Jin Gu makin mendekatkan wajahnya ke Se Young, tapi bunyi bel menginterupsi mereka. Jin Gu heran, kau pesan snack tengah malam lagi? Se Young menggeleng, dan bertanya siapa di luar?
“Se Young-ah, aku Jae Bum.”
Jawaban itu membuat Se Young
panik dan mendorong Jin Gu masuk. Jin Gu berkata ia yang akan menemui Jae Bum,
ini hanya masalah waktu. Se Young tak mau dan menyuruh Jin Gu diam saja jangan
keluar.
Se Young keluar, dan Jae Bum
menyodorkan sekotak tonik untuknya. Ia khawatir karena Se Young tak enak badan
dan tak bisa makan tadi. Se Young tampak keberatan, jadi Jae Bum memberikan
tonik itu ke tangan Se Young dan berbalik pergi. Se Young memanggilnya. Jae Bum
berkata itu bukan masalah besar sebelum Se Young sempat mengatakan apapun. Dan
Jae Bum benar-benar tak memberi kesempatan Se Young bicara karena ia lalu
pergi. Se Young terdiam di depan pintunya sesaat sebelum turun memandangi
kepergian Jae Bum.
Jin Gu yang mendengar semua
pembicaraan mereka juga melihat kepergian Jae Bum dari lantai atas. Se Young
masuk dengan tak bersemangat dan Jin Gu sudah merentangkan tangannya
lebar-lebar, ia akan memberikan Miss Piggy-nya pelukan hangat. Se Young
menolak, ia sedang nggak mood. Jin Gu tetap memeluk Se Young. Jin Gu minta Se
Young jangan terlalu memikirkannya, anggap saja itu salah satu pesonamu. “Kita
berdua yang menjalani hubungan, kenapa kau yang menderita sendirian?” ujar Jin
Gu.
Jin Gu memeluk Se Young lagi,
menenangkannya. Tapi nggak lama ia malah menggoda Se Young, “Di mana kita
sekarang?” Se Young yang kesal menyuruh Jin Gu pulang. Jin Gu tentu tak mau, ia
sudah susah payah masuk dan ia bukan Kang Jin Gu kalau pergi begitu saja. Tapi
Jin Gu cuma bercanda, ia memeluk Se Young lagi dengan sayang, meski Se Young
sempat tak mau dan malah memukulnya.
[Jika kau tak bisa menyelami cinta, kau tak pantas mendapatkan cinta]
Soo Ah menyuruh Min Gu kembali
duduk dan bertanya tegas apa Min Gu mau kabur? Min Gu menyangkal. Soo Ah minta
maaf, ia tak bermaksud berbohong sejak awal. Ia sudah berusaha memberitahu
berkali-kali, tapi semua sudah terlambat saat Soo Ah benar-benar ingin
mengatakannya. Min Gu hanya pamit pergi.
“Kau yang menciptakan ilusimu
sendiri. Apa aku memintamu menyukaiku? Kau selalu mengejarku, lalu kenapa
sekarang kau kabur?”
Min Gu berbalik, ia tak kabur.
Seorang atlet hanya bisa memikirkan 1 hal dalam 1 waktu, dan sekarang Min Gu
hanya bisa menghadapi pikiran kalau Soo Ah membohonginya. Jadi Min Gu ingin
pulang dan berpikir. Dan kali ini ia benar-benar pergi.
Ibu mendesak adiknya mengatakan
apa yang terjadi. Kwang Soo hanya berkata kalau ibu bisa melihatnya sendiri,
dan lagi ibu yang menyuruhnya berkencan. Ibu memang melakukannya, tapi bukan
dengan single mom. Ibu kesal karena adiknya tak pernah mendengarnya, Kwang Soo
menolak semua kencan buta dan malah berkencan dengan single mom di lantai atas.
Saking kesalnya ibu memukul
Kwang Soo, “Kau tau bagaimana orang tua kita membesarkanmu! Mereka mencintaimu
sampai mati!” Gantian Kwang Soo yang kesal karena hal itu dibawa-bawa. Ibu
menyuruh Kwang Soo berhenti sebelum perasannya makin dalam.
