Movie: Steal My Heart
(English title) / Catch Me (Korean English title)
Revised
romanization: Kaechimi
Hangul: 캐치미
Director: Lee Hyun-Jong
Writer: Lee Hyun-Jong
Release Date: December 18,
2013
Genre: Melodrama, romance,
comedy
Runtime: 115
min
Distributor: Lotte
Entertainment
Language: Korean
Country: South Korea
Lee Ho Tae (Joo Won), detektif
dengan karir cemerlang, tindakan kecilnya mampu membuat seorang penjahat
tertangkap. Menurutnya, hal terpenting dalam menangkap penjahat adalah otak.
Rasional digabung dengan perasaan. Jika melihat penampilan luar atau hanya
dengan perasaan, kita akan mudah jatuh dalam perangkap pelaku kejahatan.
Kenapa? Karena mereka adalah manusia yang gila.
Kepala polisi masuk dan
marah-marah, dalam 3 bulan terakhir ada 6 orang yang hilang, 5 diantaranya
ditemukan sudah menjadi mayat. Tapi tak ada jejak pelaku, TKP tak diketahui,
pelakunya orang yang sama atau bukan juga tak dapat dikonfirmasi. Kepala polisi
makin marah, bukankah ini pembunuhan berantai?
Lee Ho Tae masuk dan
membenarkan, persamaan dari kasus pembunuhan berantai ini adalah tak
diketahuinya TKP. Menurut kesaksian orang dalam, kontak terakhir dari para
korban yang hilang adalah cafe, gym, atau tempat ramai lainnya. Jadi ini bukan
penculikan, tapi sukarela dan kemungkinan pelakunya adalah orang yang dikenal.
Ho Tae berkata dengan yakin kalau malam ini pelakunya akan segera tertangkap.
Kemungkinan besar pelaku akan muncul di lapangan golf yang sering
dikunjunginya.
Detektif lain pun segera
mengincar target. Ho Tae menyebutkan ciri si pelaku yang tingginya sekitar 180
cm, dahinya berbentuk M karena rambut rontok, jadi ia mungkin akan muncul
mengenakan topi. Dan dari tulisan tangannya, kemungkinan pelaku orang yang
kidal. Dugaan terbesar, tersangka adalah direktur klinik bedah plastik, Park
Teuk Lee.
Dan ciri yang disebut Ho Tae
persis dengan target. Detektif yang mengintai melapor kalau pelaku mengambil
sesuatu dari bagasi belakang, dan ternyata sekop. Di kantor polisi, semua bersorak,
pelaku telah tertangkap!
Tapi, saat menyebrang tersangka
ditabrak mobil yang lewat dengan kecepatan tinggi sampai terpental jauh. Tersangka
masih bisa bangun, tapi mobil tadi malah mundur.. dan menabraknya lagi.
Detektif yang ada di tempat kejadian langsung berlari panik, tapi mobil tadi
keburu kabur.
Tersangka yang luka parah
dilarikan ke RS. Ho Tae malah mengejarnya dengan pertanyaan korbannya
dikuburkan dimana. Dokter jadi marah dan memintanya melihat keadaan pasien. Ho
Tae tak terima, pasiennya adalah seorang kriminal. Reporter yang ada disana
mulai protes, nyawa yang paling penting.
Kepala polisi mendekat dan berbisik,
minta Ho Tae menjaga citra baik kepolisian. Ho Tae mengangguk patuh, dan
menjelaskan pada para reporter kalau ia yakin dengan analisanya, kesimpulan
yang diambil dari bukti-bukti yang ada.
“Jika kesimpulanku salah,
konsekuensinya akan ditanggung oleh...” Ho Tae melirik Kepala Polisi yang
langsung protes. Ho Tae mendapat laporan kalau mayat yang tak sempat dikuburkan
telah ditemukan. Ho Tae tersenyum bangga, tapi Kepala Polisi mengambil alih dan
berkata pada reporter kalau mereka telah menemukan mayat di tempat kejadian.
