Setelah Ayah mengakui semuanya, Kakek memberikan penjelasan pada Yi Suk. Suatu hari Ayah dalam keadaan sangat mabuk mengaku bahwa dialah yang menyalakan api dengan pemantiknya. Ia tak tau api akan menyebar dengan cepat. Ia juga tak pernah bermimpi anaknya sendiri terjebak dalam api. Yang tak bisa Yi Suk mengerti adalah bagaimana Young Ji yang menjadi pelakunya?
Kakek berkata dengan korek api
di tangannya, semua orang mengira dia yang melakukannya. Tak ada yang tau,
sampai Ayah mengakuinya kemudian. Yi Suk semakin tak mengerti, jika tau yang
sebenarnya, seharusnya Kakek berhenti menyalahkannya! Kakek mengakui ia yang
salah, seharusnya ia tak membiarkannya, dan membuat Ayah bertanggung jawab atas
perbuatannya.
Yi Suk tak bicara tentang
ayahnya sekarang, tapi Young Ji.. Cha Hong Do. Bagaimana bisa Kakek
menyalahkannya bahkan setelah mengetahui semuanya? Kakek malah berkata Ayah
mengubur anaknya di dalam hatinya dan tak bisa menangis, dia tak bisa tinggal
di rumah dan selama 20 tahun terakhir dia pergi setelah kehilangan pikirannya.
Apa Yi Suk tak mengerti kesedihan ayahnya? Kakek akan mengganti kesalahpahaman
terhadap Young Ji, dan minta Yi Suk membiarkannya sekali saja. Yi Suk tak bisa
melakukannya, dan pergi menahan marah.
Se Ro yang tak tau apa-apa baru
pulang, dan ia sadar suasana sedang agak aneh karena Butler Ahn dan Ahjumma
Geum Shim hanya duduk diam di meja makan. Yi Suk turun dan bertanya di mana
ayah? Butler Ahn mencoba menenangkan, tapi Yi Suk juga tak habis pikir pada Butler
Ahn yang seharusnya memberi petunjuk setelah menunjukkan foto padanya. Tapi
seluruh keluarga malah bekerja sama menyalahkan seseorang sebagai pelakunya,
“Keluarga kejam apa ini?” ujar Yi Suk marah.
Se Ro tak mengerti apa yang
Oppanya bicarakan, ia tak ingin diasingkan dan bertanya apa yang terjadi? Yi
Suk yang tak ingin buang tenaga menyuruh Se Ro mendengarnya saja dari Butler
Ahn lalu pergi. Butler Ahn terus diam, merasa bersalah.
Yi Suk pergi dengan mobilnya,
semua cacian Kakek pada Hong Do terngiang di kepalanya, juga perlakuan ibunya.
Yi Suk benar-benar tak mengerti bagaimana bisa keluarganya melakukan itu.
Mereka benar-benar keterlaluan. Yi Suk tak tau bagaimana harus memberitahu ini
pada Hong Do. Ia yang membuatnya mengalami begitu banyak kesulitan.
Saat sampai di rumahnya, Hong Do
bisa merasa ada yang aneh dari ekspresi Yi Suk. Yi Suk hanya menyuruh Hong Do
duduk, dan seperti menjaga jarak, Yi Suk mengambil kursi lain dan duduk di
hadapannya. Yi Suk terdiam sebentar sebelum menjelaskan kalau ia mengingat ibu
dan ayahnya bertengkar. Kakaknya ada di dalam gudang, dan api mulai menyala.
Hong Do memiliki korek api di tangan, jadi Hong Do lah yang menjadi pelakunya.
Apa kau ingat?
Hong Do merasa tak nyaman. Ia
mengiyakan, tapi sejujurnya ia tak ingat, ia hanya ingat menyalakan korek.
“Di lokasi kebakaran, ada
pemantik. Pemantik ayahku. Orang yang menyalakan api bukan kau, tapi ayahku,”
jelas Yi Suk hati-hati. Hong Do berusaha mencerna semuanya, itu tak mungkin,
apa yang kau bicarakan? Yi Suk berkata Kakeknya tau semuanya, jadi itu sebabnya
ia tak mengakui hubungan mereka. Itu karena pelaku kebakaran bukan Hong Do,
tapi ayahnya. Kakek menyalahkan Hong Do untuk melindungi ayah.
