Pada masanya restoran Soon Ae
dan ayahnya ramai sekali. Antrian di luar mengular sampai ayah sibuk membagikan
minuman dingin selagi mereka, yang entah kenapa semuanya pria, menunggu. Begitu
ada pelanggan yang selesai, Soon Ae akan menyambut yang berikutnya masuk.
Sedang super sibuk begitu, Kyung Mo dengan santainya baru bangun. Jelas Soon Ae
langsung mengomelinya.
Banyak yang tak sabar menunggu
pesanannya datang, tapi Soon Ae dan ayah sepertinya sudah biasa dengan situasi
hectic macam ini. Mereka semua sepertinya pelanggan setia karena dengan
santainya minta Soon Ae menyanyi padahal ia sedang sibuk. Tapi Soon Ae langsung
menggunakan sutil yang dipegangnya sebagai mic dan mulai menyanyi.
Sekarang, Bong Sun dengan Soon
Ae di dalamnya kembali ke restoran itu. Ayah membawa masuk Kyung Mo ke kamar,
dan Bong Sun memandangi setiap sudutnya dengan mata berkaca-kaca.
Ayah menyuguh Bong Sun makan,
tapi itu justru membuat Bong Sun semakin mengingat banyak hal.
‘Ayah, aku sudah bilang agar membersihkan kotak peralatan makan dengan
hati-hati, dan kau harus mengeringkannya sebelum menaruhnya di sana agar tak
ada bekas air.’
‘Ayah, kau harus membungkus wadah kimchi lobak, atau itu akan mengering
dan rasanya jadi tak enak.’
Semakin menyendok makanannya,
semakin airmata Bong Sun mengalir. Ayah datang dan bertanya apa makanannya
enak? Lalu buru-buru menyalakan kipas angin karena udara sangat panas. Tapi
kipas angin itu tak mau menyala di tangan ayah. Bong Sun bangkit menarik
tombolnya, dan kipas itu langsung menyala. Ayah tertawa heran, “Bagaimana bisa
kau tau yang harus dilakukan?” Bong Sun beralasan ia hanya menariknya dan itu
menyala sendiri.
Ayah sangat berterimakasih
makanya ia membawa Bong Sun kemari karena ingin menyuguhkan makanan, tapi ayah
tak yakin itu sesuai seleranya. Bong Sun menyendok lagi supnya, tapi ia nyaris
tak bisa menahan air matanya dan buru-buru pamit pergi. Ayah segera melepas
sarung tangannya yang sudah jelek, dan meski sedikit ia memberikan uang taksi
untuk Bong Sun. Bong Sun mau menolak, tapi ayah bersikeras Bong Sun harus
menerimanya. Kyung Mo bisa saja kena masalah kalau bukan karena Bong Sun.
Terpaksa Bong Sun menerimanya lalu segera pergi.
Bong Sun ingat, daerah itu
memang tempat tinggalnya. Sudut-sudutnya masih sama. Dulu, semua menyapanya
saat ia lewat sana. Ahjussi laundry yang memintanya mengambil setelan ayahnya,
ahjumma salon yang meminta Soon Ae membayar potong rambutnya, sambil
mengingatkan sudah hampir waktunya Kyung Mo potong rambut.
Melihat Ahjumma pemilik toko
baju yang dikenalnya, Bong Sun langsung menyapanya, bertanya akrab apa
punggungnya sudah membaik sekarang? Ahjumma itu malah bingung, “Siapa kau?”
Sadar dirinya tak dikenali, Bong Sun menjawab ia pernah membeli baju di situ,
tapi mungkin Ahjumma tak mengingatnya saat itu Ahjumma bilang punggungnya
sakit. Ahjumma itu masih bingung saat Bong Sun pergi, punggungnya sudah
dioperasi setahun lalu.
