Kita memulai hari dengan Soo Ah
yang berdandan dan menata rambutnya sebelum pergi. Saking cantiknya, hampir
semua pria menoleh saat melihatnya menyebrang jalan. Tapi seorang pria menunggu
di seberang jalan dengan muka ditekuk.
Min Gu kesal karena semua orang terus
melihat Soo Ah yang terlalu cantik. Soo Ah tersipu malu. Min Gu ingin ia
satu-satunya yang melihat Soo Ah. Soo Ah berbalik, wajahnya berubah mengeras.
[Soo Ah (21): Pacarku yang lebih muda 2 tahun dariku tak tau siapa aku yang sebenarnya.] |
Se Young yang akan pulang
melihat Jin Gu dan Go Eun meninggalkan kantor bersama sambil mengobrol akrab.
Di luar, Jin Gu ternyata menunggunya. Ia berbasa-basi soal jalanan yang macet
di hari Jum’at. Se Young mengiyakan.
Jin Gu menyuruh Se Young jujur, kau tak merasa
bosan karena sekarang kau pulang sendirian? Se Young menyangkal, waktu berputar
cepat saat ia membaca. Jin Gu tertawa tak percaya, kau selalu tertidur di bis,
waktu pasti berputar cepat saat kau bermimpi. Hahaa. Jin Gu tiba-tiba berkata
ia harus pergi ke suatu tempat dan pamit pergi. Se Young hanya melambaikan
tangannya canggung.
[Se Young (26): Pria yang kupikir seorang brengsek mungkin benar-benar tulus selama ini.] |
Da In yang pulang bersama Eun
Suh terhenti langkahnya saat melihat pantulan sosok Kwang Soo di kaca di
hadapannya. Kwang Soo keluar seolah kebetulan dan langsung menyapa, “Oh, Da
In-ie? Sangat kebetulan kita selalu bertemu satu sama lain.” Seperti biasa Da
In mengabaikannya dan terus melangkah masuk meski Kwang Soo terus mengoceh.
[Da In (33): Pria dari masa lalu paling menyakitkanku selalu muncul di depan mataku.] |
Hati perempuan dilindungi oleh lapisan dari dinding baja.. |
Jadi kami sendiri tak tau apa yang ada di balik dinding itu.. atau bagaimana untuk meruntuhkannya. |
Tapi hati kami yang terlindungi bisa berubah dalam satu kedipan mata. Itulah yang kami rasakan. |
Da In kaget saat tau Jin Gu naik
bis yang sama dengan Se Young setiap hari selama setahun ini untuk mengantar Se
Young pulang, lalu apa yang akan kau lakukan? Tak ada, jawab Se Young lesu, itu
tak berarti apa-apa. Da In mendukung Se Young dan Jin Gu pacaran. Se Young tak
mau. Da In jadi heran, dulu kau menyukainya? Se Young berkata itu karena ia
berhasil dibodohi, sangat sulit untuk akhirnya bisa berteman.
“Meskipun kau tau dia tulus?”
tanya Da In. Se Young bersikeras menganggap itu bukan hal besar, dia hanya naik
bis bersamaku.. dan lagi dia sedang dekat dengan seseorang. Tapi Se Young tak
mau memberitahu siapa orang itu, yang jelas tak akan ada yang terjadi di antara
mereka. Da In sih hanya mengiyakan. Se Young melihat jam dan segera pamit
pergi. Da In ingat besok ulang tahun Se Young dan menyuruhnya mampir besok, ia
akan menyiapkan cake. Se Young tertawa senang, memuji Da In benar-benar malaikatnya
lalu pergi.
Da In belum selesai membereskan
gelasnya dan Se Young saat tamu lain datang, siapa lagi kalau bukan Kwang Soo. Da
In hanya menghela napas kesal melihatnya. Kwang Soo sedang sibuk membaca saat
lagu yang terputar di cafe Da In tiba-tiba mati. Kwang Soo berkata itu mungkin
kabelnya dan akan mengecek. Da In tak mau, tapi Kwang Soo tetap melakukannya
sambil mengoceh ia ahlinya untuk hal seperti ini, ini hal kecil untuk pecinta
musik. Tapi, suaranya tetap tak muncul.
Kwang Soo mengeceknya lagi, ini
sudah terhubung ke laptop, mungkin kau seharusnya mendengarkan di CD. “Aku masih
menyimpan semua CD yang kau berikan, kau masih suka Loveholic kan?” tanya Kwang Soo. Karena Kwang Soo tak juga
berhasil, Da In mengecek laptopnya dan..
lagunya kembali terputar. Kwang Soo takjub dan memuji Da In, kau bahkan tak tau
bagaimana menyalakan MP3 player dulu.
