Ho Tae sudah di mobil, mencoba
menelpon Jin Sook tapi tak diangkat dan minta bantuan temannya melacak nomor
telpon Jin Sook secepatnya.
Dan yang dicari ternyata sedang
memberi kuliah... bagaimana cara membedakan porselen. Jika porselennya putih
dan enteng, harus langsung dicurigai. Begitu juga jika porselen hijau dan
berat, itu adalah barang palsu, dan minta muridnya merasakannya sendiri.
Detektif Oh memaparkan level
keamanan apartemen dimana yang bermukim adalah kalangan atas, bisa dibilang tak
ada duanya di negara ini.
Jin Sook mengumumkan kelas akan
vakum selama beberapa waktu karena urusan pribadi. Seorang murid bertanya apa
Jin Sook mau ke luar negeri? Jin Sook menggeleng, ia tak suka makan roti. Murid
lain jadi sadar... catatan kriminalmu? Jin Sook menenangkan, salah satu temanku
adalah polisi dan mempersilahkan muridnya untuk bertanya. Semua pun mengangkat
tangan.
“Lalu bagaimana caranya dia bisa
menembus lantai 24 pada bangunan yang penjagaannya begitu ketat?” tanya Kepala
Polisi. Seorang murid juga menanyakan hal yang sama pada Jin Sook.
Tebakan Detektif Oh, pelaku ada
di gedung seberang dengan pandangan tepat ke jendela lantai 24. Ada kemungkinan
ia menggunakan semacam kawat besi khusus. Setelah meluncur beberapa ratus meter
ia bisa langsung masuk ke dalam gedung.
“Disitu tak ada jendela?” potong
Kepala Polisi. Detektif Oh langsung diam, huahaha, iya juga ya! Lalu gimana
caranya Jin Sook masuk?
Tentu saja dengan mengetuk
pintu, jawab Jin Sook. Dan beneran, Jin Sook datang membawa paket sehingga
penjaga membukakan pintu dan masuk ke lobby, saat urusan paket selesai, ia
diam-diam mengambil ID card salah satu penjaga dan berhasil masuk.
Jin Sook
membalik mantel coklat yang dipakainya, yang berganti warna menjadi mantel
hitam. Jin Sook pun dengan mudahnya mendapat barang yang diincarnya.
Menurut Jin Sook, yang paling
penting adalah jangan sampai ketahuan dan mengingatkan prinsip yang selalu ia
tekankan pada muridnya. Muridnya pun kompak menjawab, tidak boleh secara
sembunyi-sembunyi, biasanya kalau begitu pasti akan tertangkap.
Kelas selesai dan mereka keluar
bersama-sama. Jin Sook melihat mata salah satu muridnya yang lebam dan
memarahinya karena terburu-buru. Sebelum masuk ke medan perang harus menguasai
taktiknya dulu dengan benar baru bisa. Ternyata si murid membongkar brankas
ayahnya. Jin Sook mengingatkan, hanya karena ada hubungan keluarga, bukan
berarti harus lengah.
“Hey Yoon Jin Sook!” panggil Ho
Tae yang berhasil melacak keberadaan Jin Sook. Jin Sook menjelaskan pada
muridnya kalau ia adalah teman polisi yang ia singgung tadi. Semua buru-buru
kabur sambil menutupi wajah, hahaa.
Ho Tae menarik Jin Sook dan
langsung bertanya kesal dimana Jin Sook menyembunyikan lukisan itu? Jin Sook
minta maaf sudah membohongi Ho Tae. Ho Tae sudah curiga sejak Jin Sook bilang
masalah uang sewa. Jin Sook juga ikut kesal, tau gitu kubayar penuh saja.
“Kuliah yang kau berikan itu bagaimana cara mencuri barang?” tebak Ho Tae.