Bong Sun lalu pergi ke kantor
polisi tempat Sung Jae bekerja. Flashback, Soon Ae pergi mengantar makanan
setelah merapikan diri sejenak sebelum masuk. Soon Ae ternyata menyukai Sung
Jae, karena ia sengaja menaruh telur khusus di tempat nasi Sung Jae.
‘Cinta bertepuk sebelah tanganku dengan Officer Choi, tidak sepertinya
kau Komandan Choi sekarang. Kulihat kau tetap hangat dan tampan, seperti
biasanya. Semua masih seperti dulu, tapi kenapa aku satu-satunya yang tak ada?
Kenapa aku meninggalkan semua kenangan itu dan mati? Aku mengingat semuanya,
kecuali sesuatu.. sebenarnya apa yang
terjadi padaku?’
Tanpa Bong Sun sadari, Sung Jae
keluar kantor polisi dan berjalan di belakangnya, hanya diam memandangi Bong
Sun yang menjauh.
Ayah yang minum soju siang-siang
melihat acara Bong Sun di TV. Ia tak tau gadis yang menolong Kyung Mo kemarin
adalah chef yang terkenal, duga ayah. Tapi melihat menu yang dimasak Bong Sun,
ayah langsung terkejut, Soon Ae-nya juga biasa membuat itu.
Di restoran, semua yang menonton
acara itu heran, Chef mereka tak suka nasi tapi bagaimana bisa terpikir hal
ini. Sementara mereka bilang Bong Sun natural, tak seperti baru pertama kali
masuk TV. Min Soo yang duduk agak belakang mengomel sendiri, “Natural apanya
dia hanya berdiri dan makan terus.” Joon yang baru selesai menyimpan sarung
tangan karet dari sponsor baru ikut bergabung. Mendengar itu, Bong Sun malah
beringsut pergi.
Sun Woo juga sedang menonton
acara itu, sendirian setelah bersepeda. Seorang pesepeda lewat dan ingin
menanyakan sesuatu. Sun Woo langsung bangkit, berpikir orang itu mau minta
tanda tangan, tapi ia tak bawa pulpen. Wanita itu tersenyum heran, tapi ia
hanya ingin tanya jalan ke jembatan Mapo. Salah tingkah, Sun Woo menunjuk arah
di belakangnya sambil mengangkat ponselnya yang berdering.
Sarung tangan karet dari sponsor
itu rupanya berpindah satu ke tangan ayah Soon Ae. Bong Sun memberikannya
dengan alasan sebagai sampel. Ayah berterimakasih, miliknya sudah berlubang dan
ia mau membeli yang baru, semua karena Bong Sun chef yang terkenal. Bong Sun
meralat kalau ia hanya asisten chef dan membuang sarung tangan lama ayah.
Kimchi yang ayah buat sudah
selesai, ia minta Bong Sun mencicipinya. Bong Sun merasa ada yang kurang dan
minta ijin mencari sesuatu di dapur. Ia masuk dan melihat-lihat, tapi hampir
semua tempat penyimpanan bahan kosong, kulkasnya juga. Semuanya kacau. Cuma
soda yang bisa ia temukan, dan langsung Bong Sun campurkan di kimchi yang
dibuat ayah sebagai pengganti gula. Awalnya ayah kaget, tapi setelah
mencicipinya ternyata rasanya enak, persis seperti kimchi yang biasa dibuat
putrinya.
“Kau punya putri?” tanya Bong
Sun. Ayah mengangguk, dulu begitu, tapi sekarang dia sudah pergi jauh, putri
yang seperti anak laki-laki baginya. Ayah tersadar sesuatu, “Ngomong-ngomong
siapa namamu?”
‘Aku Soon Ae, Ayah’ jawabnya dalam hati sebelum akhirnya memberitahu
kalau namanya Na Bong Sun. Ayah memuji itu nama yang bagus, lalu pergi sebentar
membelikan minuman untuknya. Bong Sun tak mau merepotkan, tapi ia ingat kalau
ayahnya tak mau tamunya pulang dengan tangan kosong.
