Yi Suk memikirkan kata-kata Butler Ahn soal Hong Do yang berjalan dengan kosong seperti orang tertidur. Dan malam itu, Hong Do kembali keluar rumah. Orang yang disuruh mengikutinya segera melaporkannya pada Butler Ahn. Butler Ahn yang sedang berada di kamar Kakek segera memberitahu hal itu. Kakek tak bisa melakukan apapun, hanya berharap Hong Do segera kembali pada kesadarannya, dan pastikan ia sampai rumah dengan aman.
Kakek bertanya apa Yi Suk belum
pulang? Butler Ahn mengiyakan, sepertinya dia punya banyak pekerjaan. Kakek tau
cucunya mencoba mengisi kekosongan dengan pekerjaan (dear harabeoji, you’re so
damn confusing! They became like this because of you..)
Ayah yang baru pulang menemui
Kakek dan bercerita soal Yi Suk yang meminta maaf padanya beberapa kali tadi
pagi. “Menjadi seorang ayah, itu tak akan cukup untuk menenangkan luka anakku,
dan ini bukan apa yang seharusnya dilakukan manusia,” racau Ayah. Kakek menyuruh
Ayah memperhatikan dirinya sendiri agar bisa melindungi istrinya dan Yi Suk. Kakek
mulai menyalahkan dirinya, ini semua tanggung jawabnya.
“Ini kesalahan pecundang ini.
Ini semua karena aku kurang...”
“Memikirkan Yi Suk?” lanjut
Kakek, apa kau mencoba membebani Yi Suk dan istrimu selama sisa hidup mereka
atau apa? Kakek tetap keras kepala agar semua dibiarkan saja dan mereda dengan
sendirinya. Ayah hanya bisa menangis frustasi.
‘Dimana kau Go Yi Suk-ssi? Apa yang kau lakukan? Apa kau sudah makan?
Aku akan menyiapkan makan siang dan membawakannya untukmu. Aku akan datang
dengan nasi goreng Thailand yang kau sukai. Tunggulah.’
Itu yang menyibukkan pikiran
Hong dan membuatnya berjalan tanpa mempedulikan sekitarnya. Seolah hanya
kakinya yang melangkah, tapi jiwanya entah kemana.
Sampai di rumah sakit, Hong Do
melakukan apa yang biasa dilakukannya. Menyalakan lampu-lampu meja, dan duduk
mengeluarkan peralatan merajutnya. Ia menemukan guntingnya yang ketinggalan
kemarin di meja, dan mulai merajut. Sama sekali tak menyadari Yi Suk sedari
tadi duduk di sofanya. Melihat Hong Do yang benar-benar mengabaikan dunia
sekitar membuat Yi Suk sangat khawatir. “Cha Hong Do, apa yang kau lakukan?”
Tak ada respon. Hong Do tak
mendengarnya dan terus merajut. “Apa kau benar-benar mengabaikan aku sekarang?
Jika kau marah, marahlah padaku. Apa kau memperlakukan aku seperti orang yang
tak terlihat? Ini tak seperti dirimu. Kenapa kau melakukan ini?” tanya Yi Suk
tak mengerti. Mereka sudah berjanji. Hong Do bilang akan hidup dengan penuh
percaya diri tanpa bersembunyi. Yi Suk mohon agar Hong Do kembali pada
kesadarannya.
Hong Do berhenti merajut dan
mengamati benangnya, bertanya-tanya apa Yi Suk akan menyukai warnanya. Yi Suk
melihat benang merah yang mengarah padanya, bergumam kalau Hong Do tau itu
warna yang paling ia benci. Yi Suk memohon agar Hong Do kembali pada
kesadarannya.
Tanpa menyadari keberadaan Yi
Suk yang sepanjang malam bersamanya, Hong Do berjalan pulang saat hari mulai
terang. Yi Suk mengikutinya dari belakang. Ia memuji Hong Do yang berjalan
baik-baik saja tanpa kesulitan sekarang, dan mulai membanggakan dirinya, “Siapa
dokternya? Dia menyembuhkannya dengan baik.”