Jin Sook: “Kau sedang
menginterogasiku?” Ho Tae semakin curiga, jangan-jangan setelah membuka baju
kau jadi pria. Jin Sook marah dan menampar Ho Tae, ia membenarkan, ia memang
pencuri. Buka mulut, tutup mulut, hanya kebohongan yang ada. Tidak
berpendidikan dan tak punya uang. Demi bertahan hidup aku menjadi pencuri,
kenapa memangnya?
Jin Sook tanya kenapa Ho Tae tak
membawanya langsung ke kantor polisi saja? Ho Tae mengiyakan, jika kau memang
sehebat itu kita langsung ke kantor polisi saja. Jin Sook tak takut dan masuk
mobil duluan. Ia malah yang memasang sirine biar cepat sampai.
Di jalan, Jin Sook memberitahu
kalau jalan ini macet sekali. Ho Tae tertawa, sepertinya kau sudah tak sabar
ingin mencicipi makanan penjara. “Bukankah kau sendiri yang bilang makanan
penjara sekarang tak enak? Belok kanan dari sana lebih cepat,” ujar Jin Sook.
Ho Tae tak percaya dan belok ke arah lain. Belok kiri di depan, instruksi Jin
Sook lagi.
“Oke, aku akan belok kanan kalau
begitu,” jawab Ho Tae yang langsung kaget. Jalan yang ia pilih ternyata adalah
turunan tangga super tinggi. Iya sih mobilnya tetep bisa lewat, tapi begitu
sampe bawah airbag mengembang dan bemper depan rusak parah, haha.
Ho Tae dan Jin Sook ada di bengkel,
sudah ada penyangga di leher masing-masing. Detektif Park memberitahu Ho Tae
kalau beberapa hari yang lalu sepertinya Yoon Jin Sook sempat mampir ke apotek.
Menurut keterangan apoteker, dia datang bersama seorang pria dan Detektif Park
sudah mendapat rekaman CCTVnya. Ho Tae ponsel Jin Sook dengan panik, dan
menghancurkannya agar posisinya tak terlacak. Jin Sook heran dan protes.
Ho Tae mengambil ponsel lain di
mobil, yang biasa digunakan untuk mentransfer informasi saat investigasi
rahasia. Ponsel yang persis dengan milik Ho Tae. Jin Sook jadi berkesimpulan
kalau itu ponsel couple. “Yak!” teriak Ho Tae kesal.
Jin Sook melihat sebuah kotak
jatuh di lantai dan mengambilnya, ternyata isinya sepasang cincin. Ho Tae
langsung merebutnya dengan kesal, kenapa kau membuka barang orang lain
seenaknya? Jin Sook membela diri, aku melihat barangnya jatuh, jadi kuambil,
tapi.. desain macam apa itu? Akhir-akhir ini sedang trend desain yang
menggunakan platinum. “Tau apa kau?” semprot Ho Tae. Jin Sook heran melihat Ho
Tae yang marah-marah.
Ho Tae menurunkan Jin Sook di
depan apartemennya dan Ho Tae sendiri lanjut jalan ke kantor polisi dengan
taksi. Di jalan, Ho Tae baru sadar kalau ia tak menyerahkan kunci apartemennya
dan buru-buru menelpon Jin Sook. Yang ditelpon baru saja masuk rumah dan berkata
ia tak apa-apa, ia sudah masuk. Ho Tae heran sendiri, kau menyuruh tukang kunci
membukanya? “Buat apa buang-buang duit, aku yang membukanya,” jawab Jin Sook
sambil menaruh kembali jepit rambutnya.
“Kau... bongkar kuncinya?” tanya
Ho Tae tak percaya dan memukul-mukulkan kepalanya ke kursi, tapi terus
kesakitan sendiri, haha.
