Flashback kejadian 23 tahun lalu. Ayah dan ibu Yi Suk bertengkar hebat, sampai ibu mengurung diri di gudang. Ayah berteriak agar ibu keluar, tapi ibu yang histeris menahan pintunya. Ayah tak sabar dan memecah jendela gudang dengan batu, ia mengancam ibu untuk keluar dan bicara dengannya dengan pemantik di tangannya. Ayah benar-benar menyalakannya, dan menjatuhkan pemantik itu ke dalam gudang.
Entah apa isi gudang itu, tapi api segera membakar gudang. Ayah berteriak panik menyuruh ibu keluar, tapi tak ada suara apapun dari dalam. Ayah mendobrak pintu gudang, api benar-benar sudah membesar dan ayah segera membopong ibu yang pingsan keluar.
Yi Suk mendengar keributan itu,
berlari panik menuju gudang. Berteriak hyungnya ada di dalam. Tapi terlambat,
api benar-benar membesar dengan cepat. Mereka sama sekali tak bisa mendekat. Yi
Suk terus berteriak histeris agar kakaknya keluar.
Young Ji kecil melihat semua
itu, dengan korek api yang masih utuh di tangannya. Ia sama sekali menyalakannya.
Yi Suk memeriksa kondisi
Kakeknya sambil meyakinkan kalau ia tak akan menemui Hong Do diam-diam di
belakang Kakeknya. Ia melakukan ini untuk Hong Do karena keluarganya dan
dirinya adalah bekas luka untuk Hong Do. Yi Suk memutuskan untuk tak menemuinya
agar rasa bersalah Hong Do tak bertambah. Kakek hanya diam mendengarkan sedari
tadi.
Tekanan darah Kakek sepertinya
tidak begitu bagus, karena Yi Suk menyuruh Kakek mengawasi apa yang dimakan dan
berolahraga sedikit. Saat Butler Ahn masuk, Yi Suk memintanya membawa Kakek
pergi jalan-jalan karena cuaca sudah lebih baik. Butler Ahn mengiyakan. Yi Suk
terus memberikan saran agar Kakek menambah intensitas olahraganya agar lemak di
perut tak makin menumpuk, lalu pamit pergi kerja.
Kakek tau cucunya memaksa
dirinya untuk tersenyum dan melihatnya seperti itu benar-benar menyedihkan. Dia
tak mengambil libur dan pergi ke rumah sakit dengan sangat rajin. Kakek
benar-benar tak tau apa yang Yi Suk pikirkan. (lah yang nyuruh putus pan situ!
Kenapa jadi tiba-tiba khawatir?? -.-“)
Butler Ahn hanya menyodorkan
sebuah amplop pada Kakek. Semalam saat menutup pintu depan, ia bertemu Hong Do
yang menunggu di pintu gerbang, membeku seolah dia menunggu selama berjam-jam.
Sepertinya Hong Do memang sudah
menunggu lama saat ia melihat Butler Ahn di balik pagar dan memanggilnya.
Butler Ahn heran melihat Hong Do yang berlari menghampirinya, apa kau datang
untuk bertemu Yi Suk? Hong Do menggeleng dan mengembalikan amplop yang
diberikan Kakek sebelumnya. Ia tau apa maksud Kakek memberinya, tapi ia minta
maaf karena tak bisa menerimanya. Dan untuk Yi Suk, karena ia tak akan bertemu
dengannya lagi, Hong Do minta Butler Ahn mengatakan padanya agar tak khawatir.
Butler Ahn yang tak tega melihat Hong Do kedinginan mengajaknya masuk sebentar
untuk menghangatkan diri. Tapi Hong Do buru-buru menolak dan berterimakasih
atas semuanya, lalu berlari pulang.
Butler Ahn benar-benar tak tega.
Mereka putus seperti itu dan tak ada seorang pun yang merasa lebih baik. Kakek
minta Butler Ahn mencari tau kabar Hong Do karena itu mengganggunya.
Yang dikhawatirkan baru saja
bangun dari tidurnya, mengambil sebungkus mi instan, dan memakannya begitu saja
tanpa memasaknya sambil menonton TV. Ia mengabaikan apapun yang terjadi di luar
sana. Meski Ahjumma pemilik rumah terus memanggilnya keluar karena ada yang mau
melihat rumahnya, Hong Do bergeming seolah tak mendengar apapun. Ia malah
memilih kembali ke balik selimutnya.
