Ah Reum memberitahu Kakek Jang
kalau besok ia akan dirawat inap dan belum tau kapan ia akan pulang. Mungkin
ketika kondisinya lebih baik. Kakek Jang yakin Ah Reum akan segera pulang,
sambil meminum sojunya. Ah Reum penasaran, apa rasanya enak? Tentu saja pahit,
jawab Kakek Jang, tapi sama seperti hidup, kita tak berhenti menjalaninya
karena pahit kan? Ah Reum hanya tertawa karena menurut Kakek Jang ia terlalu
muda untuk mengerti.
“Kakek Jang, apa normal bagi
seorang gadis yang telah melihatku, dia tetap ingin menjadi temanku?” tanya Ah
Reum. Menurut Kakek Jang itu tak normal, dia mungkin sakit juga. Ah Reum heran
Kakek Jang tau kalau gadis itu sakit, padahal Kakek Jang hanya bercanda.
“Kenapa? Apa dia menyukaimu?”
Ah Reum yang tertawa malu
memberitahu kalau ia hanya mendapat email, tapi belum ia balas. Menurutnya itu
merepotkan. Kakek Jang setuju, wanita memang merepotkan. Ah Reum jujur kalau ia
penasaran. Kakek Jang setuju lagi, wanita memang membuat penasaran. Tapi Kakek
Jang lalu memarahi Ah Reum yang terlalu banyak pertimbangan, ikuti saja
perasaanmu. Ah Reum tertawa, ia akan mengikuti perasaannya.
Selagi mengobrol, Ah Reum
melihat ayah Kakek Jang yang tampak kebingungan. Kakek Jang segera menghampiri
ayahnya, berkata rumah mereka bukan di sini. Ayah Kakek Jang yang pikun juga
tak bisa mengenali Ah Reum, ia malah menyapa dengan hormat seolah Ah Reum lebih
tua darinya. Kakek Jang pamit untuk membawa ayahnya pulang, tapi sebelum pergi
ia ingat dan bertanya apa Ah Reum akan dirawat di ruangan pediatri (anak-anak)
atau geriatri (lanjut usia)? Ah Reum baru sadar dan ikut bingung.
Awalnya ia ditaruh di kamar
pediatri, tapi pasien anak-anak lain terlalu ribut dan malah menangis melihat
wajah Ah Reum yang seperti kakek-kakek. Lalu dipindahkanlah Ah Reum ke kamar
geriatri.
Saat itu sedang ada rombongan
pendoa yang ikut mendoakan Ah Reum. Ayah ibu Ah Reum yang baru datang tampak
tak suka, apalagi seorang ibu pendoa itu berkata kalau anak ini adalah pesan
yang dikirim Tuhan bagi para pendosa. Dae Soo tak tertarik, anaknya bukan
pesan, namanya Han Ah Reum, dan menyuruh mereka keluar.
Seung Chan datang menjenguk
dengan banyak kado dari penonton acara Ah Reum waktu itu. Saat melihat ada game
konsol salah satunya, bukannya Ah Reum, tapi malah wajah ayahnya yang
berbinar-binar. Hahaa.
Ah Reum akhirnya membalas email
Lee Suh Ha. Ia berterimakasih atas emailnya, terimakasih sudah menyemangati
dirinya dan mengatakan jangan menyerah. Ia yakin Suh Ha juga akan lekas sembuh.
Setelah memutuskan membalasnya,
hari-hari Ah Reum di rumah sakit diwarnai dengan email-email Suh Ha. Suh Ha
yang membaca ratusan kali email Ah Reum, dan sadar kalau sebenarnya Ah Reum
takut, meski ia senang Ah Reum menulis kata ‘tegar’. Ah Reum bingung sendiri
apa yang salah dengan emailnya dan mulai membalasnya.
‘Awalnya aku ragu ketika membaca suratmu. Aku takut itu cuma email
iseng. Maaf sudah salah paham. Aku tak tau kau sakit apa, tapi semoga kau lekas
sembuh. Aku tulus. Jika boleh, balas suratku. Sampai jumpa.’
Tentu saja Suh Ha membalasnya,
meski lagi-lagi ia menertawakan apa yang ditulis Ah Reum. Menurutnya Ah Reum
menyatakan perasaannya dengan menarik dan ia ingin menghiburnya dengan sebuah
lagu. Berharap ia dan lagu itu bisa menjadi teman sejati Ah Reum. Ah Reum
mendengarkannya, dan merasa tenang seolah ia ada di alam bebas.