Bong Sun hendak mencari wadah
kimchi, tapi ia tak bisa menahan diri untuk tak masuk ke kamarnya. Sudah lebih
dari 2 tahun, tapi kamarnya masih persis sama. Bong Sun memandangi foto dirinya
di mejanya sedih, siapa yang tau kalau foto itu akan jadi foto terakhirnya.
Bong Sun sedang membuka diarynya
saat Kyung Mo memergokinya ada di kamar kakaknya. Tadinya Bong Sun beralasan
mencari kamar mandi, tapi lalu ngedumel dalam hati karena biasanya saat hari
masih terang begini adiknya itu hanya tidur. Ayah datang dan bertanya apa
mereka sudah saling menyapa? Kyung Mo tak tau kalau Bong Sun yang membantunya
saat tertidur di jalanan, meski berkata ia juga akan bangun sendiri, Kyung Mo
berterimakasih juga.. dalam bahasa banmal.
Sebal adiknya masih saja tak
sopan, Bong Sun refleks mengomel, hanya dengan melihat ia tau Kyung Mo sudah lama
jadi pengangguran. Membantu ayahnya juga tidak, jadi seharusnya ia memang
mengabaikan saja meski Kyung Mo tertidur sampai pagi di jalanan. Kyung Mo tak
suka, itu bukan urusanmu. Dalam hati Bong Sun cuma bisa bilang masalahnya itu
juga urusannya.
“Kau ada di sini jam segini, kau
pasti juga pengangguran,” balas Kyung Mo. Bong Sun mau menyombongkan tempat
kerjanya, tapi lalu buru-buru pergi saat sadar ia sudah terlambat. Haha.
Besoknya, Bong Sun kembali
membawakan barang-barang dari restorannya. Besoknya juga. Besoknya lagi juga.
Ayah cuma bisa tertawa heran.
Di Sun Restoran, pollack roe yang akan digunakan untuk
menu spesial mereka ternyata tak sesuai dengan standar Sun Woo. Sebagai
gantinya, Sun Woo ingin membuat caviar pasta dari caviar yang masih tersisa
kemarin. Tapi caviar itu tak ada di manapun di kulkas. Itu membuat Dong Chul
mengatakan keheranannya soal beberapa barang yang menghilang dari dapur mereka
akhir-akhir ini.
Cut to, Bong Sun baru pamit dari
restoran Ayah dan bertemu Choi Sung Jae, membuatnya tersipu malu. Sambil
berjalan bersisian, Sung Jae tak menyangka Bong Sun sekarang dekat dengan ayah
Soon Ae. Bong Sun mengiyakan saja, ia sangat baik dan sudah seperti ayah
baginya. Sung Jae terus terang kalau selama ini ia berpikir Bong Sun itu introvert.
Bong Sun cuma senyum dan berkata, sedikit.
‘Berakhir di tubuh ini pasti takdir. Aku bertemu ayahku dan Officer
Choi.’
Tapi sambil senyum-senyum, Soon
Ae di tubuh Bong Sun kumat, ia ingin sekali memegang tangan Sung Jae. Sampai
Sung Jae melihatnya keheranan, haha. Sung Jae lalu pamit pergi ke arah lain
sambil berpesan agar Bong Sun kembali dengan hati-hati. Bong Sun senyum-senyum
mengiyakan sambil membatin, ‘Ayo berjalan
bersama lagi. Kita akan berpegangan tangan saat itu.’
Begitu Sung Jae pergi, Bong Sun
langsung girang padahal Sung Jae cuma berpesan agar hati-hati saat pulang.
Saking senangnya, semua tampak indah di mata Bong Sun, haha. Ia sampai kembali
ke restoran sambil menari-nari.
