Tak berhasil menghubungi Yi Suk, Hong Do meminta Doo Soo untuk datang setelah menyelesaikan pekerjaannya. Doo Soo bertanya dimana Hong Do sekarang dan langsung pergi dengan mobilnya. Ia sampai di supermarket dan minta dibukakan pintu gudang. Begitu melihat Hong Do yang sendirian dan kedinginan, Doo Soo langsung memakaikan jaketnya dan menuntunnya keluar.
Hong Do yang kali ini duduk di jok
depan mobil Doo Soo berkata ini bukan kesalahan Yi Suk, ini salahnya. Yi Suk
menyuruhnya percaya bahwa ia bisa melakukannya, tapi Hong Do malah lari karena
takut. Doo Soo hanya bertanya di mana Yi Suk sekarang?
“Bersama pasien,” jawab Hong Do,
“dia punya sesuatu yang mendesak untuk dilakukan dengan pasien lain jadi dia
pergi ke sana.” Menurut Doo Soo jawaban Hong Do mencurigakan. Akhirnya Hong Do
jujur kalau ia tak bisa bertanya pada Yi Suk, jika benar-benar ada sesuatu yang
terjadi dengan wanita itu, apa dia akan kembali padanya? Hong Do terlalu takut
sampai tak bisa bertanya, ia sadar kalau tak cocok dengannya.
Doo Soo: “Hong Do-ssi, kau bukan
tipe orang yang akan membandingkan dirimu. Kenapa kau jadi seperti ini setelah
bertemu Go Yi Suk?” Hong Do hanya diam saja.
Yi Suk memberikan baju ganti
untuk Yeon Woo dan akan pergi agar Yeon Woo bisa tidur dengan nyaman. Yeon Woo
memeluk Yi Suk, memintanya jangan pergi, dan menciumnya. “Apa yang sangat kau
sukai tentang gadis itu? Dia bahkan bukan tipemu,” tanya Yeon Woo melihat Yi
Suk yang tak bereaksi. Yi Suk membenarkan, ia bahkan mengatakan itu pada Hong
Do, bahwa tak ada bagian dari dirinya yang bisa ia sukai. “Lalu mengapa?” tanya
Yeon Woo.
“Aku tak benar-benar yakin
selama ini, tapi “ini” berbeda, dengan seseorang yang benar-benar kau suka.
Sekarang kurasa aku tau,” jawab Yi Suk sambil memegang bibirnya. Menurut Yeon
Woo, Yi Suk sangat kejam, “Jadi wanita itu nyata dan aku palsu?”. Yi Suk hanya
minta maaf dan pergi. “Baik, pergilah! Pergi sana!” teriak Yeon Woo kesal.
Yi Suk baru menghidupkan
ponselnya dan langsung menelpon Hong Do. Hong Do tau Yi Suk menelpon, tapi ia
membiarkannya.. setidaknya itu yang ia mau, karena sebelum panggilan terputus
ia sudah mengangkat telponnya. Yi Suk bertanya apa Hong Do di rumah? Hong Do
hanya mengiyakan lirih.
“Hei, kenapa kau terdengar
serak? Apa kau baru bangun?” tanya Yi Suk. Hong Do yang menahan tangis
berbohong kalau ia sedang tidur. Yi Suk tak curiga dan bertanya soal tadi, apa
Hong Do bisa melakukannya? Tapi Hong Do malah bertanya soal Yeon Woo. Yi Suk
berkata ia harus mengobatinya, dan sekarang ia ingin menemui Hong Do, jadi
jangan tidur lagi dan tunggu dia. “Tapi aku mengantuk,” jawab Hong Do lirih.
Yi Suk tertawa, Hong Do
benar-benar jual mahal untuk didapatkan, tapi ia mengerti dan membiarkannya
karena hari ini adalah hari yang mendebarkan bagi Hong Do. Meski Yi Suk merasa
Hong Do tak akan bisa tidur jika ia memberitahu bagaimana perasaannya sekarang.
Yi Suk mengucapkan selamat malam dan menutup telponnya. Hong Do tampak sedih,
dan sebaliknya Yi Suk tertawa-tawa sendiri dan menganggap dirinya gila karena
Cha Hong Do.
Yi Suk pulang, dan sudah ada Doo
Soo menunggu di depan rumahnya. Tanpa babibu, Doo Soo langsung menghajar Yi
Suk. Yi Suk yang tak mengerti apa yang terjadi balas memukul dan menggigit paha
Doo Soo. Saat Doo Soo berhasil menguncinya, Yi Suk menggigit tangan Doo Soo.
