Hong Do kembali berdandan sebagai Nenek Oh dan datang untuk berhenti dari pekerjaannya, ia tak akan melanjutkannya lagi. Hong Do memandangi rumah keluarga Yi Suk dan bergumam bisakah ia datang ke rumah ini bukan sebagai Oh Young Rae, tetapi sebagai Hong Do?
Hong Do baru mau masuk saat Doo Soo menelpon dan minta maaf soal kemarin, ia sedang cukup sibuk. Hong Do mengerti. Dan soal uang itu, Doo Soo melakukannya karena ia menyukai Hong Do. Hong Do yang tak bisa menerima telpon lama-lama berkata nanti ia akan ke kantor polisi. Doo Soo tak setuju, ia yang akan datang mencari Hong Do.
Se Ro datang ke kantor polisi dan
membagi-bagikan kopi pada semuanya. Doo Soo heran melihat Se Ro yang terus
muncul, dan lebih heran melihat bunga segar di mejanya. Se Ro mendekati Doo Soo
dengan dua macam kopi, caffe latte atau americano? Doo Soo menolak, ia masih
kenyang. Jadi Se Ro malah menaruh keduanya di meja Doo Soo. Doo Soo
mengingatkan kalau ini unit kejahatan kekerasan, penjahat bisa menggunakan kopi
panas sebagai senjata, jadi mulai sekarang jangan habiskan uang untuk hal-hal
ini. Se Ro tak terpikir soal itu, ia belajar banyak hal baru setiap hari.
Termasuk saat Detektif Yang terantuk sudut meja.
Doo Soo bertanya pada Detektif
Yang soal pembakaran patologis, apa pernah ada yang mendapatkan pengurangan
hukuman dengan itu? Detektif Yang malah tak mengerti apa itu. Doo Soo terpaksa
menjelaskan kalau itu penyakit mental yang membuat orang merasa hebat saat
membakar, apa bisa orang seperti itu dapat pengurangan hukuman? Detektif Yang
tak percaya soal itu, pasti mereka bohong dan mengatakan itu setelah melakukan
pembakaran.
Selagi pemilik meja sibuk
bicara, Se Ro bermain-main dengan sarung tangan pemberian Hong Do. Doo Soo
mengambilnya dan menyuruh Se Ro pergi membawa bunganya juga. Se Ro tak
membantah dan langsung pergi.
Kakek yang dipapah Butler Ahn
datang menemui Nenek Oh. Tak ingin terlihat lemah, Kakek buru-buru melepaskan
tangannya dari Butler Ahn dan menyuruh Nenek Oh duduk lagi. Kakek tau-tau
membacakan puisi, Nenek Oh yang tau kelanjutannya mengangkat tangan seperti
yang biasa ia lakukan saat menonton tv. Nenek Oh melanjutkan puisi itu dengan
tepat. Kakek berkata semalam puisi itu tiba-tiba saja melintas di pikirannya.
Nenek Oh langsung bicara terus
terang kalau ia tak bisa membantu Kakek lagi dan meminta maaf. Kakek kaget dan
bertanya apa ada masalah? Nenek Oh menggeleng, tapi belum sempat menjelaskan
alasannya, Kakek kesakitan memegang dadanya. Nenek Oh menepuk punggung Kakek
perlahan, dan rasa sakitnya perlahan membaik.
Yi Suk berbaring di ruangan
Profesor Uhm untuk sesi konsultasi. Yi Suk jujur kalau dari awal ia takut pada
pasiennya. Ia jadi psikolog karena ingin menyembuhkan ibunya, tapi kenyataan ia
tak bisa membantu sama sekali membuatnya takut. Takut pasien akan mencari sisi
tidak kompeten dari dirinya. Pertama kali Yi Suk bertemu Cha Hong Do saat kasus
Park Man Dong, dan anehnya saat bersamanya, Yi Suk menjadi orang yang ia
inginkan.
Profesor Uhm mengangguk, saat
melakukan itu secara alami fobia Yi Suk pada pasien lain juga menghilang. Yi
Suk mengiyakan, tapi ia tak mengatakan soal itu pada Hong Do karena ia hanya ingin
bersamanya. Menurut Profesor Uhm lebih baik jujur, tapi Yi Suk menggeleng.
