Min Ho merasa aneh karena Joon Hee terus memakai jam itu. Woo Shik berpikiran itu karena tak ada yang akan tau kalau ada bekas darah di situ. Seolah tau keheranan Min Ho, Joon Hee mengingat bagaimana Soon Jung memberikan jam yang ia pakai saat kejadian. Saat mereka masih berteman baik, Soon Jung memberikan jam itu sebagai hadiah atas promosi Joon Hee menjadi direktur departemen legal.
Joon Hee langsung suka saat
melihatnya, ini handmade kan? Soon Jung tersenyum membenarkan. Joon Hee tak
enak, ini pasti mahal. Soon Jung menggeleng, lagipula Joon Hee sudah memberinya
pena bagus sebagai hadiah. Soon Jung memberikan jam dengan makna agar Joon Hee
bisa memanajemen waktu dengan baik sebagai direktur, dan lagi ia sangat senang
saat tau Joon Hee diangkat jadi direktur. Joon Hee tersenyum berterimakasih, ia
akan memakainya di pertemuan penting minggu depan. Soon Jung tak yakin, jam itu
terlalu casual. Joon Hee tak setuju, ia hanya akan memakai jam itu di hari yang
penting dan di hari yang memberi kemenangan. Mereka lalu tertawa-tawa. Oh well,
rasanya aneh liat Soon Jung ketawa sama Joon Hee..
Ingatan itu membuat Joon Hee tak
jadi mengenakan jam itu, dan memilih jamnya yang lain. Huft, seandainya dia tau
itu jam aslinya dari Dong Wook..
Ji Hyun mendengar kalau hari ini
500.000 unit produk sudah dikembalikan. Dan tiga hari lagi adalah waktu jatuh
tempo, saatnya Hermia akan bangkrut. Ji Hyun pun mengganti panggilan direktur
untuk Joon Hee menjadi Chief Direktur, karena CEO Gold Partners yang menyukai
strategi Joon Hee mengangkatnya menjadi Chief Direktur Asia. Dan saat Hermia
bangkrut, Joon Hee-lah yang akan menjadi manager legal.
Joon Hee tertawa tak percaya, ia
tak berpikir sejauh itu. Ji Hyun memberi selamat, Joon Hee pantas
mendapatkannya karena sudah melakukan kerja bagus sejauh ini. Jabatan sebagai
Chief Direktur Asia dari perusahaan finansial terbesar, membuat bahu Joon Hee
terasa berat lagi. Tapi ia berjanji akan membayar semuanya dengan kerja dan
hasil yang bagus. Ji Hyun tersenyum mengiyakan, tapi saat Joon Hee bangkit,
senyum itu hilang.
Min Ho menemui dr. Jo untuk
hasil tesnya kemarin. Dr. Jo berkata kalau flu, radang tenggorokan, mimisan dan
pusing yang dialami Min Ho bukan gejala penyakit biasa, itu adalah tahap
pertama dari sindrom penekanan pernafasan. Sistem imun Min Ho mulai menolak
transplantasi, dan Min Ho harus menjalani perawatan intensif sekarang juga.
Min Ho terdiam, bukankah pengobatan
sekarang sudah semakin baik? Dr. Jo menggeleng, tak sesederhana itu. Ini bukan
penolakan sistem imun sederhana, tapi tubuh Min Ho sudah membentuk antibodi
yang melawan jantung baru Min Ho. Atau dengan kata lain, 1% kesempatan untuk
transplantasi jantung yang sukses sudah ditolak oleh tubuh Min Ho sekarang. Min
Ho dalam kondisi bahaya dan sekarang juga harus dirawat intensif. Dari tanda
vital, fungsi jantung Min Ho juga sudah berkurang drastis, dan akan semakin
buruk seiring berjalannya hari. Jika Min Ho terus memaksa dirinya, suatu hari
ia akan terkena shock, dan dalam kondisi koma, hidup Min Ho akan dalam bahaya.