Bel pintu Ho Tae berbunyi dan
seorang pria masuk, mencari Ho Tae. Melihat Jin Sook, pria itu berpikir ia
salah rumah dan minta maaf. Jin Sook memberitahunya kalau Ho Tae sedang tak di
rumah. “Siapa kau?” tanya pria itu. Jin Sook berkata ia temannya Ho Tae. “Aku
juga temannya Ho Tae,” sahut pria itu. Jin Sook mencium bau alkohol yang
menyengat dan menebak kalau pria itu habis minum-minum.
Ho Tae sampai di kantor dan mengejar
Detektif Park dengan panik. Detektif Park menujukkan rekaman CCTV dari apotek
dan bertanya kenapa leher Ho Tae seperti itu. Ho Tae meyakinkan kalau tak ada
yang serius. Rekaman CCTV yang dibawa Detektif Park adalah yang asli dan harus
diduplikasi dulu sebelum dikembalikan.
Ho Tae berkata ia saja yang melakukannya
dan dengan sengaja membuat rekaman CCTV itu terlempar... tapi berhasil
ditangkap detektif satunya lagi dengan kakinya. Detektif Park lega, tapi Ho Tae
kesal sekali.
Saat rekaman CCTV ada di
tangannya, Ho Tae sengaja tersandung dan hard disknya meluncur bebas di lantai.
Dua detektif berteriak heboh, sementara Ho Tae kegirangan, berharap hard disk
itu cepat rusak. Tapi, keinginan Ho Tae tak terwujud, meski hampir terjun bebas
dari tangga, sebuah tangan berhasil menangkapnya. Detektif Oh. Semua
lega, kecuali Ho Tae yang semakin panik.
Semua berkumpul untuk menonton
CCTV itu. Ho Tae yang gugup duduk paling belakang. Rekaman CCTV menunjukkan Jin
Sook dan seorang pria masuk ke apotek. Detektif Oh yakin pasti orang itu yang
menyembunyikan Yoon Jin Sook, atau malah kaki tangannya. Coba lihat bentuk
tubuhnya yang bagaikan seorang kriminal, begitu wajahnya berhasil kita
konfirmasi dia akan menjadi sasaran empuk.
Ho Tae melihat rekaman dengan
khawatir, dan tiba-tiba.. sebuah botol minuman diletakkan di atas kulkas,
persis menutupi tubuh si pria. Botol minuman yang sama dengan yang dipegang
Kepala Polisi. Seolah meledek, pria itu menari-nari, tapi hanya tangannya yang
tampak.
Sementara yang lain tak bisa menahan tawa, Kepala Polisi kesal dan
memarahi Detektif Oh. Ho Tae di belakang tampak kebingungan sendiri, kok bisa??
Jin Sook malah pergi minum
dengan teman Ho Tae tadi. Pria itu membocorkan rahasia kalau Ho Tae menangis
meraung-raung sampai mau gantung diri setelah putus dengan Sook Ja. Awalnya dia
ingin belajar seni, gara-gara Sook Ja, ia jadi belajar kriminologi. “Kau tau
kan ia berubah pikiran menjadi polisi karena kau?” tanya pria itu. Jin Sook
menggeleng. Bukankah dulu kau pernah bilang bercita-cita menjadi istri polisi?
Karena ini, Ho Tae mengira kau sudah jadi istri polisi sekarang. Asalkan ada
teman polisi yang menikah, sekalipun langit runtuh, ia tetap akan
menghadirinya. Bahkan melihat sup iga babi saja dia bisa terkenang padamu. Jin
Sook hanya terdiam mendengarnya.
Di rumah, Jin Sook merenung dan
menemukan buku yang berisi sketsa dirinya. Dulu, Ho Tae sering menggambarnya.
Jin Sook ingat saat mereka kencan dan minta Ho Tae menyanyikan lagu untuknya.
Awalnya Ho Tae menolak, tapi tak tega melihat Jin Sook merajuk dan mulai
menyanyi dengan pelan. Jin Sook tersenyum senang dan minta Ho Tae menyanyi
lebih keras lagi.