“Apa itu benar? Itu benar-benar
bukan aku.. tapi ayahmu?”
Yi Suk mengangguk.
Hong Do tak mengerti, “Kakek
sudah tau itu? Tapi.. tapi kenapa dia berbohong padaku? Bagaimana bisa dia
melakukan itu sementara dia tau segalanya? Ini aneh.” Yi Suk hanya bisa
menunduk meminta maaf. “Kapan kau mengetahuinya?” tanya Hong Do? Yi Suk baru
tau pagi ini, “Ayahku seorang pengecut, dia menyalahkanmu dan menutup mulutnya
, lalu kakekku..”
Hong Do minta Yi Suk berhenti,
ia tak bisa mendengar apapun sekarang. Ia ingin Yi Suk pergi. Ia ingin sendiri,
semua ini terlalu mengagetkan. Yi Suk hanya bisa menunduk pasrah tanpa bisa mengatakan
apapun.
Ayah memohon-mohon agar ibu
memaafkannya. Setelah membuat Il Suk seperti itu, setiap Ayah melihat ibu dan
anak-anaknya, ia sangat takut dan menyesal. “Tapi, apakah kau sadar saat di
gudang?” tanya ayah hati-hati. Ibu membenarkan, itu kau. Ayah shock karena ibu
tau semuanya tapi tak mengatakan apapun.
Semua itu membuat ibu takut,
bagaimana dengan anak-anaknya jika orang-orang tau ayah yang melakukannya. Jadi
ia berpikir kalau anak itu yang melakukannya, dan itulah yang ia percaya. Dan
ingatan itu hilang, ibu lupa tentang semuanya. “Kenapa kau melakukan itu? Apa
yang akan Yi Suk kita lakukan sekarang? Bagaimana dengan Young Ji?” tanya ibu
tanpa tenaga.
“Ini bukan salahmu. Ini semua
salahku,” ujar Ayah yang menangis. Tapi ibu hanya terus bergumam sedih apa yang
harus ia lakukan sekarang?
Hong Do memandang foto neneknya,
memberitahu kalau itu bukan dirinya. Tapi kenangan saat ia dan neneknya pergi
ke kantor polisi dengan mobil polisi terlalu membekas. Hong Do merasa lega,
tapi juga sangat marah, bagaimana bisa mereka melakukan ini padaku? Ia
benar-benar tak mengerti.
Yi Suk pulang dan memberitahu
Kakeknya kalau ia sudah mengatakannya pada Hong Do. “Bahwa itu Ayah, dan bukan
dia. Bahwa kau juga mengetahuinya, tapi kau berbohong tentang hal itu. ketika
dia bertanya kenapa kau melakukan itu, aku tak tau bagaimana harus menjawabnya.
Bagaimana aku harus menjawabnya?” tanya Yi Suk.
Kakek malah mengira Yi Suk
mabuk, tidurlah kalau kau mabuk. Pertanyaan itu membuat Yi Suk mendengus,
ayahnya seorang pengecut, tapi setidaknya dia merasa bersalah. Itu sebabnya dia
tak bisa pulang selama 23 tahun. Tapi yang Kakek lakukan membuat ayahnya
menjadi orang yang pengecut dan tak bahagia, apa Kakek tau itu?
Kakek tetap tak merasa bersalah.
Jika hal yang sama terjadi lagi, ia akan melakukan hal yang sama. Bagaimanapun
ayah tetap anaknya, dan ia tau hatinya pasti terluka dan berdarah. Itu yang
membuat Kakek tak bisa mengakui Ayah lah penyebab semuanya. ”Apa kau
benar-benar mengatakan bahwa kau mau aku menancapkan kuku ke hati yang luka dan
berdarah?”
“Kakek..”
“Dulu, ketika aku melihat wanita
itu dan cucunya diusir seperti itu menurutmu bagaimana perasaanku?” Kakek sudah
melakukan semua yang bisa ia lakukan ketika menyuruh mereka pergi. Yi Suk diam,
kekeraskepalaan Kakeknya membuatnya
lelah.
Hong Do tak bisa tidur.
Pertanyaan yang terus menghantuinya membuatnya tak tahan dan menelpon Yi Suk.