Setelah kakek pingsan, keterkejutan yang dialami ibunya membuatnya merasa aneh,
ibunya sedikit demi sedikit mulai menerima ayah. “Aneh seperti apa?” tanya
Profesor Uhm.
“Perasaan bahwa segala sesuatu
yang kuandalkan selama ini menghilang, tapi kemudian Cha Hong Do masuk,” jawab
Yi Suk. Tiba-tiba ponsel Profesor Uhm berdering. Yi Suk bangun dan menyuruh
Profesor Uhm mengangkat telponnya saja, sudah tak ada yang ingin ia katakan
lagi hari ini.
Hong Do datang ke rumah sakit
tanpa helmnya kali ini, meski dengan syal menutupi kepalanya. Yi Suk
memanggilnya dan bertanya kenapa Hong Do tak menelpon? Padahal ia sudah datang
tengah malam dalam cuaca dingin untuk melihatnya dengan hati membara. Kalau Yi
Suk jadi Hong Do, ia akan penasaran apa ia pulang ke rumah baik-baik saja tanpa
mati kedinginan. Hong Do malah tertawa, “Kenapa kau bisa mati kedinginan? Kau
tak membawa mobilmu?” Melihat reaksi Hong Do, Yi Suk menebak kalau segera setelah
ia berbalik pergi, Hong Do pasti segera menutup pintu dan tidur di ruangan yang
benar-benar hangat.
Hong Do tersenyum dan berkata Yi
Suk salah duga, ia benar-benar khawatir. Tapi ia menahan perasaan yang ingin
melompat keluar dan meraih Yi Suk. Yi Suk heran, kenapa kau menahannya? Hong Do
cerita saat ia masih kecil, kalau ia menangis dan benar-benar marah, ia tak
mengatakan sepatah katapun setelah pulang dari sekolah. Tapi nenek akan selalu
menunggu Hong Do mengatakan apa yang membuatnya marah dan sebagai gantinya ia
memasak sesuatu yang enak. Dan tadaa, Hong Do menunjukkan bekal nasi goreng ala
Thailand buatannya. Yi Suk tampak terkesan.
Terburu-buru Profesor Uhm masuk
dan menyuruh Yi Suk pergi ke Kantor Polisi Gangnam.Yi Suk sadar tempat siapa
itu dan malas pergi kesana, tapi Profesor Uhm tak mau tau dan menyuruh Yi Suk
cepat pergi. Hong Do dengan sukarela membujuk agar Yi Suk mau pergi.
Detektif Yang kesal karena harus
melakukan pemeriksaan kejiwaan segala karena ada stasiun TV yang meliput. Doo Soo
berpikir positif dan berkata mereka mengatakan bahwa polisi tengah menyelidiki
secara rasional dan ilmiah. Detektif Yang tak setuju, para penjahat pasti
kebanyakan menonton film. Mereka berakting seolah tak ingat apapun agar bisa
mengurangi hukuman, seperti dokter itu. Dan eng ing eng, dokter yang dimaksud
itu datang.. Go Yi Suk.
Yi Suk begitu melihat Doo Soo langsung
bertanya apa memar di tempat ia memukul tak apa-apa? Doo Soo tak menanggapi dan
malah menyapa Hong Do.
Yi Suk sibuk membaca dokumen,
dan Doo Soo malah sibuk mengajak Hong Do bicara. “Apa kau menunggu lama
kemarin?” tanya Doo Soo. Hong Do langsung saja menyodorkan amplop berisi uang
yang ingin ia kembalikan. Tentu Doo Soo tak mau menerimanya. “Apa yang kau
lakukan sekarang? Kenapa kau mengembalikannya secara pribadi? Kau bisa
mengirimnya ke rekening banknya,” ujar Yi Suk kesal. Doo Soo malah
terang-terangan berkata kalau Hong Do harus menyimpan uangnya agar ia punya
alasan untuk melihat Hong Do. Yi Suk makin kesal dengar perkataan Doo Soo dan
mengajak mereka langsung bertemu pelaku kejahatannya saja.
Yi Suk bicara dengan si pelaku
sementara Hong Do berdiri di pojok ruangan. Yi Suk bilang sejauh yang ia tau,
tak ada seorang pun di negara ini yang punya kelainan itu, kebanyakan
narapidana membakar karena masalah mental akibat kesedihan atau kesendirian. Si
pelaku berkata kalau ia tak sedang mencoba mendapat pengurangan hukuman, ia
juga ingin tau orang seperti apa dirinya, kenapa ia melakukan itu sangat
membuatnya frustasi.