Tak puas, Yi Suk juga menggigit telinga Doo Soo. Muahahaa, Yi Suk kelahinya
kayak cewek sumpah, mukulinnya itu nggak banget, dan gigit itu kan andalan
cewek kalo kelahi.
Perkelahian itu dilerai polisi
patroli dan terpaksa Doo Soo menjelaskan kalau semua itu salah paham dan ia
akan menyelesaikan dengan damai. Yi Suk berteriak kesal kalau Doo Soo yang
memukulnya duluan dan minta polisi itu menangkap Doo Soo. Tapi polisi itu lebih percaya pada Doo Soo dan pergi.
Mereka malah pergi minum. Yi Suk
yang tak mau kalah terus menenggak soju seperti yang dilakukan Doo Soo. Doo Soo
bercerita soal Hong Do yang terjebak di gudang yang gelap sendirian dan
memarahi Yi Suk karena itu. Ia tak bisa memaafkan Yi Suk dan memintanya enyah
saja. Yi Suk malah minta Doo Soo berhenti omong kosong, ”Apa kau bahkan
benar-benar tau perasaanku?”
Yi Suk menuangkan segelas penuh
soju dan menyuruh Doo Soo meminumnya. Tentu saja itu kecil bagi Doo Soo, sekali
teguk habis. Doo Soo mempertanyakan kenapa Hong Do, padahal Yi Suk sudah punya
gadis yang cantik dan cerdas, dan gantian menyodorkan segelas penuh soju.
Terpaksa susah payah Yi Suk meminumnya.
“Lihat dirimu, kau lemah dengan
alkohol, itulah sebabnya kau selalu menyebabkan masalah!” omel Doo Soo. Yi Suk
tak peduli, ia tetap memilih Cha Hong Do. Doo Soo tak yakin sampai kapan Yi Suk
akan bertahan, “Dua minggu? Satu bulan? Bisakah kau bahkan bertahan tiga hari?”
Yi Suk jadi kesal dan menuang soju penuh-penuh lagi. Doo Soo kembali meminumnya
dalam satu tegukan. Ia yakin Hong Do satu-satunya yang akan terluka, dan ia tak
akan hanya berdiri di samping dan melihat. Sebelum Hong Do terluka lagi, Doo
Soo akan mengembalikannya ke tempat aslinya.
“Tempat aslinya? Apa kau tak tau
betapa sulitnya untuk membuatnya keluar? Dan kau mau menempatkannya kembali ke
rumah yang seperti kotak itu lagi? Untuk siapa? Untukmu?”
Menurut Doo Soo,Yi Suk salah
paham, tempat asli Hong Do bukan di sebuah kotak, juga bukan di samping Yi Suk, tapi
bersamanya, di sampingnya. Yi Suk berkata Doo Soo pasti sudah mabuk, tapi Doo
Soo malah menyodorinya soju dan terpaksa Yi Suk menghabiskannya.
Di rumah, Hong Do berbicara pada
neneknya, “Aku akan berhenti menyamar sepertimu, Nek. Semua itu karena aku
ingin hidup dan makan. Aku tidak berpikir soal orang lain. Aku merasa bersalah
dan takut, jadi aku akan berhenti berpura-pura menjadi dirimu, Nek.”
Hong Do tersenyum, yakin itu hal
yang benar untuk dilakukan. Lalu pandangannya beralih ke buku Yi Suk di bawah
meja dan mengeluh, “Go Yi Suk, apa kau mempermainkan aku? Tapi aku menyukaimu.
Sangat menyukaimu. Terlalu menyukaimu.”
Paginya, Doo Soo terbangun dan
memendangi kaleng-kaleng bir di dekat kakinya. Rupanya sesi minum-minum mereka
masih berlanjut sampai Doo Soo tertidur di lantai kamar Yi Suk. Ia yang masih
pusing bingung kenapa bisa ada di kamar Yi Suk dan langsung keluar.
Meski sudah berusaha pergi diam-diam, Se Ro melihatnya juga. “Jang Doo Soo! Apa kau tidur di kamar kakakku?” hadang Se Ro senang. Ia mencium bau alkohol dan menebak Doo Soo pasti habis minum dengan kakaknya. Doo Soo beralasan sudah terlambat dan harus buru-buru pergi. Itu malah mengingatkan Se Ro akan peran barunya sebagai polisi wanita dan ingin mencari pengalaman di kantor polisi Doo Soo.
