Da In sampai rumah dan mengajak Kwang Soo masuk. Kwang Soo sedikit ragu, ini pertama kalinya Da In membiarkannya masuk. Tapi Kwang Soo masuk juga dan memuji rumah Da In yang sangat bersih. Da In sudah berubah banyak karena 10 tahun lalu Kwang Soo yang membersihkan rumah untuk Da In. Da In hanya tersenyum dan mulai menyiapkan makan malam mereka. Kwang Soo ingin membantu, tapi Da In menyuruhnya main bersama Eun Suh saja.
Sementara Da In memasak, Kwang
Soo juga bermain masak-masakan dengan Eun Suh. Tak lama masakan Da In siap, dan
Kwang Soo langsung semangat mencobanya. Ia memuji masakan Da In yang seperti
seorang pro, padahal dulu Da In bahkan tak bisa membuat kimbap. Da In
tersenyum, ia seorang ibu jadi itu muncul secara natural. Kwang Soo makan
dengan lahap sambil terus mengajak ngobrol Eun Suh.
Eun Suh sudah tertidur. Kwang Soo
senang karena berarti hanya tinggal mereka berdua, apalagi Da In bertanya apa
dia capek? Kwang Soo sudah berharap, tapi Da In ternyata mengajaknya keluar
menghirup udara segar. Meski sedikit kecewa, Kwang Soo setuju saja.
Di luar, Da In berkata ia
bersenang-senang tadi dan tak akan melupakan hari ini. “Ada apa? Setiap hari
akan seperti ini,” sahut Kwang Soo. Kwang Soo bisa mencium sesuatu terjadi dan
menebak itu karena kakaknya. Da In menggeleng, hanya saja melihatmu dan Eun Suh
bersama sepanjang hari membuatku menginginkan lebih. Kwang Soo senang karena Da
In menginginkan lebih. Tapi Da In merasa seharusnya ia tak seperti itu.
“Apa yang salah? Kau bisa
menginginkan sebanyak yang kau inginkan. Apa yang kau takutkan?”
Semuanya, jawab Da In. Ia tak
bisa hanya memikirkan dirinya dan menyebabkan masalah bagi Kwang Soo. Tapi semua
perkataan Da In terdengar seperti ‘i love you’ di telinga Kwang Soo. Sangat sulit
bagi Kwang Soo untuk bisa menggenggam tangan Da In lagi, jadi ia tak mau
melepaskannya. Kwang Soo minta Da In tak mengkhawatirkan kakaknya, ia yang akan
mengurusnya. Dan Eun Suh? Kwang Soo sudah menganggap Eun Suh anaknya, semua
orang bilang Eun Suh mirip dengannya, meski ia yakin Eun Suh tak suka dibilang
seperti itu, hahaa.
“Oppa, tapi ini..” potong Da In.
Kwang Soo tak ingin Da In melanjutkan kata-katanya dan memintanya bersandar
saja padanya.
Di kamarnya, Kwang Soo
memandangi sepasang cincin yang sudah ia siapkan untuknya dan Da In. Ia tampak
khawatir dan mengirim pesan pada Da In, mengajaknya bertemu di cafe di Samcheongdong,
ada sesuatu yang ingin ia berikan. Dan pesan Kwang Soo itu membuat Da In yang
sudah bimbang, makin bimbang.
Min Gu mempersiapkan baju untuk
pertandingannya besok, dan ia memutuskan menelpon Soo Ah. Tak ada jawaban. Jadi
Min Gu mengiriminya pesan, ingin Soo Ah datang ke pertandingan besok. Ia memanggil
Soo Ah dengan sebutan ‘Noona’.
Pagi harinya, Min Gu segera mengecek
ponselnya yang berbunyi, berharap itu dari Soo Ah. Tapi ternyata ibunya yang
lagi-lagi mengiriminya gambar jimat. Min Gu kesal. Ibu menyuruh Min Gu
menyimpannya agar berhasil memenangkan medali, kau akan pup di celana lagi
kalau menghapusnya, hahaa. Min Gu tak percaya, kalau jimat ini benar-benar
bekerja, ia pasti sudah ikut olimpiade sekarang. Jin Gu, yang biasanya juga tak
percaya jimat, kali ini minta dikirimkan juga untuknya.