“Noona, hubunganku dengan Da
In-ie tak seperti yang kau pikirkan,” sahut Kwang Soo. Ibu terkejut dengan
panggilan akrab untuk Da In itu, kau sudah sedekat itu? Kwang Soo mengiyakan
dan menyebutkan nama lengkap Da In, Da In yang kakaknya kenal. Ibu makin kaget,
“Gadis yang membuatmu tak menikah adalah ibunya Eun Suh?” Kwang Soo meralat
dirinyalah yang tak ingin menikah. Ibu ingat yang terjadi saat mereka putus,
Kwang Soo terus menangis dan masih single sampai saat ini. Ia tak menginginkan
gadis yang melakukan itu pada adiknya.
“Noona, jika kau benar-benar
peduli padaku, tak bisakah kau hanya mendukungku?” pinta Kwang Soo. Tapi ibu
tetap pada pendiriannya, lupakan dia.
Kwang Soo yang fustasi menelpon
Da In. Dari nada suaranya, Kwang Soo bisa tau kalau Da In sedang menggigit kuku
sekarang. Dan Kwang Soo bisa menebak dengan tepat kalau Da In langsung
melepaskannya karena kaget. Kwang Soo tau kebiasaan Da In saat khawatir, kau
tadi terkejut kan? Da In menyangkal. Kwang Soo tak percaya, ia bisa dengar
suara Da In bergetar.
“Da In-ah, ayo berjanji jangan
pernah melepaskan tanganku di masa depan tak peduli apa yang terjadi. Aku
selalu menyesal telah kehilanganmu. Aku tak akan pernah melepaskan tanganmu
lagi, seperti hari ini. Jadi kau juga tak boleh melepaskannya. Percaya saja
padaku,” ujar Kwang Soo lalu menutup telponnya.
Jin Gu yang baru bangun langsung
mengirim pesan untuk Se Young, ‘Kau sudah
bangun, tukang tidur? Aku merindukanmu.’ Ponsel Jin Gu berbunyi, pesan dari
grup kantor yang senang karena bos mereka pergi ke Cina hari ini. Jin Gu
membalasnya dengan emoticon happy. Tak lama ponsel Jin Gu bunyi lagi, pesan
masuk dari Se Young lengkap dengan foto bangun tidurnya, ‘Aku juga merindukanmu, idiot. Sampai ketemu nanti’. Dan keduanya
langsung panik karena pesan itu dikirim ke grup kantor, huahahaaa, dudul!
Kepala Kim penasaran dan
bertanya apa Jae Bum tau yang terjadi? Jae Bum menggeleng. Go Eun juga tak tau
apa-apa. Bo Sun sepertinya sudah gatal ingin memberitahu, Jin Gu langsung
menatapnya panik. Kepala Kim bertanya pada Jin Gu, tapi Jin Gu pura-pura tak
mengerti sampai tersangkanya datang sendiri. Se Young masuk dengan santai
seolah tak ada yang terjadi. Ia berdalih kalau bermaksud mengirimnya ke
temannya. Tentu Kepala Kim tak percaya, kau tak sedang berhubungan dengan teman
sekantor kan?
“Ohohoo, tidak, tentu tidak,”
sangkal Se Young yang sayangnya sangat tak natural. Kepala Kim malah makin
curiga dengan reaksi Se Young yang berlebihan. Jin Gu putus asa sendiri dengar
jawaban-jawaban Se Young, dan sekarang Se Young malah mengalihkan pembahasan ke
tempat makan baru. Kepala Kim makin curiga kalau Se Young ingin pergi ke sana
dengan pacar ‘idiot’nya. Se Young hanya bisa tertawa-tawa menyangkal. Saat Se
Young masih dicurigai, Jin Gu menerima pesan dari Jae Bum yang mengajaknya
minum kopi.
Jae Bum penasaran siapa ‘idiot’
itu, apa ia benar-benar pacar Se Young? Jae Bum bilang kalau semalam ia mampir
ke rumah Se Young, tapi Se Young tampak aneh dan menghindari kontak mata. Jae
Bum merasa cinta sepihak benar-benar menyedihkan.