Meski sudah berusaha pergi diam-diam, Se Ro melihatnya juga. “Jang Doo Soo! Apa kau tidur di kamar kakakku?” hadang Se Ro senang. Ia mencium bau alkohol dan menebak Doo Soo pasti habis minum dengan kakaknya. Doo Soo beralasan sudah terlambat dan harus buru-buru pergi. Itu malah mengingatkan Se Ro akan peran barunya sebagai polisi wanita dan ingin mencari pengalaman di kantor polisi Doo Soo.
Doo Soo menyuruh Se Ro mengirim
formulir saja ke kantor polisi, departemen bidang umum akan mengurusnya, alias
Doo Soo males direpotin :p. Se Ro juga tau itu, tapi ini karena ia tak punya
waktu lagi. “Bagus sekali bisa mengenal orang-orang yang ada di sana. Dan kau,
kau tak punya pacar kan?” tanya Se Ro langsung. Doo Soo bilang ada seseorang
yang ia suka. Se Ro tak percaya, ia sudah menyelidiki dalam beberapa aspek dan
sepertinya Doo Soo tak buruk, bahkan untuk pernikahan. “Kau dan aku juga sangat
cocok,” ujar Se Ro percaya diri.
Doo Soo malas mendengar lelucon
Se Ro dan beranjak pergi. Tapi Se Ro tak bercanda, Doo Soo orang pertama yang
menerima dirinya yang selalu terus terang seperti itu. “Lakukan apa yang kau
inginkan, dan aku akan menerima itu semua,” kesan seperti itu yang didapat Se
Ro. Doo Soo tak menanggapi dan pergi, tapi cup.. Se Ro tiba-tiba mencium
pipinya. Doo Soo kaget,tapi Ahjumma penjaga rumah lebih kaget lagi dan
mengomeli Se Ro yang berani-beraninya melakukan itu di rumah. Doo Soo
mengenalkan dirinya dengan tak enak, dan meminta maaf. Se Ro malah bertanya
pendapat Ahjumma soal Doo Soo, dia teman kakakku kan?
Ahjumma tak tau soal itu, tapi
ia memang melihatnya bersama Yi Suk dan pulang sambil merangkak karena mabuk
berat semalam. Doo Soo berkata sangat menyesal dan pamit pergi, sebelum pergi
ia sempat mengambilkan tauge Ahjumma yang terjatuh. Se Ro memberitahu kalau ia
akan pergi ke kantor polisi dan berteriak riang kalau pagi ini menyenangkan.
Kakek melihat Butler Ahn sudah
menelpon pagi-pagi dan bertanya siapa orang pertama yang kau hubungi pagi-pagi
begini? Butler Ahn memberitahu kalau teman kakek dari perusahaan Sam Dam
berulang tahun ke 80 dan memberikan 2 tiket untuk acara makan malam Jang Yoon
Jeong. Kakek harus datang membawa pacarnya. Menurut Butler Ahn kakek harus
pergi, ia dengar sulit untuk mendapatkan tiket acara itu.
“Kemana aku harus pergi
sendirian?” jawab Kakek malas. Butler Ahn usul agar kakek mengajak Nenek Oh dan membelikannya pakaian bagus untuk
pergi ke acara itu. Kakek menyuruhnya keluar, tapi usul itu sepertinya menarik
buat kakek.
Yi Suk super pusing saat bangun.
Sejujurnya ia kesal karena Hong Do malah meminta bantuan pada Detektif Jang,
bukannya dirinya. Yi Suk mengecek ponselnya, tapi tak ada panggilan atau pesan
apapun dari Hong Do. Ia jadi kesal sendiri, bersama Detektif Jang yang baik
padanya pasti akan lebih nyaman.
Yi Suk pun menelpon Hong Do yang
baru saja selesai berdandan menjadi Nenek Oh. Ia ingin menemui Hong Do, tapi
Hong Do tak bisa. Ia punya pekerjaan paruh waktu lain di hari Senin, Rabu, dan
Jum’at pagi. Yi Suk jadi penasaran pekerjaan apa itu dan di mana Hong Do
sekarang. Hong Do malah bertanya kenapa? Yi Suk minta Hong Do datang ke rumah
sakit saat pekerjaannya selesai, ada sesuatu yang ingin ia katakan. “Bukankah aku
selalu melakukan itu?” tanya Hong Do lalu menutup telponnya.
Yi Suk mengeluh, Hong Do
benar-benar tak mau mengatakannya. Dan itu membuatnya sadar, suara di telpon
kemarin.. dia menangis. Yi Suk tak mengerti kenapa Hong Do tak memberitahunya?
Tak lama, gantian Butler Ahn
yang menelpon. Nenek Oh diminta untuk kerja malam. Meski bingung, Hong Do
menyanggupi dan berkata ia bisa setelah pukul 6 malam.
