“Belok kiri di sana dan kemudian
ke kiri di persimpangan,” ujar Hong Do memberikan arah. Tapi kata-katanya
terhenti saat melihat Doo Soo melangkah perlahan dan memeluknya. Se Ro yang ada
di sana kaget tapi tak bisa berkata apapun. “Jangan pergi,” pinta Doo Soo yang
memeluk Hong Do makin erat.
Episode 11.
Yi Suk terkejut saat tau Nenek
Oh itu ternyata Cha Hong Do. Ia memandang marah pada Hong Do yang masih
mengangkat kedua tangannya, tanda menyerah. Kakek kembali dan bingung melihat
cucunya tiba-tiba ada di sini, bertanya apa Yi Suk mengikutinya? Kakek minta
Nenek Oh tak perlu khawatir dan menyuruh Yi Suk cepat pergi. Yi Suk tak menanggapi,
hanya diam menatap Hong Do.
Jika ada yang ingin Yi Suk
katakan, kakek minta nanti saja setelah ia pulang dan menyuruh Yi Suk pulang.
Yi Suk membenarkan, mari kita bicara saat kita pulang, dengan pandangan tetap
mengarah ke Hong Do. Banyak hal yang ingin ia bicarakan, ujar Yi Suk lalu pergi.
Kakek tak mengerti kelakuan cucunya dan menyuruh Nenek Oh jangan khawatir, kita
tak bisa hidup seperti yang diinginkan anak-anak dan opini orang lain.
Kakek akan memesan, tapi Nenek
Oh buru-buru berkata ia tak bisa menerima cincinnya dan pamit pergi setelah
minta maaf berkali-kali.
Mobil Yi Suk baru akan
meninggalkan lobby hotel saat Hong Do berlari mendekat dan mengajak bicara. Yi
Suk membuka jendela dan berkata kesal kalau ia bahkan bingung harus memanggil
Hong Do apa sekarang. Yi Suk melihat Kakeknya berjalan keluar dan menyuruh Hong
Do cepat masuk mobil. Hong Do masuk dan terpaksa bersembunyi agar tak
kelihatan.
Masih sembunyi, Hong Do minta
maaf, kau pasti sangat terkejut. Yi Suk menyuruh Hong Do bangun dengan
dinginnya. Hong Do menurut, tapi ia tak berani melihat ke arah Yi Suk saat akan
menjelaskan. “Jangan bicara padaku, aku sedang menyetir,” potong Yi Suk. Hong
Do langsung diam.
Yi Suk yang tak tahan langsung
menepikan mobilnya, “Aku mulai merinding. Dengan siapa aku berbicara sepanjang
waktu?” Hong Do berbalik menatap Yi Suk takut-takut. Yi Suk tak habis pikir, ia
menarik wig Hong Do dan merasa benar-benar tertipu. Harusnya Hong Do menjadi
seorang aktris. “Apa kau seorang penipu yang menggoda dan meminta-minta pada
orang kaya? Kau menatap mataku, tertawa, bermain, dan bahkan tidur denganku.
Artinya kau memanfaatkan dan mempermainkan aku!” omel Yi Suk.
Hong Do sudah mencoba untuk
memberitahu berkali-kali, ia minta maaf. Yi Suk tak mau, ia tak bisa percaya
pada Hong Do lagi, “Kau sengaja melakukannya kan? Kau datang karena tau itu
rumahku kan?”
Hong Do langsung menyangkal, ia
datang karena mendengar tentang posisi pembantu secara kebetulan. Selama ini ia
menyamar sebagai nenek dan bekerja sebagai pembantu. Hong Do menangis dan minta
maaf, ia tak melakukannya dengan sengaja. Hong Do tak sanggup menghadapi Yi Suk
dan mau turun, tapi Yi Suk buru-buru mengunci pintu mobilnya. Hong Do
bersikeras ingin turun, mereka bicara lain kali saja. Yi Suk menahan tangan
Hong Do, “Siapa yang salah? Kau melarikan diri karena kau melakukan sesuatu
yang salah? Bahkan jangan berpikir untuk menangis, kau mengerti?” Tapi Hong Do
tetap saja terus menangis.
Kakek pulang dan memandangi
cincinnya, berpikir kalau Nenek Oh tak menyukainya karena terlalu kecil. Kakek
jadi bingung sendiri karena Nenek Oh menolaknya tadi. Ahjumma Geum Shim masuk
dengan segelas minuman, ada yang ingin ia bicarakan dengan kakek. Suasana hati
kakek sedang tidak baik, jadi kakek minta Ahjumma melakukannya lain kali saja.