Di kantor, Kepala Polisi
menyinggung soal posisi ketua tim pencarian ilmiah yang sedang kosong. Ho Tae udah
geer, tapi habis itu Kepala Polisi malah bilang kalau bukankah mereka harus
memberi penghargaan pada si penabrak? Ho Tae kesal, Kepala Polisi sampai ngakak
sendiri.
Identitas dan alamat si penabrak
sudah diketahui, Ho Tae berkata ia yang akan mengurusnya. Ia masih kesal, ia
yang bersusah payah, tapi malah si penabrak yang akan dapat penghargaan. Berdasar
buku psikologi yang dibacanya, Ho Tae yakin kalau si penabrak tak akan memarkir
mobil di lapangan parkir rumahnya. Tapi, tak ada tanda-tanda mobilnya di tempat
parkir umum. Ho Tae menduga mobilnya akan direparasi di bengkel terdekat, tapi
nihil juga.
“Memarkir mobil di tempat parkir rumah sendiri... idiot!” pikir Ho
Tae. Tapi, mobil itu beneran terparkir manis di depan rumah, dengan bemper
depan yang rontok. Ho Tae tertawa tak percaya, “Dia pasti orang yang aneh. Bukan, tepatnya idiot.”
Ho Tae mengetuk pintu, tak ada
jawaban. Eh tapi ternyata pintunya tak terkunci. Ho Tae masih mengamati saat
pengantar mie datang dan mendorongnya masuk. Si pengantar mie minta Ho Tae
membayar. Kesal, tapi dibayarnya juga. Ho Tae masuk dengan mangkuk mi di
tangannya. Orang yang dicarinya ternyata ada di dalam, sedang menyiram tanaman,
membelakanginya.
Ho Tae: “Mobil putih dengan plat
72-7651 yang parkir di luar adalah milik anda? Anda punya hak untuk tetap
diam...” Tak ada tanggapan. Ho Tae kesal dan memanggilnya, Yoon Jin Sook-ssi!
Yang dipanggil menoleh, wajahnya tertutup masker, dan memakai headset. Ia
mengira Ho Tae adalah pengantar mie. Ho Tae menunjukkan identitasnya, 4 hari
lalu, tanggal 17 sekitar jam 12 tengah malam, Anda membawa mobil dan menabrak
orang kan? Orang itu adalah pelaku pembunuhan berantai. Wanita itu hanya
mendengarkan dan bertanya apa kau menginterogasiku? Lalu masuk ke kamar.
Ho Tae tak sabar menunggu dan
memintanya cepat keluar. Jin Sook keluar, sudah siap untuk ikut dengan Ho Tae.
Ho Tae minta maskernya dicopot dulu. Jin Sook menggeleng. Ho Tae kesal, kita
akan ke kantor polisi, kalau tak mau terlihat pakailah topi. Jin Sook tetap tak
mau dan bertanya apa kau siap menanggungnya? Ho Tae tertawa, apa kau takut
wajah tanpa make up-mu terlihat, memangnya kita sedang kencan buta?
Ho Tae
akhirnya berhasil melepas maskernya dan terkejut. Jin Sook tersenyum, lama tak
berjumpa.
“Lee Sook Ja?” panggil Ho Tae
kaget. Wanita di depannya ternyata mantan pacarnya.
Bukannya terus pergi, Ho
Tae membiarkan Jin Sook memakan mienya dulu. Ho Tae berkata ini tepat 10 tahun,
ternyata kau adalah Yoon Jin Sook? Jin Sook akan menjelaskan, tapi Ho Tae
memintanya makan saja. Jin Sook menawari mienya, tapi Ho Tae menolak. Jin Sook
menyudahi makannya yang belum habis dan masuk untuk bersiap-siap.
Lihat mie
nganggur, Ho Tae tergoda dan memakannya. Jin Sook muncul, aku kena flu, tak
apa-apa kau makan itu? Ho Tae buru-buru berkata ia hanya makan kuahnya sedikit,
haha, malu ih.