Da In tetap mengabaikan Kwang
Soo yang terus mengingatkan soal masa lalu mereka. Soal Da In yang berpikir MP3
yang baru dibelinya rusak padahal ia belum memasukkan baterai. Soal Da In yang
tiba-tiba menyuruhnya datang karena lampu di rumahnya mati. Da In terus berkata
tidak saat Kwang Soo bertanya apa Da In mengingatnya.
“Da In-ah, jika kau tak bisa
mengingat, aku akan membantumu mulai sekarang karena aku mengingat semuanya. Jadi
aku akan datang dan menghidupkan lagi ingatanmu setiap hari,” ujar Kwang Soo
lalu memberikan sebuah buku dan pamit pergi. Da In membuka buku itu, dan ada
tulisannya di dalamnya.
[Aku paling mencintainya dan dia yang paling menyakitiku. Mengapa dia membawa semua memori yang kucoba sangat keras untuk lupakan?] |
Se Young pergi ke ruang
istirahat dan ada Jin Gu bersama Go Eun di situ. Se Young hampir tak jadi
masuk, tapi lalu menguatkan diri kalau ia cukup berpura-pura tak ada yang
terjadi. Mereka sedang membicarakan Game of
Thrones. “Aah game, aku juga suka game..” sahut Se Young. Jin Gu berkata
kalau itu drama Amerika dan lanjut membicarakannya dengan Go Eun.
Jin Gu tak tampak peduli dengan
keberadaan Se Young, hanya Go Eun yang sesekali menjawab pertanyaan Se Young
tentang hal yang sama sekali tak dimengertinya itu. “Unni, kau tak menoton
drama Amerika?” tanya Go Eun. Sebelum Se Young menjawab, Jin Gu berkata kalau
yang Se Young lakukan hanya makan, ia tak akan punya waktu untuk itu.
Se Young bangkit pergi. Jin Gu
yang sedang menunjukkan sebuah smurf yang lucu pada Go Eun tak menyadarinya.
Smurf itu ternyata flash disk dan di dalamnya ada semua drama Amerika favorit
Jin Gu, jadi Go Eun bisa menontonnya. Se Young melihat itu dan melangkah keluar
dengan lesu, sekaligus kesal.
Se Young makin kesal karena Jin Gu
yang berdiri di belakangnya dan memegang kursinya malah asik merencanakan makan
malam dengan Go Eun. Jadi Se Young menarik kursinya sampai pegangan Jin Gu
terlepas, dan ia terjatuh.
“Hei Ma Se Young, apa kau
melewatkan makan siang hari ini?” teriak Jin Gu kesal, kau jadi kejam saat
lapar. Jin Gu menebak Se Young sedang diet dan langsung tertawa lebar, itu
bagus, kau tampak membulat akhir-akhir ini. Gantian Se Young yang berteriak kesal
dan minta Jin Gu berhenti. Jin Gu heran ada apa dengan Se Young, ia kan hanya
bercanda. Se Young tak menanggapi dan melanjutkan pekerjaannya. Jin Gu pun
kembali ke meja kerjanya, meski masih heran dengan kelakuan Se Young.
[Ada apa denganmu, Ma Se Young? Sadarlah..] |
Soo Ah dan dua temannya sedang
di toko kosmetik. Soo Ah mencoba dandanan yang membuatnya tampak seperti anak
SMA dan cukup berhasil, tapi Soo Ah lupa menghapus cat kukunya. Temannya tak
habis pikir dengan Soo Ah yang selalu mengatai Min Gu kekanakan, tapi sekarang malah
cinta mati padanya. Soo Ah tertawa, “Apa yang bisa kulakukan? Dia sangat
mencintaiku, setidaknya aku harus memberinya kesempatan.”
Temannya tertawa tak percaya, dia
bahkan tak tau namamu yang sebenarnya. Soo Ah menutup mulut temannya kesal,
jangan pernah menyebut nama itu. Temannya mengingatkan lagi, jika Min Gu tau
kau belajar untuk masuk universitas lagi dia akan memperlakukanmu seperti
pecundang. Teman satunya berkata Soo Ah bahkan punya hal lebih besar lagi untuk
disembunyikan. Soo Ah bisa langsung dicampakkan jika sampai ketahuan.
Soo Ah mencoba tak peduli, kalau
itu terjadi mereka tinggal berpisah. Dua temannya tak percaya dan menyuruh Soo
Ah tak usah berakting kuat. Dan ya, Soo Ah memang tampak khawatir.