Yi Suk mengerti dan mulai
bertanya, apa kau mabuk saat kau membakar? Si pelaku mengiyakan. Bagaimana kau
menyalakan api? Apa dengan pemantikmu? Si pelaku mengiyakan lagi, ia merokok
dan menyalakannya dengan pemantiknya. Yi Suk melihat record kalau si pelaku
sudah bermasalah sejak anak-anak karena kekerasan dalam rumah tangga. “Lalu ada
seseorang yang kau kenal meninggal dalam kobaran api?”
Si pelaku mengangguk, ibuku. Yi
Suk lalu menunjukkan video kobaran api dari ponselnya, tapi si pelaku tampak
biasa saja. Yi Suk berpura-pura menyimpulkan kalau ini pembakaran patologis.
Hong Do yang daritadi berdiri di pojok mengamati kaki si pelaku yang terus
bergerak seolah gelisah. Yi Suk melihat arah pandangan Hong Do dan mencoba
melihat ke bawah meja, tapi si pelaku yang merasa terancam mendorong meja dan
menahan Hong Do sebagai sandera.
Doo Soo dan Detektif Yang
langsung masuk saat mendengar keributan, tapi Yi Suk yang maju lebih dulu dan
menggigit hidung si pelaku (haha, senjata andalan Yi Suk.. gigit!). Saking
kagetnya Hong Do sampai mengumpat, dan
menunjuk benda persegi panjang yang ada di kaos kaki si pelaku.. korek api.
Jadi si pelaku ternyata menyalakan api dengan korek api, bukan pemantik, dan
jelas ini bukan pembakaran patologis.
Yi Suk yang diinterview stasiun
TV berkata karena si pelaku berakting, ia juga ikut berakting. Pembakaran
patologis yang ia klaim dari awal terlihat sangat ganjil, bahkan saat Yi Suk
memperlihatkan video api yang berkobar
dari ponselnya, si pelaku tak tampak berminat. Biasanya seseorang dengan
penyakit mental akan mulai gila ketika melihatnya, si pelaku tipe pria yang
suka berbohong pada orang-orang, dia berbohong itu pemantik ketika dia
benar-benar menggunakan korek untuk membakar. Tapi ketika ketahuan itu korek,
dia mulai menggila, jadi ini bukan pembakaran patologis.
Wawancara selesai. Yi Suk
mencari Hong Do yang tak tampak, tapi malah ketemu adiknya yang duduk di meja
Doo Soo. Yi Suk heran apa yang Se Ro lakukan di sini. Se Ro berkata ia di sini
untuk mendalami karakter polisi yang akan ia mainkan. “Kenapa harus di sini?
Apa ini satu-satunya kantor polisi?” tanya Yi Suk stress. Se Ro berdalih ia tak
punya waktu banyak, jadi ia minta bantuan pada Profesor Uhm, sepupunya adalah
Kepala Kantor ini. Menurut Yi Suk itu mencurigakan dan minta Se Ro menatap
matanya. Ia ingat yang dikatakan Geum Shim Ahjumma dan bertanya hubungan
adiknya dengan Doo Soo, apa kalian saling bertemu?
Gelagapan Se Ro menjawab antara
ya dan tidak, tapi lalu mengiyakan tentu saja mereka saling bertemu, dia
bekerja di sini. Yi Suk kesal dan mencari dimana Doo Soo. Se Ro berlari
mengikuti kakaknya.
Yang dicari rupanya sedang
mencari orang lain. Doo Soo menemui Hong Do di luar, minta maaf dan meyakinkan
kalau Hong Do baik-baik saja, ada silet dalam kotak korek api itu, bisa saja
tadi jadi bahaya. Hong Do berkata ia baik-baik saja dan menyodorkan amplopnya
lagi sampai Doo Soo menerimanya. “Apa kau merasa tak nyaman menyimpan ini?”
tanya Doo Soo. Hong Do diam saja. Doo Soo memasukkan lagi amplop itu ke kantong
jaket Hong Do. Saat Doo Soo bilang akan menunggu, ia berbohong. Ia tak bisa
melepaskan Hong Do dan berharap Hong Do ada di sisinya, bukannya bersama dokter
itu. Hong Do hanya bisa minta maaf berulang kali.