Ahjumma tak mau, ia tak tau apakah mereka akan punya ‘nanti’, jadi ia akan
melakukannya sekarang.
Ahjumma bilang kalau ia akan
menolaknya, seorang pria tua yang bau dan berliur, yang mengganggu orang dengan
menuntut makanan dan pakaian. Dan lagi sadarlah kondisi anak-anak Anda dan
pendapat orang lain. Ahjumma lebih rela mati sebagai gantinya, seorang wanita
lebih nyaman pada dirinya sendiri.
Kakek tak terima, “Apa? Seorang
kakek yang bau? Apa kau pernah melihatku berliur? Berhentilah bicara omong
kosong dan keluar.” Gantian Ahjumma yang kesal, lalu kenapa Kakek menanyakan
hal itu? Kakek bertanya apa yang akan terjadi jika Ahjumma tinggal dengannya.
Kakek menegaskan kalau ia tak punya niat sama sekali pada Ahjumma dan
menyuruhnya segera keluar.
Bukannya keluar, Ahjumma malah
penasaran pada cicin di meja. Kakek buru-buru meyimpannya dan menyuruh Ahjumma
jangan pernah menyentuhnya. “Itu cincin yang mau Anda berikan pada Nenek Oh?”
selidik Ahjumma. Kakek menyangkal, dan menyuruh Ahjumma membawa keluar
gelasnya, ia tak akan meminumnya.
Hong Do membersihkan dirinya
dari dandanan Nenek Oh di apartemen Yi Suk. Yi Suk menyiapkan baju ganti dan
menyuruh Hong Do membersihkan semua, jangan sampai ada yang tersisa. Saat Hong
Do selesai, Yi Suk sudah menunggunya di sofa. Hong Do duduk, mengakui kalau ia
bersalah. Ia baru sadar kalau ia hanya memikirkan dirinya sendiri dan menipu
orang lain. Hanya saja jika ingin bekerja, Hong Do harus pergi keluar.
Yi Suk berkata anggap saja ia
mengerti tentang penyamaran Hong Do, tapi yang membuatnya marah adalah Hong Do
yang tidak memberitahunya. Hong Do punya banyak kesempatan untuk melakukan itu.
Bahkan jika mereka tidak pacaran, seharusnya Hong Do mengatakannya sebagai
pasien. “Setidaknya jika perasaanmu padaku tulus, seharusnya kau jujur padaku,”
cecar Yi Suk.
“Aku tak bisa memberitahumu
karena aku malu. Bahkan jika aku tak bisa menjadi wanita yang luar biasa
seperti Woo Yeon Woo, aku tak ingin terlihat bodoh,” jawah Hong Do jujur. Tapi ia malah terus menunjukkan sisi tak berguna
dan buruk dari dirinya, jadi ia tak bisa memberitahu Yi Suk karena ia benci hal
itu.
Tapi Yi Suk kesal karena
Detektif Jang bahkan tau dan berani-beraninya Hong Do membodohinya persis di
bawah hidungnya. Hong Do tak bermaksud memberitahu Detektif Jang, ia tak
sengaja ketahuan. Yi Suk jadi berpikir negatif kalau Hong Do pura-pura tau
sedikit tentang hal-hal dunia, pura-pura naif, bertingkah seperti menderita
semua kesakitan di dunia, mana wajah aslimu? Apa namamu benar-benar Cha Hong
Do?
Hong Do membenarkan kalau ia
salah, ia sangat minta maaf. Sesuatu seperti ini tak akan terjadi lagi, tak ada
lagi kebohongan. Hong Do akan melakukannya dengan baik agar Yi Suk bisa
mempercayainya. Yi Suk minta Hong Do jangan menyamar lagi di depan kakeknya, ia
akan membereskan semuanya di rumah, dan lagi Hong Do tak perlu datang ke rumah
sakit lagi.
“Apa yang akan kau lakukan dengan
pasienmu?” tanya Hong Do sedih. Yi Suk berkata dingin kalau fobia pasiennya
sudah hilang, jadi Hong Do tak perlu ada di sana lagi. “Aku tak membutuhkanmu. Pergilah,”
ujar Yi Suk tanpa melihat Hong Do. Hong Do kaget, tapi ia diam dan pasrah.
Se Ro mendatangi Doo Soo yang
sedang makan sendirian. Ia benar-benar ingin makan bersama, tapi ia sedang
diet. Sudah hampir waktunya syuting dan Se Ro ingin terlihat cantik dalam seragam
polisinya. Doo Soo hanya diam, tapi ia mendengarkan dan tak mengusir Se Ro. Se
Ro tau kalau Doo Soo punya cinta bertepuk sebelah tangan dengan seorang wanita,
yang ternyata pacar kakaknya. Tapi ia penasaran, apa kalian putus setelah
berpacaran atau dari awal bertepuk sebelah tangan?