Seolah ia menjadi remaja 16
tahun yang sehat dan tampan. Bebas berenang sendirian seperti yang ayahnya
biasa lakukan. Pikiran itu membuat Ah Reum bangun dengan senyum di wajahnya.
Seung Chan membujuk Mi Ra untuk
membuat episode lanjutan kisah Ah Reum karena responnya sangat bagus. Tapi Mi
Ra tak mau, kondisi Ah Reum terlalu lemah. Ah Reum yang mendengar semuanya
tiba-tiba berkata kalau ia bersedia ikut acara itu. Mi Ra berkata Ah Reum tak
perlu melakukannya, mereka sudah cukup mendapat donasi. Tapi Ah Reum tak
keberatan, ia akan melakukannya.
Mi Ra tau Ah Reum mau ikut acara
itu agar dirinya tak perlu bekerja lagi. Ah Reum memuji ibunya yang pintar, ibu
bisa masuk ke Harvard. Mi Ra tertawa, “Tapi jika Ayah tau kau melakukan ini
demi dia, Ayah akan sedih.” Ah Reum menenangkan, Ayah tak akan tau. Itu membuat
Mi Ra sadar, kemana Ayahmu di hari liburnya?
Saat ibunya menelpon ayahnya,
tak sengaja Ah Reum melihat botol obat mual untuk ibu hamil di tasnya. Mi Ra
buru-buru menutup tasnya dan berkata itu vitamin saat Ah Reum bertanya apa ia
sakit.
Ternyata Dae Soo dengan keahlian
bela diri yang seadanya sedang kerja sampingan menjadi bodyguard yang berusaha
melawan para pendemo. Tentu saja malah mereka yang kalah, dan badan Dae Soo
kotor kena timpukan tahu, ikan asin, dan segala macam dagangan di pasar. Tapi
ia tetap mendapat bayaran bagus atas bantuannya, malah ia diajak lagi minggu
depan, mengamankan acara ‘Star Date’ dengan SNSD sebagai bintang tamunya. Mata
Dae Soo langsung melebar kegirangan, tentu saja ia mau.
Dae Soo datang ke RS dengan ayam
goreng kesukaan mereka. Tapi sayang sekali Ah Reum tak boleh makan karena besok
ia harus menjalani tes kesehatan. Dae Soo lupa. Mi Ra langsung mengomelinya dan
pergi. Karena Ah Reum tak bisa memakannya, malah Dae Soo yang makan ayamnya
dengan lahap, sampai Ah Reum menelan ludah melihatnya.
Dae Soo teringat soal game
konsol dan mencarinya. Ternyata hadiah itu belum dibuka oleh Ah Reum. Dae Soo
menyuruh Ah Reum mencobanya, atau kalau Ah Reum tidak mau berikan saja padanya.
Hahaa.
Dae Soo menghampiri istrinya
yang duduk sendirian di lorong RS dan memberikan amplop hasil kerjanya tadi. Mi
Ra tersenyum dan memperlihatkan buku tabungan mereka. Sebelumnya ia berpikir,
‘Kenapa orang membantu kita menghadapi ini?’, tapi seorang tanpa nama bahkan
memberi mereka sumbangan 10 juta won. Dae Soo takjub dan merasa harus
berterimakasih pada orang itu. Mi Ra juga penasaran, tapi Seung Chan bilang tak
baik mencari mereka. Mi Ra tak mau Dae Soo bekerja terlalu keras, bermainlah
dengan Ah Reum di hari libur. Dae Soo tersenyum, ia harus bekerja dan
membelikannya barang-barang bagus. Dan ketika Ah Reum keluar dari RS, mereka
perlu rumah yang tak memiliki tangga.
Mi Ra tersenyum, ingat saat ia
hamil besar Ah Reum dulu. Ia bertanya Dae Soo ingin mereka menjadi seperti apa
dengan logat Seoul. Dae Soo merasa aneh dengan cara bicara Mi Ra. Mi Ra juga
merasa aneh, tapi ia ingin belajar menjadi anak Seoul. “Kau ingin anak ini jadi
seperti apa?” tanya Mi Ra lagi.
“Jago olahraga seperti aku? Atau
berbakat musik seperti kau?” tanya Dae Soo balik. Mi Ra tersenyum, ia ingin
anaknya jadi seseorang yang disukai semua orang. Itu berarti dia harus pintar
dan tampan, kata Dae Soo. Tapi menurutnya itu tipe yang menyebalkan, seperti
anak pindahan itu, Seung Chan. Mi Ra hanya menyikutnya.
Tapi setelah dipikir-pikir, Dae
Soo tak peduli hal lain, yang penting dia sehat. Mi Ra setuju dan membenarkan.