“Tapi, kau tak tau apapun?”
tanya Jae Bum. Jin Gu akan mengatakan yang sebenarnya, tapi Se Young menelpon
dan menyebutkan kode rahasia mereka untuk bertemu. Jin Gu mengerti dan memberi
isyarat kalau harus menemui seseorang pada Jae Bum.
Se Young frustasi sendiri dengan
kebodohannya. Jin Gu mengatai Se Young lah yang idiot. Se Young mau mereka tak
berkirim pesan lagi di pagi hari, telpon aku jika kau perlu mengatakan sesuatu.
Jin Gu sudah bilang kalau harusnya mereka memberitahu semuanya agar tak selalu
khawatir seperti ini. Se Young tak mau.
Seseorang masuk tangga darurat
dan mereka langsung panik. Jin Gu berlari ke atas, sementara Se Young berbalik
menghadap tembok, menutupi wajahnya. Untung cuma seorang ahjumma cleaning
service. Jin Gu turun lagi dengan kesal, sampai kapan mereka harus seperti ini?
Jin Gu merasa harus memberitahu Jae Bum, ia tak bisa melakukan ini padanya dan
ia sudah hampir mengatakannya tadi.
“Tidak, tidak, nanti..” tolak Se
Young. Jin Gu mengingatkan, semakin lama kau menundanya, semakin lama kau harus
berbohong. Se Young akhirnya setuju. “Kalau begitu aku akan mengatakannya hari
ini, nanti kami akan pergi minum,” ujar Jin Gu. “Hari ini? Bagaimana kalau
besok?” tawar Se Young. “Atau minggu depan? Minggu ini akan hujan, kau tau kan
orang akan sentimental dan moody saat hujan?” Jin Gu malas mendengar
alasan-alasan Se Young, ia akan memberitahu Jae Bum hari ini.
Se Young kembali ke kantor
dengan lesu. Jae Bum bertanya apa Se Young punya waktu malam ini? Se Young
bingung menjawabnya. Jin Gu menyelamatkan suasana dengan mengajak mereka pergi
minum hari ini, team Miss Piggy harus pergi bersama. Jae Bum setuju saja, Go
Eun juga ingin ikut. Jin Gu menyambutnya canggung, kita harus pergi semuanya.
Dan Se Young, memandangi mereka semua dengan ekspresi seperti akan dieksekusi.
Min Gu tak konsentrasi latihan
sampai dipukul pelatihnya. Teman-temannya malah memberi selamat Min Gu yang
kembali ke solo world alias jomblo, haha. Min Gu bersikeras mereka belum
berpisah. Temannya yang gendut bertanya khawatir apa yang akan Min Gu lakukan?
Teman satunya malah menyuruh putus saja, ia tak suka dengan Soo Ah sejak dia
berbohong tentang namanya. Tapi temannya yang gendut membela Soo Ah, dia pasti
tak bermaksud berbohong, Min Gu yang terus mengganggunya. Menurutnya Soo Ah tak
bersalah, yang salah Min Gu karena mau dibodohi.
Temannya yang menyuruh putus
tadi malah menakut-nakuti Min Gu, dia benar-benar tampak seperti preman di foto
itu, dia bisa membuat kepalamu putus kalau kalian tetap pacaran, hahaa, lebay
amat. Min Gu kesal mendengarnya. “Bukankah putus karena foto itu terlalu lemah?
Min Gu saja pup di celana,” ujar temannya yang gendut, malah mengingatkan
kenangan buruk Min Gu, haha.
“Anggap saja kalian tak putus,
lalu apa kau akan memanggilnya Noona karena dia lebih tua?” tanya temannya. “Tapi
lebih baik kalian putus saja, di kampus akan banyak gadis oke.” Min Gu pusing
sendiri dengar ocehan temannya, dan menyuruh mereka makan saja.
Soo Ah tak konsentrasi belajar. Ia
melamun sambil memegangi gelang pemberian Min Gu. Dua temannya mengajak Soo Ah ke
club agar tak sedih lagi. Soo Ah tak mau. Menurut temannya Soo Ah harus
melupakan anak SMA dengan anak kuliahan, atau orang kantoran. Soo Ah sama
sekali tak tertarik dan menyuruh teman-temannya belajar saja atau gagal ujian
lagi. Temannya heran melihat Soo Ah yang tampak susah, kau pasti sangat
menyukainya? Soo Ah tak menjawab dan pergi.