Sementara itu Ayah memandangi
bingung semua barang pemberian Bong Sun. Ia merasa bersalah kalau memakainya,
tapi juga tak bisa membiarkannya. Kyung Mo yang baru pulang dari potong rambut
di Cheongdamdong heran melihat barang-barang itu. Saat tau itu dari Bong Sun ia
jadi kesal, mereka bukan pengemis. Kyung Mo jadi curiga ada maksud tertentu,
mungkin dia penipu yang berpikir ayah adalah pria tua yang kaya. Ayah tentu tak
percaya. Kyung Mo tetap curiga, wanita muda sekarang ini mengerikan, “Ayah tau
yang lebih mengerikan dari hantu? Itu adalah wanita.”
Bong Sun masih senyum-senyum
saat sampai di depan restoran. Tapi di dalam ternyata Sun Woo sedang
menginterogasi semua pegawainya soal barang-barang yang hilang. Bong Sun
buru-buru bergabung dan karena ia satu-satunya yang tak tau apa-apa, ia
berbisik penasaran mengganggu Joon. Joon hanya menyuruhnya diam.
Sun Woo berkata kalau uang yang
mereka butuhkan, ia akan memberikannya karena ia yakin mereka akan bekerja
lebih keras setelahnya. Atau kalau mereka menggunakannya untuk berlatih memasak
semalaman, ia justru senang. Tapi caviar seharga 300 ribu won membuat Sun Woo
tak tahan karena kepercayaan yang paling penting telah rusak.
Bong Sun masih tak mengerti dan
bertanya bisik-bisik ke Joon. Sun Woo melihat Bong Sun yang penasaran dan minta
Dong Chul menyebutkan apa saja yang hilang. “Caviar, sampel sarung tangan
karet, sebotol kecap, sebotol minyak wijen,” sebut Dong Chul yang langsung
membuat Bong Sun menganga.
Sun Woo yang daritadi tak
bernada marah bahkan nyaris tertawa, barang-barang itu bahkan kalau dijual tak
akan menghasilkan uang, dan ia mendesak mereka mengaku. Tentu saja nanti ia
akan marah, tapi lebih baik daripada diam dan terganggu karena itu.
Bong Sun sudah mau bersuara,
tapi Min Soo mendahuluinya, minta diberi kesempatan bicara. Min Soo merasa
setidaknya harus bertanggung jawab, sebagai orang yang menghabiskan waktu lebih
banyak dengan lainnya dibandingkan Sun Woo, bukankah menemukan pelakunya lebih
banyak buruk daripada baiknya? Sun Woo mungkin saja akan menemukan pelakunya,
tapi rasa ragu dan tidak percaya mereka akan makin besar, dan itu membuat Min
Soo khawatir akan keakraban tim mereka. Barang-barang yang hilang bisa dibeli,
tapi teamwork mereka tidak, jadi Min Soo ingin semua diakhiri saja. Ia berjanji
mereka akan bekerja lebih keras untuk mengganti jumlah yang hilang.
“Itu kau,” tebak Sun Woo. Min
Soo otomatis menyangkal, tapi karena ia tak berani menatap matanya, Sun Woo
jadi yakin kalau pelakunya Min Soo. Terpaksa Min Soo berbisik ke Sun Woo kalau
ia meminjam caviar itu untuk menarik hati seorang gadis dan berniat
mengembalikannya tapi ia lupa. Itu membuat Sun Woo tak bisa menahan marahnya
lagi, lalu kenapa kau juga mengambil kecap? Min Soo berusaha menenangkan kalau
ia hanya mengambil caviar, sisanya tidak. Tapi Sun Woo tak percaya.
Di belakang, Bong Sun berusaha
menginterupsi, tapi tak ada yang menghiraukannya. Kemarahan Sun Woo membuat Min
Soo marah juga, kalau Sun Woo tak bisa percaya untuk apa mempekerjakannya?
Suasana makin panas, Min Soo akhirnya menyebut soal Sun Woo yang selalu
merendahkannya di depan semua orang. Tapi tetap saja Min Soo berusaha membuat
tim mereka makin kompak,bahkan dengan mengajak mereka minum. Min Soo berteriak
kalau ia tak bekerja pada Sun Woo karena tak ada tempat lain, ia punya banyak
tawaran.