Yi Suk keluar kamar dan badannya
sakit semua. Rumah sepi, hanya ada Ahjumma di dapur. Ahjumma langsung mengomel
soal Se Ro yang sembarangan mencium orang, ia menebak Se Ro pasti pacaran
dengan teman Yi Suk yang datang semalam. Yi Suk awalnya bingung, tapi begitu
sadar orang yang dimaksud Doo Soo, ia tak percaya, ahjumma pasti salah lihat. Tapi
ahjumma malah curhat soal kakek, ia tau benar kalau ahjumma menyukai Jang Yoon
Jeong tapi ia malah mengajak Nenek Oh.
Yi Suk yang tau ahjumma sedang merajuk langsung tersenyum dan berkata ia akan mendapatkan tiketnya segera untuknya. Ahjumma malah kesal, ia bukan seperti ini karena tiket. Ia juga punya uang, ia bisa dapat ratusan tiket jika mau dan menyuruh Yi Suk pergi saja.
Yi Suk yang tau ahjumma sedang merajuk langsung tersenyum dan berkata ia akan mendapatkan tiketnya segera untuknya. Ahjumma malah kesal, ia bukan seperti ini karena tiket. Ia juga punya uang, ia bisa dapat ratusan tiket jika mau dan menyuruh Yi Suk pergi saja.
Yeon Woo masih di apartemen Yi
Suk saat Yi Suk datang membawakan sarapan. Tapi Yi Suk tak datang untuk sarapan
bersama. Yeon Woo sudah berpikir semalaman dan menurutnya tepat untuk
mengakhirinya. Tapi Yeon Woo tak tau ia orang yang materialistis. “Jika
bermimpi menikahi chaebol adalah materialistis, maka semua wanita di dunia
adalah materialistis,” sahut Yi Suk.
“Lalu apa yang harus kulakukan?
Tidak menikah?” tanya Yeon Woo. Yi Suk malah menyuruh Yeon Woo menikah saja dan
bercerailah, dengan bukti perselingkuhan itu dapatkan tunjangan besar darinya. Yeon
Woo tak percaya, apa kau seorang dokter? Yi Suk berkata satu-satunya hal yang
bisa ia katakan adalah, apapun yang Yeon Woo pilih, curahkan semua yang kau
miliki dalam keputusan itu. Yi Suk menyuruh Yeon Woo makan dan pergi.
Yi Suk menikmati angin luar
sambil menyetir, sambil memikirkan perkataan Hong Do padanya dulu. “Bahkan jika kau bukan dokter terbaik di
dunia ini, bahkan meskipun kau seorang psycho, playboy, dan penjahat, kau harus
mengobatiku. Jika tidak.. jika tidak.. aku akan mati di sini. Tolong obati aku.”
Semua yang sudah ia lalui bersama Hong Do membuatnya tersenyum. Yi Suk
benar-benar menyadari sesuatu sekarang.
Hong Do menunggu Doo Soo di
depan kantor polisi. Ia datang untuk mengucapkan terimakasih dan minta maaf
sudah mengganggu, hal seperti itu tak akan terjadi lagi. Doo Soo tersenyum, itu
tak mengganggu sama sekali, itu malah menghiburnya. Ia berpikir, “ah, Hong Do tidak benar-benar melupakan aku.”
Doo Soo benar-benar bahagia kemarin, bahagia karena masih ada yang bisa ia
lakukan untuk Doo Soo.
“Hong Do-ssi, kau bilang aku ada
di hatimu selama 7 tahun terakhir kan?”
Hong Do mengangguk.
“Kau tau apa moto polisi
Gangnam? Detektif yang kuat bertahan akan
menang. Aku sangat kuat. Tunggu dan lihatlah, saat ini adalah awal dari 7
tahun untukku.” Melihat Hong Do diam saja, Doo Soo minta agar Hong Do jangan
merasa terganggu.
Yi Suk menemui penjaga-penjaga
stand makanan di supermarket, dengan bonus yang Yi Suk berikan, mereka menerima
dengan senang hati apapun yang akan Yi Suk lakukan pada wajah mereka.
