Musim dingin pertama setelah
Kotoko masuk universitas. Kotoko menyiapkan bekal dengan gembira di dapur, ayah
dan ibu Naoki serta ayah Kotoko akan melakukan perjalanan bersama ke pernikahan
kawannya. Mereka berpamitan dengan gembira pada Kotoko dan Yuki,namun ibu Naoki
khawatir meninggalkan mereka hanya berdua di rumah dan bertanya apa perlu
kupanggilkan Naoki? Kotoko berkata tak perlu, Irie-kun mungkin sibuk, hanya
sehari rasanya tak masalah. Kotoko menyerahkan sandwich yang dibuatnya sebagai
bekal. Ayah Kotoko sangsi dengan bekal buatan Kotoko *hahaa*, tapi Kotoko
meyakinkan kalau kemampuan memasaknya sudah meningkat sedikit sekarang. Mereka pun
akhirnya berangkat. Kotoko bertanya dengan riang pada Yuki, “kau mau apa untuk
makan malam?”. Yuki tak terlalu bersemangat dan berkata terserah Kotoko saja.
Makan malam siap dan Kotoko
memanggil Yuki. Hari ini Kotoko memasak hamburger, hmm, dari tampilannya sih
lumayan. Kotoko meminta Yuki mencicipi masakannya, Yuki memotong sedikit
hamburgernya, memakannya dan menilai kalau rasanya lebih baik dari tampilannya.
Kotoko senang, “Benarkah? Aku mengikuti resep Kin-chan kali ini dan aku sedikit
percaya diri. Oya, sayuran di sekeliling hamburgermu jangan lupa dimakan juga”.
Kotoko lalu mulai ikut makan dengan ekspresi puas, kali ini masakannya
berhasil, haha. Yuki tampak tak bersemangat dengan makanannya dan tiba-tiba
mengeluhkan perutnya yang sakit luar biasa. Kotoko panik dan khawatir kalau
Yuki jadi seperti ini karena masakannya. Kotoko mencoba menelpon Naoki, tapi
kemudian sadar kalau Naoki tak punya ponsel *whatt?? Hari gini nggak punya
ponsel??*. Ibu Naoki juga tak bisa dihubungi. Kotoko sangat panik dan menelpon
ke restoran ayahnya, Kin-chan yang mengangkat juga ikut panik karena tak bisa
memberikan solusi. Senior Kin-chan mengambil alih telponnya, “Kau bilang
keracunan makanan? Apa kau juga memakannya? Apa kau baik-baik saja saat ini?”. Kotoko
sadar kalau dia baik-baik saja. Senior Kin-chan melanjutkan, “berarti mungkin
bukan keracunan makanan, banyak sekali penyebab nyeri perut, bisa saja karena
usus buntu atau penyakit lain. Sekarang telpon ambulance segera”. Kotoko mengiyakan
dan Kin-chan berkata kalau ia akan membantu menemukan Naoki. Kin-chan segera
minta ijin pada seniornya untuk keluar sebentar, seniornya mengiyakan, tapi
shock begitu melihat banyaknya pengunjung dan dia sendirian, haha.
Kin-chan meminta bantuan Jinko
dan Satomi agar bisa segera menemukan Naoki. Tak ada seorang pun yang tau
alamat Naoki, tapi Kotoko tau tempat kerja Naoki, ingat Jinko dan Satomi.
Kin-chan langsung menelepon Kotoko, tapi Kotoko yang masih panik dan baru
sampai rumah sakit tidak mendengar kalau ponselnya berbunyi. Jinko dan Satomi
hanya tau daerah tempat kerja Naoki, Kin-chan memutuskan untuk langsung
mencari. Jinko dan Satomi yang ingin ikut dengannya diminta untuk mencari info
dari Matsumoto Yuko saja.
Dan ya ampun, Kin-chan keren
banget, semua kafe di daerah yang disebutkan tadi dimasuki satu per satu, tapi
ia masih belum menemukan Naoki. Jinko dan Satomi berhasil menemui Yuko yang
juga tak tau alamat rumah Naoki, Naoki tak pernah memberitahunya, tapi Yuko
menyebutkan kafe tempat Naoki bekerja meski Yuko tak yakin dengan shift kerja
Naoki. Kin-chan yang langsung diberitahu tempatnya langsung menuju kesana, dan
akhirnya Naoki ketemu. Yaampuun, untung ya Naoki lagi kerja, kalo nggak kudu
nyari kemana lagi coba??