Yi Suk sedang menge-zoom wajah Hong Do di ponselnya saat panggilan Hong Do
masuk. Agak ragu Yi Suk mengangkatnya. Hong Do mengeluh tak bisa melakukan
apapun. Ia tak bisa makan, tak bisa tidur, tak bisa membaca buku, bahkan tak
bisa bernapas. “Aku akan pergi ke rumahmu, tunggu saja,” sahut Yi Suk.
Hong Do tak mau, ia tak ingin
bertemu Yi Suk. Tidak Yi Suk, atau Kakek, atau siapapun anggota keluarganya. Yi
Suk hanya bisa diam dan menghela napas pasrah di seberang telepon. Keheningan
itu membuat Hong Do bertanya kenapa Yi Suk tak mengatakan apapun?
Yi Suk: “Aku sedang berpikir ketika aku mulai menyukaimu, dan itu adalah ketika
kau menangis di depanku dengan wajah memerah, memintaku untuk mengobatimu.”
Itu membuat Hong Do berpikir seandainya ia pergi ke rumah sakit lain.
“Dan ketika kau ingin bertanya pada Detektif Jang, ‘Apa kau tidur nyenyak?’
Kau datang untuk mencariku. Sejujurnya, aku sedikit cemburu pada Detektif Jang.
Karena aku tau kau akan menggunakan semua kekuatan untuk mengatakan itu.”
Hong Do sangat merindukan Yi
Suk, tapi ia merasa akan marah kalau melihatnya. Kenapa kau membuatku merasa
seperti ini? Kenapa kau membuatku jadi seperti ini? Yi Suk menyuruh Hong Do
berbaring, ia akan membuatnya tertidur. Hong Do menurut dan kembali ke
kasurnya.
“Pada awalnya, aku tak berpikir tulus tentang menyembuhkanmu. Tapi
karena kau mengikutiku dengan begitu baik, aku benar-benar senang. Aku ingat
hari itu, pagi di saat kau mengaku pada Detektif Jang bahwa kau menyukainya.
Sejujurnya, kurasa saat itulah aku mulai merasa cemburu pada Detektif Jang.
Dan.. kita tidur bersama seperti kecelakaan. Sejujurnya, kau gadis pertama yang
pernah tidur bersamaku sepanjang malam.”
Hong Do mulai memejamkan
matanya.
“Apa kau tidur, Hong Do?” tanya
Yi Suk lembut. Yi Suk membolehkan Hong Do tidur kapan saja, sambil ia
melanjutkan ceritanya. Tak lama Hong Do tertidur lelap. Btw sumpah ya suara Yi
Suk saking lembutnya bikin aku rela ganjel mata pake korek biar nggak ketiduran
gara-gara pengen denger suara sama ceritanya terus. Aduh :”)
Doo Soo baru sampai parkiran
kantor polisi saat pesan Se Ro masuk, ia ingin bertemu. ‘Di mana kau?’ jawab Doo Soo langsung. ‘Di belakangmu,’ balas Se Ro. Doo Soo menoleh, Se Ro sudah ada di belakangnya
sedari tadi. Ia merasa Se Ro sedikit aneh dan mengajaknya bicara di dalam saja.
Se Ro berkata ia sudah tau semuanya dari Butler Ahn dan bertanya apa Doo Soo
juga sudah tau? Doo Soo hanya menduganya dan merasa Se Ro pasti sangat
terkejut.
Tentu, meski itu keluarganya, Se
Ro benar-benar tak mengerti. Ia malu dan merasa tak akan bisa menemui Hong Do
dengan benar. Doo Soo menghiburnya, ia yakin Se Ro terkejut dan kecewa, tapi
jangan terguncang terlalu banyak. Se Ro memaksakan diri tersenyum, “Akhirnya
aku datang ke sini lagi. Inilah sebabnya aku tak bisa berada di sini. Kakiku
terus datang kesini.”
SeRo berterimakasih Doo Soo mau
mendengarkannya lalu pamit pergi. Doo Soo khawatir, tapi hanya bisa
membiarkannya pergi.
Ibu menemui Hong Do dan meminta
maaf dengan tulus. Ia hanya ingin percaya bahwa Young Ji yang melakukannya,
yang sebenarnya terjadi sangat menakutkan sampai ibu menghapusnya dari
ingatannya. Hong Do bertanya alasan ibu melakukan itu. Ibu merasa Hong Do tak
akan memahaminya, jika ia berada di posisi Hong Do atau neneknya, ia tak akan
mampu menanggungnya. Ibu minta maaf, ia bahkan tak
bisa membuat alasan. Akan terlalu sulit bagi Yi Suk jika mereka membuat Ayahnya
menjadi orang berdosa.