Di mobil, Jin Sook bertanya apa
orang yang ditabraknya tak apa-apa? Ho Tae mengangguk, kau telah berjasa, orang
itu adalah pembunuh berantai. Jin Sook jadi takut, tapi terus bertanya, aku
yang menangkap orang itu? Ho Tae tertawa, kau menabrak orang yang kutangkap.
“KTP dan SIM bawa?” tanya Ho Tae. Jin Sook menggeleng, ia tak punya SIM.
Saking kagetnya Ho Tae sampai
berhenti mendadak, apa? Tak punya SIM berani bawa mobil? Jin Sook menjelaskan
yang penting punya mobil dulu, sambil latihan. Ho Tae berpikir keras sementara
Jin Sook tertidur di mobil karena flunya.
Mereka mampir ke apotek membeli
obat flu. Ho Tae hendak membayar dengan cek, tapi Jin Sook menolak, ia bayar
sendiri. Semua bersikeras, sampai si Apoteker bingung dan minta bayar pakai
kartu saja, hanya 4500 won. Jin Sook pun menyodorkan kartunya.
Di jalan, Ho Tae memberitahu
kalau mengemudi tanpa SIM hukumannya jauh lebih berat dari yang dibayangkan.
Tapi yang diajak ngomong ternyata tidur, haha. Ho Tae mendapat telpon kalau
pipa air di rumahnya bocor. Saat pulang, air sudah menggenang sampai keluar.
“Soketnya tak basah kan? Tak akan tersetrum kan?” tanya Jin Sook. Ho Tae
berkata tak apa-apa dan mulai melangkah masuk, tapi baru satu langkah udah kesetrum,
huahahaa. Untung tak apa-apa.
Mereka malah akhirnya mengepel
rumah. Ponsel Ho Tae berdering, dari kantor. Ho Tae mengajak Jin Sook segera
pergi sebelum jam pulang kantor. Jin Sook mengerti dan bangkit berdiri, tapi
malah nyaris terpleset dan jaketnya jadi basah, tapi tetap dipakai oleh Jin
Sook. Ho Tae ingat kalau Jin Sook sedang flu dan melepas jaketnya, tapi
kemudian memakaikan lagi, berulang-ulang. Jin Sook berkata ia tak apa-apa dan
bersiap pergi. Ho Tae malah makin ragu dan menawarkan teh. Tak usah, jawab Jin
Sook, nanti dapat makanan kok di penjara. Ho Tae tertawa, akhir-akhir ini
makanan di penjara tak enak dan pergi membeli makanan. Sementara Jin Sook
melihat-lihat rumah Ho Tae sampai bosan.
Saat kembali, Ho Tae ditelpon
Detektif Park, tapi ia berbohong kalau ia tak bertemu si penabrak dan buru-buru
pulang karena pipa air di rumah pecah.
Ho Tae sedang menyiapkan minuman
saat Jin Sook bangun. Ho Tae berkata mereka pergi kalau flu Jin Sook sudah
hilang. “Kalau begitu apa boleh aku pulang ke rumah dulu?” tanya Jin Sook. Ho
Tae mengomelinya, situasi sudah seperti ini. Jin Sook mengangguk-angguk dan
teringat, mereka pasti sudah terekam CCTV. Jin Sook mulai menghitung, 1, 2, 3,
4, 5,.. lebih kurang ada 8, apa tak akan masalah buatmu? Ho Tae menenangkan dan
menyodorkan minumannya.
Jin Sook tertarik melihat
koleksi mainan Ho Tae dan memegang salah satu. Dengan bangga Ho Tae menjelaskan
kalau itu dibuat tahun 1979, edisi terbatas yang hanya ada 100 di dunia ini.
Seorang kolektor bahkan menawarinya 10 juta, tapi Ho Tae tak akan menjualnya.
Tapi pluk, tangan robot itu terlepas tanpa sengaja. Jin Sook menunjukkan tangan
yang putus. Ho Tae melotot kaget, tapi tak bisa marah. Jin Sook tak enak dan
mencoba memperbaikinya, tapi bruk.. robotnya malah terbelah dua.
Ho Tae mukanya
sampai merah menahan marah. Jin Sook pura-pura tak terjadi apapun dan malah
pergi tidur, haha.