Ah Reum baru selesai syuting
saat Kakek Jang datang. Seung Chan lewat dan Ah Reum langsung menghampirinya
untuk berterimakasih karena telah memberikan emailnya pada Suh Ha. Seung Chan
tak merasa melakukannya, sepertinya salah satu stafnya yang memberikannya. Ah
Reum tetap merasa senang karena dapat teman baik, meski hanya tau nama dan
usianya. Dia sakit dan dirawat di RS juga. Seung Chan hanya mengangguk-angguk
mengerti dan pamit pergi. Sebelum lupa, Ah Reum minta agar ceritanya tentang
Suh Ha dirahasiakan. Seung Chan mengiyakan dan pergi.
Ah Reum kembali duduk di dekat
Kakek Jang yang masih kesal karena dirinya hanya muncul 20 detik, padahal sudah
merekam banyak. Tapi Kakek Jang malah bertanya kapan mereka syuting lagi? Ah
Reum memberitahu setiap hari Rabu, seminggu sekali. Kakek Jang tampak tertarik,
dan sepertinya akan datang lagi Rabu depan, hahaha.
Di kamar RS yang sudah gelap, Ah
Reum mengirim pesan lagi untuk Suh Ha, minta ia menceritakan tentang dirinya.
Di balasan berikutnya, Ah Reum baru tau kalau ibu Suh Ha meninggal karena
infeksi sumsum tulang belakang, dan ia mengidap penyakit yang sama dengan
ibunya sampai ayahnya banyak berkorban demi dirinya.
Ah Reum merasa mereka sama,
orangtuanya juga menyerah atas semuanya demi dirinya, mimpi dan pendidikan
mereka. Suh Ha ingin menjadi penulis, tapi ayahnya ingin ia menjadi dokter.
Menurutnya para penulis luar biasa. Ah Reum senang, impian mereka bahkan sama.
Ah Reum bercerita kalau ia sedang menulis tentang orangtuanya ketika mereka 17
tahun. Ketika mereka pertama kali bertemu di tengah hutan.
Saat itu ayahnya diskors dari
sekolah dan ia menghabiskan musim panas berenang di lembah sungai. Ketika ibu
muncul, ayah mengira ibu seorang bidadari. Ibu ingin pindah ke Seoul untuk
menjadi penyanyi. Dan Ayah ingin menjadi atlet nasional.
Dae Soo kembali menjadi
bodyguard, dan ia sampai menahan napas saat melihat 3 personil SNSD benar-benar
nyata di hadapannya. Tae Yeon, Tiffany, dan Seo Hyun. Mereka bahkan sadar kalau
Dae Soo orang baru dan memujinya tampan. Dae Soo sampai megap megap, apalagi
saat mereka bertanya usianya. Temannya yang menjawab kalau Dae Soo memang
tampak muda, tapi ia punya seorang putra berusia 16 tahun. Mereka heran, jadi
kapan kau memiliki anakmu? Malu-malu Dae Soo menjawab saat usia 17 tahun.
Dae Soo menjalankan tugasnya
saat acara ‘Star Date’ dimulai, tapi ia malah terus menoleh ke arah kamera.
Sampai-sampai Ah Reum dan Mi Ra yang sedang menontonnya bingung sedang apa Dae
Soo di sana? Haha. Tapi melihat mereka yang sangat cantik dan berkilauan
membuat Mi Ra tau-tau terdiam, ingat akan mimpinya dulu.
Ah Reum melihat ibunya diam
begitu malah mengambil fotonya dan menambahkan gambar sayap di punggung ibunya. Aww, she's an angel!
Ah Reum sedang mengetik di
komputernya saat Seung Chan datang dan mengajaknya bicara. To the point Seung
Chan bertanya apa Ah Reum masih berhubungan dengan Suh Ha? Ah Reum mengiyakan.
Seung Chan meminta alamat emailnya karena pihak stasiun TV ingin memperkenalkan
persahabatan antara Ah Reum dan Suh Ha di episode berikutnya.
Ah Reum kaget, ia
sudah bilang untuk merahasiakannya. Seung Chan minta maaf, ia tak sengaja
mengatakannya dan ia minta bantuan Ah Reum. Acara ini juga bisa membantunya dan
ini bisa jadi kesempatan Ah Reum untuk bertemu dengannya secara langsung.