Ho Tae pun makin keras nyanyinya
dan penuh penghayatan, sampe merem gitu. Selesai lagunya, Ho Tae membuka mata
dan tak ada Jin Sook di sampingnya. Sadarlah kalau ia dikerjain. Karena Jin
Sook malah ngobrol sama polisi yang lagi patroli. Ho Tae menggeram kesal.
Di bis, mereka duduk berjauhan.
Jin Sook memanggil Ho Tae berkali-kali, tapi Ho Tae jual mahal. Jin Sook
melempar bonekanya dan menyuruh Ho Tae duduk di sampingnya. Meski mengeluh, Ho
Tae pindah duduk juga. “Kau pernah ciuman?” tanya Jin Sook. Ho Tae cuma
tertawa, kenapa bertanya seperti ini padaku? Jin Sook minta Ho Tae menciumnya
sekarang, dan menutup matanya.
Ho Tae pun mulai mendekat, tapi
tiba-tiba bus bergoncang dan Ho Tae malah mencium mata Jin Sook, haha. Ho Tae
merasa kalau ini akan gagal, tapi Jin Sook lebih agresif dan mereka pun
berciuman.
Kembali ke masa sekarang, Jin
Sook memandangi sketsa wajahnya dan buru-buru menyembunyikannya lalu pura-pura
tidur saat Ho Tae datang. Ho Tae heran dengan Jin Sook yang masih bisa tidur
pulas seperti ini.
Paginya, Ho Tae membuka mata dan
ada Jin Sook di sampingnya. Ho Tae terkejut dan mencoba menyingkirkan tangan
Jin Sook, tapi tak berhasil. Ho Tae memandangi Jin Sook yang tidur dan tergoda
untuk menciumnya. Tapi tentu tak berhasil, karena ada bunyi telpon dan Jin Sook
bergerak mengangkat telponnya. Detektif Park yang ada di seberang telpon kaget,
bukankah ini nomor telpon Detektif Lee? Jin Sook mengiyakan dan memberikan
ponselnya ke Ho Tae. Ho Tae malah menutup telponnya dengan kesal, kenapa kau
jawab telponku? Jin Sook beralasan ia kira itu ponselnya, deringnya juga sama.
“Kenapa pakai dering yang sama
dengan ponselku?” tanya Ho Tae kesal. Jin Sook mengingatkan, bukankah ponsel
kita ponsel pasangan? Ho Tae cuma bisa mengeluh pasrah. Jin Sook tersadar,
kenapa ia bisa disini dan mencurigai Ho Tae. Ho Tae menyangkal, tapi Jin Sook
tak percaya dan memukulinya dengan bantal, haha.
Ho Tae dan beberapa detektif,
termasuk Detektif Oh menyelidiki rumah Jin Sook. Ho Tae kesal karena mereka tak
melepas sepatu, tak taukah kau betapa pentingnya melindungi TKP? Detektif Oh
cuek aja dan malah tanya kenapa Ho Tae ikut kesini? Ho Tae beralasan baginya
Yoon Jin Sook juga tersangka. Detektif Oh memakai sarung
tangan hitam kesayangannya dan mulai menyelidiki.
Detektif Park menggoda Ho Tae
soal insiden tadi pagi, kau bermalam berduaan dengannya ya? Ho Tae menyangkal.
Detektif Park hanya tertawa dan berpesan, jangan gara-gara pernah tidur
dengannya kau langsung lengah. Kesalahan terbesar yang dilakukan kaum pria,
hanya karena itu langsung merasa jika wanita itu miliknya. Ho Tae bersikeras
menyangkal dan pergi.
Tagihan kartu kredit Jin Sook
ditemukan dan Detektif Oh membacanya sambil ongkang-ongkang kaki di meja. Ho
Tae pun menarik mejanya dengan kesal. Detektif Oh heran tapi diam saja dan
membacanya, restoran Cina,Angbaedong, Daehyeong mart, bawang prei, tuna kaleng,
spaghetti. “Wanita ini benar-benar...” gumam Detektif Oh.
