Setelah dipikir, Jin Sook merasa
bersalah pada tetangga sebelah rumah. Si tetangga yang berhasil membuat astro
boy kembali utuh, memasangnya kembali di lemari dengan hati-hati, dengan masih
penasaran soal kejadian tadi.
Jin Sook minta foto bersama. Ho
Tae jelas menolak, tapi tak tahan dengan Jin Sook yang merajuk dan setuju. Jin
Sook menempel foto mereka di dinding dan bertanya kenapa Ho Tae tak
menangkapnya? Jin Sook bisa menyerahkan dirinya sendiri, jadi Ho Tae tak merasa
terlalu tersiksa. “Hei, kau yang jangan merasa tersiksa sendiri, menangkapmu
hanyalah masalah waktu saja” sahut Ho Tae.
Jin Sook malah berkata kalau ia
bukan pencuri biasa, ia adalah pencuri barang-barang seni bernilai tinggi,
tidakkah terlintas di pikiranmu jika ini hanyalah ujung sebuah gunung es? Ho
Tae yang lagi minum sampe nyembur. “Orang yang berkecimpung di profesi ini,
yang hebat itu yang identitasnya terjaga,” lanjut Jin Sook. Ho Tae jadi
penasaran, jadi masih ada? Jin Sook berkata pelan, porselen putih yang ada di
Taman Il San Jeon... masih ada.
Detektif Oh memaparkan soal
kasus pencurian permata di Seongbook-Dong yang terjadi setelah pencurian
porselen putih dan meninggalkan jejak yang mengacu pada cara kerja Yoon Jin
Sook. Ho Tae yang ada disitu mendesah kesal. Kepala Polisi sampai berkomentar, ia
benar-benar penjahat legendaris.
Tak cuma itu, ada seekor anjing
seharga 40 juta dicuri, tapi buku silsilahnya tak sempat dicuri. Anjing semahal
apapun, tanpa buku silsilah tak ada bedanya dengan anjing kampung. Kepala
Polisi menduga anjing itu telah dijadikan santapan, untuk menghilangkan jejak.
Jidat Ho Tae pun makin berkerut-kerut.
Jin Sook bersama muridnya sedang
praktek membobol pintu, dan si murid berhasil dalam 10 detik. Pintu siapa yang
dibobol? Ternyata pintu bar. Mereka minum-minum seperti di rumah sendiri.
Seorang murid bertanya apa sekarang Jin Sook tinggal di rumah teman yang itu?
Jin Sook mengangguk, awalnya memang terasa tidak leluasa, tapi lama-lama jadi
biasa. Jika jam-jam dia pulang kerja sudah dekat, aku akan melihat ke jam yang
sebelumnya tak pernah kulirik. Terkadang aku menunggu dia sebentar.
Seseorang masuk, dan refleks
menyapa mereka semua, selamat datang, malam-malam begini.. Sedetik kemudian
baru dia sadar, kunci kan ada di tangannya, bagaimana caranya kalian bisa
masuk. Para murid langsung menyerbu orang itu, mencegahnya bersuara.
Detektif Oh berkata, ada hal
yang lebih penting.. ukuran aset milik Yoon Jin Sook yang kita temukan,
setidaknya ada 5 milyar won. Ho Tae sampe nganga dengernya. Kepala Polisi tanya
apa ia mendapat keuntungan itu dari barang curiannya? Detektif Oh sudah 10
tahun bekerja di kepolisian dan baru ini ia melihat pencuri yang pandai
mengolah aset.
Tiga tahun yang lalu, sama
sekali tanpa pertimbangan ia membeli apartemen di pinggiran Seoul yang harganya
melonjak 4x lipat. Yoon Jin Sook yang telah mencicipi manisnya investasi mulai
merambah ke dunia saham. Tidak mengerti tentang saham, tapi ajaibnya saham yang
ia beli selalu memberikan keuntungan. Asetnya kembali memberi keuntungan 2x
lipat.
