pingganggnya.
Sun Woo mendesah frustasi, “Apa
yang harus kulakukan? Meskipun kau di pelukanku, aku sudah mulai merindukanmu.”
“Aku tau, Chef. Aku juga
mengkhawatirkan itu,” sahut Bong Sun yang memeluk Sun Woo. Ia mendengar Sun Woo
terisak, tapi Sun Woo menyangkal, ia tak menangis, ia hanya emosional. Bong Sun
tak tau apa yang harus mereka lakukan, dan memeluk Sun Woo makin erat.
[Dua Tahun Kemudian]
Stalker tak lagi sendirian di
rooftop restoran. Ia ada di sana beserta istri dan anak-anaknya.
Bisnis Shaman Unni membaik
berkali-kali lipat dibandingkan dulu. Rumahnya penuh antrian orang, dan mereka yang datang rela membayar berapapun
untuk mendapatkan jimat yang ampuh. Ia bahkan tampil di acara TV dan punya
channel sendiri, Suhbingo Channel. Shaman Unni sukses besar, ia yakin tak ada
yang lebih baik darinya dalam membunuh roh jahat. “Aku akan menghukum roh-roh
jahat! Bingo, Bingo.. Suhbingo!” teriaknya semangat di antara orang-orang yang
memujanya.
Di Sun Restoran, ada satu
perbedaan yang langsung kentara. Min Soo mengenakan seragam hitam seperti yang
biasa dikenakan Sun Woo. Meski ada yang tak berubah, ia tetap saja annoying. Ia mengganggu Ji Woong yang
sedang mengaduk saus. Ia protes karena potongan daging Joon makin tebal saja.
Tapi Joon yang tampak serius dengan kacamatanya beralasan rasa steak tak akan
sempurna kalau potongannya terlalu tipis.
Tapi giliran Dong Chul, ia yang
sekarang memanggilnya Hyung sama sekali tak bisa memprotesnya. Ia malah memuji
Dong Chul melakukan semua dengan baik, dan benar-benar tampak seperti chef
sekarang.
Setelah itu ia mencari seorang
lagi, sous chef baru mereka, yang baru hari pertama sudah terlambat. Ji Woong
dengar sous chef itu juga belajar di luar negeri seperti Joon. Min Soo tak
peduli, bagaimana bisa sous chef memakai celemeknya setelah chef? Nanti kalau
ia datang, Min Soo akan membuatnya BAB di celana hanya dengan mendengar
namanya.
Pintu restoran terbuka, sous
chef baru itu akhirnya datang (cameo by our handsome Seo In Guk). Sous chef
baru yang keren dan percaya diri. Ia mengenalkan diri, namanya Edward Seo. Min
Soo mengenalkan dirinya sebagai chef di restoran itu dan mengulurkan tangan,
tapi bukannya menyambut Edward malah
sibuk melihat-lihat restoran. Menurutnya tempat itu lebih kecil dari
ekspektasinya.
Posisi sous chef jelas di bawah chef, tapi Edward
tak tampak segan pada Min Soo. Ia tau Kang Sun Woo pemilik restoran itu, dan
menebak Min Soo hanya chef yang digaji. Min Soo tak bisa menyangkal, tapi
faktanya Sun Woo memasrahkan restoran itu padanya, sambil menunjukkan foto
besar dirinya yang dipajang di dinding.
Tapi Edward tak tampak tertarik,
tetap saja Min Soo hanya chef yang digaji, dan ia minta gajinya dibayar tepat
waktu. Ia bahkan lebih memilih menyapa gadis yang menggantikan tempat Eun Hee
di kasir.
Terpaksa Min Soo menariknya,
“Kenapa kau tak pergi menyapa keluarga yang lain? Ayo!” Min Soo sudah mau
mengenalkan mereka satu per satu, tapi Edward tak mau, menurutnya itu terlalu
membosankan. Ini bukan tahun 1988, orang tak lagi melakukan itu. Min Soo sampai
terdiam.
Edward Seo memang kurang sopan,
tapi aksinya di dapur membuat pelanggan wanita tak henti menatapnya kagum. Dan
lagi, menurut Ji Woong, masakannya memang sangat enak. Sambil memasak Edward
minta Min Soo mengecek pesanan, dan kalau sudah selesai lanjutkan membuat pasta
cumi. Min Soo sudah mengiyakan, tapi Joon angkat bicara. “Chef Heo bukannya
bermain-main, kenapa bukan kau saja yang mengurus pastanya?”