Ho Tae sewot lagi, wanita ini?
Tapi buru-buru meralat, maksudnya seorang penjahat juga punya hak asasi
manusia. Detektif Oh tak peduli dan bertanya soal alamat pria yang berada di
apotek bersama Yoon Jin Sook itu? Dan menurut perkiraan, di daerah
Bangbae-dong. Ho Tae langsung panik. Detektif Oh minta perketat pengawasan di
daerah itu. Detektif lain bertanya apa kita harus memblokir kartu kredit itu?
Detektif Oh tertawa dan memukulnya dengan gulungan kertas yang dibawanya, kalau
diblokir bagaimana cara kita menangkapnya?
Ho Tae diam-diam menelpon Jin
Sook dan memintanya jangan keluar rumah. Begitu Jin Sook tau Ho Tae ada di
rumahnya, ia minta Ho Tae membawa pulang gulungan koran yang ada di bawah
sofanya. Gulungan yang daritadi dimainkan Detektif Oh. Ho Tae mendengar sesuatu
dan bertanya siapa yang datang. Jin Sook menenangkan, ia hanya memesan mi
seafood.
Saat akan membayar dengan kartu, Ho Tae buru-buru melarangnya, utang
saja dulu. Tapi terlambat, Jin Sook sudah membayar dengan kartunya. Ho Tae cuma
bisa menghela napas kesal.
Dan benar saja, ada laporan Yoon
Jin Sook menggunakan kartu kredit di Bakbae-dong untuk semangkok mi seafood. Ho
Tae teriak kesal sampai semua memandanginya. Detektif Park datang dan
memberitahu kalau 10 tahun yang lalau Yoon Jin Sook pernah ditangkap atas
tuduhan pencurian, tapi kemudian dibebaskan. Detektif Park menunjukkan filenya,
tak ada yang bisa dijelaskan mengenai motif kejahatannya, tapi ia masih ingat.
Flashback. Ho Tae berjalan riang
dengan buket bunga dan kotak berisi sepasang cincin di tangannya. Sementara Jin
Sook ada di toko sepatu dan akan membayar saat melihat dua preman yang
mengikutinya di bis dulu. Jin Sook meletakkan uang di meja kasir dan buru-buru
pergi. Uang tadi diambil di preman dan pelayan toko berteriak memanggil Jin
Sook pencuri. Jin Sook yang lari terjatuh, dan saat akan bangun sudah ada 2
polisi di depannya.
Ho Tae mengirim pesan, mengira
Jin Sook masih sibuk dandan karena ini peringatan hari ke 100 mereka. Ho Tae
menunggu lamaa sekali.
Tapi yang ditunggu ada di mobil
polisi. Jin Sook bertanya apa boleh singgah di Namsan? Detektif Park muda
memarahinya, kau pikir ini taksi? Tapi polisi yang menyetir menurut dan menuju
arah Namsan. “Tolong jendelanya boleh dibuka? Kelak mungkin tak ada kesempatan
merasakan angin lagi,” pinta Jin Sook. Permintaan Jin Sook yang ini pun
dituruti.
Jin Sook terus memandang ke
kanan jalan, dan benar saja ada Ho Tae terduduk pasrah menunggunya. Jin Sook
pun melempar sepatunya, dan jatuh persis mengenai Ho Tae yang langsung bangkit
dengan kesal, sekaligus heran.
Jin Sook hanya bisa memandangi dari mobil yang
terus berjalan dengan sedih. Sementara Detektif Park muda heboh sendiri,
sepatunya dipakai si kunyuk itu, bagaimana ini?
Detektif Park menceritakan itu
pada Ho Tae dan saat melihat sepatu Ho Tae, ia sadar, modelnya persis seperti
sepatu ini. Model dan warna sepatunya persis seperti sepatu yang ditemukan si
kunyuk itu, tak tau juga sedang apa si kunyuk itu sekarang? Haha.