Meski dr. Jo meminta Min Ho
tetap kuat, Min Ho tetap sangat terpukul. Ia ingat Soon Jung yang terus
menangis dan berterimakasih karena ia tetap hidup setelah mendapat pukulan di
kepala. Juga janjinya kalau ia tak akan pernah pergi meninggalkan Soon Jung.
Hidupnya dulu saat ia tinggal punya waktu 1 bulan lagi. Juga Soon Jung yang
tersenyum berkata kalau sakit dan kesedihan, mereka bisa merasakannya karena
mereka hidup. Semua pikiran itu membuat Min Ho menyebrang jalan yang ramai
tanpa sadar.
Min Ho pulang, dan sudah ada
Soon Jung yang tersenyum menunggunya. Min Ho tak menjawab saat Soon Jung
bertanya dirinya dari mana saja. Menurut Soon Jung, hari ini Min Ho tampak
seperti tak punya kekuatan. Min Ho beralasan itu karena ia kehabisan obat, lalu
memeluk Soon Jung. Soon Jung lah obatnya.
Di rumah Min Ho, Soon Jung ingin
menulis semua hal yang harus mereka lakukan bersama. Min Ho heran, “Kenapa? Apa
biar kau bisa mengomeliku kalau aku tak bisa melakukan setiap hal di situ?”
Soon Jung tertawa, Min Ho pernah berkata kalau manusia terus melupakan cinta
dengan alasan pekerjaan dan terus menundanya ke lain waktu. Menurut Soon Jung
itu sangat menyentuh, meski mereka tak bisa mewujudkannya, PR mereka adalah
untuk mencintai. Jadi untuk hal-hal yang berarti, mereka harus menulis dan
mengingatnya.
Tiba-tiba Min Ho jadi terpikir
soal ayahnya. Ayahnya juga membuat daftar tempat yang ingin ia kunjungi saat
libur bersama Min Ho dan ibunya. Setelah ayahnya membuat daftar itu,
membayangkan pergi kesana saja sudah membuat Min Ho sangat bahagia. “Jadi kau
pergi ke semua tempat itu?” tanya Soon Jung. Min Ho menggeleng, mereka bahkan
tak bisa pergi ke satu tempat pun karena satu bulan setelahnya, kedua
orangtuanya meninggal. Mungkin itu karena mereka ingin hidup lebih lama, dengan
membuat alasan untuk hidup, mereka merasa akan terus bisa hidup.
Soon Jung beranggapan lain, itu
juga bisa berarti kalau cinta tak akan berakhir sampai hari terakhir. Ia pernah
mendengar kalau alasan kenapa banyak orang meninggal karena serangan jantung
adalah karena.. patah hati. Bukankah ayah Min Ho juga pernah mengatakannya,
jika tak ada cinta, kita tak benar-benar hidup. Mungkin sampai akhir, ayah
ingin Min Ho mencintai sebaik yang ia bisa, bukankah begitu?
Min Ho tersadar, ia sudah
melupakan itu. Ia pernah berjanji pada ayahnya kalau tak peduli betapa
sulitnya, cinta tak akan menghentikannya tersenyum. Soon Jung tersenyum, lalu
bertanya apa yang harus mereka lakukan duluan? “Hukuman spesial untukku?” saran
Min Ho. Soon Jung tak mengerti maksudnya, tapi Min Ho akan menjelaskannya
nanti. Sekarang.. bagaimana kalau mewarnai rambut Ahjussi Ma dulu? Soon Jung
setuju. Apalagi Min Ho pakai acara menirukan suara Ahjussi Ma persis sama
sampai Soon Jung tertawa. Hahaa, Min Ho ah, tetep aja usil..