“Hong Do, apa kau tau betapa
kata-kata itu sangat melukaiku?”
“Maafkan aku. Tapi, aku tak bisa
melakukan apa-apa.”
Doo Soo berterus terang ia ingin
kembali ke saat Hong Do masih sakit. Saat Hong Do membuatkan makanan dan
menulis catatan kecil. Doo Soo ingin kembali ke masa itu. Hong Do diam, dan
saat itu Yi Suk dan Se Ro menemukan mereka. Refleks Hong Do bergerak ke arah Yi
Suk, tapi Doo Soo menahan tangannya. Yi Suk menyuruh Doo Soo melepaskan tangan
Hong Do, tapi Doo Soo tak mau menyerahkan Hong Do pada Yi Suk.
Se Ro yang tak punya ide apapun
soal ini baru tau kalau itu gadis yang disukai Doo Soo. “Kemari kau,” pinta Yi
Suk tegas. Se Ro bingung, siapa dia? “Cha Hong Do. Pacar oppa,” jawab Yi Suk.
“Kemari kau. Jika tidak aku akan
pergi,” ulang Yi Suk pada Hong Do lagi. Hong Do melepaskan tangannya perlahan
dari Doo Soo, ia akan gila jika tidak melakukannya dan mendekat ke sisi Yi Suk.
Yi Suk melangkah pergi dan menyuruh Hong Do mengikutinya. Hong Do menurut, tapi
adiknya malah mengkhawatirkan Doo Soo. Jadi Yi Suk berbalik dan menarik Se Ro
pergi.
Yi Suk menyuruh adiknya masuk
mobil dan langsung pulang. Ia tak ingin mendengar Se Ro mengatakan apa-apa
tentang Doo Soo lagi. Terpaksa Se Ro menurut dan menjalankan mobilnya pulang.
“Aku marah,” ujar Yi Suk saat
masuk ke mobilnya. Tapi ia tak marah pada Hong Do dan Hong Do cukup bertahan
sampai ia tenang. Tau Hong Do terus memandanginya, Yi Suk tak berlama-lama
menenangkan diri dan terus menjalankan mobilnya.
Ahjumma Geum Shim menemui Kakek
yang langsung bertanya sudah berapa lama Ahjumma sendiri? 25 tahun, jawab
Ahjumma malu. Menurut Kakek itu sangat luar biasa, pasti rasanya sangat hampa.
Ahjumma menyangkal, keluarga ini sudah seperti keluarganya sendiri dan malah
curhat sejak kedatangan Nenek Oh ia merasa sangat tidak nyaman.
Kakek tiba-tiba bertanya jika
ada pria tua sepertinya, dengan fisik yang bagus, kaya, dan terpelajar,
mengatakan ‘Mari kita menghabiskan sisa
kita hidup bersama’, apa yang akan Ahjumma pikirkan? Ahjumma jadi shock
sekaligus geer, jika ada pria sehebat Kakek melakukannya maka ia akan tau kapan
itu terjadi. “Kau akan tau kapan itu terjadi?” ulang Kakek.
Yi Suk sampai di depan rumah
Hong Do, tapi bukannya turun Hong Do malah mengambil sesuatu dari jok
belakang.. syal pink yang ia rajut sendiri. Yi Suk senyum dan menyuruh Hong Do
memakaikannya. Sambil memakaikan, Hong Do berkata ini satu-satunya hal yang
bisa ia lakukan sekarang. Benang yang ia gunakan bukan kualitas tertinggi,
begitu juga dengan hasil tangannya. Hong Do bertanya soal warnanya, apa kau
suka?
“Tidak, ini warna yang paling
aku benci,” jawab Yi Suk jujur, tapi ia akan memakainya karena Hong Do yang
merajutnya. Hong Do senang dan sedikit mengancam, coba saja kalau besok keluar
tidak memakainya. Yi Suk memegang tangan Hong Do dan mengingatkannya untuk tak
harus berada di sisi Doo Soo lagi, kau tak tau dia bermain-main dengan adikku? Hong
Do merasa bermain-main tak sesuai dengan Detektif Jang.