Butler Ahn bersama Kakek
mendatangi rumah Nenek Oh dengan sebuah bingkisan besar. Kakek berkata akan
menunggu di sebrang jalan dan menyuruh Butler Ahn pergi memberikan itu pada
Nenek Oh. Butler Ahn bingung, kenapa Kakek tak ikut, apa Kakek tak ingin
melihat wajah bahagia Nenek Oh saat menerimanya. Kakek bersikeras, lagipula ia
akan melihat semuanya saat pertunjukan Jang Yoon Jeong. Kakek menyuruh Butler
Ahn segera pergi dan berpesan agar memberikannya dengan lembut, jangan seperti
melempar sekantong keripik *jiaaaah, kakek!*
Kakek melihat rumah Hong Do dari
kejauhan dan berpikir jadi ia tinggal di tempat semacam ini. Tak lama ponsel
kakek berdering, seorang temannya meninggal. Dan berita itu membuat Kakek shock
dan jatuh memegangi dadanya yang sakit.
Hong Do datang ke rumah sakit juga.
Yi Suk sudah menunggunya. Tanpa basa basi Hong Do tanya apa selama ini Yi Suk
mempermainkannya? Apa Yi Suk bosan selalu bertemu gadis cantik dan baik? Karena
ia gadis jelek, tak berpendidikan, cukup menyedihkan karena juga punya
anthrophobia. Apa Yi Suk menemukan hal menarik dan baru jadi memutuskan untuk
bermain dengannya?
“Bagaimana setelah bermain
beberapa hari denganku? Apa kau sakit lagi? Atau karena kau bertemu seorang
gadis yang cantik dan cerdas lagi, apa kau merasa seperti aku bukan salah satunya?
Bagaimana? Apa yang akan kau lakukan sekarang?” tanya Hong Do panjang lebar.
Yi Suk tersenyum, sekarang Hong
Do sudah mendapat keberanian untuk bertanya dan berkomentar kompleksitas rendah
diri Hong Do itu cukup besar. Hong Do mengiyakan dan minta Yi Suk menjawabnya. Tapi
Yi Suk malah bangkit dan mengajak Hong Do pergi ke suatu tempat.
“Apa kau berbohong tentang
melakukan konseling pada wanita itu? Meskipun kau bilang kau tak bisa
melakukannya tanpa aku? Kau sangat bodoh. Bagaimana bisa kau sekolah kedokteran
dengan otak seperti itu?”
Yi Suk jujur ia hanya ingin
mencobanya sekali karena tampaknya ia mungkin bisa melakukannya meski tanpa
Hong Do. “Jadi.. apa itu baik-baik saja?” tanya Hong Do.
“Tidak. Aku hampir mati. Aku tak
bisa melakukannya tanpamu.” Aww, Yi Suk ah! Jawaban itu membuat Hong Do
menangis. Yi Suk tersenyum, menghapus air matanya dan mengajaknya pergi.
Mereka kembali ke supermarket.
Yi Suk janji ia tak akan pergi siapapun yang menelponnya. Ia mendorong Hong Do
dan menyemangatinya dari belakang. Hong Do berjalan perlahan ke stand penjual
pangsit, mengabaikan orang-orang yang memandanginya aneh. Sambil menunduk ia menerima sepiring pangsit untuk dicicipi, saat
menengadahkan kepala, ia seperti berkaca.
Penjaga stand pangsit itu memakai helm persis seperti dirinya, dengan bibir super merah. Di sudut lain penjaga stand makanan lain menawarkan jualan mereka dengan riang sambil berjoget gembira. Semua mengenakan helm, dan wajah yang tak sempurna. Bibir besar, tahi lalat yang besar, pipi yang kemerahan.
Penjaga stand pangsit itu memakai helm persis seperti dirinya, dengan bibir super merah. Di sudut lain penjaga stand makanan lain menawarkan jualan mereka dengan riang sambil berjoget gembira. Semua mengenakan helm, dan wajah yang tak sempurna. Bibir besar, tahi lalat yang besar, pipi yang kemerahan.
Hong Do memandang ke arah Yi Suk
sambil tersenyum, “Ini kau yang lakukan,
bukan?” Yi Suk balas tersenyum, mengangguk. Tak lama datang seorang pria
super tinggi. Yi Suk sampai menganga melihatnya. Kali ini Yi Suk menggeleng,
itu bukan ia yang melakukannya. Tapi hal ini membuat Hong Do tersenyum dan
merasa nyaman untuk pertama kalinya di tempat umum.
Komentar:
Misi Yi Suk kali ini membuat
Hong Do sadar kalau semua orang di dunia ini punya kekurangan. Tinggal kita mau
terpuruk di kekurangan itu atau tetap riang gembira menghadapi hidup. Percobaan
pertama gagal, tapi Yi Suk belajar kalau Hong Do tak bisa secepat itu berubah,
dan akhirnya berhasil di percobaan kedua. Aduh aduh Yi Suk, bikin makin ngefans
aja sih!
No comments:
Post a Comment