Doo Soo: “Setelah melihat itu,
apa kau masih berpikir segalanya akan berhasil baik untuk kita?” Se Ro
mengiyakan tanpa ragu dan bercerita soal ciuman pertamanya saat ia berusia 13
tahun dengan seorang anak Amerika. Setelah itu tak ada situasi yang membuat
hatinya bergetar. Tapi yang membuat hatinya tergerak, Doo Soo lah yang pertama.
Bayangan saat Doo Soo memegang erat tangan Hong Do terus ada. Se Ro bertemu Doo
Soo saat hatinya untuk orang lain dan itu membuatnya kesal, tapi sekarang ini
ia ingin mencoba melewati dan menyelesaikannya. “Jadi, kenapa kau tidak mencoba
membuka hatimu padaku?” Doo Soo tak bisa menjawab, dan malah melanjutkan
makannya.
Ibu Yi Suk sedang membuat teh
dan memanggil Butler Ahn untuk minum bersamanya. Ibu khawatir dengan yang
terjadi pada Kakek dan ingin membuat makanan favoritnya. Ia mengajak Butler Ahn
pergi ke pasar bersama besok pagi. Butler Ahn tak enak kalau nyonya-nya harus
pergi sendiri, ia bisa pergi membelinya dengan Ahjumma Geum Shim.
Ibu malah bertanya soal orang
yang sedang ditemui Kakek. Butler Ahn minta ibu berpura-pura tak tau kalau
Kakek tak mengatakan apa-apa lebih dulu, karena sepertinya situasinya sedang
tidak baik. Ibu tertawa-tawa karena ada seseorang yang Kakek suka. Tapi tawa
itu hilang saat melihat ayah Yi Suk datang dengan kopernya.
Ayah langsung menyuruh Butler Ahn membawakan kopernya ke kamar, dan minta ibu membuatkan teh untuknya juga. “Bukankah seharusnya kau mengurus tasmu sendiri?” ujar ibu dingin lalu pergi. Kasian deh baru datang nggak ada yang nyambut.
Ayah langsung menyuruh Butler Ahn membawakan kopernya ke kamar, dan minta ibu membuatkan teh untuknya juga. “Bukankah seharusnya kau mengurus tasmu sendiri?” ujar ibu dingin lalu pergi. Kasian deh baru datang nggak ada yang nyambut.
Doo Soo berdiri diam memandangi
rumah Hong Do. Ia bisa merasakan sesuatu terjadi saat melihat Hong Do datang. Tapi
Hong Do menyangkal. “Apa kau merasa yakin kau tak akan menyesal berkencan
dengan Go Yi Suk? Bahkan jika kau menyesal, aku yakin perasaanmu tak akan
berubah kan?”
Doo Soo tak bisa janji akan
segera mengakhiri perasaannya, mungkin ia akan datang mencari Hong Do lagi. Tapi
ia akan berusaha agar tak menyukai Hong Do lagi. Doo Soo berpikir ia bisa
menyukai Hong Do selama yang ia inginkan meskipun Hong Do menyukai Yi Suk. Asalkan
perasaannya tak berubah, ia yakin bisa menunggu selamanya. Doo Soo tau Hong Do
tak nyaman, jadi ia tak akan mengganggu lagi. Hong Do hanya minta maaf.
“Aku tak akan datang kesini
lagi. Aku tak akan menghubungimu. Aku juga tak akan khawatir padamu. Baik-baiklah.”
Hong Do hanya diam dan terus
menunduk.Doo Soo akan pergi, tapi ia minta ijin untuk membuat salam perpisahan.
Ia mendekat dan mencium Hong Do, untuk yang pertama dan terakhir kalinya.
Yi Suk pulang semalam mungkin
agar tak bertemu ayahnya. Se Ro yang tak bisa tidur sedang main hoola hop di
ruang tengah. Yi Suk bertanya soal Kakek dan ibunya, tanpa peduli soal ayah. Se
Ro berkata kalau kakek tidur, dan tak tau keadaan ibunya, ia juga pulang
terlambat dan belum melihatnya. Se Ro melihat ada yang salah dengan ekspresi
kakaknya, bukankah saat ini harusnya saat paling bahagia. Yi Suk tak mengerti, “Apa
maksudmu?”