Soo Ah pergi makan dengan Min Gu
dan bengong saat melihat meja yang dipenuhi makanan. Apalagi Min Gu memesan
semua itu dengan kartu kredit ibunya. Tapi Soo Ah lalu tersenyum dan mulai
makan. Min Gu mengamati Soo Ah yang sedang makan, “Kunyahlah dengan baik. Jika
kau sakit, Oppa akan merasa sakit juga.” Soo Ah tertawa mendengar gombalan Min
Gu.
Min Gu memotong dagingnya dan
akan menyuapkannya ke Soo Ah. Soo Ah sudah siap membuka mulut, tapi Min Gu
ternyata mengerjainya.. berkali-kali, karena daging itu akhirnya masuk ke mulut
Min Gu. Ia kembali melakukannya saat pelayan datang dan bertanya pesanan
minuman mereka. Soo Ah memesan kopi, tapi Min Gu minta dibawakan 2 jus
stroberi. Soo Ah tetap ingin kopi. Min Gu kesal dan minta Soo Ah
mendengarkannya, “Kau tak bisa tidur kalau terlalu banyak minum kopi. Jika kau
tak bisa tidur, Oppa juga tak bisa.”
Pelayan yang denger itu sampai
nahan tawa, haha, cheesy banget yak Min Gu ini? Soo Ah sih cuma senyum dan
nurut aja.
Makanan yang memenuhi meja
akhirnya habis. Keduanya sampai kekenyangan. Soo Ah melihat gambar gadis kecil
di meja dan berkata Sa Rang sangat cute. “Siapa?” tanya Min Gu. Soo Ah bertanya
balik apa Min Gu tak tau Chu Sa Rang? Min Gu tau, tapi ia gugup karena Soo Ah
mengatakan itu dan ia jadi ingin diberi nama Kang Sa Rang saja. “Jika namaku
itu, kau akan memanggilku dengan Sa Rang Opp..a,” ujar Min Gu sambil menari.
Soo Ah tertawa.
[Aku biasa berpikir dia kenanakan, tapi dia juga mulai membuatku tertawa] |
Saat membayar, kasir menebak
kalau mereka pelajar dan berkata ada diskon 50% untuk pelajar kalau masing-masing
menunjukkan kartu pelajarnya. Min Gu tertarik dan mengeluarkan kartu
pelajarnya, tapi Soo Ah diam saja. Jadi Min Gu berpikir kalau Soo Ah tak
membawa miliknya. Soo Ah terpaksa mengiyakan. Min Gu pun membayar penuh, toh
ini kartu ibunya. Soo Ah keluar duluan dengan lesu.
[Sebenarnya aku takut dia akan tau tentang diriku yang sebenarnya.] |
Min Gu menyusul Soo Ah dan
bingung melihatnya tampak lesu, apa ia melakukan sesuatu yang salah? Soo Ah
menggeleng, tak ada apa-apa. Min Gu ingin membuat Soo Ah tertawa dan menariknya
ke karaoke. Dan berhasil, Soo Ah tertawa mendengar nyanyian Min Gu. Min Gu
sudah capek menyanyi tapi masih sisa 1 menit lagi, dan bertanya apa lagi yang
harus kita nyanyikan? Soo Ah tersenyum, apapun yang ingin kau nyanyikan (btw,
Soo Ah manggil Min Gu ‘Oppa’ lho..)
Min Gu berpikir sejenak sebelum
memutuskan menyanyikan lagu Standing Egg. Band favorit Soo Ah. Tentu Soo Ah
terus tersenyum mendengar nyanyian Min Gu.
Da In baru pulang saat bel
rumahnya berbunyi, tapi tak tampak siapapun di depan rumahnya. Da In curiga dan
siap dengan payungnya saat membuka pintu. Dan memang tak ada siapapun, hanya
ada sebuah amplop putih di depan pintu. Da In mengambilnya, dan isinya tiket
konser Loveholic plus pesan dari
Kwang Soo, ‘Kau ingat? Mereka akan
mengadakan konser, mau datang?’ Di balik pesan itu, ada foto mereka saat
menonton konser itu dulu.
Gara-gara itu Da In terus
termenung dan membiarkan Eun Suh menonton kartun sendirian.
Terdengar lagu Loveholic terputar, dan rupanya itu
kerjaan Kwang Soo yang menaikkan tinggi-tinggi speaker yang memutarkan lagu itu
di balkon rumah. Sudah susah payah, eh saat melongok ke bawah ternyata Da In
dan Eun Suh baru berjalan keluar, hahaa, sia-sia samchooon! Kwang Soo buru-buru
ingin menyusul, tapi Dong Gu malah iseng mengunci pintu balkon. Kwang Soo
menyuruh Dong Gu segera membukanya. Dong Gu hanya tertawa-tawa dan meninggalkan
samchoonnya,hahaa lagi.