“Kalau begitu pergi! Aku tak
akan menghentikanmu!” balas Sun Woo tak kalah marah. Min Soo yang tak tahan
lagi melepas celemeknya lalu pergi. Sun Woo tak berusaha menghentikannya meski
Eun Hee memintanya.
Bong Sun berusaha bicara pada
Sun Woo, memintanya agar tenang sedikit dan membujuk Min Soo agar kembali,
ataukah ia yang pergi dan bilang atas perintah Sun Woo? Sun Woo tak mau, jangan
berani-berani Bong Sun melakukan itu. Bong Sun belum menyerah, minta Sun Woo
melupakan kesalahan Min Soo sekali ini saja. Tapi tentu saja tak berhasil dan
membuat Bong Sun frustasi karena semuanya jadi kacau.
Ahjumma shaman iseng pergi
mendatangi shaman lain yang ternyata hanya menipu, karena ia menebak suami si
ahjumma pergi dengan wanita lain padahal ahjumma bahkan tak punya suami. Tapi di
jalan keluar ia malah bertemu ibunya Sun Woo yang kepergok pergi ke shaman lain.
Terpaksalah ibu Sun Woo
mentraktir ahjumma shaman makan sambil menyangkal kalau bukannya ia tak
percaya.. tapi Ahjumma shaman tak masalah, beli kubis saja bisa pergi ke
beberapa toko dulu. Toh ia tetap pede kalau hanya ia yang bisa memberi pencerahan.
Karena ibu Sun Woo heran melihatnya yang makan banyak, Ahjumma Shaman berkata
ia sedang sibuk mencari seseorang sampai tak sempat makan. Ibu meringis karena
ternyata Ahjumma Shaman tak bisa melihat segalanya. Ahjumma berbisik kalau yang
ia cari bukan orang, tapi hantu.
Sun Woo duduk menyesali
kemarahannya tadi, di sebelahnya ada anjing liar kemarin yang makan dengan
lahap (haha, katanya nggak bakal kasih makan lagi?). Sun Woo menyalahkan
dirinya sendiri, juga Min Soo yang membuat kesalahan. Mereka sudah lama bekerja
bersama tapi Min Soo masih saja tak bisa menahannya.
“Hey, apa aku bersalah? Apa kau
mendengarkan? Lihat aku, jangan cuma makan,” ujar Sun Woo pada si anjing yang
diam saja. Menurutnya anjing lebih baik dari manusia, setidaknya anjing tak
akan mengkhianatinya. Sun Woo mencoba tak peduli, memangnya restoran akan kacau
tanpa Sous Chef?
Dan prang, sepiring makanan
jatuh ke lantai karena buru-buru. Pesanan belum pada siap padahal pelanggan
sudah kebosanan menunggu. Ji Woong kesulitan memfilet ikan karena biasanya Min
Soo yang melakukan. Yang menangani daging juga biasanya Min Soo. Sun Woo yang
memberi instruksi sampai pusing sendiri.
Sun Woo sampai menelpon temannya
untuk mencari Sous Chef baru. Temannya ragu, level Sous Chef biasanya bertarif
tinggi dan Sun Woo yang terkenal pemilih dan suka mengkritik membuat orang-orang
tak mau bekerja padanya. Sun Woo tak terima, kritik? Ia hanya mengkritik untuk
kepentingan mereka, tapi sudahlah, ia menutup telponnya sambil kesal dimana ia
harus menemukan Sous Chef?
Note:
Aku pengeeen banget bikin sinopsis lengkap dari episode 1 sampe akhir, jarang-jarang ada yang bikin naksir dari episode 1 kayak Oh My Ghost ini. Tapi oh tapi, bikin ginian pas bulan puasa ini berat banget, apalagi aku udah mudik. kerjaannya kalo nggak jalan, di rumah tidur. Bagaimanalah sinopsis bisa selesai dengan cepat? Huuft...
No comments:
Post a Comment