Sementara Yi Suk kembali menemui
pasien, meski hati dan pikirannya tak sepenuhnya ada di sana. Profesor Uhm
datang mengajaknya makan siang, tapi Yi Suk tak menyambutnya dan mulai membaca
buku. Profesor Uhm tau Yi Suk masih tak mood bicara, jadi ia minta mereka
bicara tentang pasien saja, karena Yi Suk yang terlalu pendiam benar-benar
menyebalkan. Profesor Uhm lebih suka saat Yi Suk datang ke kantornya karena
melakukan kesalahan.
Yi Suk menutup bukunya dan mulai
bicara tentang pasiennya. Pasien yang baru saja pergi punya gangguan makan. Ayahnya
yang menyiksanya ketika dia masih kecil baru-baru ini didiagnosis kanker perut
dan dirawat di rumah sakit, dia harus merawatnya. Dia makan lebih banyak
sekarang.
“Jadi?”
“Kurasa aku harus memberitahu
dia untuk memaafkan, tapi aku tak bisa melakukannya,” jawab Yi Suk. Profesor
Uhm tanya penyebabnya, karena tampaknya orang tuamu dan Kakek tak bisa
memaafkan Cha Hong Do? Profesor Uhm membenarkan, memaafkan bukan sesuatu yang
mudah dilakukan. Yi Suk malah bertanya apa itu memaafkan? Jika seorang pembunuh
berantai dihukum 30 tahun penjara dan keluar dari sana, apakah itu berarti dia
diampuni? Seorang anak kecil yang menyalakan api karena kesalahan, apa ini soal
memaafkan atau tidak memaafkan?
Itulah yang Profesor Uhm
pikirkan, kita tak memaafkan demi orang lain, tapi untuk diri sendiri. Kebanyakan
orang secara naluriah cenderung membiarkan hati mereka menuju kebahagiaan,
bukan kemalangan, bukankah kita memaafkan untuk mencoba dan berbahagia? Yi Suk
merasa memaafkan bukanlah kata yang pas untuknya dan Hong Do. Yi Suk tak ingin
membicarakannya lagi dan bangkit mengajak Profesor Uhm pergi makan siang.
Doo Soo membawakan seplastik
besar belanjaan dan menaruhnya di tangga rumah, berteriak agar Hong Do
mengambilnya karena ia tau sudah berhari-hari Hong Do tak keluar. Ia akan
memeriksanya saat pekerjaannya selesai nanti. Hong Do mendengarnya, tapi tak
berniat bergerak sedikitpun dari kasurnya. Ia hanya mengirim pesan agar Doo Soo
membawanya lagi dan jangan datang lagi.
Doo Soo melihat seorang pria
mencurigakan di sekitar rumah Hong Do, tapi orang itu langsung lari saat Doo
Soo teriak memanggilnya. Refleks Doo Soo mengejarnya.
Butler Ahn memberitahu Kakek soal
Hong Do yang selalu pergi keluar di tengah malam dan kembali saat fajar,
seperti tidur sambil berjalan. Setengah sadar dia berkeliaran dan kembali saat
fajar dalam keadaan membeku. Kakek malah bertanya-tanya apa yang begitu menyiksanya
sampai dia seperti itu? Kakek khawatir, tapi hanya waktu yang bisa
menyembuhkan, sampai ia kembali ke akal sehatnya, suruh seseorang mengawasinya.
Butler Ahn mengiyakan dan pergi.
Se Ro baru pulang syuting saat
Ibu menyapanya dan mengajaknya duduk minum teh. Ibu bahkan bertanya perhatian
apa Se Ro syuting sepanjang malam? Ibu menyuruh Se Ro meminum tehnya, mandi air
hangat dan tidur nyenyak, kau sudah bekerja keras. Se Ro heran sendiri dengan
perhatian ibunya, ia hanya pernah melihatnya saat sakit, jadi ia ingin tau
bagaimana ibunya sebelum Il Suk meninggal. Ibu tak tau, ia juga tak ingat.