“Dengan unni berpipi merah,
sepertinya kalian sangat dekat. Ini pertama kalinya aku melihatmu terlihat
begitu keras, Oppa. Kau, kemarilah!” Se Ro sampai menirukan saat Yi Suk
menyuruh Hong Do datang padanya. Yi Suk
senang Se Ro menyebutkan itu dan menariknya duduk, “Apa kau akan mengencani
Detektif Jang brengsek itu? Kenapa kau berkeliaran di sekitarnya?”
Se Ro berkata ia tak
berkeliaran, ia sedang mencoba untuk menempatkan dirinya di hatinya. Yi Suk tak
suka dan menghadiahinya jitakan di kepala, “Apa kau tak punya harga diri? Kau
seperti ini bahkan setelah kau melihat apa yang dia lakukan pada Cha Hong Do
hari itu?” Pokoknya Yi Suk tak suka Se Ro berkeliaran di sekitar Doo Soo, bahkan
jangan ada di dekatnya.
“Orang itu.. kurasa ini pertama
kalinya dia benar-benar jatuh cinta pada seorang wanita. Sampai saat ini dia
hanya berkencan dengan perempuan yang diatur keluarganya. Dia tak pernah punya
hubungan yang baik. Cinta pertama memang sulit.”
Yi Suk tak mengerti, apa
kurangnya adiknya sampai ia mau bergantung ke orang seperti Doo Soo, kenapa Se
Ro bisa menyukai orang seperti itu? Se Ro tak mau memberitahu, Yi Suk pasti
akan mengejeknya dan malah berpesan agar Yi Suk baik-baik dengan pacarnya. Jangan
membuatnya kesulitan dengan berada di antara dua pria. Se Ro akan mengurus
urusannya sendiri dan pergi tidur duluan. Yi Suk tetap teriak kalau Detektif
Jang itu terlarang.
Kakek mencoba tidur, tapi
bayangan soal Nenek Oh menganggunya. Yi Suk masuk, dan Kakek langsung
memejamkan matanya. Yi Suk duduk di sisi tempat tidur Kakek, tak percaya Kakek
sakit seperti ini karena wanita. Tapi Yi Suk mengerti kenapa kakek bisa sakit,
Nenek Oh pasti punya alasan yang mungkin tak seperti yang dipikirkan kakek. Yi
Suk merapikan selimut kakek, berharap ia cepat sembuh dan beranjak pergi.
Di rumahnya, Hong Do bergumam
soal ia yang sudah menyakiti perasaan Kakek, membuat Detektif Jang kesulitan,
dan membuat Go Yi Suk marah. “Apa yang aku lakukan di luar sana? Seharusnya aku
hanya tinggal di sini, pergi ke kamar mandi, tidur, makan. Seharusnya aku tidak
pergi keluar.”
Tapi sepertinya Hong Do tak bisa
melakukannya. Pagi hari saat bangun tidur yang terlintas adalah keluar menemui
Yi Suk. Ia beralasan hanya akan mengembalikan pakaiannya, apa yang aku takutkan
saat tak ada yang perlu ditakutkan? Hong Do tak tahan dan hanya akan pergi
melihat wajah Yi Suk.
Orang yang ingin Hong Do temui
sedang konsultasi dengan Profesor Uhm. Ia bertanya-tanya bagaimana seseorang
dengan sosial fobia menjalani kehidupan ganda. Profesor Uhm tak mengerti. Yi
Suk bertanya Profesor Uhm pernah bertemu nenek yang bekerja untuk kakeknya kan?
Profesor Uhm mengiyakan, ia pernah menyapa beberapa kali, kenapa?
“Dia Cha Hong Do,” ungkap Yi
Suk. Profesor Uhm makin bingung, “Siapa maksudmu? Cha Hong Do.. nenek..
menyamar?” Yi Suk mengangguk, ketika menyamar sebagai nenek, anthrophobianya
hilang, dia bisa bicara denganku dan bahkan dilamar kakekku!
“Presdir.. melamar? Wow. Apa yang
akan kau lakukan? Jika kakekmu mencuri pacarmu,” Profesor Uhm sama sekali tak
bisa menahan tawanya. Masih dengan ekspresi stressnya, Yi Suk berkata itu bukan
hal yang lucu sekarang, karena itu kakek jadi sakit karena cinta. Yi Suk jadi
berandai-andai, apa mungkin yang disukai Hong Do bukan Go Yi Suk sebagai pria,
tapi dokter Go Yi Suk? Karena pasien cenderung mudah melihat dokter mereka
secara emosional.
