Ah Reum yang semakin lemah
terpaksa harus masuk ICU. Saat itu hari natal. “Selamat hari natal,” gumam Ah
Reum lirih. Dae Soo dengan bangga memberikan hadiah natalnya, sebuah buku
tabungan atas nama Han Ah Reum. Setiap bulan Dae Soo selalu menyisihkan 70.000
won, sampai terkumpul 2.597.000 won selama 3 tahun. Semua itu milik Ah Reum,
tinggal katakan apa yang ingin Ah Reum beli.
Ah Reum penasaran, kenapa 70.000
won? Dae Soo berkata 7 itu nomor keberuntungannya, kau tau betapa sulitnya aku
menabung semua ini? Mi Ra membenarkan, ia juga terkesan, ayah memang hebat. Dae
Soo bertanya apa yang ingin Ah Reum beli? Ia akan menggunakan tabungan itu
untuk mengabulkan keinginan Ah Reum. Tapi daripada hadiah, Ah Reum lebih ingin
pergi ke suatu tempat. Ia ingin mendengar lonceng tahun baru. Kedua orangtua Ah
Reum merasa itu sulit, terlalu banyak orang. Mereka bisa pergi lain kali saat
kondisi Ah Reum membaik.
“Selalu lain kali.. Aku ingin
mendengarnya tahun ini. Tak bisakah kau mengabulkan permintaanku sebelum
meninggal?” Ah Reum merasa tak punya waktu, dan ia minta ayahnya untuk mencetak
file dan membawanya, nama filenya ‘Cosmos’. Dae Soo menyanggupi. Tapi Ah Reum tak
ingin ayahnya membacanya, dan minta ayahnya berjanji. Jika ayahnya membacanya,
Ah Reum akan menghantui ayahnya selamanya. Ancaman itu mau tak mau membuat Dae
Soo tertawa dan menautkan jarinya pada Ah Reum, bersedia berjanji.
Dae Soo pergi mencetak file
Cosmos yang diminta anaknya. Tanpa sengaja Dae Soo melihat file berjudul ‘Lee
Suh Ha’ di sana. Dae Soo yang penasaran membukanya.
‘Ketika Ayah menceritakan masa saat ia menjadi atlet, ia terlihat sangat
bahagia. Ia menyerah karena aku. Ia mungkin tak pernah membayangkan bahwa
anaknya lebih cepat tua daripada dirinya.’
Tulisan itu membuat Dae Soo
menangis sedih.
Saat kembali ke RS, Dae Soo
berkata ia sudah mencetaknya dan menaruhnya di dalam tas. Saat butuh Ah Reum
tinggal mengatakannya. Ah Reum berterimakasih dengan lirih. Dae Soo tiba-tiba
berkata kalau Ah Reum mendapat email dari Suh Ha. “Benarkah?” tanya Ah Reum
setengah tak percaya, tapi lalu mengangguk saat ayahnya menawarkan diri untuk
membacakannya.
“Ah Reum, Korea sangat dingin
sekarang, kan? L.A. juga ditutupi salju dan sangat dingin. Kuharap kita berdua
lekas sembuh dan bertemu di musim semi. Orangtua kita pasti sangat senang.
Kondisiku semakin membaik. Jangan sakit, dan jaga kesehatan. Tolong jangan
pernah putus asa. Selamat tinggal.”
Dae Soo yang daritadi hanya
mengarang mendadak gelagapan saat Ah Reum yang tersenyum memintanya membacakan
sekali lagi. Ia salah-salah saat mengulangnya karena sama sekali tak
mencatatnya, dan seolah sedang mengangkat telpon, Dae Soo pergi keluar
sebentar. Saat kembali dan siap dengan catatan di ponselnya, Ah Reum malah
minta Ayahnya membalas email itu.
“Hai Suh Ha, terimakasih atas
emailmu. Aku ingin menceritakan tentang masa kecilku. Kata Ayahku, aku suka
bermain cilukba saat balita. Ketika ia muncul dari belakang pintu dan berkata
cilukba, aku akan tertawa. Dan ayah bersembunyi lagi. Hanya dengan muncul
kembali, aku tertawa lebih keras. Bisakah orang bodoh seperti itu tumbuh dewasa
menjadi sarjana dan insinyur? Saat itu, kupikir aku tumbuh besar sendiri. Tapi
kini aku tau, begitu banyak orang telah membesarkanku dan menyayangiku. Jika
dipikirkan semua pengorbanan orangtuaku.. aku terkejut dan bersyukur. Aku
mungkin tak bisa menulis email untuk sementara waktu. Walaupun kau tak
melihatku, jika kukatakan cilukba dan menghilang, tolong jangan lupakan aku.