“Apa kau senang Oppa dan Hong Do
unni putus?” tanya Se Ro. Ibu berpikir begitu, tapi ternyata tidak. Ibu tak tau
apakah itu karena Yi Suk, tapi ia terus berpikir tentang itu. Se Ro kasihan
pada Oppanya, dan berkata setelah syuting berakhir, ia ingin kembali ke Amerika
Serikat. Se Ro tak suka ada di sini lagi. Saat kembali, ia berpikir mereka bisa
mencoba dan menjadi keluarga, tapi ia membencinya. Ia tak bisa hidup seperti
ini, ia lebih suka hidup di asrama. Se Ro lalu naik untuk tidur dan minta ibu tak mengganggunya.
Malamnya, Doo Soo kembali ke
rumah Hong Do, tapi belanjaannya masih tetap di tempat semula. Doo Soo
memindahkannya persis di depan pintu, dan beranjak tanpa memanggil Hong Do. Ia
menelpon Yi Suk, mengajaknya minum.
Yi Suk menunggu di rumah sakit. “Kenapa
kau mau minum denganku? Apa kau tak punya teman?” sambut Yi Suk malas begitu
Doo Soo datang. Doo Soo tau-tau menyodorkan foto pemantik yang ditemukan di
lokasi kebakaran 23 tahun lalu. Yi Suk hanya melihatnya sekilas tanpa tertarik
sedikitpun. Ia malah menyuruh Doo Soo memikirkan urusannya sendiri.
Karena Yi Suk tak memberi respon
yang diharapkan, Doo Soo beralih memberitahu soal seseorang yang berkeliaran di
rumah Hong Do, dan bertanya apa Yi Suk yang menyuruh seseorang mengikutinya? Yi
Suk bisa menduga itu perbuatan kakeknya. “Apa mereka mengawasi untuk memastikan
kalian tak bertemu?” tanya Doo Soo. Sepertinya begitu, jawab Yi Suk.
Doo Soo jadi berandai-andai apa
yang akan ia lakukan jika jadi Go Yi Suk, ia akan memilih putus seperti yang Yi
Suk lakukan. Ia anak tertua, jadi ia lebih mengkhawatirkan keluarga. Doo Soo
merasa soal itu mereka mirip, tapi kalau itu dirinya, ia tak akan bisa berada
di tempat ini lebih lama lagi karena ini tempat dimana mereka bekerja bersama,
dan juga lingkungan yang sama. Doo Soo penasaran bagaimana Yi Suk bertahan, apa
kau tidak menderita?
Doo Soo lanjut berkata hari ini
Hong Do mengiriminya pesan untuk tak datang lagi. Yi Suk merasa Doo Soo terlalu
banyak bicara hari ini dan menyuruhnya minum saja. Tapi Doo Soo tetap saja
bicara, “Apa kau akan membiarkan Hong Do seperti ini? Kau tak seperti aku. Kau seorang
pria yang egois. Jangan berpikir tentang keluargamu. Sebaliknya, bawa Hong Do
bersamamu dan melarikan diri.” Yi Suk hanya menjawab kalau ia juga ingin
melakukannya.
Yi Suk yang mabuk pulang dengan
supir pengganti. Ia yang tak sepenuhnya sadar melihat bayangan wajah Hong Do di
jendela mobilnya. Ia menyentuh pipi Hong Do gemas, seperti yang biasa
dilakukannya, sambil menggumamkan namanya. “Cha Hong Do, apa kau hidup dengan
baik? Apa kau bahagia?”
Di rumah, ia bertemu Se Ro yang
langsung tau Oppanya habis minum. Yi Suk mengiyakan dan minta maaf. Se Ro
bertanya Oppanya minum dengan siapa, dan tertarik saat tau ia minum dengan
Detektif Jang, kenapa kau minum dengan dia? Yi Suk langsung berkata kau tak
boleh bersama pria itu, berhentilah tertarik padanya. Se Ro berkata ia sedang
dalam proses berhenti dan mengajak Yi Suk menonton film, ia punya film bagus
dan setoples besar popcorn yang daritadi dibawanya.
Mereka menonton di kamar Yi Suk.
