Four stones duduk-duduk santai
di ruang duduk apartemen mereka malam itu. Mereka tinggal punya 2 hari lagi,
dan sisa uang mereka masih banyak. Sarapan mereka cuma makan roti, makan siang
seadanya, malem baru makan enak di restoran. Mereka ketawa ngakak karena meskipun
dipakai, mereka masih punya sisa uang.
Sang Hoon hyung berencana masak
sarapan besok, tapi baru inget kalau hotel mereka menyediakan sarapan. Padahal
meja penuh bungkusan berisi makanan. “Aku akan makan semua,” ujar Sang Hoon
yang buka-buka plastik dan nemu roti yang mereka curi tadi siang. Plastik yang
isinya roti-roti yang nggak habis dimakan, karena semua pingin menyimpan
makanan untuk nanti.
Semua ngakak nggak karuan. Ha
Neul ketawa keras nggak berhenti. Jung Suk tulang rahang dan perutnya sampe
sakit karena kebanyakan ketawa. Jung Woo nahanin Sang Hoon hyung yang terus
buka semua bungkusan di meja.
HUAHAHAHAA. Jadi ya itu
bungkusan yang menuh-menuhin meja isinya sisa makanan semua. Makanan yang nggak
habis dan nggak akan mereka makan lagi harusnya dibuang, tapi ini mereka
bawa-bawa terus. Bahkan roti yang mereka beli di flea market Reykjavik 3 hari
lalu masih ada. Sang Hoon hyung stress sendiri, dan yang lain makin nggak
kekontrol ketawanya.
Kesimpulan: Mereka berempat
nggak tau caranya berfoya-foya, dan nggak bisa buang makanan. Huahahaa.
Capek ketawa, mereka mulai
intip-intip keluar jendela, siapa tau aurora muncul lagi. Mereka sampe matikan
lampu saking berharap malam ini bisa lihat aurora lagi. Nggak cukup ngintip
dari dalem, mereka gantian ngecek keluar. Kira-kira jam 11, pas four stones di
luar semua, aurora mulai menampakkan wujudnya di kejauhan.
Tanpa pikir panjang mereka semua
langsung masuk mobil, mendekati sang aurora. Jung Woo dengar aktivitas aurora
lebih tinggi malam ini. Jalanan yang makin lama makin gelap membuat mereka
makin tak sabar, aurora akan lebih terlihat jelas di tempat gelap.
Mereka tiba, dan cahaya hijau
yang menari-nari di depan mata sukses membuat mereka menganga. They’re so lucky
for seeing that magic aurora borealis two days in a row! Jung Woo suka lihat
aurora, tapi dia juga suka menatap langit yang penuh bintang. Ha Neul juga
menatap langit takjub, bagaimana bisa ada bintang sebanyak itu? Ribuan bintang
dan aurora berbagi langit yang sama is just.. wow!
Nggak lama mereka semua kompak
teriak, “Bintang jatuh!” Kepala mereka semua terdongak, dengan mulut yang
menganga menatap langit menakjubkan di atas mereka. Tempat yang mereka datangi
benar-benar gelap, tempat sempurna untuk memandangi langit. Sumber cahaya hanya
dari bulan purnama yang bersinar terang.
Mereka makin takjub pada Iceland
yang punya segalanya. Pantai berombak, air terjun, geyser, masih ditambah
dengan langit yang secantik ini. Mendongak berapa lamapun tak membuat mereka
puas, sampai akhirnya Ha Neul mencoba berbaring di atas salju. Mereka berempat
pun akhirnya berbaring agar lebih puas menatap langit, oh.. tentu dialasi
selimut atau mereka akan membeku dalam semenit, hahaa.
Pemandangan di atas mereka
membuat mereka bicara soal impian. Impian Ha Neul adalah hidup panjang umur dan
sehat selalu. Sementara impian Sang Hoon hyung adalah menjadi aktor yang
berakting sangat bagus. “Kalau begitu kamu sudah mencapainya,” timpal Jung Suk.