Satu hal lagi, jangan pernah sedih karena aku. Seperti biasa, semoga
beruntung.”
Dae Soo menangis tersedu
mendengar semua perkataan Ah Reum. Meski Ah Reum berkata itu untuk Suh Ha, ia
tau kalau semua perkataan itu ditujukan padanya. Walaupun tak bisa melihatnya,
Ah Reum tau kalau ayahnya sedang menangis. Ayahnya yang baik.
Dae Soo meminta agar Ah Reum
dipulangkan dari RS, tapi dokter tak setuju, itu sangat berbahaya. Dae Soo
bersikeras mereka hanya mengulur waktu di sini, ia hanya ingin mereka kumpul
bersama di saat-saat terakhir Ah Reum. Dan lagi ia sudah berjanji akan
mengabulkan apapun permintaan Ah Reum. Dae Soo tak ingin menyulitkan posisi
dokter karena Ah Reum, dan ia bersedia menandatangani surat pernyataan jika
diperlukan.
Dengan berat hati, dokter mengantarkan
Ah Reum pergi dari RS, berharap perjalanan Ah Reum menyenangkan dan mereka akan
bertemu lagi tahun depan. Ah Reum mengangguk pelan dan Dae Soo mulai
menjalankan mobilnya.
Malam pergantian tahun di
manapun selalu ramai. Begitupun di Seoul, jalanan macet sekali dan mereka
terjebak di sana. Mi Ra meminta Ah Reum berbaring di pangkuannya, berkata kalau
sebentar lagi usia Ah Reum akan bertambah satu tahun. Ah Reum hanya menjawab
lirih kalau masa keemaasannya sudah berakhir. Ah Reum memuji bau ibunya yang
sangat enak sambil memegang perut ibunya, “Ibu, sampaikan pesanku nanti pada
adikku, kalau kakaknya memegang kepalanya.”
Mi Ra berpandangan dengan Dae
Soo, kaget karena Ah Reum tau.
‘Di malam Ayah dan aku melihat bintang jatuh, aku membuat permintaan.
Aku meminta untuk kesehatan adikku.’
Sambil menahan tangis Mi Ra
minta maaf, ia tak bermaksud menyembunyikannya. Ah Reum mengerti, dan berkata
kalau ia punya hadiah untuk ayah ibunya di tas. Mi Ra mengambilnya, tulisan Ah
Reum yang dicetak ayahnya beberapa saat lalu. Sebuah cerita berjudul ‘Detak Jantung Musim Semi’. Ah Reum
memberikannya sebagai hadiah tahun baru. Ia minta ibunya membacanya, agar ia
juga bisa mendengarnya. Setelah menarik nafas sebentar, Mi Ra mulai membacanya.
‘Detak Jantung Musim Semi.’ oleh Han Ah Reum
‘Angin bertiup. Pohon sangat menikmati angin. Mereka menyambut musim
baru dengan cabangnya.’
‘Angin bertiup. Ayah tau jika hari berangin adalah hari terbaik untuk
mencari pasangan hidup.’
Flashback, Dae Soo berteriak menatap langit dan
angin yang menerpa pepohonan, meminta dikirimkan seorang pacar. Merasa hal itu
mustahil, Dae Soo berbalik dan melompat ke sungai di belakangnya. Karena hanya
sendirian, Dae Soo melepas celananya dan berenang serasa di kolam renang
pribadi.
‘Angin bertiup. Di hari berangin, Ibu tau dia harus pergi.’
Mi Ra
berjalan sendirian di hutan, tapi ia tersesat dan tak menemukan halte bis yang
dicarinya. Mi Ra yang kelelahan malah tersandung dan terjatuh tepat di hadapan
sarang lebah. Ia langsung berlari panik karena lebah-lebah itu mengejarnya. Saat
melihat sungai, tanpa pikir panjang Mi Ra melompat, sungai tempat Dae Soo
berenang.
Dae Soo terpana melihat seorang
gadis berlari dan tau-tau terjun di dekatnya. Refleks Dae Soo menangkapnya, dan
mereka sempat berpandangan di air sebelum kehabisan napas dan kembali ke
permukaan.
‘Beberapa saat yang lalu, Ayah meminta seorang gadis, dan kini dia tak
percaya apa yang dilihatnya. Ayah berpikir, gadis itu cantik. Ibu berpikir,
siapa dia? Dan menjaga jarak.’