Disangka Edward akan marah, tapi
ia malah suka cara Joon dan bertanya siapa namanya? Joon tak mau memberitahu.
Ia meninggalkan tempatnya lalu merangkul Min Soo, “Tidakkah kau merindukan Kang
Chef?” Sementara Edward menunjukkan keahliannya dengan mengurus dua wajan
sekaligus di tangannya.
Kalau Chef Kang Sun Woo tak ada
di Sun Restoran, lalu di mana ia? Rupanya ia membuka restoran baru yang lebih
kecil tapi tampak sangat nyaman, dan yang terpenting ada menu nasi di dalamnya.
Pekerja di sana hanya 2 orang, dirinya sebagai chef, dan Kyung Mo. Sun Woo
sendiri yang menyodorkan menu, ia juga yang meneriakkan pesanan, padahal ia
sendiri yang akan memasaknya.
Kyung Mo sampai tak mengerti,
toh di restoran sekecil ini semua orang bisa dengar. Sun Woo berbisik kalau
itulah prosedur yang seharusnya. Ia sampai mengeluh karena Kyung Mo terus saja
menjawab perkataannya, ia sudah memberi kesempatan Kyung Mo belajar tanpa
membayar sama sekali. “Kau bilang kau mau belajar dan membantu ayahmu,” ujar
Sun Woo mengingatkan.
Kyung Mo mengiyakan, tapi ia
masih tak mengerti kenapa Sun Woo meninggalkan restorannya yang sangat baik-baik
saja dan membuka tempat kecil ini? Sun Woo malas menjelaskan, jalan Kyung Mo
masih panjang dan menyuruhnya memotong sayuran saja.
“Sun Woo-ya,” sapa So Hyung yang
baru datang. Sudah lama sejak restoran baru Sun Woo dibuka, tapi ia baru sempat
datang karena terlalu sibuk. So Hyung memuji restoran yang tampak sangat nyaman
itu, meski ia heran, Chef yang spesialisasinya di pasta tiba-tiba beralih ke
fusion Korean? So Hyung kagum pada kemampuan Sun Woo mengambil resiko, jadi ia
mengulurkan sebuah amplop.
Kebiasaan di Korea, jika
seseorang membuka tempat usaha baru, temannya akan datang membawa tanaman atau
amplop berisi uang. Tapi karena menurut So Hyung membawa tanaman hanya akan
merepotkan, jadi ia memberikan yang dibutuhkan Sun Woo saja. Sun Woo tak
menolaknya dan berterimakasih.
So Hyung memberitahu kalau
sebenarnya ia datang bersama seseorang yang akan datang setelah parkir. Sun Woo
jelas penasaran, apalagi So Hyung bilang kalau orang itu seorang pria dan
mereka sudah berkencan lebih dari sebulan. Sun Woo otomatis memberi selamat,
“Seperti apa dia? Aku benar-benar penasaran.”
Begitu pria itu masuk, Sun Woo
hanya bisa menatap tak percaya sampai ia tergeragap mengenalkan diri. Pria itu
mirip sekali dengan Chang Kyu. Waktu pertama So Hyung melihatnya ia juga shock,
sampai bertanya-tanya apa Chang Kyu punya kembaran.
Tiba-tiba So Hyung teringat soal
Bong Sun, “Ah ya, bagaimana dengan Bong Sun? Kau sering bicara dengannya?”
“Oh tentu saja, setiap pagi dan
malam,” jawab Sun Woo meski anehnya senyumnya mendadak hilang. So Hyung tak
merasa aneh dan memberi saran agar Sun Woo menerima semua telpon Bong Sun
dengan gembira, pasti tak mudah hidup sendirian di tempat yang sangat asing.
Hidup baru juga hadir untuk Eun
Hee. Tak lagi di Sun Restoran, Eun Hee membuka toko bunga miliknya sendiri. Ia
sedang membuat buket bunga yang cantik saat ibunya datang terburu-buru. Ibu
minta maaf sudah terlambat, rekan kerjanya di kampus yang bernama Professor
Park terus saja mengganggunya. Eun Hee tak masalah, ia suka Professor Park.
Menurutnya ia pria paling baik dari semua yang pernah ibunya kencani.