Masih belum puas, ia membeli
tanah di Yang Pyeong dengan harga murah dan mulai menanam kayu untuk
konstruksi. Pada saat harga bahan baku melonjak, penghasilannya semakin
dahsyat. Karena itulah disebut “Efek Yoon Jin Sook”. Semua yang dia sentuh
berubah jadi emas. Kepala Polisi sampai bergumam kalau mau cari perempuan harus
yang seperti dia. Ho Tae yang denger jadi senyum sendiri.
Ditambah, sebelum dia melarikan
diri, dia berinvestasi di bidang jamur Chaga produksi Rusia. Telepon kantor
berbunyi, ada laporan kalau ada yang melihat Jin Sook di Sin Im Dong. Ho Tae
berkata bisa jadi itu telepon iseng. Tapi perintah Kepala Polisi membuat mereka
langsung bergerak. Sementara itu, Kepala Polisi malah menelpon istrinya dan
minta istrinya cepat membeli jamur Chaga Rusia. Hahaa, LOL!
Ho Tae dan Detektif Oh bersaing
cepat-cepatan sampai, tapi Ho Tae kalah karena harus menghindari truk. Ho Tae
pun menelpon Jin Sook. Jin Sook mengerti dan memberitahu muridnya kalau hari
ini mereka akan merasakan pertempuran yang sebenarnya. Tak lama, terdengar
sirine mobil polisi. Jin Sook minta mereka tenang, terapkan pengetahuan yang
sudah dipelajari.
Polisi sampai dan Jin Sook minta
muridnya keluar lewat pintu lain. Jin Sook yang sudah mengunci pintu, malah
melambai dengan tenangnya ke Detektif Oh. Ho Tae panik dan menyambar kostum
Indian yang ada di dekatnya. Begitu turun, bar sudah sepi dan malah langsung
ketemu Detektif Oh. HoTae makin panik. Detektif Oh dkk langsung menyerang Ho
Tae, tapi Ho Tae sekuat tenaga menahan topengnya agar tak ketahuan.
Jin Sook yang sebenarnya
berhasil melarikan diri kembali dan kesal, Ho Tae malah mengacaukan semuanya,
hahaa. Jin Sook masuk lagi dan menyemprot mereka dengan pemadam api. Mereka pun
berhasil kabur. Tapi mereka terkepung, sudah ada polisi di semua sisi jalan.
Semua yakin kalau Jin Sook akan tertangkap. Jin Sook dan Ho Tae sudah
berpegangan tangan erat. Tiba-tiba sebuah mobil van meluncur kencang dan
pintunya terbuka persis di depan mereka. Tanpa pikir panjang, Jin Sook dan Ho
Tae langsung melompat ke mobil. Mobil pun kembali melaju kencang. Para polisi
mengejar dengan kesal, dan Detektif Oh memerintahkan anak buahnya untuk
menembak. Tapi, begitu ditembakkan malah gas air mata yang keluar. Hahaa, polisi
kok nggak meyakinkan.
Jin Sook ternyata diselamatkan
ahjussi kenalannya. Si ahjussi malah bertanya siapa kunyuk yang matanya melotot
itu sambil tertawa. Dan Ho Tae pun diturunkan di parkiran gedung, sendirian.
Detektif Oh dan yang lain sedang
membahas kasus itu, tinggi badan si pria Indian 180 cm. Tepat saat itu Ho Tae
masuk, Detektif Oh langsung menunjuknya, lebih kurang setinggi kau. Semua
menoleh ke arah Ho Tae yang langsung memendekkan badannya, haha. Ciri lain, jam
tangan Rolex di tangannya yang harganya sekitar 4 juta won, tentu saja ada
kemungkinan barang palsu. Ho Tae pun diam-diam melepas jamnya. Bekas tapak
sepatu yang ditinggalkan oleh sang kaki tangan di bar itu sepanjang 280 mm. Ho
Tae lagi-lagi menyembunyikan kakinya.
