Selagi Young Ji kecil masih
berhitung, Yi Suk dan kakaknya masuk ke gudang untuk bersembunyi. Il Suk
melihat sebuah drum besar dan akan sembunyi di sana. Yi Suk membantu kakaknya
masuk, juga menutup drumnya sesuai perintah kakaknya. Ia bahkan menaruh sebuah
box di atasnya. Daritadi Yi Suk kecil hanya diam sambil menuruti kata-kata
kakaknya, tapi ia tersenyum senang melihat kakaknya terkurung di dalam drum. Ia
sengaja menendang drum itu dan pergi meninggalkan gudang.
Bukannya bersembunyi, Yi Suk
malah duduk santai di atas dedaunan kering, membaca buku.
Episode 13.
Hong Do tertawa melihat Yi Suk
yang ada di depan pintunya. Tapi ia heran melihat koper Yi Suk. Yi Suk berkata
ia melakukan tindakan ekstrim dengan pergi dari rumah, jadi beri dia tempat
untuk tidur. Hong Do belum menjawab apapun, tapi Yi Suk sudah masuk ke rumah
dan mulai menginvasi setiap sudutnya. Ia mengomentari taman kecil Hong Do,
tertarik dengan loteng yang tangganya dipenuhi tumpukan buku, menepuk-nepuk
helm Hong Do.
Sementara Hong Do sibuk menyuruhnya keluar. Ini pertama kalinya
ia kedatangan tamu di rumah dan rasanya aneh. Tentu saja Yi Suk tak peduli, ia
duduk di sofa dan minta Hong Do membuatkan makanan, ia lapar. (Oh my, scene ini
ngingetin pas Kkae Geum pertama kali masuk ke rumahnya Dok Mi deh, haha)
Hong Do tak setuju Yi Suk keluar
dari rumah, Kakek bisa lebih marah. Tak ada yang bisa Yi Suk lakukan karena ia
lebih khawatir pada Hong Do dibandingkan Kakeknya. Menurutnya Hong Do seperti
jiwa kecil yang baru saja datang ke dunia, tak seperti Kakek yang mungkin sudah
merasakan hal lebih berat dari ini dalam 80 tahun hidupnya.
Hong Do jadi merasa bersalah, ia
menyuruh Yi Suk makan malam tapi lalu pergi agar Kakek tak khawatir. Yi Suk tak
mau, ia berencana tinggal selamanya. Seperti anak kecil, Yi Suk benar-benar tak
bisa diam. Baru berbaring sebentar di sofa, ia bangun dan tertarik melihat
ikan-ikan Hong Do. “Kalian ingin makan juga?” tanya Yi Suk pada si ikan sambil
memberi mereka makan. Hong Do melihatnya dari dapur dan bergumam sendiri kalau
ikan-ikannya sudah makan.
Kakek bertanya pada Butler Ahn
apa Yi Suk benar-benar pergi ke rumah Hong Do? Butler Ahn mengiyakan, ia sudah
minta seseorang memeriksanya. Kakek geleng-geleng, ia minta Butler Ahn
menyiapkan tiket pesawat. Kakek akan mengirim Hong Do keluar negeri. Butler Ahn
tak menduga Hong Do muncul lagi setelah 23 tahun, ia merasa itu karena mereka
tak bisa menyembunyikannya terus menerus, sudah waktunya untuk mengungkapkan
segalanya. Ia ingin mengatakan semuanya dan membiarkan Hong Do dan Yi Suk
memutuskan sendiri. (Hmm, i feel something fishy here)
Kakek malah marah, “Apa yang kau
bicarakan? Untuk anak yang menggila hanya dengan menyebut nama saudaranya? Kau ingin
menyeretnya dalam lubang neraka atau apa? Benar-benar!” Butler Ahn cukup
melakukan apa yang Kakek perintahkan. Terpaksa Butler Ahn diam.
Yi Suk mengambil cangkir teh
yang disiapkan sambil kembali ke sofa, “Hong Do-ya, di mana kau biasanya duduk?
Di sini atau di sini?” Di sana, jawab Hong Do yang malah menunjuk lantai di
depan sofanya. Yi Suk heran dan pindah duduk di bawah, “Kenapa kau duduk di
sini bukannya kursi?” Hong Do hanya tertawa dan tanya apa Yi Suk benar-benar
tak akan pergi? Kau bisa pergi ke apartemen. Semua yang Yi Suk lakukan membuat
orang khawatir.