Menurut Sang Hoon hyung belum, bukankah itu impian seumur hidup mereka? Semua
setuju, akting adalah proses pembelajaran tanpa akhir.
Saat ditanya impiannya, Jung Suk
hanya ingin hidup dengan bahagia. Semua kembali setuju, itu justru hal
tersulit. Impian Jung Woo juga mirip dengan itu, ingin bahagia dengan
orang-orang yang disayanginya. Mereka adalah empat orang dengan masa lalu yang
sulit dan harus melangkah perlahan untuk sampai ke diri mereka sekarang.
Keberhasilan yang sekarang ini mereka capai semua berkat kerja keras dan
keyakinan kalau suatu hari mereka akan berhasil. Saat wawancara individu, semua
punya kesukaan yang sama akan langit dan bintang... so, PD Na nggak salah dong
bawa mereka ke Iceland? Ihiy!
Tak lama, mereka saling
bertanya, “Kakimu dingin? Apa yang hilang dari tubuhmu?” Sang Hoon betisnya
yang hilang, Jung Suk pinggul, dan Ha Neul nggak yakin dia masih bisa berdiri
nggak, HAHAHA, mereka bekuuu! Semua ngakak, apalagi pas Sang Hoon hyung bilang
dia berasa kayak ikan beku di pasar ikan, berharap ada ibu-ibu yang bawa mereka
pulang. HUAHAHAA!
Biarpun nyaris beku, momen itu
benar-benar berkesan buat mereka. Jung Suk nggak akan lupa bintang-bintang yang
mereka lihat malam itu. Sang Hoon bilang dia sayang orang-orang yang berbaring
di sebelahnya (aww!), dan mereka menatap langit yang sama, pasti itu akan jadi
kenangan yang indah.
Kembali ke mobil, mereka jadi
ingin pergi bersama saat sudah kembali ke Seoul nanti. Ke tempat yang dekat
saja seperti Yongin, atau lihat bintang di Gapyeong, usul Ha Neul. “Bersama
siapa?” tanya Sang Hoon hyung. “Teman-teman,” jawab Ha Neul yang lalu ketawa,
merasa dirinya dijebak. “Kenapa kalian begini? Rekam saja aku dengan kamera
tersembunyi,” protesnya sambil ngakak. Hahaha.
Kedinginan bikin mereka pengen
makan ramen, sebagai yang tertua, Sang Hoon hyung didaulat untuk minta ke kru
lewat walky talky. Sang Hoon langsung minta tiga bungkus ramen, tapi sama
sekali nggak ada jawaban. Haha, dicuekiiiin! Sang Hoon hyung sampe pura-pura
kesel, nanti di Korea dia akan makan 8 bungkus ramen sendirian. Semua langsung
ngakak.
Di apartemen yang hangat, Jung
Suk lalu mandi, Jung Woo nggak tau ngapain, Sang Hoon hyung yang kangen
keluarga video call-an sama istrinya, dan Ha Neul yang ada di dekatnya menatap
mupeng. Tapi Sang Hoon hyung sedih, anak-anaknya udah pergi sekolah jadi dia
nggak bisa ngobrol sama anaknya.. padahal dimanapun di Iceland, dia pasti inget
anak istrinya. Uwaa, liat fotonya happy family banget!
Tapi nggak lama Sang Hoon hyung
gantian ditelpon, dan anak-anaknya kali ini juga ada di seberang telpon.
Lucunya, mereka malah bilang, “Siapa? Tutup telponnya,” Huahahaa, tapi istrinya
bilang kalau anak mereka kemaren bilang kalau rindu ayahnya, aaaaww, terharu
deh Sang Hoon hyung-nya. Telpon sudah ditutup pun, dia masih natap ponselnya
lama.