Dae Soo ingat kalau dia tak
mengenakan celananya, dan sedikit menenggelamkan badannya ke air, sampai hanya
kepalanya yang tampak. “Siapa kau?” tanyanya.
Ah Reum: “Ibu, kau menyukainya?
Ayah, bagian mana yang membuat Ayah tertawa?”
‘Musim panas itu mereka mengobrol banyak. Itu hal wajar yang dilakukan
dan tak banyak yang bisa mereka lakukan.’
Yang mereka lakukan adalah
mengobrol santai di pinggir sungai yang tenang. Dae Soo: “Kau tau, di siang
hari juga ada bintang?” Mi Ra tak yakin. Dae Soo memberitahu kalau bintang ada
di siang hari atau malam hari, tapi karena sinar matahari, mereka tidak
kelihatan. Mi Ra yang baru tau memuji Dae Soo yang sangat pintar dalam ilmu
pengetahuan. Dae Soo mengiyakan dengan bangga. “Jadi, di siang hari juga akan
ada bintang jatuh?” tanya Mi Ra. Kali ini Dae Soo tak yakin, menurutnya bintang
jatuh hanya ada di malam hari.
Dae Soo minta Mi Ra menyanyikan
sebuah lagu, kau bilang ingin jadi penyanyi. Awalnya Mi Ra enggan dan malu,
tapi ia menyanyi juga, dengan dahan pohon sebagai micnya.
‘Angin bertiup. Riak di permukaan air.. seperti keriput karena tertawa
lepas.’
Saat tak ada lagi yang mereka
bicarakan, Dae Soo mendekat dan mencium Mi Ra. Tiba-tiba Mi Ra menatap langit,
membuat Dae Soo heran. Tapi Mi Ra berkata tak ada apa-apa, dan kembali mencium
Dae Soo.
‘Ibu berhenti mencium dan melihat kejauhan. Seakan angin tau jika ada
sesuatu membelai kepala Mi Ra dan Dae Soo. Saat itu kami menginginkannya, dan
kami sangat membutuhkannya. Kami sangat menyukainya.’
‘Ayah.. Ibu.. Aku akan merindukan kalian. Itulah awal dari musim panas.’
Cerita Ah Reum berakhir. Mi Ra
semakin tak bisa menahan tangisnya. Air mata Ah Reum juga mengalir, dan mata Ah
Reum memejam setelahnya. Mi Ra menghapus air matanya dan memuji anaknya yang
luar biasa, kau sendiri yang menulisnya? Dae Soo juga bangga dengan anaknya. Tapi
Ah Reum tak merespon. Mi Ra panik, minta Ah Reum bangun. Dae Soo yang menyetir
bisa merasakan apa yang terjadi dan mendadak menghentikan mobilnya.
Mi Ra terus menangis memeluk Ah
Reum, minta suaminya melakukan sesuatu. Dae Soo hanya bisa menangis di jok
depan.
Saat itu tepat pukul 12. Semua orang
bersorak menyambut tahun baru. Langit penuh dengan kembang api yang cantik. Keriaan
yang berbanding terbalik dengan perasaan Mi Ra dan Dae Soo. Ah Reum tak bisa
mendengar lonceng tahun baru yang diinginkannya. Masa keemasannya sudah
berakhir.
Epilog:
Di bawah cherry blossom yang
bermekaran dengan cantik, Ah Reum membacakan puisinya yang berjudul “Ayah”
Ayahku bertanya padaku, “Kau ingin menjadi
apa jika terlahir kembali?”
Kujawab dengan pelan, “Ayah, aku ingin
menjadi seperti Ayah.”
Ayahku bertanya padaku, “Masih banyak yang
lebih bagus, kenapa kau ingin menjadi seperti Ayah?”
Kujawab dengan pelan, “Ayah, jika aku
menjadi seperti Ayah, memiliki anak seperti aku.. maka aku bisa mengerti
bagaimana rasanya menjadi Ayah. Tangisan Ayah.”
Ah Reum selesai dengan puisinya
dan menyudahi syutingnya. Ayahnya yang terharu, Mi Ra yang tersenyum bangga,
Seung Chan, semua bertepuk memuji Ah Reum. Ah Reum langsung melompat ke
gendongan ayahnya, dan pamit pergi.