Ho Tae berusaha mereparasi robot
kesayangannya, tapi gara-gara terdistraksi Jin Sook yang tidur dan bersin keras
sekali, lengan robotnya malah terpasang di kepala, huahahaa. Ho Tae mendekati
Jin Sook yang tidur dengan kesal, tapi begitu di dekatnya malah memandanginya
dan akan membelai pipinya, tapi Jin Sook terbangun dan membuka mata. Ho Tae
pura-pura mengecek suhu tubuhnya dan pergi.
Flashback. Jin Sook duduk di
sebelah Ho Tae di bis, ia diikuti 2 pria bertampang seram dan diam-diam minta
Ho Tae turun bis bersamanya. Ho Tae setuju dan mengantarnya pulang sekalian. Di
jalan, Jin Sook bertanya apa Ho Tae mahasiswa? Bukan, jawab Ho Tae, ia siswa
ulangan dan sedang berusaha bisa masuk Fakultas Seni Rupa. Jin Sook berkata ia juga
suka lukisan. “Suka lukisan yang seperti apa?” tanya Ho Tae. “Lukisan yang
mahal-mahal,” jawab Jin Sook jujur.
Di depan sebuah toko, Jin Sook
berkata mereka sudah sampai. Ho Tae bertanya rumahmu di..? Jin Sook hanya
tersenyum dan menunjuk sebuah plang, “Sook
Ja Ga supermarket”. Ho Tae tersenyum, kalau begitu masuklah, Sook Ja-ssi.
Jin Sook tak berusaha meralat namanya yang salah dan minta Ho Tae pulang lebih
dulu. Ho Tae malah menyuruhnya masuk dulu. Jin Sook terpaksa masuk, baru buka
pintu sedikit sudah terdengar suara anjing menyalak. Ho Tae masih memandanginya
sampai pintu benar-benar tertutup. Di dalam, Jin Sook berteriak pada anjing
yang terus menyalak, dan... si anjing pun terlempar ke udara. Ho Tae sampe
bengong lihatnya.
Setelah aman, Jin Sook pun
keluar dari rumah yang ternyata bukan rumahnya. Tinggal Ho Tae yang merasa
bodoh karena lupa tanya nomor telpon Sook Ja-nya.
Di kantin kantor, Ho Tae menolak
gagasan Detektif Park yang ingin mengeluarkan surat penangkapan terbuka. Ho Tae
memastikan kalau dalam 2 hari, ia akan menyerah. Detektif Park tak percaya. Ho
Tae pun mengajak taruhan, traktir minum? Detektif Park akhirnya setuju.
Ho Tae pulang dan tak menemukan
Jin Sook. Melihat tas Jin Sook di sofa, Ho Tae penasaran dan menemukan
stetoskop dan tang di dalam tas, err, mencurigakan. Tapi mendengar suara Jin
Sook datang, Ho Tae buru-buru memasukkan lagi ke tas.
Jin Sook masuk dengan belanjaan
dan sambil menelpon orang, bicara tentang sewa 3 bulan yang tertunda. Jin Sook
cerita pada HoTae kalau rumah yang ia sewakan di Seong Book Dong uang sewanya
belum dibayar. “Kukira kau kab.., ah kukira kau kemana, bikin khawatir saja,”
sahut Ho Tae. Jin Sook pergi karena merasa aneh sendirian di rumah tanpa tuan
rumah, ia harus ganti baju dan bersiap-siap memberi kuliah. Ho Tae kagum,
kuliah apa? Jin Sook hanya menjawab pokoknya begitulah. Ho Tae jadi makin
penasaran. Jin Sook akhirnya menjawab kalau itu termasuk agak spesialis, tapi agak
susah dijelaskan. Ho Tae hanya mengangguk-angguk.
Jin Sook menawarkan diri memasak
makan malam yang lezat. Ia memasak pasta, dengan cara yang berantakan, bahkan
pake acara melempar pastanya ke kulkas. Hahaa, menurutnya kalau sudah matang
harusnya langsung lengket, dan kembali sibuk.