Saat itu sudah malem banget,
tapi PD Na datang untuk memberitahukan sesuatu yang penting. Kemarin, di daerah
Reyjavik sampai Selfoss ada badai dan hujan salju berat. Badai salju terbesar
sejak 1937. Anginnya juga sampai 25 m/s. Walaupun salju terus berusaha
dibersihkan, tapi banyak mobil yang terjebak dan banyak kecelakaan. Dari
footage, badai saljunya bener-bener serem!
Kalau badainya berat, mereka
bisa terjebak di Selfoss dan bisa ketinggalan pesawat. Mereka akan lihat
ramalan cuaca besok pagi, dan kalau tetap buruk, mereka akan batalkan syuting
dan pergi semobil. Selesai bicara, PD Na menyerahkan kresek hitam yang daritadi
dibawanya, isinya.. tiga bungkus ramen. Yay!
Jung Woo langsung ke dapur,
walaupun badai datang dia tetep mau makan ramen dulu, hahaha. Mereka lalu makan
ramen dengan nasi yang sepertinya enaaaak, jadi pengeeen!
Selesai makan, Ha Neul tugas
cuci piring sambil dengerin musik (OST Misaeng aja dong yang dia puter). Ha
Neul yang pantatnya kesana kemari sesuai iringan musik bikin Sang Hoon hyung
sama Jung Suk yang masih duduk di meja makan gatel pengen ngerjain. Gerakan
geal geol Ha Neul yang makin heboh bikin Sang Hoon hyung si bos mafia nyuruh
Jung Suk anak buahnya nusuk pantat Ha Neul pake dua telunjuknya.
Jung Suk agak berat, tapi
akhirnya maju juga meskipun ragu-ragu. Dan nyaris ketahuan karena Ha Neul noleh
yang terus cuma disenyumi Jung Suk, biar nggak curiga. Tapi akhirnya Jung Suk
berhasil dengan misinya. Ha Neul sampe kaget karena tau-tau ada yang mendarat
di pantatnya. Hahaha, usil banget sih!
Berharap cuaca besok cukup baik,
four stones pun pergi tidur. Sebelumnya, Jung Suk jemur kaos kakinya dulu di
pemanas di kamarnya. Alhamdulilaaaaaah biar baju entah berapa hari nggak
dicuci, setidaknya kaos kakinya dicuci ya Allah, hahahaha.
Paginya, hujan salju makin lebat
dan angin kencang tak berhenti. Four stones baru bangun saat para kru datang
untuk membicarakan langkah selanjutnya. Pagi ini anginnya cukup kuat dan bahaya
untuk pergi, dan kecepatan angin akan paling lemah menjelang sore. Jadi mereka
harus menunggu dan berangkat menjelang sore. Mereka seneng malah, soalnya bisa
lanjut tidur, haha.
Sementara itu para kru yang
menginap di hotel lain menyewa satu pemandu terbaik untuk melihat keadaan di
jalan tol 1, jalan utama dan satu-satunya menuju Reykjavik. Yang tricky adalah
hari itu suhu pas 0°C, dan dengan suhu segitu jalanan berpotensi jadi sangat
licin karena kelembaban sangat rendah. Halangan terbesar ada di bagian akhir,
yaitu setelah Selfoss karena mereka harus melewati pegunungan dan harus
hati-hati karena jalan licin.
Jelang jam 12, pemilik apartemen
datang dan memberitahu kalau sudah hampir waktunya check out. Semua
malas-malasan waktu dibangunkan Ha Neul, dan baru bangun setelah dipanggil 30x,
itu juga masih ngantuk, hahaha. Padahal Ha Neul yang rajin udah selesai beberes
bawaan mereka yang segambreng (tapi makanan sisa semua, hahaa).
Saat interview, Ha Neul ditanya
apa perannya di antara four stones.. “Jung Suk mengemudi, Sang Hoon hyung
memasak, peranmu apa?”
Ha Neul diam bentar lalu jawab
kalau perannya adalah bereaksi. Ha Neul beraksi dengan ketawa paling kenceng
selama 1,5 menit untuk setiap jokes nggak penting yang dibuat hyung-hyungnya.