Tapi ibu tak mau, ia tak suka
pria yang terlalu perhatian seperti itu, mengingatkannya pada seorang bernama
Choi... Ups, kata-kata ibu terhenti seolah nama itu tak seharusnya disebut. Ia
lalu mengalihkan perhatian pada buket bunga Eun Hee, “Aku tak pernah melihat
ini sebelumnya. Apa ini baru?”
Eun Hee mengiyakan, nama
bunganya cockscomb. Bunga yang
meskipun luarnya terlihat keras, tapi sangat lembut di dalamnya. Sangat cantik
kan? Ibu tak begitu tertarik, ia tak suka sesuatu yang lebih cantik dari
dirinya.
“Bunga ini artinya cinta yang
tak akan mati, seperti cinta abadi,” jelas Eun Hee yang tersenyum. Dan karena
mereka hampir terlambat, Eun Hee mengajak ibunya segera pergi.
Tadi di toko bunga, Eun Hee
masih menggunakan kursi rodanya seperti biasa. Tapi saat hampir sampai tujuan
mereka, Eun Hee berjalan dengan tongkat. Pelan-pelan Eun Hee melangkah. Ibu
ingin menemaninya, tapi hari ini Eun Hee ingin pergi sendirian. Ibu mengerti,
ia memberikan buket bunganya dan minta putrinya hati-hati.
Tujuan Eun Hee ternyata adalah
tempat Sung Jae dirawat (dengan polisi yang berjaga di sana). Ya, ternyata ia
bertahan hidup setelah jatuh dari ketinggian. Tapi, ia kehilangan ingatannya.
Tau Eun Hee akan datang hari ini membuatnya lebih bersemangat, ia bahkan
menghabiskan semangkuk penuh nasi. Apalagi Eun Hee datang membawakannya bunga.
Ia suka semua bunga yang dibawa Eun Hee, sampai ia bertanya-tanya, apa dulu ia
sangat suka bunga?
Eun Hee menggeleng. Jadi Sung
Jae berkesimpulan, kalau bukan bunga yang ia suka.. pasti Eun Hee yang ia
sukai. Barulah Eun Hee membenarkan, kau sangat.. sangat baik padaku. Sung Jae
tanya berapa lama mereka sudah hidup bersama? “Tiga tahun,” jawab Eun Hee.
Sung Jae sedih tak bisa
mengingat semuanya, tapi ia yakin ia pasti bahagia dan itu membuatnya ingin
cepat mengingat semuanya. Ia khawatir Eun Hee frustasi dengan keadaannya yang
sekarang. Eun Hee menggeleng lagi dan tersenyum meyakinkan, ia menyukai Sung
Jae yang sekarang, jadi Sung Jae tak perlu terlalu berusaha keras mengingatnya.
Sun Woo sendirian di rooftopnya
sambil memberi makan Stalker dan anak-anaknya. Ia mengomel sendiri, curiga Bong
Sun selingkuh darinya atau semacamnya. Menurutnya ini berlebihan, dulu saat
awal-awal Bong Sun mengirim foto dan semuanya, tapi sekarang tak ada berita
sama sekali. “Hey, kau pikir dia punya pacar baru, ya kan?” tanya Sun Woo putus
asa ke anak anjing.
Tapi tidak, pasti tidak. Sun Woo
berusaha meyakinkan dirinya, Bong Sun tampak sangat muda di umurnya, orang luar
negeri melihatnya seperti anak-anak. “Bagaimana mungkin mereka melihatnya
sebagai wanita? Tidak, itu pasti tak mungkin.”
Tapi di malam yang sama, saat ia
sudah di kamar, pikirannya berubah lagi, “Bagaimana mungkin pria tak jatuh
cinta padanya?” Ia bahkan men-zoom foto Bong Sun saat mereka di Namsan, dan
menyesal saat melihat wajah Bong Sun yang cantik dan bersinar, seharusnya ia
tak membiarkannya pergi. Seharusnya ia tak berakting sok keren soal itu.
Sun Woo memainkan gitarnya
sembarangan. Ia makin frustasi karena Bong Sun sama sekali tak menghubunginya.
Sun Woo sampai bernyanyi sambil menangis saking ia sangat merindukan Bong Sun.
“Ah, harusnya aku tak pernah membiarkannya pergi! Semua pria pasti sudah
mendekatinya,” sesal Sun Woo yang menangis seperti anak kecil. Ia bahkan ragu
kalau Bong Sun memang menyukainya. Pasti ia hanya suka sepihak.