Kin-chan memberi tau Naoki kalau
Yuki sakit dan tanpa banyak komentar Naoki langsung menyambar jaketnya dan
pergi dengan Kin-chan ke rumah sakit tempat Yuki dirawat.
Kotoko bingung saat dokter yang
merawat Yuki berkata kalau kondisi Yuki tak parah, tapi perlu segera dioperasi
dan bertanya apa kau keluarganya? Kotoko menggeleng dan berkata orang tua Yuki
sedang bepergian. Dokter meminta Kotoko menghubungi anggota keluarga yang lain
karena ada surat persetujuan yang harus ditandatangani. Kotoko semakin bingung.
Naoki sampai RS dan langsung
bertanya dengan panik pada perawat dimana Yuki dirawat. Naoki masuk ke kamar
Yuki dan bertemu Kotoko yang bilang kalau Yuki perlu segera dioperasi. Naoki menenangkan,
ia sudah menjalani semua prosedur yang diperlukan dan Yuki akan segera
dioperasi. Dokter masuk ke ruangan Yuki dan berkata operasi siap dilakukan
sekarang.
Yuki masuk ke kamar operasi. Kotoko,
Naoki, dan Kin-chan menunggu di luar. Kin-chan berpamitan pada Kotoko, ia harus
segera pergi karena ia meninggalkan seniornya sendirian di restoran. Kotoko berterimakasih
pada Kin-chan dan meminta Kin-chan menyampaikan terimakasihnya untuk senior
Kin-chan.
Kin-chan sudah berbalik pergi saat Naoki memanggilnya dan
membungkukkan badannya dalam-dalam, berterimakasih pada Kin-chan. Kin-chan
kembali mendekat dan marah, “Kau egois sekali. Tak ada seorang manusia pun yang
bisa hidup sendirian. Kau tidak memberitahu alamatmu pada siapapun, kau tidak
bisa ditemukan pada kondisi darurat seperti ini. Apa kau tau betapa paniknya
Kotoko?”. Naoki terdiam. Kin-chan pergi setelah Kotoko sekali lagi
berterimakasih padanya. Naoki tampak memikirkan perkataan Kin-chan dan terduduk
di kursi ruang tunggu. Kotoko yang serba salah berkata kalau ia harus segera
menelpon ibu Naoki. Naoki memberi isyarat kalau Kotoko tidak boleh ribut di
ruangan RS, Kotoko mengerti dan keluar untuk menelpon.
Ibu Naoki panik saat diberitahu
Yuki sedang dioperasi dan berkata kalau ia akan segera kembali ke Tokyo
bagaimanapun caranya. Haha, jadi pas ditelpon itu ibu ayah Naoki sama ayah
Kotoko lagi sibuk cari tumpangan ke Tokyo di tengah badai salju, sudah tidak
ada penerbangan atau kereta menuju Tokyo lagi.
Naoki menyusul Kotoko keluar dan
menemukan Kotoko yang menangis. Naoki menarik kepala Kotoko dan menyandarkannya
di dadanya *ceritanya back hug*. Kotoko semakin menangis dan berkata kalau ia
benar-benar takut. Kotoko berbalik dan memeluk Naoki. Naoki terkejut tapi
berusaha menenangkan Kotoko. *aww, scene ini beneran sweet banget,
Naokiiiiiiii!!*
Operasi Yuki berjalan dengan
lancar. Dokter berkata pada Naoki, untung gadis itu bertindak cepat dan
langsung membawa Yuki kesini, ini adalah penyakit yang bisa disembuhkan,tapi
dapat berakhir fatal, terutama jika terjadi pada anak kecil. Dokter meminta
Naoki untuk pulang malam ini, Yuki masih harus berada di ICU, tak perlu
ditunggui dan kembali saja besok.
Naoki menemui Kotoko yang langsung
berkata kalau ia saja yang menunggu Yuki malam ini. Naoki menggeleng, Yuki
berada di tangan yang tepat, sebaiknya kita pulang saja malam ini, aku akan
mengantarmu pulang. Eh tapi ternyata di luar lagi hujan salju. Naoki bergumam
kereta terakhir sudah tak ada, dan tak mungkin pulang naik taksi dalam kondisi
seperti ini. Kotoko mengamati jalanan dan sadar kalau dari tadi tak ada mobil
yang lewat.