Yi Suk malah menggoda Hong Do,
memangnya apa yang akan mereka lakukan sepanjang malam jika tinggal berduaan? Mereka
akan tetap terjaga sepanjang malam, mengingat kembali apa yang dikatakan Kakek
berulang-ulang. Mereka akan melakukan semuanya bersama, baik itu begadang
semalaman ataupun menangis. “Kita ada di perahu yang sama sekarang, mengerti?”
Hong Do cuma senyum memandangi Yi Suk, tak percaya.
Benar saja, sedetik kemudian Yi
Suk mengeluh lelah dan mengajak Hong Do tidur. Yi Suk menepuk-nepuk sisi di
sebelahnya, menyuruh Hong Do datang. Hong Do akhirnya mengijinkan Yi Suk tidur
selama satu malam karena sudah larut. Tapi ia mengambil selimut lain dan mau
tidur di tempat lain, ia hidup sendirian untuk waktu yang lama dan merasa tak
nyaman.
Yi Suk menahan tangan Hong Do,
anggap saja ini latihan, lagipula mereka akan hidup bersama suatu hari nanti.
Hong Do menggeleng, tapi bukan Yi Suk kalau tak membuatnya jatuh. Ia langsung
memeluki Hong Do. Yi Suk melihat tombol untuk mematikan lampu di langit-langit,
dan bangun untuk mencoba mematikannya. Hong Do melihat itu sebagai kesempatan
untuk kabur, tapi Yi Suk langsung menangkapnya dan menjatuhkannya lagi ke kasur
dengan gemas.
Yi Suk menggoda Hong Do lagi dan
membalikkan posisi wajahnya menghadapnya. Kali ini Hong Do pasrah. Yi Suk
mengecupnya, “Aku mencintaimu.” Jelas Hong Do makin pasrah dan membiarkan Yi
Suk menciumnya. Saat itu Yi Suk sempat-sempatnya menyuruh ikan-ikan Hong Do
untuk tutup mata, hahaa.
Hari sudah pagi. Yi Suk sudah
menyiapkan minuman dan buah di atas meja saat ia mempreteli kunci-kunci
tambahan di pintu, tapi Hong Do masih asik tidur. Hong Do terbangun mendengar
teriakan Yi Suk yang mengajaknya makan dan langsung bangkit dengan senyum lebar.
Ekspresi Hong Do berubah saat melihat apa yang Yi Suk lakukan. “Kau memiliki
terlalu banyak kunci. Kau hanya perlu satu agar mudah bila kau ingin masuk atau
keluar. Ini bukan untuk menjaga dari pencuri, tapi bentengmu dari dunia luar. Iya,
kan?” ujar Yi Suk.
Hong Do mendesah kesal, itu
seperti hadiah untuk pencuri. Yi Suk selesai dan mengajak Hong Do pergi makan
di luar, tak ada apa-apa yang bisa dimakan di lemari es. Hong Do tertawa dan
pergi mengambil ponselnya yang berbunyi. Ibu Yi Suk yang menelpon ingin bertemu
dengannya. Yi Suk mendekat curiga, siapa pagi-pagi begini? Ibu mau Hong Do tak
memberitahu anaknya kalau ia menelpon. Tak ingin Yi Suk mendengarnya, Hong Do
langsung berbaring dengan ponsel menempel di bantal dan mengiyakan dengan pelan
lalu menutup telponnya.
Itu membuat Yi Suk makin curiga,
“Siapa itu? Pria atau wanita?” Wanita, jawab Hong Do. Yi Suk langsung tak
mempermasalahkannya dan bertanya password pintu Hong Do. Awalnya Hong Do
enggan, tapi memberitahu juga kalau passwordnya tanggal peringatan kematian
neneknya, 0929 (whoops, itu kan tanggal lahirnya Dani! *OOT* :p)
Hong Do menyuruh Yi Suk segera
pergi kerja, ia mau tidur sebentar lagi. “Hei, setelah membuatku melakukan
pekerjaan sulit ini untuk pertama kalinya, bagaimana bisa kau mengusirku tanpa
makanan,” keluh Yi Suk. Hong Do yang sudah bergelung selimut menyuruh Yi Suk
cepat pergi, ini sangat tak nyaman. Yi Suk minta Hong Do jangan sedih atau
kecewa, berpikir positif saja kalau Kakek sangat menyukaimu. Yi Suk mengecup
kening Hong Do lembut lalu pergi, meski tentu ia tak ingin pergi.