Sun Restoran sedang super sibuk,
tapi Alfred atau siapalah itu tak tampak batang hidungnya. Ji Woong berkata
kalau ia masih jetlag dan memilih tidur. Min Soo tak tahan, mereka harus
mencari sous chef baru.
Seorang pelanggan datang, dan Ji
Woong pergi menyambutnya. Tapi ia langsung terpana melihat ternyata Bong yang
berdiri di hadapannya. “Sunbae-nim!” sapa Bong Sun yang berubah jadi makin
cantik. Ji Woong langsung memeluk Bong Sun gembira lalu berteriak memberitahu
keberadaan Bong Sun pada yang lain. “Bong Sun! Bong! Na Bong di sini!”
teriaknya heboh.
Semua menyambut Bong Sun
gembira. “Kenapa kau berubah sangat banyak? Aku tak bisa mengenalimu!” “Kau
benar-benar Bong yang baru sekarang. Apa yang terjadi?” “Apa kau baru sampai
hari ini? Apa kau sudah selesai belajar?” “Kau masih membawa barang-barangmu,
apa kau langsung datang ke sini?”
Pertanyaan-pertanyaan excited
mereka membuat Bong Sun tertawa dan minta mereka bertanya satu-satu, ia tak
bisa menjawab satupun. “Bong, kau Bong..” ujar Min Soo seolah marah sambil
menunjuk dirinya. Bong Sun mengenali perbedaannya dan langsung memanggil Min Soo
‘Chef’.
“Kenapa kau tak menghubungi sama
sekali? Saat aku melihatmu lagi aku akan..” Min Soo membuat gerakan seperti
akan memukul, tapi ternyata ia malah memeluk Bong Sun. Itu membuat semua ikut
memeluk Bong Sun, sambil terus meneriakkan nama Bong Sun, “Bong, Bong, Bong,
Bong, Bong.”
Ayah yang tampak sangat sehat
sedang membuat kimchi di restorannya, dan sekarang ia menggunakan soda agar
kimchinya makin enak. Bong Sun datang, dan dengan senyumnya yang cerah ia
menanyakan kabar ayah. Tentu ayah senang melihat Bong Sun lagi, ia pasti habis
mimpi indah semalam. Saat ditanya kesehatannya, ayah menjawab yang terpenting
ia sudah berhenti minum akhir-akhir ini. Bong Sun jelas senang mendengarnya.
Seperti biasa ayah mau
memberikan yogurt atau semacamnya, tapi Bong Sun bilang ia hanya mampir tapi
nanti ia akan kembali. Mulai sekarang, meski ayah menyuruhnya tak datang, ia
akan tetap sering datang. Ayah tertawa tak percaya, “Bagaimana bisa kau
menyempatkan diri? Kau akan makin sibuk setelah menyelesaikan studimu. Pasti
banyak tempat akan memintamu.”
Bong Sun tertawa, sama sekali
tidak, tetap saja ia masih newbie. Ia
masih akan memikirkan tempatnya bekerja nanti, tapi selama selang waktu itu,
kalau ayah mau merekrutnya sebagai tenaga paruh waktu, ia akan sangat gembira.
Tapi dengan syarat ayah harus memberi gaji per jam yang bagus, ia tak mau
dibayar dengan yoghurt. Ayah tertawa setuju.
Sementara itu orang terpenting
yang belum Bong Sun temui sedang mengomel di restorannya. Siapa lagi kalau
bukan pada Kyung Mo. Ia menyuruhnya membeli udang 1 kg yang terasa seperti 10
kg, bukannya membeli 10 kg. Sekarang ia tak tau mau diapakan udang-udang itu. Kyung
Mo tak mau disalahkan, kenapa juga perintahnya seperti itu. Kalau mau potong
saja gajinya. Tambahlah Sun Woo mengomel, gajinya bahkan sudah tak cukup, ini
bukan pertama kalinya. Tapi sudahlah, ia tak berharap banyak pada seseorang
yang membeli keranjang padahal ia menyuruhnya membeli kerang. Laah? Haha.
“Kalau aku seburuk itu,
pekerjakan saja orang lain! Aku keluar mulai sekarang,” ujar Kyung Mo ngambek
lalu pergi. Otomatis Sun Woo melihat jam.. jam 3.30. “Kenapa dia keluar setiap
jam 3.30 setiap harinya?” Hahaa, mereka ini cute banget!