Naoki: “Kalau begitu kita ke
apartemenku saja, hanya 10 menit berjalan dari sini”
Naoki berjalan duluan tanpa
menunggu jawaban Kotoko. Kotoko shock dan menyusul Naoki sambil ribut soal
payung.
Begitu sampai, Naoki membuka
pintu dan mempersilahkan Kotoko masuk. Kotoko mengamati sekeliling ruangan
dengan excited dan mulai heboh sendiri dengan imajinasinya.
“Apa Yuko-chan pernah kemari?”
“Tidak. Kau yang pertama.” *aawww...*
Naoki bertanya apa Kotoko mau
mandi duluan, kau pasti kedinginan. Kotoko langsung menolak, kau saja dulu, kaulah
pemilik rumah. Begitu Naoki mandi, Kotoko heboh sendiri dengan pikirannya. “Astaga,
hanya aku berdua dengan Naoki di ruangan ini. Dan lagi, hanya ada satu tempat
tidur. Aku pernah mengalami yang semacam ini, tapi sekarang situasinya berbeda”.
Pokoknya hebohnya Kotoko banget dah.
Naoki selesai mandi dan
menyodorkan baju ganti miliknya untuk Kotoko. Kotoko dengan gugup menerimanya
dan masuk ke kamar mandi. Di kamar mandi Kotoko heboh lagi, “ah, ini shampoo
yang dipakai Irie-kun. Ah, ini sabun yang baru dipakai Irie-kun” *lah, bukannya
pernah serumah ya?*. Naoki mengetuk pintu kamar mandi, Kotoko panik, tapi Naoki
hanya mengatakan letak handuknya. Kotoko mengambil handuk dan menciuminya,
terus pingsan. Hahaa, nggak tau ding pingsan apa nggak, yang jelas Naoki kayak
denger suara gedebuk, tapi nggak terlalu dia pikirin.
Naoki sedang membaca buku waktu
Kotoko selesai mandi dan berterimakasih. Naoki bilang kalau ia akan pergi tidur
sekarang, aku akan tidur di kasur dan kau di bawah. Kotoko langsung kaget, apa
kau tak seharusnya berkata, baiklah aku tidur di bawah, kau pakai saja tempat
tidurnya. Naoki akhirnya bilang kalau ia bercanda dan menyuruh Kotoko untuk
tidur di atas, dan dia menyiapkan selimut untuk alas tidur di lantai. Naoki mematikan
lampu dan bersiap tidur. Kotoko naik ke tempat tidur dengan ragu. Nggak lama, Kotoko
memanggil Naoki dan bertanya apa lampunya harus dimatikan semua, apa tak bisa
menyalakan satu lampu kecil saja? Naoki bilang ia tak bisa tidur kalau tak
benar-benar gelap. Tapi Kotoko kekeuh, aku tak bisa ke kamar kecil kalau
segelap ini. Naoki mengalah lagi dan menyalakan satu lampu di samping tempat tidur,
“apa ini cukup?”. Kotoko mengangguk.
Naoki kembali ke posisinya di
lantai dan berusaha tidur lagi. Kotoko gelisah dan bertanya lagi, ”apa kau tak
kedinginan? Biar aku saja yang tidur di lantai”. Naoki bangun dan kesal, tentu
saja disini dingin, lalu bangkit dan tidur di samping Kotoko, cuma ini cara
agar kau tidak cerewet lagi. Kotoko shock dan panik. Naoki tidur membelakangi
Kotoko.
Dalam hati Kotoko: “Apa yang aku harapkan? Yuki-kun dalam
keadaan seperti ini. Aku tak bisa melakukannya. Tapi...kita ada di kasur yang
sama dan dia tau mencoba melakukan apapun padaku. Apa ini berarti aku tak
menarik sebagai wanita? Ah iya, pasti begitu”
Naoki tiba-tiba bertanya, “Apa
kau depresi? Aku tau kau depresi karena aku tak mencoba melakukan apapun?” Kotoko
menyangkalnya. Naoki: aku tak ingin semua berjalan seperti keinginan ibu, jika
ia tau kau bermalam disini dan jika sesuatu terjadi, itu jelas yang ia
inginkan, dia akan mengontrol seluruh sisa hidupku. Kotoko membayangkan reaksi
ibu Naoki dan berkata ia mengerti.