Di luar, Soo Ah mencari sosok
Min Gu yang biasa menunggunya. Tapi tak ada.
Tentu tak ada, karena Min Gu
berjalan di tempat yang berbeda.
Soo Ah menaiki tangga sebuah
gedung (mungkin perpustakaan), tapi langkahnya terhenti saat melihat sosok Min
Gu yang seperti menunggunya di sana. Keduanya diam saling menatap sampai Min Gu
berkata ada yang ingin ia tanyakan pada Soo Ah. “Apa kau menyukaiku?”
Soo Ah terdiam sebentar, “Sejujurnya
aku tak pernah menyesal menjadi gadis nakal, tapi aku menyesalinya untuk
pertama kali setelah bertemu denganmu. Aku tak ingin mengecewakanmu.”
Senyum kembali di wajah Min Gu
dan ia mengajak Bong Sook-nya untuk pacaran lagi mulai sekarang. Ia mendekat
dan mengulurkan tangannya. Soo Ah tertawa dan menyambutnya. “Tapi, kau tetap
memanggilku dengan nama saja?” tanya Soo Ah. Min Gu mengiyakan, ia tak mau
memanggil ‘Noona’, ia hanya mau memanggil Bong Sook-ie, Bong Sook-ah. Kalau
begitu Soo Ah juga tak mau memanggil Min Gu ‘Oppa’. Min Gu usul, bagaimana
kalau memanggilnya ‘Oppang’ sebagai panggilan sayang? Soo Ah juga tak mau, ia
cuma mau memanggil Min Gu-ya..
Kwang Soo dan Da In duduk santai
di taman. Da In berkata ia harus kembali sekarang. Kwang Soo mengerti, tapi ia
mengajak Da In naik sepeda dulu sebelum pergi. Karena Da In diam, Kwang Soo tertawa
saat ingat kalau Da In tak bisa naik sepeda dan menariknya, ia akan mengajarinya.
Kwang Soo sudah memegangi
sepedanya, tapi Da In tetap kesulitan. Jadi Kwang Soo mengajaknya naik sepeda
tandem. Kalau ini Da In bisa, dan mereka menikmati sore sambil bersepeda. Selesai
main sepeda, Da In mendapat telpon dari sekolah Eun Suh dan ekspresinya berubah
panik.
Da In segera menjemput Eun Suh
yang kepalanya terluka dan sedari tadi menangis mencari ibunya, gurunya sudah
terus menelpon tapi Da In tak dengar. Da In meminta maaf dan berterimakasih.
Kwang Soo merasa bersalah, harusnya ia tak mengajak Da In keluar. Da In tak
menjawab dan melangkah duluan.
Mereka sampai di halaman apartemen
dan bertemu tetangga mereka (yang Kwang Soo pernah geer dikiranya Da In yang di
lift, tapi ternyata ahjumma ini). Ahjumma tetangga menyapa mereka ceria dan merasa
Kwang Soo benar-benar baik, “Sangat baik berteman dengan tetanggamu, sampai
membawakan tas segala, tapi orang-orang akan salah paham. Kau sudah tua, tapi
kau belum pernah menikah sebelumnya. Kau tak bisa menikah dengan rumor aneh
yang tersebar.”
Kwang Soo berkata itu bukan
salah paham, tapi ia tak peduli dan mengajak Da In masuk. Tinggal tetangganya
yang kaget, padahal ia hanya bercanda, tapi ternyata benar?
“Da In-ah, aku melakukan hal
yang bagus kan?” tanya Kwang Soo di lift, sudah kubilang kau hanya perlu
percaya padaku. Da In menjawab dengan menekan tombol 9 di lift. Kwang Soo tak
mau, ia akan mengantar Da In ke lantai 10. Da In masih menekan tombol 9, tapi
lalu membiarkan Kwang Soo mengantarnya. Sebelum Da In masuk, Kwang Soo minta Da
In menelponnya saat membutuhkannya dan ia akan langsung datang. Da In
mengangguk dan masuk ke rumahnya.
No comments:
Post a Comment