Film selesai, dan Se Ro bertanya apa Oppanya ingin menonton yang lain? Yi Suk
berkata mereka harus tidur, sudah malam. “Apa menurutmu kau bisa tidur?” tanya
Se Ro khawatir. Yi Suk akan mencobanya. Se Ro menghela napas panjang sebelum
berkata ia menyerah pada mimpinya menjadi aktris, itu tidak seperti yang ia
pikirkan. Se Ro tadinya butuh alasan untuk kembali ke rumah, ia ingin datang
dan entah bagaimana bersama seperti sebuah keluarga. Tapi Se Ro menyerah, ia
tak suka berada di sini lagi.
“Anak kecil kita terluka, aku
mengerti,” ujar Yi Suk. Se Ro benci kembali ke rumah, itu membuatnya frustasi
dan ia sudah bilang pada ibu kalau ia akan kembali ke Amerika Serikat. Ketika syuting
selesai, ia akan pergi dan belajar. Sepertinya ia tipe yang lebih suka belajar.
Karena Se Ro pergi karena keinginannya, Yi Suk tak akan menghentikan. Tapi mendengar
Se Ro akan pergi, rasanya tak menyenangkan.
Yi Suk minta Se Ro
mempertimbangkan untuk belajar di Korea, kau bisa tinggal di apartemenku, aku
yang akan bicara pada Kakek. Se Ro heran dan merasa ini seperti bukan Oppanya,
apa kau tak ingat begitu menentangku pindah? Yi Suk hanya senyum. Se Ro bangkit
pergi setelah mengucapkan selamat malam.
Hong Do tiba-tiba terbangun dari
tidurnya, bergumam ia harus pergi. Ia mengenakan mantelnya dan pergi ke.. rumah
sakit. Hong Do menyalakan lampu-lampu meja dan mulai mengeluarkan peralatan
merajutnya dari dalam tas. Ia ingin membuat sweater merah untuk Yi Suk,
mengira-ira ukuran bahu Yi Suk dari kursi yang biasa didudukinya dan lanjut
merajut.
Yi Suk turun dari kamarnya, dan
Ahjumma Geum Shim langsung membawanya ke meja makan, ia sudah membuatkan sup
pereda mabuk. Ahjumma mengeluhkan kebiasaan lama Yi Suk yang kembali, ia bahkan
menemukan beberapa botol alkohol kosong di bawah tempat tidur. “Jika kau terus
minum alkohol karena kau tak bisa tidur, kau bisa sakit. Kau bisa bertemu
wanita lain saat kau menjalani hidupmu. Jangan terlalu kecewa,” hibur Ahjumma lalu
pergi membawakan jus untuk Kakek.
Yi Suk cuma mengaduk-aduk supnya
saat ayah memutuskan duduk bersamanya di meja makan. “Apa kau sedang bersiap
untuk bekerja?” tanya ayah canggung. Yi Suk mengangguk. Jeda sebentar sebelum
Yi Suk meminta maaf, ia melakukan kesalahan. Ia tak menyadari kalau ayah juga
kehilangan anaknya. Yi Suk pikir hanya ibu yang sakit, dan ayah tidak. Ia hanya
berpikir ayah menghindarinya dengan tak bertanggung jawab, tanpa sadar kalau
ayah juga mencoba untuk menahannya sendiri.
Yi Suk memberitahu soal Ahjumma
Naju, setelah dia meninggalkan rumah mereka, dia membesarkan gadis kecil itu
dengan susah payah. “Gadis itu, setiap kali dia bicara tentang neneknya, aku
tau hatinya sedang terkoyak. Setelah Hyung meninggal, kupikir tak ada seorang
pun yang tak terluka,” ujar Yi Suk. Ia sudah menjadi psikiater, tapi tak bisa
memahami ayahnya dengan baik, dan ia meminta maaf untuk itu.
“Yi Suk-ah..”
“Aku ingin memberitahumu sebelum
terlambat, bahwa aku menyesal. Maafkan aku, Ayah,” lanjut Yi Suk lalu pergi
kerja tanpa menyentuh makanannya sama sekali. Sementara Ayah masih tercenung,
kenapa kau meminta maaf? Kenapa?
Yi Suk masuk ruang kerjanya, dan
sebuah benda di meja menarik perhatiannya. Gunting, dan sisa potongan benang. Tanpa
sadar Hong Do meninggalkan jejaknya semalam. Yi Suk langsung menghubungi Butler
Ahn, memintanya datang ke rumah sakit.