“Itulah sebabnya aku tak
memberitau dimana aku tinggal. Jika ibu tau, dia akan membuat kunci duplikat,
mengundang dirinya sendiri untuk datang dan memasak 3 kali sehari untukku. Jika
itu terjadi, tak ada artinya lagi hidup sendiri. Jika aku tetap tinggal di
rumah, lulus kuliah, dan mengambil alih perusahaan ayahku. Aku mencari tau apa
itu yang kuinginkan. Aku hanya akan mengikuti takdir yang dibuat orang tuaku. Tak
masalah kalau itu sesuatu yang benar ingin kulakukan, tapi aku tak yakin. Aku ingin
hidup mandiri untuk menemukan apa yang ingin kulakukan pada hidupku”
“Kau pernah bilang kalau aku
sadar hidupku lebih menarik saat menghadapi tantangan daripada tanpa kerja
keras”
Naoki membenarkan.
“Jadi kau tidak memulai hidup
sendiri karenaku?”
“Untuk apa aku mencari banyak
masalah untuk hal semacam itu. Hidup sendiri sudah cukup berat. Aku sadar
betapa manjanya aku saat di rumah. Tapi, ini terjadi karena itu, kau selalu
menjadi sumber masalah bagiku, tapi kali ini aku yang menyebabkan masalah
bagimu”
Kotoko menggeleng, “Tidak
seperti itu, ini satu-satunya yang bisa
kulakukan. Kau bisa melakukan segalanya karena kau jenius. Aku berpikir soal
ini di RS tadi, hidup orang tergantung pada keputusan yang diambil dalam
hitungan detik, sesuatu yang sangat kecil bisa membuat penyakit yang bisa
diobati menjadi tak bisa diobati. Aku sadar betapa rapuhnya hidup manusia”
Naoki mengakui kalau ia juga
takut, tapi hidup kita sudah ditentukan Tuhan, tak ada yang bisa kita lakukan
“Tapi aku merasa kau bisa,
Irie-kun. Kau bisa menemukan obat baru. Atau kau bisa menjadi dokter dan
menyembuhkan penyakit dalam hitungan detik. Kau sangat berpotensi. Kau mulai
hidup sendiri untuk mencari kemungkinan-kemungkinan”
“Meskipun ada jutaan
kemungkinan, itu tak berarti apapun kalau kau tak tau apa yang ingin dilakukan.
Sampai aku mampu melakukan segalanya atau aku bosan. Saat hidupku menjadi
sangat sibuk. Apa yang penting untukku. Apa yang membuatku tertarik. Sedikit demi
sedikit, aku akan menemukannya”
Tak ada tanggapan dari Kotoko,
Naoki curiga dan berbalik. Bener aja, Kotoko sudah tertidur. Naoki memandangi
Kotoko dan berkata, “Kau selalu seperti ini di saat penting”, sambil terus
memandangi Kotoko yang tertidur. Aaaakk, Naoki, ciyee!
Paginya, Naoki bangun dan tak
menemukan Kotoko di sampingnya. Di meja sudah tersedia kopi, dan notes dari
Kotoko, “Aku langsung ke tempat Yuki. Minumlah kopi ini jika kau ingin. P.S.
kita berbicara banyak semalam. Terimakasih. Kotoko.” Naoki meminum kopinya
sambil menghela napas memandang apartemennya. Jangan-jangan dia kesepian lagi
udah nggak ada Kotoko, fufufuu..
Ayah ibu Naoki dan ayah Kotoko
sampai ke rumah dengan penampilan berantakan, banyak daun nempel gitu, dan ibu
Naoki langsung heboh manggil Kotoko. Ibu sedang sibuk menyiapkan pakaian Yuki
saat Iri-chan menariknya melihat keadaan rumah yang sepertinya takberubah sejak
semalam. Ayah Kotoko juga datang dan berkata kalau Kotoko tak ada di kamarnya,
sepertinya ia belum kembali. Ibu Naoki panik, kemarin katanya semua baik-baik
saja, tapi sesaat kemudian sadar, apa mungkin ia di apartemen Naoki? Ibu Naoki
heboh sendiri sementara para ayah sedikit shock.
