Di jalan setapak yang bersalju,
Yi Suk mengucapkan cinta dan mencium Hong Do lembut.
Episode 14. Aku mencintaimu...
Yi Suk shock mendengar pengakuan
Hong Do. Ia bertanya apa ibunya yang mengubah Cha Hong Do menjadi Young Ji. Yi
Suk tak percaya, “Kenapa kau Young Ji? Kau Cha Hong Do!” Ibu membenarkan itu,
Kakek juga mengetahuinya, tapi ia tak mau Yi Suk tau. Itu sebabnya Kakek
menentang mereka. Ibu mengajak Yi Suk pulang dan bicara di rumah. Yi Suk tak
mau, ia ingin bicara di sini.
Yi Suk masih meminta penjelasan
Hong Do. Hong Do hanya menangis dan menunjukkan foto lama mereka. Yi Suk
menyangkalnya berulang kali, tapi ia terlalu shock dan pergi. Ibu menyusulnya,
setelah menatap Hong Do dengan pandangan menyalahkan.
Yi Suk langsung menemui kakeknya
begitu tiba di rumah, minta Kakek mengatakan apa yang terjadi dari awal. Yi Suk
hanya ingin mendengar kakek marah karena penyamaran Hong Do, tapi ia
benar-benar tak mengerti alasan Kakek menentangnya, alasan ibu mengubah pikirannya,
mengapa dia menemui Hong Do dan berkata bahwa dia akan mati. Yi Suk merasa
kakek pasti salah.
Kakek menjawabnya dengan
menunjukkan dokumen perubahan nama Young Ji menjadi Hong Do oleh neneknya di
tahun 1993, tak lama setelah musibah itu terjadi. Menurut Yi Suk itu tak
penting, dan ia tak akan percaya. Kakek bisa saja mengelabui ibunya, tapi ia
tak akan tertipu. Yi Suk akan membuktikan kalau Cha Hong Do bukan anak itu lalu
pergi tanpa menghiraukan Kakek yang memanggilnya marah.
“Ahjussi, kau yang membuat ini
kan? Apa Kakek menyuruhmu membuat semua ini? Apa dia menyuruhmu menciptakan
omong kosong ini dan menuduh Cha Hong Do?” tanya Yi Suk pada Butler Ahn yang ia
temui di bawah. Butler Ahn berkata kalau kakek menyuruhnya mencari tau tentang
nenek Cha Hong Do karena berpikir dia adalah Oh Young Rae yang kita tau. Dan itu
memang benar, Butler Ahn juga terkejut saat mengetahuinya. Yi Suk masih sulit
percaya, sesuatu bisa saja salah dan minta Butler Ahn menyelidiki lebih lanjut.
Butler Ahn minta Yi Suk
mengikutinya. Ia menunjukkan foto masa lalu mereka. Foto yang persis sama
dengan yang ditunjukkan Hong Do tadi. Butler Ahn heran darimana Yi Suk
mendapatkannya, dan semakin heran saat tau itu dari Hong Do, “Dia ingat yang
terjadi kemudian? Dia baru 6 tahun.” Butler Ahn menduga Hong Do tau dari
neneknya, akan lebih baik jika dia tau persis apa yang terjadi.
Yi Suk masih saja menyangkalnya,
“Kau salah orang, dia tau segalanya. Aku bercerita tentang kakakku, jika anak
ini Cha Hong Do, dia pasti sudah bilang padaku. Dia akan ingat ketika aku
bercerita tentang kakakku! Tapi, dia tidak bilang apa-apa. Cha Hong Do bukan
Young Ji. Tak mungkin.”
Hong Do bercerita pada neneknya
kalau ia sudah menceritakan semuanya. Semua sudah berakhir. Semuanya telah
pergi. Ia sudah menyakiti orang itu. “Bisakah aku bertemu dengannya di suatu
tempat? Aku merindukanmu, Nenek,” ujar Hong Do yang terisak sendirian di taman
kecilnya.