Baru saja dipuji langkah Hong Do
terhenti. Yi Suk buru-buru menyusul dan melihat apa yang membuat Hong Do takut,
beberapa orang sedang menghangatkan diri dari api yang menyala di sebuah drum.
Hong Do menguatkan diri dan berlari cepat melewati mereka. Yi Suk sadar, Hong
Do takut api sekarang.
“Cha Hong Do!” panggilan itu
membuat Hong Do berhenti berlari dan berbalik. Tapi tak ada siapapun di sana. “Cha
Hong Do, apa yang kau lakukan? Kau jelek,” suara Yi Suk kembali memanggilnya dengan
nada mengejeknya yang biasa saat Hong Do berbalik sedih. Hong Do melihat sekeliling,
tapi sekitarnya benar-benar sepi. Hong Do merasa ia berhalusinasi dan melangkah
gontai ke pintunya.
“Cha Hong Do jelek. Hei, Cha
Hong Do!”
Hong Do tak tahan. Ia meyakinkan
diri kalau tak mungkin Yi Suk ada di sini dan tak seharusnya ia ada di sini,
lalu segera masuk rumahnya. Yi Suk melihat dari kejauhan dengan khawatir.
Di dalam, Hong Do memaksa
dirinya untuk kembali ke kesadarannya, “Sampai kapan kau akan seperti ini? Apa
kau akan mati setelah melakukan begitu banyak kesalahan?” Hong Do memikirkan
tentang nenek yang membesarkannya, dan mulai mengacaukan rajutannya tadi.
Profesor Uhm yang baru sampai kaget
melihat Yi Suk yang duduk seperti orang putus asa di tangga rumah sakitnya. “Cha
Hong Do benar-benar sakit, Profesor. Dia takut api, dulu ia tak pernah. Dia gadis
yang suka memasak. Jika aku membiarkannya seperti itu, dia akan mati,” ujar Yi
Suk cemas. Profesor Uhm menenangkan dan mengajaknya bicara di dalam saja. Tapi Yi
Suk malah menangis dan memohon agar Profesor Uhm membantu Hong Do, kau harus
menyelamatkannya. Profesor Uhm mengiyakan sambil menepuk-nepuk punggung Yi Suk
agar lebih tenang.
Ibu sedang membantu Ahjumma Geum
Shim menyiapkan meja makan saat Yi Suk pulang. Ia tak punya tenaga untuk
menjawab pertanyaan ibunya, dan memilih naik untuk segera beristirahat. Di tangga,
Butler Ahn memberitahu kalau Kakek ingin bertemu dengannya. Tanpa menjawab, Yi
Suk melangkah gontai ke kamar kakeknya.
Kakek mengeluh bahunya sakit dan meminta Yi Suk cuti beberapa hari agar mereka
bisa pergi ke pemandian air panas.
Bukannya menjawab, Yi Suk malah
berlutut dengan nafas terengah-engah. Kakek heran melihatnya, apa yang salah
denganmu? Yi Suk minta agar Kakek membunuhnya saja, ia tak bisa bernapas. Berkali-kali
Yi Suk minta maaf, “Silakan bunuh aku, Kakek.” Butler Ahn dan Se Ro mendengarnya
dari luar dan tak tega. Mereka tau seberapa besar penderitaan Yi Suk.
Se Ro langsung menemui Doo Soo,
memintanya cepat menemui Hong Do dengan panik. Ia benar-benar tak tega dengan
keadaan Oppanya, kau bisa menghubungi Hong Do kan? Doo Soo tak yakin soal itu.
Se Ro jadi berpikir kalau Doo Soo khawatir perasaan Hong Do yang mungkin akan
terluka. Doo Soo tak menjawab, jadi Se Ro berkata kalau ia mengerti dan segera
pergi.
Doo Soo menyusulnya. Se Ro
benar-benar khawatir Oppanya akan mati kalau terus begini, ia harus membawa
Hong Do padanya. Doo Soo minta Se Ro tenang dulu, ia akan mengantarnya.