Hong Do menyapa ibu Yi Suk di
tempat janjian mereka. “Anak-anakku.. satu tidak cukup, jadi sekarang kau ingin
merampas yang lainnya juga?” tanya Ibu marah begitu melihatnya. Hong Do tak
mengerti. Ibu makin tak bisa menahan emosinya, bagaimana mungkin Ahjumma Naju begitu
tak bertanggung jawab? Bagaimana bisa dia mati tanpa memberitahumu apa-apa?
Hong Do makin tak mengerti, apa Anda mengenal nenekku?
“Aku juga mengenalmu... Cha
Young Ji. Kau membunuh anakku,” ujar ibu menahan tangis sekaligus amarah, “Kakak
Yi Suk. Karena kau membunuh Il Suk.” Hong Do belum mengingat apapun dan menatap
ibu shock.
Begitu sampai rumah, Hong Do
dengan panik segera mencari foto-foto lama. Ia menemukan beberapa amplop dengan
cap perusahaan kakek Yi Suk, dan juga.. foto masa kecil mereka. Hong Do
menangis tak percaya.. ia mengingatnya. Flashback saat ia menyalakan korek dan
membakar area sekitarnya. “Tidak. Tidak. Tidak. Ini tidak mungkin,” sangkal
Hong Do tak mau percaya.
Ibu memberitahu Kakek kalau ia
menemui Young Ji. Cha Hong Do, dia juga harus tau apa yang dia lakukan, entah
dia belum dewasa atau tidak tau karena masih kecil, dia melakukan kejahatan dan
harus mendapat ganjaran untuk itu. Menurut Kakek Ibu sudah melakukan sesuatu
yang sangat tidak berguna, “Jika dia tau, bukankah akhirnya Yi Suk
mengetahuinya juga? Lalu apa yang akan kau lakukan?” Pandangan ibu mengeras,
khawatir akan putranya.
Se Ro sedang syuting di sebuah
minimarket, menjadi anak SMA. Dialognya hanya 2 kalimat, tapi ia terus menerus
melakukan kesalahan sampai sutradara kesal, apa kau hanya pandai menjadi polisi
wanita? Berkali-kali juga Se Ro minta diberi kesempatan lagi, tapi senyumnya
hilang saat sutradara menyuruhnya merobek rok sedikit, kau tak punya apa-apa
untuk dilihat kecuali kaki. Se Ro langsung sedih.
Tak punya orang untuk mengadu, Se Ro pergi ke
kantor polisi. Ia sedang menunggu di mesin minuman saat Doo Soo datang
menemuinya. Ia tertekan dan minta diberikan sesuatu yang manis. Tanpa banyak
kata Doo Soo membelikan kopi untuk Se Ro dan memberikannya.
“Apa kau baik-baik saja? Kau
terkejut, bukan?”
“Terkejut dengan apa?” tanya Doo
Soo bingung. Se Ro berkata ia hanya punya dua baris dialog, tapi ia bahkan tak
bisa melakukan itu dan mengacaukan bagiannya hari ini. “Biasanya aku mengatakan
ini pada Oppaku, tapi Oppaku kabur dari rumah. Jadi aku tak punya siapa-siapa
selain kau untuk bercerita,” ujar Se Ro sedih.
Ia minta dibelikan alkohol, tapi
Doo Soo tak bisa, ia kerja lembur. Se Ro maklum, ia sudah tau kalau Doo Soo
akan seperti ini, ia bahkan tak terluka lagi oleh itu. Se Ro mengembalikan
kopinya, minta maaf sudah mengganggu lalu pergi.
Yi Suk pulang karena Butler Ahn
memberitahu keadaan ibu yang sedang histeris. Yi Suk bertanya sebabnya, tapi
Butler Ahn menyuruhnya masuk dan melihat sendiri, dia sudah diberi obat tidur
tapi tetap ingin melihatmu. Yi Suk mengerti dan akan melihat ibunya. Tapi Butler
Ahn memanggilnya lagi, berkata kalau Kakek mungkin akan mengirim Hong Do ke
luar negeri. Yi Suk terkejut.
Ibu yang tak tampak tidur dengan
tenang langsung membuka mata saat Yi Suk datang. Ia minta Yi Suk duduk di sampingnya,
jangan pergi kemanapun dan tinggallah di sini. “Apa yang ibu bicarakan? Ke mana
aku akan pergi?” tanya Yi Suk. Ibu tak menjawab, hanya memeluk tangan Yi Suk
erat, memintanya untuk tak pergi.