“Anda mengatakan itu pada Go Yi
Suk? Alasan dia mengalami masa sulit adalah karena ibunya,” sahut Hong Do. Ibu
membenarkan, itu sebabnya Yi Suk tak melakukan sesuatu yang salah. Dia tak tau
apa-apa, tapi dia terluka. Ibu minta agar Hong Do tak membenci Yi Suk
karenanya. Yi Suk tak bisa bahagia karenanya. Ibu merasa tak memiliki hak, tapi
memohon agar Hong Do menjaga Yi Suk. Hong Do tak mengerti, bagaimana bisa kau
memintaku menjaganya? Ibu hanya bisa terus memohon.
Yi Suk mengeluhkan keluarganya
pada Profesor Uhm. Awalnya mereka bilang Hong Do pelakunya dan sekarang mereka
bilang dia bukan. Yi Suk benar-benar tak mengerti apa yang dipikirkan
keluarganya, “Mereka berbohong seperti makan makanannya sehari-hari.” Ketika Yi
Suk memikirkan apa yang sudah dilakukan keluarganya pada Hong Do dan neneknya,
ia tak bisa memaafkan mereka. Bahkan jika Hong Do mengampuni mereka, Yi Suk tak
tau apakah bisa melihat mereka lagi atau tidak.
Menurut Profesor Uhm itu bodoh,
Cha Hong Do hanya akan melihatmu dan tak ada yang lain.Yi Suk tak mau setiap
Hong Do melihatnya, kenangan buruk itu muncul. Profesor Uhm meyakinkan kalau Yi
Suk bisa melakukan apa yang ia suka dan Cha Hong Do bisa mengikuti hatinya.
Manusia pada dasarnya memang egois, dan untuk Hong Do, bagaimana dia bisa melepaskan dendamnya kecuali dia bersamamu?
Doo Soo yang masih saja bingung
akan perasaannya merasa iri pada Detektif Yang dalam urusan itu. Detektif Yang
menyuruh Doo Soo menahan wanita itu tanpa banyak berpikir. Doo Soo bertanya
jika dari skala 0 – 12, 0 untuk tak menyukainya, 12 untuk menyukai dan
merindukannya sampai gila, nomor berapa yang kuperlukan untuk menahan orang
itu? Detektif Yang mengeluh, ia lemah terhadap angka, tapi lalu mengomel , perasaan
orang tak bisa dimainkan dengan angka! Tapi lalu melanjutkan, mungkin kira-kira
5? Doo Soo tertawa, apalagi ketika Detektif Yang menyuruh segera menangkap
gadis itu karena itulah pekerjaan Detektif.
Ibu kebingungan mencari
paspornya. Se Ro yang baru pulang ditanyainya, tapi Se Ro tak tau dan memilih
melangkah perlahan ke kamarnya. “Se Ro-ya, apa kau juga membenciku?” tanya Ibu menghentikannya. Ia yakin Se Ro
pasti membencinya. Ia tak pernah mengasuh dengan benar, apalagi memeluknya. Se
Ro berkata dingin agar ibu melupakannya, ia tumbuh besar sendiri dengan baik,
jadi Se Ro tak ingin mendengarkan hal-hal semacam itu ketika besar.
Meski membenarkan, ibu jadi
sedih karena tak punya hak mengatakan hal-hal semacam itu. Se Ro bertanya apa
ibunya pernah berpikir apa yang ia dan Oppanya inginkan saat tumbuh besar? Saat
Il Suk meninggal, Se Ro masih di perut, tapi saat itu ibu bahkan mencoba bunuh
diri. Se Ro berterimakasih karena ibu tetap hidup dan membiarkannya lahir, tapi
Se Ro lebih senang kalau ibu melepaskan Il Suk dan menjalani hidupnya sekarang.
Itulah yang mereka inginkan. Se Ro pamit ke atas, ia akan melihat apa paspor
ibu ada di kamarnya. Ibu hanya bisa termenung dan menghela napas panjang.