Yi Suk termenung di kamarnya. Ia
akhirnya menelpon Hong Do. Di rumahnya, Hong Do memandang tak percaya ponselnya
yang berbunyi, tapi memilih mengabaikannya. Ia melanjutkan apa yang sedang
dikerjakannya tadi, membereskan rumahnya yang kacau. Panggilan yang diabaikan
membuat Yi Suk tak tahan lagi dan segera menuju rumah Hong Do.
Yi Suk memanggilnya dari depan
pintu, tapi Hong Do masih merasa ia berhalusinasi. Ia harus segera sadar, jadi
ia tak akan merasa bersalah padanya. Yi Suk akhirnya masuk sendiri, dan
langsung khawatir melihat Hong Do yang terduduk lemas di meja makan. Hong Do
shock melihat Yi Suk di dekatnya. “Tidak, tidak! Aku tak bisa bertemu denganmu!
Aku tak bisa bertemu denganmu!” teriaknya saat melihat Yi Suk nyata di
hadapannya kali ini.
Yi Suk berusaha memeluk Hong Do
yang terus menjerit. “Aku merindukanmu. Aku sangat merindukanmu. Yang aku
lakukan salah, aku tak akan melakukannya lagi, Hong Do-ku,” ujar Yi Suk begitu
Hong Do lebih tenang. Hong Do terus menangis di pelukan Yi Suk, dan Yi Suk
terus menenangkannya agar berhenti menangis.
Se Ro dan Doo Soo sudah hampir
sampai rumah Hong Doo saat Se Ro melihat ada mobil Oppanya di sana. Se Ro
benar-benar lega, jadi Doo Soo tak perlu pergi ke sana, dan ia akan pulang
sendiri. Doo Soo menahannya, “Beristirahatlah. Aku akan mengantarmu pulang,” ujar
Doo Soo sambil memakaikan seatbelt Se Ro kembali.
Doo Soo merasa Se Ro terlalu
mengkhawatirkan Oppanya, itu biasanya tak terjadi antara adik dan kakak. Se Ro
melakukannya karena tau Oppanya dengan baik, ia tak bicara tentang rasa sakit
atau penderitaannya. Ia hanya bercanda sebagai gantinya, jadi Se Ro menemukan
kesedihannya saat melihatnya. Doo Soo minta Se Ro jangan khawatir, Hong Do dan
Go Yi Suk akan melakukannya dengan baik.
Doo Soo menyentuh kepala Se Ro
sayang sambil tersenyum. Hal itu membuat Se Ro sulit melakukan satu hal, yaitu
mencoba mengeluarkan seseorang yang disukai dari pikiran, tapi ia akan
berlatih. Doo Soo tertawa, kenapa kau akan berlatih itu? Ia lalu menyuruh Se Ro
istirahat saja, kau sudah melewati banyak hal.
Se Ro masih tertidur nyenyak
saat mereka sampai. Bukannya membangunkan, Doo Soo malah meningkatkan suhu
mobilnya agar Se Ro tidur dengan nyaman. Saat Detektif Yang menelpon ia juga
buru-buru menutup telpon, dan mengubah ponselnya ke mode hening. Aww, super
sweet Doo Soo Jang!
Yi Suk mau membuatkan minuman
untuk Hong Do, tapi bau piring-piring kotor di bak cuci membuatnya menutup
hidung, berapa hari kau tidak mencuci piring? Kulkas juga kosong sama sekali. Hong
Do hanya terus memandangi Yi Suk, seolah meyakinkan kalau ia tak sedang
bermimpi.
Kekacauan ini membuat Yi Suk
akan mempertimbangkan kembali semuanya. Ia menyuruh Hong Do mencuci rambut,
baunya benar-benar. Tapi pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Hong Do
malah soal kesehatan Kakek. Yi Suk mencibir, kenapa tiba-tiba bersikap baik? Yi
Suk bermaksud bercanda, tapi Hong Do sama sekali tak tersenyum. “Senyum ya? Aku
ingin melihatmu tersenyum,” pinta Yi Suk.