Yi Suk tak mengerti kenapa
ibunya seperti ini. Ia menelpon Ahjumma Geum Shim, memintanya untuk kembali dan
berkata pada ibunya kalau masalah sudah terpecahkan, Ahjumma akan segera
datang. Yi Suk akan pergi menyapa Kakek, tapi ibu tetap menahan tangannya. “Aku
menemuinya hari ini,” ujar ibu.
“Siapa? Cha Hong Do?”
Ibu bahkan tak mau mendengar
namanya, “Aku membencinya. Kau tak boleh bersamanya. Dia tak akan bisa muncul
di depan kita lagi atau dia bukan manusia.” Ibu memeluk tangan anaknya makin
erat, membuat Yi Suk makin bingung.
Hong Do terduduk diam di
rumahnya yang gelap. Otaknya mengingat kejadian 23 tahun lalu. Saat gudang itu
habis terbakar. Saat ibu Yi Suk menangis histeris. Saat ia dan neneknya dibawa
pergi dengan mobil polisi. Ia berusaha menyangkal ingatan itu, “Apa itu
benar-benar aku, Nek? Apa aku benar-benar melakukannya?”
Yi Suk berusaha menghubungi Hong
Do, tapi tak ada jawaban. Yi Suk bertanya-tanya apa yang ibunya katakan pada
Hong Do. Mata ibunya terpejam, tapi saat Yi Suk melepas tangannya dan bangkit
pergi, ibu menahannya, “Jika kau pergi.. aku akan mati.”
Se Ro yang akhirnya diantar
pulang Doo Soo bercerita panjang lebar soal dirinya. Ia pertama kali pergi ke
Amerika Serikat saat ia berusia 10 tahun. Ia tak bisa bicara bahasa Inggris
jadi ia selalu sendirian. Ia tak punya teman, mereka semua mengolok-olok
matanya yang sipit. Ia sangat kesepian
saat itu. “Kau ingat anak yang menjadi ciuman pertamaku?” tanya Se Ro. Namanya Aiden,
seorang anak dengan rambut pirang dan muka bintik-bintik khas Amerika. Setelah beradaptasi
dengan kehidupan SMA di sana, ia bahkan menjadi ratu dansa dan anak-anak mulai
melihat keindahan Asia dalam dirinya.
Selama Se Ro bercerita, Doo Soo
hanya diam mendengarkan dan baru menginterupsi saat melihat kaki Se Ro. “Bagaimana
bisa seorang gadis menunjukkan kakinya di mana saja seperti ini?” ujarnya
sambil menutupinya dengan jaketnya. Se Ro tersenyum senang dan melanjutkan
cerita, kali ini soal profesor filsafatnya. Kali ini Doo Soo tertawa mendengar
cerita Se Ro.
Mereka sampai. Se Ro agak tak
rela, masih banyak yang ingin ia bicarakan. “Apa kau tak punya teman di Korea?”
tanya Doo Soo. “Oppaku. Oppa adalah seorang teman dan ibu bagiku,” jawab Se Ro.
Tapi ia buru-buru menambahkan kalau ia tak datang pada Doo Soo untuk menjadi
teman. Ia mengatakan ini untuk berjaga-jaga, tapi ia tak bisa menerima
kata-kata ‘Aku tak bisa menerima hatimu,
jadi mari kita berteman’. Se Ro turun, sebagai balasan karena sudah
mendengarkannya, ia akan mencucikan jaket yang dipakainya tadi.
Doo Soo buru-buru turun dan
mencegahnya, kau tak perlu melakukan itu. Tapi Se Ro malah menciumi jaketnya
dengan senang hati karena bau Doo Soo yang tertinggal di sana. “Bukankah
menyenangkan mengobrol hari ini?” tanya Se Ro. Doo Soo mengiyakan. Se Ro
berkata akan terus berbicara tentang dirinya mulai sekarang, jadi ini.. to be
continued. Se Ro melambai dan masuk ke rumahnya dengan riang.
Yi Suk akhirnya tertidur di
samping ibunya. Begitu terbangun ia langsung mengecek ponselnya, dan kecewa
saat tak ada jejak Hong Do di sana. Ia memandangi ibunya yang tertidur lalu pergi
tanpa membuatnya terbangun.
Di kamarnya, Kakek bingung
mencari celana dalam kesayangannya sampai berteriak memanggil Butler Ahn. Tapi yang
datang malah Ahjumma Geum Shim yang tak habis pikir karena Kakek selalu mencari
celana dalam itu padahal usianya sudah lebih dari 10 tahun, sudah dicucipun
tetap terlihat buluk. Kakek melihat Ahjumma seperti melihat hantu, bagaimana
kau bisa masuk?