Hong Do yang masih tak bisa
melakukan apapun akhirnya pergi ke apartemen Yi Suk. Yi Suk membukakan pintunya
dan pasrah berdiri di sana. Hong Do bertanya berkali-kali apa yang harus ia
lakukan? “Aku bertemu ibumu. Dia bilang dia melakukannya untuk keluarganya,
tapi apa semua ibu seperti itu? Aku tak tau karena aku tak punya ibu!” Belum
lagi semua keluarganya yang tetap diam, meski tau yang terjadi.
Saking marahnya Hong Do ingin
menemui Kakek dan bertanya kenapa dia melakukannya. Yi Suk menahannya, minta
Hong Do lebih tenang. Hong Do tak mau dan teriak minta dilepaskan. Ia menangis
histeris, ini tak adil, nenek berpikir itu semua salahnya, dia diusir padahal
tak tau apa-apa dan hidup seperti seorang kriminal. Hong Do akan pergi dan
bertanya tentang semuanya.
Yi Suk memeluknya, memintanya
tenang. Hong Do teriak minta dilepaskan, ia ingin membalas dendam dengan cara
yang sama seperti yang mereka lakukan. Yi Suk terus berusaha menenangkannya, “Jika
hatimu memberitahumu untuk balas dendam, lakukanlah. Jika ingin sesuatu yang
lain, lakukanlah. Lakukan saja semuanya.” Yi Suk sangat menyesal sampai yang
bisa ia lakukan hanyalah meminta maaf. Ia tak pernah tau kata-kata ‘Maafkan aku’ adalah kata-kata kecil dan
pengecut. Tapi Yi Suk tetap meminta maaf, benar-benar meminta maaf. Hong Do
hanya bisa terus menangis dalam pelukan Yi Suk.
Butler Ahn sedang mematikan
semua lampu rumah saat ayah berusaha pergi dengan kopernya. Tergagap-gagap ayah
berkata akan pergi perjalanan bisnis. Butler Ahn menghalangi langkah ayah,
berharap ayah kembali ke akal sehatnya. Ayah merasa tak seorang pun
menginginkannya di rumah ini, bahkan Butler Ahn tak menganggapnya sebagai
pemilik rumah. Ia diperlakukan seperti seorang tamu yang menyedihkan.
“Apa Anda bahkan mencoba untuk
berusaha sekali saja? Apa Anda pernah berbicara serius dengan keluarga Anda
sekali saja?” tanya Butler Ahn sambil menarik koper Ayah. Jika ingin pergi, ayah
bisa melakukannya setelah menyelesaikan semua kekacauan yang dibuatnya. Ini adalah
kesempatan terakhir ayah, dan Butler Ahn akan membantu jika dibutuhkan. Ayah
tak jadi pergi, meski juga tetap diam saat kopernya dibawa masuk lagi oleh
Butler Ahn.
Pikiran yang lebih jernih
membuat Hong Do sadar, Yi Suk tetap datang dan memeluknya erat meskipun di
pikirannya saat itu Hong Do lah penyebab kematian kakaknya.
Bersambung ke Part 2
Komentar:
Reaksi Yi Suk sama ibunya sama waktu tau apa yang sebenernya terjadi. Langsung nemuin Hong Do dan minta maaf. Aku tau ibu nggak nyalahkan Hong Do dengan sengaja di episode sebelumnya, karena kondisi mental ibu yang memang nggak stabil. Jadi bisa dimengerti kalo memori yang sebenarnya hilang, digantikan ingatan kalau memang Young Ji kecil yang melakukannya. Cuma yang bikin nggak habis pikir itu ya Kakek. Bzz, ini orang tua bukannya paling bijak malah paling keras kepala dan menganggap dirinya paling bener sendiri..
Bersambung ke Part 2
Komentar:
Reaksi Yi Suk sama ibunya sama waktu tau apa yang sebenernya terjadi. Langsung nemuin Hong Do dan minta maaf. Aku tau ibu nggak nyalahkan Hong Do dengan sengaja di episode sebelumnya, karena kondisi mental ibu yang memang nggak stabil. Jadi bisa dimengerti kalo memori yang sebenarnya hilang, digantikan ingatan kalau memang Young Ji kecil yang melakukannya. Cuma yang bikin nggak habis pikir itu ya Kakek. Bzz, ini orang tua bukannya paling bijak malah paling keras kepala dan menganggap dirinya paling bener sendiri..
No comments:
Post a Comment