Yi Suk menyetir dan ingatan masa
kecil itu datang. Ia yang kutu buku dan serius, Young Ji kecil yang ceria dan selalu mengikutinya. Meski
begitu, mereka selalu bermain dengan riang. Yi Suk tetap tak mengerti, ini tak
masuk akal, mana mungkin Cha Hong Do itu Young Ji?
Yi Suk kembali ke rumah Hong Do
dan mengetuk pintunya dengan keras. “Apa kau punya bukti?” tanya Yi Suk begitu
masuk rumah. Hong Do tak menjawab. Yi Suk makin yakin dengan pikirannya, hanya
karena nenek yang membesarkanmu dipanggil Ahjumma dari Naju, bukan jaminan
kalau kau Young Ji. Hong Do mengingatnya, dulu nenek memanggilnya Young Ji dan
samar-samar ia ingat saat bermain di depan rumah Yi Suk.
“Kau tak pernah bilang padaku
hah? Lalu apakah kau tau semuanya ketika datang ke rumahku?”
Hong Do menggeleng, ia tak
ingat. Hanya saja saat melihat foto lama itu, Hong Do mengingat gudang itu,
fakta bahwa ia menyalakan korek, dan juga wajah Yi Suk.
“Kapan kau mengetahuinya? Ketika
kau bilang kau melakukan kesalahan.. apa karena ini? Apa kau menghabiskan malam
bersama Detektif Jang karena ini? Apa kalian mencoba mencari alasan untuk ini?”
Yi Suk marah, harusnya Hong Do memberitahunya. Hong Do takut, jika Yi Suk tau
ialah yang membuat kakaknya seperti itu.. itu begitu mengerikan sampai Hong Do
tak bisa memberitahunya.
Yi Suk tanya apa yang akan Hong
Do lakukan sekarang, kehilangan Il Suk berarti kehilangan segalanya. Se Ro yang
tak melakukan kesalahan dibesarkan di asrama, tanpa keluarga. Ibu jatuh sakit. Kakek
kehilangan anaknya, cucu, dan bahkan menantu. Ini semua karena seorang anak
yang bermain dengan api. Yang membuat Yi Suk marah, itu Hong Do.
Hong Do tak kuat mendengarnya,
ia yang menangis daritadi memalingkan wajahnya. Yi Suk menarik Hong Do untuk
menatapnya, “Jika itu kau.. kau tau apa artinya? Kau.. kau, mengubah
keluargaku, hidupku menjadi puing. Bagaimana kau akan membayarnya? Apa yang
akan kau lakukan untuk bertanggung jawab?”
Hong Do tak tau, ia benar-benar
ketakutan. Ia kembali tak bisa menatap orang lain seperti dirinya yang dulu. Yi
Suk yang masih emosi mengatai Hong Do tak tau malu lalu pergi begitu saja.
Doo Soo masih melihat file 23
tahun lalu dan terus menerus berkata itu aneh. Dari catatan pemadam kebakaran
disebutkan api menyala dengan korek api, tapi ada pemantik yang ditemukan di
lokasi kebakaran. Detektif Yang ikut heran, tapi mau penyebabnya korek api atau
pemantik, itu kasus lama dan bukan kasus mereka, lagipula bukankah kasus ini
sudah ditutup?
Detektif Yang sudah ngoceh
panjang lebar, ternyata Doo Soo tak ada lagi di situ. Ia keluar menemui Se Ro.
Se Ro yang awalnya tak bersemangat, jadi merasa berenergi setelah melihat Doo
Soo dan akhirnya ia bisa mengembalikan jaketnya. Doo Soo menerimanya heran, kau
datang kesini untuk ini? Bukannya menjawab, Se Ro malah bertanya kemarin saat
ia menelpon, apa kau bersama Hong Do unni? Doo Soo membenarkan.
Se Ro langsung kecewa, kau
bersama dengannya karena dia mengalami kesulitan kan? Se Ro tau kalau kematian
kakak tertuanya ada hubungannya dengannya. Tapi tak satupun dari keluarganya
mengatakan tentang hal itu. Tentang Oppanya, ia juga mendengarnya sekilas dari
mereka, bahkan sekarang tak ada yang bicara padanya tentang hal itu. Se Ro
merasa seperti orang asing di keluarganya sendiri.