Di luar Kyung Mo berbalik,
sepertinya biasanya Sun Woo menghentikannya, tapi kali ini tidak. Ia menghitung
sampai 3, tapi Sun Woo benar-benar tak keluar. Kyung Mo jadi pusing sendiri,
apa aku harus memohon? Ia sudah mau melangkah masuk ke restoran lagi, tapi ia
merasakan kehadiran seseorang di belakangnya dan berbalik.
Begitu melihat Bong Sun, ia
langsung memeluknya. Seperti anak kecil ia mengeluhkan Bong Sun yang sama
sekali tak menghubunginya.
“Shin Kyung...” panggilan Sun
Woo yang ternyata menyusul keluar terhenti. Ia terdiam melihat Bong Sun ada di
hadapannya. Tak mau terjebak suasana canggung, Kyung Mo pergi mengurus
udang-udangnya.
Bong Sun sedang melihat-lihat
restorannya saat Sun Woo datang dengan masakannya. Bong Sun boleh mengkritiknya
kalau mau, ujar Sun Woo tanpa menatap Bong Sun sedikit pun. Bong Sun terkejut
melihat ada nasi di masakan yang dibuatkan untuknya.
Sun Woo yang lebih terkejut
karena Bong Sun tau-tau muncul tanpa mengatakan apapun, sudah berbulan-bulan ia
tak mendengar kabarnya. “Dan ada apa dengan penampilanmu? Itu tak cocok,” ujar
Sun Woo memalingkan wajah. “Apa aku seberbeda itu? Kau merasa canggung
denganku, Chef?” tanya Bong Sun. Sun Woo menyangkal, lagi-lagi tanpa menatap
Bong Sun, ia menyuruh Bong Sun mencicipi masakannya saja.
Bong Sun menurut, ia mencium
aromanya dulu sebelum menyuapkan ke mulutnya. Sun Woo tampak gugup menunggu
responnya. Menurut Bong Sun, dagingnya lembut, teksturnya bagus, sausnya juga
enak karena tak terlalu kental, tapi sepertinya daun perilla dan bawang saja
belum cukup dan usul untuk menambah bean
sprout agar teksturnya sedikit renyah. Tak mau tampak kalah, Sun Woo
berkata ia juga sudah berpikir soal itu. Owh your pride Cheef!
Ia mengakui kalau Bong Sun pasti
sudah belajar dengan keras. Bong Sun mengiyakan, ia termasuk murid unggulan di
sana. ”Aah, kau pasti belajar terlalu keras sampai tak bisa menghubungiku. Kau
tak punya waktu kan?”
“Chef, apa kau marah padaku?”
Sun Woo jelas menyangkal, ia
juga sangat sibuk. “Aku khawatir aku ingin pulang karena aku sangat ingin
melihatmu. Karena aku sangat merindukanmu. Jika aku mendengar suaramu, aku takut
aku akan berlari kembali padamu. Aku tak menghubungimu karena itu. Aku
menahannya dengan semua kekuatanku,” ungkap Bong Sun.
Sun Woo tentu luluh dan meraih
Bong Sun ke pelukannya, ia juga sangat merindukan Bong Sun. Dan ia memuji Bong
Sun melakukannya dengan baik.
Ia lalu mengangkat Bong Sun
sampai yang diangkat teriak kaget. Tapi ia senang karena terus dipuji, dan
menghadiahi Sun Woo ciuman. Tak hanya sekali, tapi dua kali, tiga kali, empat
kali! Sun Woo tentu senang dan tak mengeluh lelah meski sedang membopongnya.
Mereka pulang ke Sun Restoran.
Sun Woo tanya rencana Bong Sun selanjutnya, kalau belum ada yang spesifik, Bong
Sun bisa coba bekerja dengannya. “Oh! Apa kau sedang mencoba merekrutku
sekarang?” tanya Bong Sun. Ia sudah punya rencana tapi belum mau memberitahu
sekarang.
Bong Sun senang karena rooftop
Sun Woo sama sekali tak berubah, dan lebih senang lagi saat melihat Stalker. Ia
menyapa Stalker dan anak-anaknya antusias. Tapi itu membuat Sun Woo tak terima,
kau lebih senang melihat Stalker daripada aku?