Naoki berjalan di koridor RS
bersama seorang perawat (Aiko Sato! Kotoko di Itakiss 1996, aaak!), adikmu baik-baik
saja, seorang gadis muda datang sangat pagi dan merawatnya, tampaknya Yuki
sudah lebih nyaman. Mereka masuk ke kamar rawat Yuki dan mendapati keduanya
tertidur, “ah, dia pasti sangat lelah, jangan membangunkannya. Pacarmu sangat
cute, aku jadi ingat saat aku sepertinya, I-ri...” Yak, doi inget sama Kassi,
sebelum ngelantur, perawat Kotoko buru-buru pergi.
Naoki melihat barang-barang yang
dibeli Kotoko untuk Yuki, hiasan di dinding yang dibuatnya, burung-burung
kertas yang berserakan di tempat tidur, dan (kembali) memandangi Kotoko yang
tertidur di sisi Yuki.
Kotoko terbangun dan melihat
Naoki, “Irie-kun”. Naoki hanya berkata Yuki sedang tidur dan meletakkan bunga
yang ia bawa di kasur Yuki. “Sulit dipercaya ia sangat kesakitan kemarin,
dokter bilang ia bisa segera pulang.” Naoki mengiyakan dan mengajak Kotoko
untuk bicara. Mereka pergi ke loteng RS, Kotoko senang bisa menghirup udara
bebas. Sambil berjalan Naoki berkata, “hey, kau selalu berkata kau mencintaiku,
tapi apa kau pernah berpikir soal perasaanku?” Kotoko tersenyum, aku tau kau
sama sekali tak tertarik padaku. Naoki bergumam “bodoh” dan berbalik menatap
Kotoko yang terkejut, itu tak benar, kata Naoki yang semakin mendekat dan
mencium Kotoko.
Kotoko bangun dan berteriak,
YANG KEDUA! Kotoko sadar kalau itu cuma mimpi. Saat melihat ke arah Yuki yang
sudah bangun, Kotoko khawatir kalau teriakannya membuat Yuki terbangun dan
panik saat melihat wajah Yuki merah dan mengira suhu tubuh Yuki naik lagi. Yakin,
ekspresi Yuki juara! Antara frustasi, stress, sama bingung. Yuki berkata ia
baik-baik saja dan menunjuk bunga yang dibawa Naoki, kakak membawanya untukku, saat
kau tertidur. Kotoko kaget karena Naoki tak membangunkannya. Kakak harus segera
ke kampus, jawab Yuki. Kotoko lalu pergi menaruh bunga di vas.
“Jadi ini sama sekali bukan
mimpi”, pikir Yuki sambil mengingat sesuatu. Yuki membuka matanya saat
Naoki duduk di samping tempat tidurnya memandangi Kotoko yang tertidur. Yuki hendak
memanggil kakaknya saat Naoki tiba-tiba mendekat dan mencium Kotoko. Yuki melihat
semuanya dan shock! Saat sadar Yuki melihat apa yang dilakukannya, Naoki hanya
tersenyum dan memberi isyarat Yuki untuk diam dan pergi. Btw ini Naoki kok adem
ayem aja ya pas Yuki liat doi nyium Kotoko, nggak kaget sama sekali..
Saat Kotoko kembali dengan vas
bunga di tangannya, Yuki hanya bisa memandangi Kotoko, masih dengan wajah
shocknya.
Komentar:
Sweetness overload! Yang nggak
nguatin dari Naoki adalah tatapannya, he can’t take his eyes off to Kotoko. Coba
kalo Kotoko sensitif sedikiiiiiit aja. Paling kasian sama Yuki, dia nggak
percaya kalo Naoki ternyata beneran suka Kotoko, sampe bener-bener frustasi
gitu ekspresinya, haha. Btw, Kin-chan, Jinko dan Satomi bener2 sahabat yang paling baiik buat Kotoko. -Difa-
Ini episode favoritku! Jadi ga sabar nunggu tayangan yang berikutnya...Yippieeee
ReplyDeleteSamaa! Episode terfavorit so far.. :D
Delete