Doo Soo mungkin simpati, tapi
pertanyaannya tak menunjukkan itu. Ia malah bertanya apa ayah atau kakekmu
merokok? Apa kau punya anggota keluarga yang menggunakan pemantik? Melihat Se
Ro diam saja, ia sadar sudah menanyakan hal yang salah dan minta maaf. Se Ro
datang karena khawatir pada Doo Soo, dan itu bahkan membuatnya lebih lelah. Se Ro
lalu pamit tanpa semangat.
Doo Soo menyusulnya, bahkan
menyentuh bahu Se Ro agar ia berhenti. Se Ro tersenyum senang karena bukannya
membiarkan pergi, Doo Soo malah memegang bahunya. “Tidakkah kau tau bahwa
gadis-gadis salah paham pada hal-hal seperti itu dan berpikir kau menyukai
mereka? Kau terus membuatku terlalu berharap,” keluh Se Ro.
Doo Soo tak tau, ia hanya
melakukan yang terlintas di pikirannya. Menurut Se Ro, Doo Soo adalah tipe
pemberi harapan (PHP!!). “Awalnya aku juga tak tertarik padamu, tapi kau
bernyanyi untukku, mengantarku pulang. Terakhir kali, kau mendengarkan aku dan
bertanya apakah aku punya teman. Tapi sekarang kau bilang itu bukan apa-apa
lagi dan membuatku kecewa,” keluh Se Ro lagi. Di saat rumahnya kacau, kakaknya
sakit, karena Doo Soo memegang bahunya rasanya semuanya jadi lebih baik. Tapi tetap
saja itu tak berarti untuk Doo Soo.
Doo Soo seperti ini karena
khawatir pada Se Ro. Se Ro tak terbuai dan malah mengatai Doo Soo playboy yang
khawatir pada setiap wanita. Doo Soo tak terima, ia melakukannya karena peduli,
bukan antara pria dan wanita, tapi antara manusia dan manusia. Mereka bukan
orang asing, tak bisakah ia mendengarkan saat Se Ro mengalami masa sulit?
Se Ro minta
Doo Soo berhenti, kau bilang aku bukan ‘The
One’ kan? Se Ro mengerti dan pamit pergi.. sambil berharap Doo Soo
mencegahnya lagi. Tapi yang diharapkan tak terjadi, Doo Soo langsung masuk
lagi.
Kakek berkata
ibu sedang mencoba membunuh satu-satunya anak yang tersisa. Sekarang Yi Suk
sudah tau, apa yang akan kau lakukan? Tepat saat itu Yi Suk pulang. Ia tak
menyapa sama sekali dan langsung ke dapur, mengambil alkohol, meski Ahjumma
Geum Shim yang khawatir menawarinya makanan. Kakek memanggil Yi Suk,
mengajaknya bicara.
Yi Suk datang
dengan botol alkoholnya. Dengan sinis ia berkata ia pikir Hong Do sudah
mendapat hukuman. Hukuman mati, hukuman seumur hidup, atau klaim ganti rugi? Sepertinya
Hong Do harus menjual organ tubuhnya karena tak punya uang. Ibu tak peduli
berapa kalipun Yi Suk bilang mencintai gadis itu, dia membunuh Il Suk, apa
gadis itu hebat? Gadis yang baru saja kau kenal?
“Apa sekarang
kau senang memiliki seseorang yang bisa kau salahkan? Apa kau bahagia setelah
membuang rasa bersalahmu pada Cha Hong Do?” ujar Yi Suk dingin. Ibu hampir
meledak marah, tapi Kakek menghentikannya, Yi Suk tak akan mengerti dan
menyuruhnya naik.
Yi Suk tak
bergerak dan malah menantang siapa yang harusnya bertanggung jawab. Young Ji
masih 6 tahun, kakaknya 12 tahun, orang dewasalah yang seharusnya bertanggung
jawab. Yi Suk ingat ibu yang menyuruh mereka keluar dan bermain dengan Young Ji
karena sedang bertengkar dengan ayah. Ibu jadi sakit karena rasa bersalah. Yi Suk
berkata sinis kalau ibu pasti lega sekarang karena Cha Hong Do muncul.