Dan, karena jadi yang termuda.. dia juga harus meladeni permintaan-permintaan
nggak penting hyungnya.
Jung Woo: “Ha Neul-ah, boleh
pinjam pembersih mukamu?”
Jung Suk: “Ha Neul-ah, pasta
gigi di mana? Oh, lupakan.. ini ada di mulutku.”
Sang Hoon: “Ha Neul-ah, di mana
tanganku?” Dan tetep lho Ha Neul dateng tergopoh-gopoh terus megang tangan Sang
Hoon hyung sambil bilang.. ini dia. HUAHAHA, Ha Neul sampe teriak stress,
“Rekam saja aku dengan kamera tersembunyi!”
Tapi berkat Ha Neul, mereka jadi
lebih segar saat meninggalkan apartemen. Jung Suk masukkan barang ke bagasi dan
bilang dengan semangat ke kru kalau mereka akan ke restoran pizza dekat sini.
Tapi dia langsung mengeryit begitu lihat ombak di kejauhan yang tampak tinggi
banget. Mereka dibilangin kalau ini cuaca normal di Iceland, dan diminta untuk
nggak kaget.
Four stones langsung menuju
restoran pizza yang sudah ramai, mungkin karena cuaca buruk. Mereka pesan
Americano dan garlic pizza dan satu lagi seperti biasa Jung Woo minta
rekomendasi waiternya dan langsung iyain karena harganya nggak terlalu mahal.
Karena semua orang di sekeliling mereka makan sup dan roti, Sang Hoon hyung
jadi penasaran apa itu gratis?
Uri maknae Ha Neul yang disuruh
pergi tanya dan ternyata nggak gratis, beli sup dulu baru dapet rotinya. Tapi
Sang Hoon hyung akhirnya maju juga dan beli dua sup untuk mereka berempat.
Pizza yang kelihatannya enak
banget pun datang, garlic pizza dan pepperoni and beef pizza. Mereka makan
banyak karena tak tau apa yang akan terjadi hari ini. Selagi makan, ada
keheningan yang tak wajar di meja mereka. Sang Hoon hyung yakin mereka
berpikiran sama, “Tidakkah kamu terbayang sosis?” HUAHAHAHA, iya ya ini hari
pertama mereka nggak ketemu sosis.. sampe kehilangan gituu.
PD Na menghampiri mereka yang
sudah selesai makan dan memberi instruksi kalau mobil kru yang akan memandu
jalan, mereka akan jadi mobil kedua, dan empat mobil akan jalan pelan-pelan.
Yang penting jangan menginjak rem karena mobilnya bisa terdorong angin dan
berputar. Intinya, jalan pelan-pelan dan semua akan baik-baik saja.
“Pengemudi terbaik harus turun,”
ujar PD Na. Semua langsung nunjuk Jung Suk. PD Na yang tadi udah mau pergi
sampe berbalik lagi karena nggak yakin (ha Jung Suk hobinya salah jalan, haha),
“Jo Jung Suk-ssi? Bukankah kamu menang Anugrah Supir Terbaik di festival film?”
Semua langsung ngakak.
Persiapan ban, kaca depan,
kamera, semua sudah oke. Rombongan mulai jalan dengan mobil four stones di
urutan kedua. Jung Suk janji akan mengemudi hati-hati dan waspada.
“Sampai jumpa, Vik!” ucap mereka
saat mobil berbelok meninggalkan kota.. menuju badai salju ke arah Reykjavik.
Punya link nya yg english/indo sub kah??nyarinya susah yg full :(
ReplyDeletePunya link nya yg english/indo sub kah??nyarinya susah yg full :(
ReplyDeleteknapa aku jd ikut2 khawatir yak sama badai salju di Reykjavik 😟.. gomawo kak Difa sinopsisnya 😊
ReplyDelete