“Itulah kenapa aku bilang jangan
pernah berkencan dengan pasien? Kenapa kau tak pernah mendengarkan?” semprot
Profesor Uhm kesal. “Lalu apa aku harus putus dengannya setelah sejauh ini?”
“Kalau aku menyuruhmu putus apa
kau akan melakukannya?” tanya Profesor Uhm balik. Yi Suk menggeleng seperti
anak kecil. Profesor Uhm makin kesal, kalau kau tak mau apa kencan itu cuma
main-main, tapi tetap saja Profesor Uhm tak bisa menahan tawa karena kasihan
pada kakek. Tapi akhirnya Profesor Uhm serius dan memberi saran agar Yi Suk
memikirkannya sebagai pasien anthrophobia agar mudah mengabaikan semua itu. Jika
dia marah, biarkan dia marah. Jika dia minta maaf, terima permintaan maafnya. Tak
ada yang perlu dikhawatirkan. Yi Suk mengiyakan dengan malas, ini semua karena
ia bodoh.
Profesor Uhm minta Yi Suk
berhenti memikirkan itu dan menyuruhnya datang ke seminar, pergilah dan tidur
dengan nyenyak di sana agar stressmu keluar. Yi Suk malas, tapi pergi juga.
Hong Do datang ke rumah sakit
saat mobil Yi Suk sudah tak ada di sana. Ruangannya tentu saja juga kosong. Hong
Do duduk. Sambil menunggu ia membereskan ruangan. Karena tak juga muncul, Hong
Do mengiriminya pesan, ‘Di mana kau? Apa
kau akan bekerja?’ Baru sedetik tak ada respon, Hong Do mengirim pesan
lagi, ‘Apa kau sedang menyetir atau kau
sakit?’ Hong Do juga menelpon, tapi tak diangkat.
Hong Do pun pergi ke rumahnya,
mencari bayangan Yi Suk. Tapi ia malah bertemu Se Ro yang menyapanya saat mau
keluar rumah. Mereka lalu minum kopi bersama. Se Ro memanggilnya Unni dan
merasa pertemuan pertama mereka terlalu berlebihan, “Aku bisa memanggilmu Unni
kan?” Hong Do mengiyakan. Sebelum ini SeRo tak pernah memanggil unni pada
siapapun, jadi ia juga merasa aneh. ”Tapi, kurasa kakakku sangat menyukaimu dan
kurasa Detektif Jang juga.”
Hong Do diam. Saat itu Se Ro merasa
marah dan bingung, tapi ia lalu meralat kalau ia cemburu dan meyakinkan kalau
Hong Do menyukai kakaknya. Hong Do berkata kalau sekarang ia akan lebih
menyukai Yi Suk. Ia berharap Yi Suk tau kalau ia sangat menyukainya, kalau ia
sangat mencintainya. Se Ro senang akhirnya Oppanya menemukan ‘The One’, dan ia jadi cemburu lagi. Ia sudah
berkata menyukai Detektif Jang tapi sepertinya waktunya tak tepat. Se Ro
menghela napas panjang, tak tau kapan Doo Soo akan berubah pikiran dan
menatapnya. Hong Do tak tau harus berkata apa.
“Tak apa-apa, ini masalahku dengan Jang Doo Soo, aku akan mengatasinya. Jangan terlalu dipikirkan,” sahut Se Ro riang. “Tapi unni, apakah kau pernah berpikir untuk mengubah gayamu? Kau sama sekali bukan selera kakakku,” ujar Se Ro jujur. Hong Do cuma diam memandangi gayanya yang tak menarik.
“Tak apa-apa, ini masalahku dengan Jang Doo Soo, aku akan mengatasinya. Jangan terlalu dipikirkan,” sahut Se Ro riang. “Tapi unni, apakah kau pernah berpikir untuk mengubah gayamu? Kau sama sekali bukan selera kakakku,” ujar Se Ro jujur. Hong Do cuma diam memandangi gayanya yang tak menarik.
Komentar:
Makin lama aku makin suka Se Ro. Her understanding to Doo Soo bener-bener deh. Dia tau lukanya Doo Soo, jadi dia sama sekali nggak memaksakan perasaannya meski tetep nggak mau nyerah. Jadi nggak tega dia banyak nelen pil pahit gara-gara Doo Soo. Dan Se Ro satu-satunya yang menyambut Yi Suk tiap pulang ke rumah, aku suka interaksi mereka berdua. Se Ro juga yang pertama di keluarga Yi Suk yang nerima Hong Do dengan baik. Suka deh waktu dia manggil Hong Do unni.
Se Ro ya, fighting!
No comments:
Post a Comment