Ibu tak suka
disebut sebagai penyebab kematian Il Suk. Kakek minta keduanya berhenti, itu
sebabnya ia ingin mengubur semua. Kata-kata Kakek membuat Yi Suk meledak marah,
karena Kakek ingin mengubur semuanya, waktu mereka berhenti 23 tahun yang lalu!
Yi Suk berteriak kalau itu bukan salah ibunya, tapi kesalahannya. Yi Suk yang
membunuhnya.
“Kau.. apa
yang kau bicarakan?” tanya ibu shock.
“Aku
membencinya. Kau tak tau, kan? Kakek, Ibu, Ayah, kalian hanya menyukainya. Aku
membencinya. Aku.. menguncinya dalam drum itu dan menutupnya rapat-rapat
sehingga dia tak bisa keluar bahkan jika dia mencobanya. Kau mengerti? Dengan
rapat!”
Ibu mulai
teriak histeris. “Sebaliknya kau berharap aku yang mati kan, Ibu?” tanya Yi
Suk. Ibu yang menangis berulang kali mengatakan tidak, tapi Yi Suk tak sanggup
lagi dan pergi dari sana. Ia bahkan mengabaikan panggilan Se Ro yang berdiri di
dekat mereka sedari tadi.
Butler Ahn menemui Profesor Uhm, memberitahu soal Young Ji yang ternyata adalah Cha Hong Do. Profesor Uhm tak percaya, bagaimana bisa? Apa Yi Suk tau? Butler Ahn mengiyakan, mereka berdua tau, Kakek dan Nyonya juga, semuanya jadi kacau. Butler Ahn berpikir akan lebih baik membuka semuanya sekarang, tapi Kakek hanya ingin menutupi semuanya.
Profesor Uhm
setuju, menutup-nutupi tak akan ada gunanya. Ketika bencana menimpa, reaksi
pertama bagi kebanyakan orang adalah berharap mereka tak ada hubungannya dengan
itu atau semacam penyangkalan. Itu membuat semua hal makin membesar dan
membusuk di dalam. Setiap menjalani sesi konseling dengan ibu Yi Suk, Profesor
Uhm mendapat firasat itu. Mungkin ini tanda bagi mereka untuk membuka dan
mengeluarkan semua yang sudah mereka tutup-tutupi. Butler Ahn setuju. (oh
please tell us what really happen??)
Ayah yang
mabuk terhuyung-huyung masuk ke kamar kakek. Kakek menyuruhnya duduk, lebih
baik kalau ayah tak pulang untuk sementara waktu. Ayah tau ini pasti
hubungannya dengan wanita yang dikencani Yi Suk. Ia minta maaf, kenapa aku
begitu buruk? Ayah mulai menangis, ia juga sangat membenci dirinya sendiri. Ia selalu
membuat hidup kakek lebih sulit, seharusnya pada saat itu ia menyelamatkan Il
Suk dari gudang. Ayah benar-benar tak tau Il Suk ada di sana.
Kakek menyuruh ayah diam, jangan mengatakan hal-hal tak berguna. Ayah menyalahkan dirinya sendiri di tengah mabuknya sampai ia terjatuh dan tertidur di lantai.
Kakek menyuruh ayah diam, jangan mengatakan hal-hal tak berguna. Ayah menyalahkan dirinya sendiri di tengah mabuknya sampai ia terjatuh dan tertidur di lantai.
Hong Do di
rumahnya. Hanya duduk diam dan mengabaikan telpon Doo Soo.
Yi Suk yang
minum sendirian di apartemennya mengingat kejadian itu. Saat ia menutup rapat
drumnya. Saat ia mendengar teriakan kakaknya yang minta diselamatkan. Yi Suk
sudah berlari ke gudang, tapi terlambat. Ingatan itu membuat Yi Suk terus
menangis.