Ho Tae menuang white wine sambil
menunggu dengan sabar. Jin Sook mau mematikan api dan meniupnya tapi tak
berhasil, apinya malah terlempar ke belakang dan... jatuh tepat di celana Ho
Tae. Ho Tae masih bisa senyum-senyum, tapi begitu sadar langsung panik. Jin
Sook ikutan panik, dan berusaha memadamkan apinya dengan lap, tapi tak
berhasil.. dan menyiram dengan air yang ada di meja. Dan apinya malah makin
berkobar, huahaha, itu kan white wine, bukaan air putih.
Seperti sulapan, Ho Tae
baik-baik saja dan mereka akhirnya makan mi instan. Ho Tae tanya kenapa Sook
Ja, eh Jin Sook memundurkan mobil? Saat itu Jin Sook panik karena menabrak
sesuatu, bermaksud berhenti, tapi malah mundur. Ho Tae maklum, orang panik
pasti begitu. “Besok mau kesana?” tanya Jin Sook pelan. Ho Tae tersenyum dan
minta Jin Sook menyerahkan diri, ke kantor polisi kecil lebih bagus, toh cepat
atau lambat ia akan mengambil alih. Jin Sook tanya berapa lama ia akan dihukum?
Tak akan lama menurut Ho Tae, asal ia menerima investigasi tanpa perlawanan.
Ho Tae menyinggung soal perayaan
hari ke 100 mereka dulu, ia takut Jin Sook benar-benar pergi, karena ia juga
tak pergi. Jin Sook hanya mengangguk tak yakin, sementara Ho Tae merasa lega,
rasa bersalah selama 10 tahun akhirnya hilang juga.
Tinggal 1 hari lagi, Detektif
Park minta Ho Tae siap-siap mentraktirnya minum. Ho Tae cuma senyum. Menurut
Detektif Park, dari mobil impor yang dibawanya, sepertinya karirnya cemerlang,
rasanya tak mungkin ia akan kabur. Ho Tae menduga ia dosen dan bertanya berapa
harga sewa rumah di Seongbook-Dong? Itu kawasan orang berduit, jawab Detektif
Park, apa kau mau pindah kesana?
Ho Tae menggeleng dan akan
mengambil kopinya, tapi sebuah tangan memukul tangannya dan mengambil kopi itu,
detektif Oh, saingan Ho Tae. Ia berterimakasih atas kopinya dan pergi.
Detektif Oh menjelaskan kasus
pencurian lukisan karya Andro... Androno... “Andronov Nikola Ivanovic, seorang
maestro aliran realisme baru tahun 1960,” ralat Ho Tae yang daritadi sibuk
sendiri. Detektif Oh membenarkan, lukisan itu sekarang berada di Museum Seni
Soviet, tapi yang dicurinya adalah lukisan yang asli.
Pelakunya adalah gadis
bertudung hitam, yang di hari kejadian juga muncul di CCTV minimarket di dekat
situ dan mencuri sesuatu. Kepala Polisi minta semua hal harus diinvestigasi.
Detektif Oh sudah melakukannya, tapi profil pelaku tak ditemukan begitu saja,
karena dia adalah ‘new face’. Tapi tanpa sengaja jejaknya terekam di CCTV di
sebrang jalan, mukanya terlihat saat sedang makan ramen, dia adalah.. Yoon Jin
Sook.
Ho Tae yang daritadi tak
tertarik langsung kaget.
“Dia biasanya muncul di
tempat-tempat yang tak begitu ramai. Dia adalah pencuri barang seni paling top
di Korea. Dia adalah orang yang berbahaya bagaikan Rocky,” jelas Detektif Oh.
Dari penyelidikan, dia menyewa sebuah rumah di Seongbook-Dong seharga hampir
500 juta won. Kepala Polisi menarik kesimpulan, berarti lukisannya laku terjual
500 juta won dan teringat, Yoon Jin Sook? Ah, si pelaku tabrak lari itu? Dan
melirik Ho Tae, yang entah sejak kapan sudah pergi.
Bersambung ke Part 2
No comments:
Post a Comment