Potret pelakunya telah dilukis
berdasarkan keterangan saksi mata. Wajahnya kurus, rambutnya belah samping. Ho
Tae pun mengacak-acak rambutnya. Setelah semuanya digabung, Detektif Oh yang
melihat Ho Tae yang berdiri gugup di belakang, benar-benar mirip dengan si kaki
tangan. Semua menoleh, salah satu membenarkan. Ho Tae cuma tersenyum canggung.
Kepala Polisi memerintahkan masukkan orang itu dalam DPO.
Dan dimana-mana, sketsa wajah
Jin Sook dan Ho Tae berdampingan dengan keterangan.. dicari! Ho Tae
memperlihatkan sketsa wajahnya pada Jin Sook dengan kesal, gara-gara kau tak
ada satupun hal yang lancar. Kau mematahkan lengan koleksi mainanku yang
seharga 5 juta. Sebelum bertemu denganmu, aku adalah detektif dengan masa depan
paling menjanjikan se-Korea, tapi aku menjadi pelanggar hukum, menjadi kaki
tangan penjahat yang dicari orang.
Ho Tae memarahi Jin Sook yang
tak menceritakan soal anjing itu. Jin Sook membela diri, dia yang keluar
sendiri dari dalam rumah, kok aku yang dituduh mencuri? Ho Tae menghela napas
kesal.
Ho Tae mencari-cari kalkulaor di
laci, tapi tak ketemu. “Di laci pertama,” ujar Jin Sook. Ho Tae membukanya, dan
benar ada di situ. Ho Tae mulai menghitung hukuman Jin Sook. Mencuri lukisan 2
tahun, porselen antik 1 tahun, permata 2 tahun, anjing 1 tahun. Jin Sook
protes, ia tak mencuri anjingnya. Ho Tae minta Jin Sook jangan ribut dan lanjut
menghitung, tabrak lari, mengemudi tanpa SIM. Mencuri barang-barang khusus
hukumannya 2x lipat. Menghalangi petugas hukum melaksanakan tugasnya,
hukumannya penjara. Ditotal setidaknya 12 tahun. Waktu hukumanmu cukup untuk
Piala Dunia sebanyak 3 kali dan kau akan menyemangati mereka dari LP, lanjut Ho
Tae.
Jin Sook bersikeras ia tak
mencuri anjingnya. “Sudah kau makan kan?” tebak Ho Tae. Jin Sook tak terima, ia
penyayang hewan.
Lalu dimana? Ia kabur.
Porselen putihnya? Sudah
terjual.
Berliannya? Jin Sook pun
menunjukkan kalung yang dipakainya.
Lukisannya? Jin Sook pun
menunjuk arah belakangnya.
Ho Tae shock, bagaimana bisa ada
disini? Jin Sook berkata dengan tenang kalau Ho Tae sendiri yang membawanya
kesini. Ho Tae makin stress. “Dikembalikan tak bisa ya?” tanya Jin Sook setelah
berpikir. Cara mencuri dan mengembalikan toh tak ada bedanya, dengan bantuanmu
aku yakin pasti bisa. Ho Tae tak percaya, mau aku juga ikut kau memanjat
dinding? Aku adalah seorang polisi! Polisi Negara Republik Korea! Kau mau aku
jadi kaki tangan seorang pencuri?
“Bukankah sekarang juga sudah?”
tanya Jin Sook sambil menunjukkan sketsa wajah Ho Tae. Ho Tae benar-benar kesal
sampe gegulingan nggak jelas di kasur. Tapi akhirnya Ho Tae menyanggupi, tak
ada cara lain lagi, kuanggap membantumu itu beramal. Menjagamu supaya tak
mencuri lagi. Jin Sook mengangguk, baiklah jika itu membuatmu merasa sedikit
lebih nyaman. Ho Tae tanya bagaimana ia bisa membantu? Jin Sook mengajak Ho Tae
mulai berlatih, satu persatu.
Latihan pertama, membobol pintu
dengan jepit rambut. Ho Tae berusaha keras, lamaa sekali. Saat tetangga sebelah
keluar, Ho Tae pura-pura sedang olahraga. Sampai malam banget belum berhasil
juga, Jin Sook sampe udah ketiduran. Tapi klik, pintu berhasil terbuka. Jin
Sook dengar dan terbangun. Ho Tae yang kelelahan masuk dan disambut senyum
senang Jin Sook.