Keluarga kecil ini berjalan
dengan bahagia. Mereka hanya memikirkan hal kecil semacam, makan apa mereka
setelah ini? Belum terlalu jauh saat mereka berbalik, Mi Ra dan Dae Soo
membungkukkan badan dengan sopan, dan Ah Reum melambaikan salam perpisahan. Dan
di bawah cherry blossom yang bermekaran sempurna, mereka berjalan bergandengan
tangan dengan bahagia.
- THE END -
Komentar:
Who wouldn't cry watching this so touching movie? Ah Reum anak yang baik. Mi Ra ibu yang baik. Dae Soo ayah yang baik. Mi Ra dan Dae Soo memang punya Ah Reum di usia sangat muda, tapi yang namaya orang tua tetap orang tua. Meski anaknya nggak sempurna, sayangnya mereka ke Ah Reum nggak perlu ditanya.
Overall i love this movie, but i hate that they made me cry a river. Gimana dengan kalian? :)
filmnya bner-bner bagus! baru kali ini liat film yang kyk gni
ReplyDeletemksi sinopsisnya ya kak ^_^
Sama-sama.. Terimakasih sudah mampir ^^
DeleteSinopsisnya bagus, suka dengan cara menulisnya, merasakan apa yang terjadi dengan jelas.
ReplyDeleteThank's
Wow, such a compliment! Thank you yaa, that means a lot.. :")
DeleteWhat a beautiful but sad story.. Thanks for the synopsis😭
ReplyDeleteDaebaak... Film ini bagus n sukses bkn sy mewek... Terharu bngt, sungguh jaln hidup yg luar biasa... Thanks y sist tuk sinopny...^^
ReplyDeleteFilm yg bagus bgt....film ini ngajak emosi naik turun....dr sedih ...ke tertawa lihat flash back pertemuan pertama ayhlah ibu nya di sungai....dr ketawa turun lagi ke sedih.....penuh dgn air mata.....
ReplyDeletemakasih ya sist udh bkin sinop nya...kamsahamnida *bungkuk 90°
Sy uda nnton film ini tp tetep aja nyessek.. Film ini hangat,realistis.aktingnya keren bgt.gk salh kang dong won menawarkn diri main di film ini,biasany dia kn gk mau main drama hhe tntu sja krn SHG. Td d komentar part 2 kalo mama dan ayah nya Kdw sm Shg anak ny bkal ky gmn trnyta si jo sung mok (ahreum) bilang kta temen ny dia masa anak ny ky km dan pd gk percya kalo mau main drama breng mreka harus ny anak ny won bin,mksdny gnteng ny ky won bin gtuh! Makasih ats sinopsis ny :-)
ReplyDeleteBelom liat filmnya baru baca sinopsisny udah nangis hebat kyk gini.. this movie is meaningful for life.. thanks so much for writing this story.. God bless...
ReplyDeletemau tanya, yang epilog itu kalau seandainya Ah-Reum sembuh ya?
ReplyDeleteMewek banget,,, padahal cuma baca sinopsisnya,, huhuhu apa lagi nonton filmnya habisin tisu segulung... daebak unnie yg buat sinopsisnya q jadi ikut terhanyut..
ReplyDeleteMakasih yaa.. :")
Deletebaru baca sinopsisnya sedih banget...orang tua tetap orang tua walaupun anaknya tidak sempurna, kasih sayangnya tetap untuk anaknya....makasih sudah berbagi sinopsisnya
ReplyDeleteSedih...banyak filosofi nya...daebak..
ReplyDeleteBaru baca sinopsisnya tp udh di bikin nangis, btw, ada yg punya link buat nonton movienya ga? Aku suka bgt sama song hye kyo sejak drama full house, tp sama sekali blm nonton film-filmnya, selama ini cuma nonton drama-dramanya, yg punya link movienya tolong bantuannya ya, makasih bnyk:)
ReplyDeletePuisinya Ah reum yang paling berhasil bisa bikin mewek😣😩
ReplyDeleteThanks for the synopsis
Bru bca sinopsisny...bikin nangis trus jd pngen nonton film ny pasti nangis trus...pling mnyentuh d saat bca puisiny aww air mta ndk brhnti ngalir
ReplyDeleteBaru tahu ada film ini...bagus banget ceritanya...nangis sesenggukan bacanya
ReplyDeleteFilm nya bagus banget......sukses bikin nangis....apalagi puisi yang buat ayah...makin tambah mewek
ReplyDeleteFilm nya bagus banget......sukses bikin nangis....apalagi puisi yang buat ayah...makin tambah mewek
ReplyDelete