“Kenapa kau datang?”
“Karena aku tak bisa
melakukannya. Tidak melihatmu.. aku tak bisa melakukannya. Ini juga tak mungkin
untukmu. Kau melewati masa yang sulit, dan aku juga. Aku sakit, dan kau juga.
Aku merindukanmu, dan aku merasa seperti akan mati. Pilihannya antara mati atau
melihatmu. Karena aku tak bisa mati, bukankah kita harus bertemu lagi?”
Pandangan Hong Do tetap seolah
tak percaya, dan itu membuat Yi Suk ingin memeluknya. Mereka harus makan, tapi
di kulkas tak ada apapun dan mereka harus pergi belanja. Hong Do akhirnya
berkata kalau ia bingung karena Yi Suk tiba-tiba datang. Menurut Yi Suk tak ada
yang perlu dibingungkan, ia suka mereka bersama-sama seperti ini. Menghindar
bukanlah jawabannya, lagipula mereka sudah mencoba segalanya. Mereka mencoba
menghindari satu sama lain dan putus, tapi itu tak berhasil. Jadi, yang bisa
mereka lakukan hanyalah melewatinya bersama-sama.
Yi Suk berusaha meyakinkan, tapi
Hong Do tetap menatapnya dengan pandangan yang sama sedari tadi. Yi Suk
mengerti dan memberi kesempatan Hong Do untuk berpikir. Tapi ia melihat swater
merah yang berakhir menyedihkan di atas meja. Yi Suk protes, ia minta Hong Do
merajutnya lagi untuknya. Tapi pandangan Hong Do tetap sama.
Yi Suk tertawa pasrah, Hong Do bahkan tak tersenyum sampai akhir. Jadi ia mencubit pipi Hong Do seperti yang biasa dilakukannya, barulah Hong Do tersenyum.
Yi Suk tertawa pasrah, Hong Do bahkan tak tersenyum sampai akhir. Jadi ia mencubit pipi Hong Do seperti yang biasa dilakukannya, barulah Hong Do tersenyum.
Se Ro baru bangun saat di luar
sudah gelap. Ia jadi tak enak, harusnya ia dibangunkan. Doo Soo tak tega karena
Se Ro sedang tidur dengan nyenyak. Se Ro berterimakasih dan turun dari mobil.
Karena ini terakhir kalinya, Se Ro mengulurkan tangannya di depan gerbang. Doo
Soo menyambutnya. Se Ro tak suka mengatakannya, tapi
karena ini yang terakhir, ia berterimakasih atas semua yang Doo Soo lakukan
sampai sekarang, ini adalah cinta bertepuk sebelah tangan yang bahagia. Dan Se
Ro minta maaf kalau apa yang ia lakukan mengganggu, “Baik-baiklah, Doo Soo
Jang.”
Doo Soo hanya senyum dan
membiarkan tangan Se Ro terus di genggamannya. “Kenapa kau tak melepaskannya?
Jika kau terus melakukan ini, aku akan salah paham lagi,” ujar Se Ro. Barulah Doo
Soo melepaskan tangannya, tetap sambil senyum.
Doo Soo: “Pada awalnya, aku
benar-benar tidak menyukaimu. Tapi sekarang kau benar-benar pergi, aku cukup
sedih. Kau akan menjadi hebat dalam segala hal. Selamat tinggal.” Se Ro minta
Doo Soo untuk tak datang ke bandara untuk mengucapkan selamat tinggal, karena
ia akan berpikir kalau Doo Soo benar-benar menyukainya. Se Ro lalu masuk,
meninggalkan Doo Soo yang bingung pada dirinya sendiri yang tak bisa berhenti
tersenyum, kenapa aku seperti ini? Ihiww!
Doo Soo kembali ke kantor
polisi, dan Detektif Yang langsung menyambutnya dengan dugaan si pemilik
pemantik. Karena Go Yi Suk tak mungkin memilikinya 23 tahun lalu, pasti salah
seorang dari keluarganya. Doo Soo kagum karena untuk pertama kalinya Detektif
Yang mengatakan sesuatu yang benar setelah sekian lama. Ia akan menanyakannya
nanti.