Jin Sook menyiapkan makan malam.
Kali ini lebih rapi, dan pastanya pun menempel di kulkas dengan sukses. Ho Tae
mencicipi spagheti buatan Jin Sook, agak terkejut karena ternyata enak, tapi
sedikit terlalu hambar. Jin Sook mengeluh garamnya habis. Ho Tae menawarkan
diri membelinya, tapi Jin Sook menggeleng, biar aku saja. Ho Tae mengingatkan
Jin Sook yang keluar begitu saja untuk pakai topi. Baru Ho Tae menyendok makanannya
lagi, Jin Sook sudah kembali. Gilee, cepet beneer!
Ho Tae terheran-heran, beli
dimana? Jin Sook yang sedang menaburkan garamnya berkata ia baru ingat tetangga
sebelah punya. Ho Tae sampe speechless.
Sementara itu tetangga sebelah kebingungan plus curiga karena garamnya
tiba-tiba raib. Huahahaa, mesakke, garam kok ya sampe dicuri??
Jin Sook dan Ho Tae pergi
menemui seseorang, Ahjussi yang menyelamatkan mereka. Ahjussi itu senang sekali
melihat Jin Sook, dan saat melihat Ho Tae malah komentar, kunyuk ini tak
berhasil kau singkirkan? Hahaa. “Butuh informasi apa hari ini?” tanya Ahjussi
to the point. Jin Sook ingin mengambil kembali porselen putih antik yang ia
jual. Ahjussi tak mau memberi informasi begitu saja dan memalingkan wajah. Jin
Sook berkata jam Ho Tae sepertinya bagus. Ho Tae agak keberatan, tapi karena
itu dari mantan pacarnya.. ups, hadiah yang kuterima, jadi kujual saja, ralat
Ho Tae. Ahjussi berkata jam itu grade A, tapi tetap saja palsu. Ho Tae tak
percaya.
“30 ribu won?” tawar Ahjussi. Ho
Tae tak mau, tak kujual. “45 ribu won?” tawar Ahjussi lagi. Ho Tae tetap tak
mau. “50 ribu won?” tawaran terakhir Ahjussi, yang langsung menyodorkan
uangnya. Terpaksa Ho Tae menerima. Ahjussi pun memberi informasi, pergilah ke
rumah lelang, harganya sudah pasti tak murah. Setelah mereka pergi, Ahjussi
memandang jam Ho Tae terharu, haha, itu jam asli ternyata! Kena tipu dah si Ho
Tae.
Jin Sook dan Ho Tae pun pergi ke
rumah lelang, dan benar saja porselen putih antik itu yang sedang dilelang.
Porselen putih Dinasti Yee itu dibuka dengan harga 3500 won. Seorang Ahjumma
menawar pertama kali. Jin Sook tak mau kalah dan menawar dengan harga lebih
tinggi. Begitu terus menerus, sampai Ahjumma menawar 7000 won. Jin Sook
menggeleng ke arah Ho Tae, terlalu mahal. Lelang sudah hampir dimenangkan oleh
Ahjumma itu saat Ho Tae mengacungkan ID cardnya, aku adalah polisi! Semua yang
ada di situ langsung menutupi wajahnya.
Tapi pemimpin lelang malah
berkata, “Polisi menawar 7500. Semua harap tenang. Apa ada hakim dan jaksa juga
di tempat ini?” Hahaa, Ho Tae dianggap main-main! Ho Tae berusaha menyangkal,
tapi tak ada yang berani menawar lebih tinggi, dan akhirnya malah Ho Tae yang
jadi pemenang lelang. Jin Sook pun memegang kepalanya, stress. Hahaa.
Jin Sook dan Ho Tae memandang
selebaran pencarian mereka. “Daftar pencarian juga coupling style?” gumam Jin
Sook. Ho Tae kesal dan mencabut selebaran itu. Rupanya mereka akan beroperasi
malam itu. Ho Tae yang amatir malah membuat suara saat masuk, tapi mereka
berhasil masuk dan meletakkan porselennya di tempat semula.