Se Ro datang
karena khawatir dan minta Oppanya berhenti minum. Yi Suk minta maaf pada Se Ro.
“Kenapa kau minta maaf? Aku senang ada kau di dekatku,” ujar Se Ro.Yi Suk
merasa bersalah pada Se Ro yang tak bisa tumbuh di dekat ibu dan ayah, itu
semua salahnya. Se Ro memeluk dan menenangkan Yi Suk. Ia tak mau Oppanya
seperti ini.
Butler Ahn
mengetuk pintu rumah Hong Do, berkata kalau Kakek menunggunya di kafe
persimpangan jalan. Hong Do hanya diam dan menangis.
Pagi-pagi Se
Ro sudah mendatangi Doo Soo di rumahnya untuk meminjam ponselnya. Ia sudah
mencoba menelpon Hong Do, tapi tak diangkat. Ia minta Doo Soo coba menghubungi
Hong Do, apa kau bicara dengan Hong Do unni tadi malam atau pagi ini? Doo Soo
tak melakukannya, memangnya untuk apa? Se Ro khawatir, harusnya Doo Soo
mengeceknya setiap jam apa dia baik-baik saja, kau benar-benar tak bertanggung
jawab.
“Apa Oppamu
yang menyuruhmu?” tanya Doo Soo. Katakan padanya untuk tak khawatir, Hong Do
akan mengatasi hal ini. Dia tak akan mengunci dirinya dan tak bisa keluar
seperti sebelumnya. Se Ro yakin Oppanya tak akan menyerah soal Hong Do. Doo Soo
belum membereskan perasaannya, jadi Se Ro membutuhkan bantuan hanya sampai
Oppanya pulih dari shock. Se Ro minta Doo Soo menjaga Hong Do agar tidak sakit
atau terluka, jaga dia baik-baik.
Se Ro harus
bertemu dengan Hong Do, ia minta Doo Soo menghubunginya selagi ia masih di
sini. Doo Soo tak melakukannya, Hong Do
juga tak akan menjawab panggilannya. Kalau begitu Se Ro akan pergi ke rumahnya.
Doo Soo menahannya, mereka pasti sangat terkejut dan butuh waktu. Tapi Se Ro
bersikeras, ia harus bertemu dengan Hong Do.
Hong Do
akhirnya keluar menemui Kakek dan Butler Ahn. Kakek tetap berpendapat kalau
semua akan lebih baik jika tetap terkubur. Hong Do sangat menyesal, bahkan
perkataan maaf tak cukup. Ia tak tau harus berkata apa, Hong Do benar-benar
minta maaf. Kakek tanya apa Hong Do ingat kejadiannya. Sangat sedikit, jawab
Hong Do.
Menurut Kakek tak ada gunanya meributkan siapa yang salah sekarang. “Selama
lebih dari 20 tahun, membayar harga atas kesalahan yang dilakukan, kita sudah
hidup dengan ganjalan besar di hati kita. Bukankah lebih baik untuk hidup tanpa
beban mulai sekarang?” Kakek minta Hong Do melupakan semua. Yi Suk, masa lalu
dengannya, lupakan semua.
Kakek menyodorkan
amplop untuk menutupi biaya kepindahan
Hong Do. Hong Do menolak, ia tak bisa menerimanya. Jika ia memberikan seribu
kali lebih dari ini bahkan tak cukup, jadi bagaimana bisa ia menerimanya? Hong
Do minta Kakek tak perlu khawatir, ia akan mencari tempat yang tidak Yi Suk
ketahui dan segera pergi.
Kakek tak mau menerima uangnya lagi, ini bukan karena kasihan, ia melakukannya agar hatinya merasa nyaman. Kakek minta Hong Do
menerimanya dan mari kita tak saling bertemu lagi. Kita bukan lagi orang yang
bisa saling bertemu, ujar Kakek lalu pergi. Sementara Hong Do hanya bisa
menangis.
Bersambung ke Part
Bersambung ke Part
Hiks,,,, T.T
ReplyDeleteCeritanya masih belum jelas...
ReplyDeletePenasaran sama endingnya
ReplyDelete