Paginya, Doo Soo menemui Yi Suk
dan langsung minta Yi Suk mengamati fotonya lagi. Doo Soo bertanya-tanya pemantik itu
milik siapa, atau kenapa ditemukan di lokasi kebakaran tapi tidak diselidiki dengan
benar. Yi Suk tanya apa maksudnya api berawal dari pemantik itu? Doo Soo tak
tau, tapi inisial ‘K’ di pemantik itu
mungkin bisa membantunya. Kali ini Yi Suk tak mengabaikannya dan membawa foto
itu masuk.
Kakek sedang turun untuk sarapan
saat Yi Suk tau-tau meminjam tongkatnya. Di sana, ada inisial ‘K’ yang persis sama. “Ini milikmu. Ini
pemantik milikmu kan?” tanya Yi Suk ke Kakek sambil menunjukkan fotonya. Yi Suk
menjelaskan itu pemantik yang ada di lokasi kebakaran 23 tahun lalu. Kakek
pura-pura tak mengerti, kenapa kau berbicara tentang sesuatu yang terjadi
bertahun-tahun lalu pagi-pagi begini? Kakek lalu mengakui itu pemantiknya dan
bertanya apa masalahnya?
Yi Suk minta Kakeknya berkata
jujur, “Api itu.. apa benar-benar Young Ji yang memulainya?”
“Anak nakal. Lalu apa kau
berkata bahwa aku yang menyalakan apinya?” jawab Kakek tergagap-gagap. Tapi Yi
Suk terus mendesaknya dan membuat Kakek kesal, hal pertama yang kau lakukan di
pagi hari adalah menyalahkan kakekmu? Yi Suk tetap tak mengerti, kalau bukan
kenapa itu ada di lokasi kebakaran?
Ayah yang sedari tadi duduk di
meja makan minta Yi Suk berhenti, itu bukan milik Kakek, itu milikku. “Pemantik
itu.. milikku,” ungkap Ayah. Kakek langsung berteriak marah menyuruh Ayah diam,
dan itu membuat jantungnya sakit lagi. Ayah menangis dan mengakui itu
kesalahannya. Ia yang melakukannya, “Maafkan aku karena membuat anakku sendiri
seperti itu.”
Ibu mendengar itu dan mulai
teriak histeris, “Tidak! Jangan katakan padanya. Tidak!” Penyangkalan itu
membuat ibu terduduk lemas. “Kau tau?” tanya Ayah shock melihat reaksi ibu. Yi
Suk lebih shock lagi melihat keluarganya.
Komentar:
Gila! Ketebak sih ayah pelaku
sebenarnya. Tapi membuat anak kecil nggak bersalah jadi pelaku dan mengacaukan
hidupnya bener-bener kejam. Ayah terlalu pengecut untuk mengakuinya selama 23
tahun. Kakek terlalu keras kepala ingin melindungi anak dan keluarganya dengan
cara yang salah. Dan ibu terlalu shock sampe menghapus memori menyedihkan itu
dari otaknya, dan menyalahkan Hong Do.
Kasian Hong Do..
daebaakkk!!!
ReplyDeleteheart to heart ini segelintir kdrama yang memikat sampai akhir. nda pernah bosan membaca tiap episode.
seperti kata mba irfa, karena tema nya yang ringan & umum.
akting nya juga jempoooolll....
go yi suk-cha hong do, happily ever after yaaa...
Iyaaa.. *bantuin Yi Suk jawab* :p
DeleteHo'oh, aku yang pemilih banget aja kepincut.. gara-gara urri quack doctor, haha. Makasih ya udah mampir ^^
kamsahamnida difa-unni, sinopsisnyaa.... *bow
ReplyDeleteDi tiap episode nya gak bosen.makasih ya
ReplyDeleteSama2. Makasih sudaah mampir ^^
Deletebener-bener sulit ditebak. dramanya nyesss banget.
ReplyDelete