Di syuting episode berikutnya,
Ah Reum ditanya apa ia pernah menyukai seseorang? Ah Reum menjawab, Ibu, Ayah,
Nenek, Kakek, dan Tae Yeon dari SNSD, dan Kakek Jang tetangga sebelah. Kakek
Jang yang datang dengan rapi menunjuk-nunjuk dirinya bangga. Tapi Ah Reum lalu
terbatuk-batuk, dan syuting dihentikan sementara. Kondisi Ah Reum tak
memungkinkan.
Kakek Jang yang sengaja mondar
mandir daritadi bertanya kondisi Ah Reum pada Mi Ra. Dan apa yang ia inginkan
kesampaian, karena Seung Chan mengenalinya sebagai kakek tetangga Ah Reum dan
mengajaknya wawancara. Tentu saja Kakek Jang mau. Tapi begitu berhadapan dengan
kamera, Kakek Jang super gugup sampai berkali-kali salah menyebutkan nama Ah
Reum.
Setelah berhasil menenangkan dirinya, Kakek Jang bercerita kalau Ah Reum
adalah seorang teman. Temannya.
Kakek Jang harus mengakui pada
Ah Reum ternyata syuting itu tidak mudah. Mereka duduk sambil mengomentari
anak-anak yang berlarian di RS. Mereka terlalu sehat sampai tak tau kalau
mereka sehat. Kakek Jang tersenyum, ada hal lain yang mereka tidak tau, mereka
juga akan bertambah tua. Ah Reum tertawa membenarkan.
Ah Reum sedang membaca novel di
tab-nya saat dokter visite. Novel tentang kapal anak India tenggelam dalam
perjalanan ke Amerika, jadi dia naik kapal penyelamat bersama harimau (wait,
kayaknya aku familiar sama cerita ini, tapi lupaa judul filmnya). Dokter
mengambil tab-nya begitu saja. Komputer, TV, buku akan memperparah kondisi
matanya.
“Lalu apa yang harus kulakukan
di sini?” tanya Ah Reum tak semangat.
“Tentu saja diobati!” jawab
dokter galak. Ah Reum dilarang minum alkohol, rokok, dan kafein, tapi lalu
dokter sadar, Ah Reum belum bisa melakukannya, huahahaa. Dokter tertawa sendiri
dan menyuruh Ah Reum melakukan semua itu saat kuliah nanti. Sebelum pergi
dokter menyuruh Ah Reum menutup mata dan bermeditasi. Hahaa, Manajer Oh di
Misaeng jadi klimis dan rapi gini..
Di emailnya, Ah Reum ingin
meminta sesuatu karena perlahan ia kehilangan penglihatannya, bisakah kau
mengirimi fotomu? Ah Reum tak ingin menyesal nanti, jadi ia memberanikan diri.
Agak lama baru email itu
dibalas. Suh Ha jujur ia lama memikirkan permintaan Ah Reum, ia juga merasa tak
adil kalau hanya ia yang tau wajah Ah Reum. Ia bahkan tau wajah orangtua Ah
Reum. Jadi Suh Ha mengirimkan satu foto, bukan wajahnya yang tampak, tapi
telapak tangannya.
Ah Reum memegang foto telapak
tangan itu dan membayangkan dirinya dan Suh Ha yang sama-sama sehat berjalan
bergandengan tangan. Di hari yang cerah. “Ah Reum-ah, kapan kau merasa ingin
hidup?” tanya Suh Ha.
"Kapan aku ingin hidup?"
Ketika aku melihat awan putih di langit biru.
Ketika aku mendengar tawa anak kecil.
Di hari cerah, saat aku mencium baju jemuran
dengan ibu.
Ketika aku melihat pemilik toko yang galak
menangis seperti wanita saat menonton sinetron.
Ketika aku mendengar seorang nenek memanggil
cucunya untuk makan malam.
Ketika ibuku menyiram punggung ayah di musim
panas.
Ketika aku melihat bulan sabit setelah
matahari terbenam bersama ayahku.
Ketika aku melihat lampu pesawat berkedip di
malam hari, aku ingin hidup.
Suh Ha, bagaimana denganmu?
Tapi sampai 10 hari setelah
email terakhirnya, Suh Ha tak membalas meski Ah Reum terus merefresh kotak
masuk emailnya.
Bersambung ke Part 3
Note:
Terus terang aku bertanya-tanya, kalau ibunya secantik Mi Ra dan ayahnya seganteng Dae Soo, Ah Reum yang sehat akan seperti apa? Dan bayanganku terpenuhi, yang jadi Ah Reum versi sehatnya ganteng mirip Kim Jae Won, hahaa.
siapa ya kira" yang waktu ah reum berubah menjadi tampan
ReplyDelete