Jin Sook melihat
pajangan dinding antik dan refleks menggulungnya (mau dibawa pulang), tapi Ho
Tae menepuk bahunya. Jin Sook pun sadar dan memasang kembali pajangan itu
dengan sedikit tak rela.
Paginya, Ho Tae kembali ke
tempat itu, tanpa penyamaran tentunya. Si pemilik heran melihat Ho Tae yang
datang pagi-pagi. Ho Tae bertanya soal pencurian porselen putih Dinasti Yee 2
bulan lalu, tak ada barang lain yang hilang selain porselen putih itu, waktu
itu porselennya diletakkan dimana? Si pemilik pun menunjuk tempat semula... dan
terkejut. Porselennya ada disana. Si pemilik nyaris tak percaya. Ho Tae
bertanya apa Anda membuat laporan palsu untuk ganti rugi asuransi. Si pemilik
segera menyangkal.
“Pernah dengar tentang ‘perilaku
non verbal’? Orang yang berbohong, bola matanya akan mengarah ke sebelah kiri,”
desak Ho Tae. Si pemilik membela diri, tapi aku melihat ke sebelah kiri karena
Anda berdiri di sebelah kiri pak, jelas-jelas barangnya hilang hari itu.
Di kantor, Detektif Park melapor
kalau laporan atas hilangnya porselen putih Dinasti Yee telah ditarik. Semua
terkejut. “Anak pemilik baru saja menelpon, katanya ayahnya menderita
Alzheimer, jadi lupa jika porselennya disembunyikan di dalam lemari,” lanjut
Detektif Park.
Jin Sook pun mencoret porselen
putih itu dari daftar barang yang harus dikembalikan. Ho Tae senang, sudah
berkurang satu. Selanjutnya, anjing. Mereka dapat anjing putih yang mirip, tapi
tanpa warna hitam di sekitar matanya, jadi mereka mengecatnya dengan tinta
hitam, hahaha. Dan besoknya, muncul berita tentang kembalinya si anjing ke
pemiliknya.
Ho Tae mencoret anjing dari
daftar, selanjutnya berlian. Jin Sook bilang kali ini perlu sedikit teknik,
teknik tangan. Dan berbagai barang dari saku Ho Tae pun berpindah dengan
cepatnya ke tangan Jin Sook. Mereka pun berlatih. Saat berlatih, Ho Tae malah
mendekat ingin mencium Jin Sook, tapi Jin Sook langsung menjauh.
Latihan dilanjutkan di toko
baju, Ho Tae berhasil mengambil dompet dari saku... manekin. Hahaa. Praktek
berikutnya, Ho Tae sengaja menabrak Detektif Oh saat bersisian jalan. Ho Tae
meminta maaf dan pergi. Saat Detektif Oh kembali ke mejanya dan memakai sarung
tangan kesayangannya, tapi yang terpasang adalah sarung tangan merah berenda.
Detektif Oh sampe shock.
Menurut Jin Sook, misi kali ini
yang paling penting adalah team work. Setiap pagi jam 10, Ny. Kim akan sarapan
di dekat jalanan bebas kendaraan. Ny. Kim memiliki suatu kecenderungan, yaitu
suka memberi kerlingan genit pada pria, terutama pria seksi.
Prinsip pertama teknik tangan
adalah harus menarik perhatian mata target.
Prinsip kedua adalah harus bisa
memprediksi gerak gerik target.
Prinsip terakhir adalah,
kecepatan. Ho Tae hampir gagal memasang kalungnya, tapi Jin Sook datang dan
menarik Ho Tae menjauh, saat itu kalung sudah terpasang lagi di leher Ny. Kim.
Misi ketiga berhasil!