“Apa maksud Anda bagaimana aku
bisa masuk? Aku berjalan dengan kaki sendiri,” jawab Ahjumma yang sudah menemukan
celana yang Kakek cari. Ia melihat celana Kakek yang basah, berpikir Kakek
ngompol. Tentu Kakek menyangkalnya, itu karena ia masih berfungsi normal.
Ahjumma tak peduli dan menyuruh Kakek segera ganti celana. Kakek berteriak
karena itu Ahjumma harus pergi. Ahjumma ganti berteriak kalau ia akan segera
pergi.
Tapi baru sebentar Ahjumma
kembali lagi, “Wanita tua itu, Nenek Oh atau siapapun dia, kudengar dia penipu.
Aigoo, apa gunanya punya perusahaan besar ketika kau mencintai pengeruk emas dan
kehilangan akalmu.” Kakek yang baru mau ganti celana kesal karena Ahjumma tak
juga pergi, pergilah! Ahjumma berkata bahkan tak ada yang bisa dilihat lalu
pergi, hahaa.
Doo Soo berusaha menghubungi
Hong Do dalam perjalanannya. Ia khawatir karena tak ada tanda-tanda Hong Do di
rumahnya. Apalagi mendengar Ahjumma pemilik berkata ia tak pernah melihat nenek
itu, dan sekarang ia bahkan tak melihat cucunya.
Doo Soo akhirnya kembali dan
mendobrak pintu belakang Hong Do. Ia menemukan Hong Do yang terbaring tak
sadarkan diri di lantai rumahnya. Doo Soo panik dan langsung menggendongnya
pergi ke rumah sakit.
Di rumah, ayah Yi Suk menyuruh
Butler Ahn memindahkan tempat tidurnya ke kamar ibu Yi Suk setelah ia berangkat
kerja. Bilang saja kalau kamarnya perlu beberapa perbaikan, dan jangan bilang
kalau ia yang menyuruhnya.
Butler Ahn hanya diam dan bertanya apa Ayah sudah
tau soal wanita yang dikencani Yi Suk.. dia adalah cucu dari Ahjumma Naju yang
dulu pernah tinggal di sini, Cha Young Ji. Dia kemudian mengganti namanya
menjadi Cha Hong Do. Kakek dan Ibu sudah tau soal ini, tapi Yi Suk belum. Butler
Ahn memikirkan Ayah yang seharusnya tau tentang hal ini lebih dari orang lain. Ayah
hanya diam.
Komentar:
Reality can be so cruel. So brace yourself for the upcoming heart breaking episodes guys. Sepertinya ayah beneran terlibat, oh Butler Ahn please do your best. I wanna see happiness in the end for Yi Suk and Hong Do.
Btw, ternyata Se Ro lah yang paling kesepian. I wanna hug this girl waktu tau Yi Suk satu-satunya teman sekaligus ibunya. Pantes dari episode awal sama sekali nggak ada interaksi Se Ro dengan ibunya, kakeknya, apalagi ayahnya. Makanya Se Ro selalu nunggu Yi Suk pulang, karena ya cuma Yi Suk satu-satunya yang bisa diajak ngobrol. Untunglah progres episode ini menyenangkan buat Se Ro. Emang sih Doo Soo cuma beliin dia kopi, diem dengerin ocehannya, tapi his eyes speak. Pandangannya melembut, aaah, Doo Soo-ya please make urri Se Ro happy!
Assalamualaikum wr.wb saya andy ingin berbagi cerita kepada anda bahwa dulunya saya ini cuma seorang pengamen jalanan yang pendapatannya tidak seberapa,buat makan saja nda cukup apalagi untuk beli obat buat ibu saya karna belakangan ini ibu saya lagi sakit sakitan jadi saya harus membantin tulang buat ibu saya dan adik saya karna bapak kami pergi meninggalkan kami entah kemana,,saya dapat nomor MBAH Darko dari teman saya..awalnya sih saya ragu tapi nda ada salahnya juga saya coba karna sudah banyak paranormal yang saya hubungi tapi tidak ada yang berhasil malahan cuma uang saya aja yang terkuras habis dan akhirnya saya menghubungi MBAH Darko dan mengikuti 4D nya yaitu 5713 dan alhamdulillah berhasil 085 394 591 995 .!!! Kini kehidupan kami sudah tidak seperti dulu lagi dan akhirnya saya juga sdh punya usaha sendiri dan bagi anda yang ingin seperti saya silahkan HBG MBAH Darko nomor ritual MBAH Darko meman benar2 100tembus.
ReplyDelete