Saat Butler Ahn datang, Yi Suk
minta maaf sudah memintanya datang karena ia punya banyak pasien. Butler Ahn
tak masalah, Kakek juga sedang keluar, jadi tak ada yang ia lakukan. Mereka duduk,
dan Yi Suk langsung bertanya apa Kakek menyuruh seseorang untuk mengikuti Cha
Hong Do? Butler Ahn mengiyakan, bukan karena alasan lain, tapi Kakek hanya
khawatir.
“Khawatir tentang apa? Apa
sesuatu terjadi padanya?”
“Yi Suk-ah..”
Yi Suk tau mereka sudah putus,
tapi tetap saja Hong Do harus baik-baik saja. Jika sesuatu terjadi padanya, ia
tak bisa tinggal diam. Butler Ahn akhirnya memberitahu kalau Hong Do
berkeliaran di malam hari, dan itu membuat Yi Suk kaget.
Di rumah, tak ada apapun yang
bisa dimakan Hong Do, sampai remah-remah mi instan di meja pun ia makan. Di kulkas
hanya ada sebutir telur dan kimchi. Dan tanpa dimasak, Hong Do menyesap telur
mentah itu bersamaan dengan kimchi. Di luar rumahnya Se Ro terus memanggilnya,
bertanya apa Hong Do ada di dalam? Se Ro memberitahu kalau Oppanya baik-baik
saja. Ia datang karena ingin melihat Hong Do sebelum pergi ke Amerika, tapi ia
merasa Hong Do tak akan keluar dan memintanya jaga diri. Se Ro menaruh hadiah
terakhirnya lalu pergi.
Hong Do mendengarnya dari dalam.
Meski tampak kaget ia berusaha tak peduli, dan kembali menyibukkan diri dengan
telur dan kimchinya. (hueek, apa rasanya telur mentah? Huuft kasian Hong Do
yang jadi takut api, dari kemaren dia makan yang mentah2 terus..)
Doo Soo masih memandang foto
pemantik itu dengan serius selagi Detektif Yang telponan mesra dengan pacarnya
(wait, kapan Yang dapet pacar yaa? haha). Detektif Yang kesal karena Doo Soo
tak tertarik memberinya saran percintaan. Padahal saat Doo Soo jatuh cinta, ia
yang melatih, menasehati, dan membantu dengan segala cara yang ia bisa. Tapi Doo
Soo diam saja dan tetap serius. Detektif Yang malah mengira Doo Soo cemburu,
kenapa kau cemburu atas sesuatu seperti itu? Tapi Doo Soo tetap saja serius,
jadi Detektif Yang ikut mengamati foto itu dan melihat inisial ‘K’ di pemantik
itu. “K berarti.. Go Yi Suk?” duga Detektif Yang.
“Apa ada sesuatu yang terjadi?
Aku belum bisa menelponmu,” tanya Doo Soo yang berjalan mendekat. Se Ro berkata
ia akan kembali ke Amerika. “Kenapa?” tanya Doo Soo langsung. Se Ro kembali
karena suasana di rumah, pekerjaan akting, dan seorang pria yang tak tau
bagaimana perasaannya.
Doo Soo memberondongnya dengan
pertanyaan, “Apa ini sungguhan? Apa kau menetap permanen? Kapan kau berangkat?”
Se Ro hanya tanya kenapa Doo Soo ingin tau. Doo Soo agak gelagapan menjawabnya,
dan itu membuat Se Ro menyimpulkan ada yang terjadi di antara mereka. Tapi Se
Ro tak memperpanjangnya dan pamit pergi. Meski ia memandang sedih mesin penjual
minuman di belakangnya, ia bahkan tak bisa memiliki satu cangkir terlebih dulu.
Tanpa berpikir Doo Soo memanggil
Se Ro yang sudah melangkah pergi, menawarinya untuk minum kopi dulu. Ia akan
membelikannya. Se Ro tak menyambutnya, hanya berkata akan mengirimkan pesan
soal waktu keberangkatan. Terserah Doo Soo akan memeriksanya atau tidak, lalu
pergi.
No comments:
Post a Comment