Ho Tae pergi minum dengan
temannya. Si teman bertanya perkembangan akhir-akhir ini dengan Sook Ja? Kumpul
kebo? Ho Tae mengangguk, boleh dibilang begitu, tinggal serumah bersama seorang
tersangka. Teman Ho Tae mengingatkan, pada akhirnya kau yang akan terluka, 10
tahun yang lalu kau menangis meraung-raung. Ho Tae diam saja. “Sook Ja juga
bilang, saat itu dia juga sangat merindukanmu,” lanjutnya. Ponsel Ho Tae
berdering, Detektif Park yang mabuk menelponnya, ia sekarang ada di depan rumah
Ho Tae. Ho Tae sadar sesuatu dan super kaget, a..a..aku kan sudah bilang aku di
luar.
Detektif Park yang mabuk
mengajak Ho Tae minum bersama, kau sengaja tak mau buka pintu ya? Tapi ternyata
pintunya tak terkunci. Ho Tae panik dan langsung pulang.
Di dalam rumah, Detektif Park
melihat kaos pasangan Ho Tae di kursi. Jin Sook masuk dan Detektif Park menyapanya ramah, aku sering mendengar dia bercerita tentangmu. Jin Sook memandang
heran, kau siapa? Tapi Detektif Park keburu sadar, kau adalah Yoon Jin Sook?
Jin Sook buru-buru keluar, tapi
segera dikejar Detektif Park. Jin Sook berhasil menghindar dan turun lewat
tangga darurat. “Betapa polosnya Detektif Lee. Detektif Lee orangnya baik
sekali. Kenapa kau menghancurkan hidup orang yang seperti itu? Kau pikir kau
itu siapa?” teriak Detektif Park. Jin Sook terhenti. Tapi saking mabuknya,
Detektif Park malah jatuh berguling di tangga. Ho Tae datang, tapi sudah
terlambat. Jin Sook terduduk memandangi Detektif Park yang tak sadarkan diri.
Detektif Park dirawat di RS,
tapi saat ditanya apa yang terjadi, ia mengaku tak ingat. Sepertinya tadi malam
aku masih bersama Detektif Lee, minum-minum. Detektif Oh menyuruhnya banyak
istirahat dan pergi duluan. Ho Tae masih tinggal dan bertanya apa Detektif Park
benar-benar tak ingat? Sepatu olahraga 10 tahun yang lalu.. akulah orangnya.
Detektif Park tertawa tak percaya. Ho Tae minta maaf karena terpaksa berbohong,
tak tau awalnya bagaimana, tapi nasi sudah menjadi bubur.
Tanpa memandang Ho Tae, Detektif
Park memintanya cepat bereskan semuanya, ini menyangkut masa depanmu bukan?
Posisi yang tak mungkin dicapai oleh orang lain dalam waktu 10 tahun, bisa kau
capai hanya dalam beberapa tahun. Detektif Park berbalik kesakitan sambil
bergumam, tak kusangka sewa rumah bulanan di Seongbok-Dong adalah sewa bulanan
yang itu.
Ho Tae pulang ke rumahnya yang
gelap. Di meja, baju couple mereka sudah terlipat rapi. Ho Tae menelpon Jin
Sook, tapi ternyata ponselnya ditinggal dan ada di balik baju.
Ahjussi yang ditemui Ho Tae
bercerita saat Jin Sook berusia 8 tahun, dia kehilangan ayahnya dan selalu
memintaku untuk mencari ayahnya. Ahjussi mengusirnya dan berkata akan
memberitahu dimana ayahnya jika dia memberi sesuatu, besoknya dia membawakanku
sesuatu. Dengan keahlian tangannya, dia membayar lunas semua hutang ayahnya.
Ahjussi memberitahu kalau sekarang Jin Sook ada di markas rahasianya.
Ho Tae mencari sesuai petunjuk
Ahjussi, lantai dasar nomor 3. Ho Tae pun menemukan Jin Sook di... sauna. Ia
tertawa, wah.. inikah markas rahasiamu? Tak terlihat seperti tempat yang aman.
Jin Sook cuma senyum dan heran dari mana Ho Tae tau? Ho Tae balas senyum dan
mengajaknya pergi.
Bersambung ke Part 4 (terakhir)
No comments:
Post a Comment