Ibu kaget, apa sesuatu terjadi
di kantor? Jin Gu menyangkal, hanya bisa saja itu akan berhasil. Ibu mengangguk,
ia akan memintanya ke peramal. Ibu memastikan Min Gu tak menghapusnya, karena
hari ini ia harus mengantar Dong Gu audisi, jadi tak bisa melihat
pertandingannya. Dong Gu yang merasa menang malah menggoda kakaknya. Dan tak
berhasil, karena Min Gu memang tak ingin ibunya datang.
Min Gu memandangi gambar jimat
di ponselnya, [Yang kubutuhkan adalah
orang yang kucintai untuk datang mendukungku.]
Audisi Dong Gu untuk film Back
Home 2 dimulai. Lagi-lagi ia masuk ruang audisi bersama Min Joon. Mereka diminta
melakukan adegan menangis, bayangkan saja Baek Ji akan pergi sangat jauh dan
mohon padanya untuk tetap tinggal. Baek Ji melangkah ke depan dua pria itu. Min
Joon memulai aktingnya, minta Baek Ji jangan pergi. Dong Gu tak mau kalah, tapi
dialognya masih tetap terbata dan meski berusaha keras, air matanya tak mau
keluar.
Min Joon minta Baek Ji tak pergi
dan mulai menangis. Baek Ji sampai berkaca-kaca melihat tangisan Min Joon. Dong
Gu berlutut dan memegang tangan Baek Ji, mulai sungguh-sungguh menangis. Dong Gu
tulus memohon agar Baek Ji tak pergi. Baek Ji bergantian memandangi dua pria
yang menangisinya. Dong Gu makin menangis tersedu-sedu, sampai casting
directornya heran melihat mereka.
Di luar pun Dong Gu masih
menangis sampai ibu harus mengelap air matanya. Sementara itu Baek Ji memberi
selamat pada Min Joon yang berhasil lolos audisi. Dong Gu makin sedih
melihatnya.
[Aku tak berhasil, tapi kupikir aku tau rahasia untuk menangis.]
Min Gu sudah siap dengan kostum
judonya, dan tetap tak ada balasan dari Soo Ah. Saat menunggu giliran tanding
pun, mata Min Gu mencari sosok Soo Ah di antara penonton, tapi tak ada. Min Gu
mulai gugup dan memijit-mijit telapak tangannya. Pelatih menyuruh Min Gu tenang,
ini kesempatan terakhir untuk ke Yongin. Min Gu mengangguk mengerti.
Min Gu sedang berusaha
menenangkan diri saat temannya yang gendut memberitahu kalau Soo Ah datang. Min
Gu lega dan tertawa senang. Ia jadi semangat lagi.
Kwang Soo menunggu Da In di cafe
tempat pertama mereka bertemu. Cincin itu sudah siap di meja, menunggu calon
pemiliknya yang tak kunjung datang.
Tapi yang ditunggu malah di
rumah dan mengeluarkan semua gelas dan piringnya. So Jin yang datang untuk
menjaga Eun Suh jadi heran, bukankah seharusnya kau bertemu Kwang Soo? Da In
diam saja. “Kau ini, kau takut lagi?” tebak So Jin. Da In merasa Kwang Soo
pantas mendapat seseorang yang lebih baik, yang lebih muda dan masih single.
So Jin menyemangati Da In,
bercerai itu bukan dosa. Da In baik-baik saja dengan itu, tapi ia tak ingin
memberi masalah pada Kwang Soo. Da In merasa sudah mengacaukan kehidupan Kwang
Soo. So Jin tau benar siapa Da In, Da In sangat mencintai Kwang Soo sampai
merasa sangat bersalah seperti ini. So Jin mendorong Da In menemui Kwang Soo,
kalau kau lari lagi Kwang Soo akan makin menderita. Da In terdiam.