Kwang Soo ke supermarket dan
pura-pura ketemu Da In secara kebetulan. “Da In-ie! Apa yang membawamu ke sini?
Ooh, kau berbelanja di sini,” sapa Kwang Soo sambil mengambilkan sepiring telur
untuk Da In. Meski diabaikan, Kwang Soo terus mengikuti Da In dan seliweran di
dekatnya. Sampai Kwang Soo tak sadar ia memegang pembalut saat Da In mengambil
tisu, haha.
Mereka selesai berbelanja, dan
saat Da In sibuk memasukkan belanjaan ke mobil, Kwang Soo akrab mengajak bicara
Eun Suh. Tanpa berkata apapun, Da In menggendong Eun Suh masuk ke mobil. Kwang
Soo mengambil sebuah bando dari belanjaannya dan memberikannya ke Da In. Da In
tak menyambutnya dan melangkah masuk ke mobil. Jadi Kwang Soo membuka pintu
mobil Da In dan meletakkan bandonya di kursi penumpang.
Da In kesal, “Kenapa kau
melakukan ini, Oppa? Apa ini lucu untukmu?”
Tapi Kwang Soo hanya fokus pada kata ‘Oppa’
yang Da In ucapkan, ia tersenyum senang, kau akan datang kan besok? Da In diam
saja dan masuk ke mobilnya. Kwang Soo melambaikan tangan pada Eun Suh, dan
mobil Da In segera pergi.
Di jalan, Da In melihat bando
pemberian Kwang Soo dan itu membuatnya termenung lagi.
Min Gu pulang naik bis bersama
Soo Ah. Ia masih over protektif seperti dulu, saat ada pria naik bis, ia
langsung melindungi Soo Ah dengan badannya. Tapi bukannya kesal, kali ini Soo
Ah malah tertawa meski dalam hatinya ia bimbang, haruskah ia memberitahu
namanya yang sebenarnya dulu? Soo Ah sudah akan mengatakannya saat beberapa
gadis dengan logat daerah naik bis dengan berisik. Min Gu berbisik kalau ia
benci gadis seperti mereka. Soo Ah pun tak jadi mengatakannya.
“Tak bisakah aku mengantarmu
pulang?” tanya Min Gu. Soo Ah mengingatkan ini bis terakhir dan memencetkan
tombol berhenti untuk Min Gu. Min Gu mengeluh, ia ingin rumahnya lebih jauh dari
rumah Soo Ah. Soo Ah tersenyum, itu hanya satu bis stop lebih jauh. “Bagaimana
kalau aku langsung merindukanmu?” tanya Min Gu khawatir. Soo Ah tersenyum lagi,
besok kan mereka akan bertemu lagi.
Bis sudah berhenti, tapi Min Gu
masih enggan turun, ia takut kangen Soo Ah (huahahaa, Min Gu, Min Gu! -.-“).
Min Gu akhirnya turun dan saling melambaikan tangan dengan Soo Ah yang
tersenyum. Namun senyum Soo Ah hilang saat bis kembali berjalan, “Aku tak bisa membuatku mengatakannya hari
ini.”
“Han Soo Ah!” teriak Min Gu yang
berlari menjajari bis. Soo Ah kaget melihatnya. Min Gu terus berlari
menyusulnya, tapi lalu ia berbelok ke arah lain. Soo Ah kira Min Gu sudah
pergi, tapi ternyata Min Gu yang kelelahan sudah sampai duluan di halte tempat
Soo Ah turun.
Terengah-engah Min Gu berkata ia
lupa memberikan sesuatu. Gelang permohonan, ia menunjukkan tangannya yang sudah
memakainya dan berkata itu akan lepas dengan sendirinya saat permohonanmu
terkabul. Min Gu menyodorkan gelang Soo Ah dan menyuruhnya membuat permohonan.
Soo Ah tersenyum dan melakukannya.
Min Gu memasangkannya untuk Soo
Ah dan berpesan jangan melepasnya sampai ia lepas sendiri. Min Gu penasaran apa
permohonan Soo Ah, tapi Soo Ah bilang itu rahasia.
[Apakah dia akan tetap menyukaiku setelah dia tau tentangku?] |
Setuju mba,cewek cewek'y mulai pd bersikap manis.se young mulai cemburu,soo ah bela2in ngikutin gaya ABG,udh bnrn suka jg kali yh m min gu :-D.penasaran bgt m soo ah ky'y bnyak bgt yg di rahasiain??.dtunggu lanjutannya..gomawo
ReplyDelete