Ho Tae yang pusing bertahan di
kantor sampai malam. Seorang staf mendekatinya dan bertanya kenapa Ho Tae belum
pulang. Ho Tae hanya tertawa, sebentar lagi dan bertanya kenapa kau juga belum
pulang? Staf itu berkata ia harus menyelesaikan selebaran penangkapan Yoon Jin
Sook. Ho Tae menawarkan diri menyelesaikannya, kau pulang dulu saja. Ho Tae pun
mengedit foto Jin Sook dan menambahkan tahi lalat di pipi kanannya.
Ho Tae pulang dan lagi-lagi tak
menemukan Jin Sook. Jin Sook masuk, dan Ho Tae yang khawatir memarahinya, kau
dari mana? Bukankah sudah kubilang berbahaya? Jin Sook bilang tak apa-apa. Ho
Tae memeluknya dan akan menciumnya, tapi Ho Tae melihat tahi lalat di pipi
kanan Jin Sook, sejak kapan ada di situ? Ho Tae berusaha menghilangkannya, tapi
tak berhasil, wong tahi lalat asli.
Selebaran Jin Sook pun tercetak,
dengan tahi lalat di pipi kanan.
Detektif Park penasaran dengan
pacar Ho Tae. Ho Tae menolak, tak akan kuperlihatkan padamu. Detektif Park
berpesan,yang namanya pacaran sebentar dingin sebentar panas, jika kau ingin
mempercepat prosesnya, ini saatnya kau butuh couple T, couple ring, couple spa.
Dua orang memiliki barang yang sama, mulai dari couple T. Ho Tae pun
mengangguk-angguk.
Ho Tae pulang dengan bungkusan
di tangannya dan mengangguk sopan saat pintu apartemen tetangganya terbuka. Dan
membeku saat sadar kalau Jin Sook yang keluar dari sana. Ho Tae bertanya
menyelidik kenapa Jin Sook bisa keluar dari sana dan melihat mainan Astro Boy
di tangannya. Ho Tae kesal dan menggeledah tubuh Jin Sook, khawatir ia mengambil
barang lain.
Jin Sook, “Bukan.. aku
mematahkan lengan mainanmu, dan kurasa kau mungkin suka dengan yang ini,
jadi...” Ho Tae cuma mengiyakan dan menyuruh Jin Sook mengembalikannya. Jin
Sook pun mencoba membuka pintu lagi dengan jepit rambutnya. Tapi Ho Tae sadar,
ada CCTV disitu. Ho Tae buru-buru menghentikan Jin Sook dan melempar mainan
Astro Boynya.
Si astroboy pun terjun bebas dan
jatuh berhamburan. Pemiliknya (cameo by Cha Tae Hyun) yang sedang jalan di
dekat situ shock, mainan kesayangannya tiba-tiba jatuh berhamburan.
Jin Sook mencoba couple T-nya,
dan malah memakai yang ukuran besar.. punya si cowok. Jin Sook menggoda Ho Tae,
kau membelinya karena ingin memakai couple T denganku kan? Ho Tae menyangkal,
beli satu dapat satu tahu. Melihat baju yang dipakai Jin Sook, Ho Tae protes
itu kan punyaku? Tapi Jin Sook malah menyuruhnya memakai yang satunya lagi.
Seperti biasa, Ho Tae tak bisa
menolak. Hahaa, sumpah lucu banget, gambarnya pink dan sempit banget pulak. Ho
Tae bergumam kesal, kenapa sih tak ada satupun masalah yang lancar? Pakai baju
saja juga tak nyaman. Jin Sook berterimakasih dengan manis, ini pertama kalinya
aku menerima hadiah couple T. “Buatku juga pertama kali... memakai baju
perempuan,” sahut Ho Tae.
Bersambung ke Part 3
No comments:
Post a Comment