“Ada di pihak siapa kau?” goda
Yi Suk yang lalu bertanya kalau ia dan Detektif Jang jatuh ke dalam air, siapa
yang akan kau selamatkan? Hong Do mencium Yi Suk sebagai jawaban, “Aku pasti
akan menyelamatkanmu.” Keduanya berpandangan tanpa kata, dan Yi Suk mendekat
untuk balas mencium Hong Do.
“Aku tak akan membuatmu menyesal
memilihku,” ujar Hong Do. Yi Suk mengiyakan dan minta Hong Do lakukan itu. Mereka
berpelukan, dan Yi Suk mengajak jalan bersama sampai depan rumah Hong Do.
Butler Ahn menawarkan diri
mengantar, tapi Kakek bersikeras ingin pergi sendiri. Ia ingin bertemu Nenek Oh
dan tak ingin ada yang mengganggu. Ahjumma Geum Shim memuji penampilan Kakek
dan bertanya Kakek mau kemana? Kakek tertawa, apa penampilannya terlihat bagus?
Ahjumma langsung mengiyakan, menurutnya kakek sangat mempesona, auranya
bersinar. Kakek senang dan pamit pergi. Ahjumma masih terpesona, tapi saat
Butler Ahn memberitahu kalau kakek pergi kencan, Ahjumma langsung kacau. Haha,
lucu ih.
Pagi hari di kantor polisi,
semua tampak rapi. Berkas di lemari tersusun rapi. Sudut meja sudah dilapisi
plastik. Bunga segar di mana-mana. Bahkan ada susu di masing-masing meja. Di susu
milik Detektif Yang tertempel post it dengan tulisan, ‘Tolong beri dukungan untuk cinta pertamaku! Ps: Aku akan mengatur
pertemuan dengan temanku yang cantik’. Doo Soo membaca post it yang
disodorkan temannya itu. Detektif Yang bergumam kalau cinta pertama itu
menyakitkan, ia berharap kalau Se Ro menyukainya. Doo Soo melihat post it di
susu miliknya, gambar seorang gadis dengan tulisan ‘Aku Go Se Ro!’
Kakek sudah menunggu Nenek Oh di
sebuah restoran bagus. Hal pertama yang ditanyakan Nenek Oh, “Apa kau baik-baik
saja?” Kakek berkata kalau hari ini sangat istimewa, tapi mereka harus makan
siang dulu baru bicara karena ia punya temperamen yang gegabah. Nenek Oh
mengerti dan minta Kakek mengatakannya saja. Kakek yang melihat Nenek Oh tak
memakai baju yang ia berikan berpikir kalau Nenek Oh tak menyukainya. Nenek Oh
menyangkal, itu hanya terlalu berlebihan, sebenarnya Nenek Oh ingin ini jadi
hari terakhirnya seperti yang pernah ia katakan sebelumnya.
Kakek ingin bicara duluan dan
membacakan puisi yang sudah dikenal Nenek Oh lalu menyodorkan sebuah cincin, “Mari
kita hidup bersama.” Nenek Oh kaget dan juga dikagetkan ponselnya yang
berbunyi. Kakek memberinya privasi dengan pergi ke kamar mandi dulu. Nenek Oh
alias Hong Do menjawab telpon dari Yi Suk. “Apa kau sedang kerja paruh waktu?”
tanya Yi Suk. Hong Do mengiyakan, dimana kau?
Yi Suk sedang keluar sebentar
untuk makan siang dan minta Hong Do merahasiakan ini, tapi Yi Suk datang ke
tempat yang luar biasa dan janji akan menceritakannya nanti. Saat itu Yi Suk
mendengar keributan dari meja sebelah yang juga ia dengar di seberang telepon.
Yi Suk melihat seseorang dengan ponsel di telinganya di beberapa meja di
hadapannya dan langsung curiga, “Hei, di mana kau sekarang?” Hong Do menjawab
pasrah kalau ia hanya keluar sebentar, kenapa?
Yi Suk minta Hong Do mengangkat
tangan sebentar. Hong Do bingung tapi melakukannya juga. Yi Suk minta Hong Do
ganti mengangkat tangan kanannya. Hong Do menurut. Saat disuruh mengangkat
kedua tangan, Hong Do juga menurut. “Hei, Cha Hong Do..” panggil Yi Suk yang sudah
ada di samping mejanya. Hong Do yang tertangkap basah menjadi Nenek Oh terkejut.
No comments:
Post a Comment