Kwang Soo masih menunggunya. Da
In memutuskan pergi. Tapi ia bertemu ibu di lantai bawah. Mereka berbasa-basi
canggung, namun ibu lalu jujur kalau ia mempercayai Da In untuk apa yang ia
katakan terakhir kali. Da In diam dan melanjutkan langkahnya.
Di halte bis, entah kenapa Da In
tak jadi naik bis yang akan membawanya menemui Kwang Soo. Perlahan air mata Da
In keluar.
Hari sudah malam, dan Kwang Soo
tetap setia menunggu Da In. Ia menelpon Da In, tapi ponselnya tak aktif. Sebuah
pesan singkat dari Da In masuk, ‘Maafkan
aku, Oppa.’ Kwang Soo buru-buru bangkit pergi.
Sudah jam pulang kantor, Jin Gu
mengajak Se Young pulang. Tapi Se Young punya rencana dengan temannya dan menyuruh
Jin Gu pergi duluan.
Jin Gu turun bis dan terhenti di
depan sebuah pojangmacha, ia ingat Se Young dan mampir kesana. Jin Gu membeli
sesuatu untuk Se Young dan pergi lagi naik taksi. Mereka berkirim pesan. Se
Young sudah selesai bertemu temannya dan akan segera pulang. Jin Gu membalas, ‘aku juga’, padahal ia dalam perjalanan
menuju rumah Se Young. Jin Gu tampak happy.
Tapi langkahnya terhenti saat
melihat Se Young bersama Jae Bum. Ia melanjutkan langkahnya dan menyapa Se
Young. Jin Gu berterimakasih dengan dingin pada Jae Bum yang sudah mengantar Se
Young pulang. Jae Bum mengabaikan Jin Gu dan tersenyum pamit pada Se Young. Jin
Gu menyerahkan bungkusan yang dibawanya pada Se Young lalu menyusul Jae Bum.
Jin Gu minta Jae Bum berhenti
bersikap seperti ini, mereka harus bicara. Jae Bum merasa tak ada yang perlu
dibicarakan. Jin Gu benar-benar minta maaf, apa itu tak bisa?
“Jae Bum-ah, aku tak pernah
menderita seperti ini sebelumnya, bahkan sejak kau bilang kau menyukai Se
Young. Tapi, aku tak bisa membantu karena aku sangat menyukainya juga.”
Jae Bum minta Jin Gu berhenti. Ia
sudah sabar selama ini. “Aku mencoba sangat keras untuk sabar karena ini kau,
aku tak tau kapan ini semua dimulai, tapi ini sudah sangat lama untukku,” ujar
Jae Bum lalu berbalik pergi.
Jin Gu menahannya, ini tak baik
untuk Se Young dan tak jantan. Jae Bum kesal dan mendorong Jin Gu ke tembok. “Hentikan!” teriak Se Young. “Maafkan
aku. Ini semua salahku, jadi mari akhiri semua ini.” Se Young berbalik naik ke
rumahnya setelah mengatakan itu.
[Kita sangat saling mencintai, kita menderita.]
Kwang Soo panik mencari Da In.
Da In tau Kwang Soo menelponnya, tapi ia mengabaikannya.
[Kita sangat saling mencintai, kita terluka.]
Min Gu tenang saat melihat Soo
Ah datang ke pertandingannya. Tapi ekspresi Soo Ah berkebalikan dari Min Gu.
[Kita sangat saling mencintai, kita harus menelan emosi kita.]
Jin Gu mengejar Se Young, tapi
Se Young yang sedih hanya menepis tangannya dan masuk ke rumah.
[Cinta selalu memberikan akhir yang tak terduga..]
Note:
Tinggal 1 episode lagi! Hap hap semangat!!
Soo Ah eonni mengertilah perasaan Min Gu, dia masih ABG labil >< #plak
ReplyDelete