“Astaga, kau dan cemburuanmu,”
komentar Bong Sun. Tambahnya Sun Woo tak terima, “Apa? Cemburu? Hey, aku Kang
Sun Woo dan kau Na Bong Sun. Dua tahun tak akan mengubah itu. berani-beraninya
kau bilang aku cemburu. Kau pikir aku akan cemburu pada anjing?” Oh, you did
Chef!
Sun Woo yang cemburu begitu
membuat Bong Sun ingin menggodanya. Ia memeluk sampai Sun Woo hampir jatuh dari
tempat duduknya, “Kalau kau seperti ini, itu membuatku ingin melakukannya
denganmu.” Itu membuat Sun Woo heran, apa kau benar-benar Na Bong Sun? Apa
mungkin kau..?
Bong Sun menggeleng, dan berkata
cute kalau ia Na Bong Sun. Sun Woo mulai tak tahan, “Kau hanya belajar hal
buruk di luar sana. Ini tak bagus. Kita tak bisa.”
“Tak bisa? Apa yang tak bisa
kita lakukan, Cheef?” goda Bong Sun. Sun Woo tertawa pasrah, dan menyuruh Bong
Sun bangkit. Bong Sun menurut, tapi begitu berdiri yang ada Sun Woo langsung
menggendongnya. “Hari ini adalah harinya,” gumam Sun Woo membuat Bong Sun
terpekik kaget.
Selanjutnya, di kamar Sun Woo
hanya terdengar suaranya dan Bong Sun. ‘Oh
Chef, kenapa kau? Omo..’ pekik Bong Sun yang langsung disuruh Sun Woo diam.
‘Chef, bukankah lebih baik lampunya
dimatikan?’ Lalu hanya terdengar tawa Sun Woo dan pekikan Bong Sun sebelum
lampunya benar-benar mati.
Sun Restoran masih tetap ramai
di tangan Min Soo sebagai chef, dan Ji Woong, Joon, dan Dong Chul sebagai
asistennya.
Restoran ayah Soon Ae kembali
ramai seperti saat dulu. Tempat duduknya semua terisi penuh. Dan Bong Sun ada
di sana sibuk mengantarkan pesanan. Pelanggan lama ayah komentar, ia pikir ayah
hanya punya satu putri, apa ada lagi? Ayah mengiyakan, Bong Sun adalah putri
keduanya yang baru kembali dari belajar di luar negeri. Bong Sun tertawa riang
bersama mereka.
Sun Woo juga sibuk di restorannya
berdua dengan Kyung Mo.
Dan tentu saja Bong Sun terus
berbahagia bersama Sun Woo. Kencan mereka bahkan naik sepeda berdua sekarang.
Bong Sun: ‘Seperti bagaimana seharusnya, musim berganti. Dan hari-hari penuh
dengan rutinitas. Musim panas itu, karena seorang gadis yang datang dan pergi
seperti mimpi malam musim panas. Kita bisa mengerti cinta, dan menyadari betapa
berharganya sebuah hubungan dan orang-orang di sekitar kita. Dan seperti
sarannya, aku terus mencintai diriku sendiri hari ini, dan juga.. aku
mencintainya.’
- THE END -
Komentar:
Well, this is indeed my favorite drama this year! Kupikir makin kesini aku makin mudah move on dari satu drama, karena kemaren-kemaren nyatanya begitu. Tapi nggak dengan Oh My Ghost, makanya sampe episode terakhir kusayang-sayang sampe nggak kelar-kelar ditulis padahal udah hampir 3 minggu sejak tamat (iya ini alasan doang).
Selama berminggu-minggu ini, mungkin episode final udah kutonton puluhan kali tanpa bosan. Oh My Ghost memang bukan drama flawless, tapi semua rasanya pas pada akhirnya. Jarang-jarang drama yang konfliknya selesai di episode 15, dan episode terakhir tinggal jatahnya buat happy ending sehappy-happynya. Even a dog get their happy end, hahaa.
Btw, kalau gara-gara Falling for Innocence aku jadi suka makan lollipop. Gara-gara Oh My Ghost aku jadi ngefans sama uri Chef alias Jo Jung Suk. His charm is too strong i can't handle it! He's becoming my moodbooster now.
Bye for now, Chef! But, OMG season 2? YES YES, WANJONG YES!!