Min Ho tetap mengantar Soon Jung
pulang, meski Soon Jung terus berkata tak perlu. “Apa ada pria yang tidak
mengantar pulang pacarnya?” sahut Min Ho. Soon Jung berkata itu karena Min Ho
tak tampak baik, jadi Min Ho harus mendengarkannya. Pulang dan istirahat, Min
Ho perlu menyimpan energi untuk besok. Min Ho akhirnya menurut, tapi ia ingin
melihat Soon Jung masuk dulu. Soon Jung mengeluh tapi senang karena ia
benar-benar tak bisa menghentikan Min Ho. Soon Jung lalu naik setelah berpesan
agar Min Ho terus pulang, minum obat, dan tidur dengan nyenyak.
Min Ho memandangi punggung Soon
Jung yang menjauh, ‘Malam itu, di tangga
ini, mengapa air mata mengalir? Mengapa kau tampak seperti akan pergi jauh
dariku?’
“Soon Jung-ah!” panggil Min Ho
yang lalu berlari menyusul Soon Jung.. dan menciumnya.
Wendy akan mencoba masuk ke
apartemen Joon Hee, tapi Woo Shik malah mengikutinya dengan kostum mencurigakan
dan mengganggunya. Haha, ini cara nyamar Woo Shik bikin inget Kotoko deh *OOT*.
Selagi Wendy berusaha membuka pintunya, Woo Shik bertugas mengawasi sekitar.
Belum juga pintunya terbuka, Joon Hee datang dan membuat mereka panik.
Terlambat untuk melarikan diri, jadi apa boleh buat.. Wendy mengunci Woo Shik di tembok dan menciumnya agar wajah mereka tak terlihat. Joon Hee tak ambil pusing dengan pemandangan di depannya, dan masuk apartemennya.
Terlambat untuk melarikan diri, jadi apa boleh buat.. Wendy mengunci Woo Shik di tembok dan menciumnya agar wajah mereka tak terlihat. Joon Hee tak ambil pusing dengan pemandangan di depannya, dan masuk apartemennya.
Tak berhasil mendapatkan
apa-apa, Wendy dan Woo Shik malah minum-minum. Woo Shik yang tak percaya Wendy
menciumnya sudah mabuk duluan. Wendy hampir gila, bagaimana mereka bisa
mendapatkan jam itu? Woo Shik tertawa aneh dan berkata ingin buang air.
Paginya,Woo Shik terbangun
dengan kepala pusing dan badannya yang hanya tertutup selimut. Woo Shik
langsung menangis heboh, berpikir Wendy melakukan sesuatu padanya. Wendy kesal,
dia sudah banyak menderita karena Woo Shik kemarin. Woo Shik semakin heboh, ia
pria yang masih murni. “Kau kencing di celana, dasar pria memalukan!” sembur
Wendy kesal. Ia menderita karena harus mencuci celana Woo Shik, huahahaa,
couple ini ampun dah!
Wendy ke kantor polisi dan
langsung dapat omelan dari atasannya. Aksinya di apartemen Joon Hee kemarin
tertangkap CCTV, dan Joon Hee sedang melaporkannya sekarang. Wendy beralasan
ada bukti penting di dalam. Atasannya makin kesal, dan menskorsnya selama 2
bulan. Selama itu Wendy harus diam dan jangan melakukan apapun. Wendy tak
terima, 2 bulan?
Min Ho harus menerima terapi
lagi, dan itu membuatnya semakin pucat dan pusing. Menurut dr. Jo, terapi tahap
kedua ini prosesnya sama dengan dialisis. Setelah terapi, Min Ho harus ingat
kalau ia akan sangat lelah sepanjang hari. Dan perjuangan ini harus Min Ho
lakukan 3 kali dalam seminggu. Min Ho tak boleh kelelahan sekarang, dan harus
tetap kuat. Dr. Jo menguatkan, sakit ini hanya bisa Min Ho rasakan karena ia
hidup.
Min Ho minta dr. Jo mengatakan
probabilitasnya bisa bertahan hidup saja. Dr. Jo dengan berat mengatakan kalau
kesempatan hidup atau mati Min Ho adalah 50%. Ini sama dengan kesempatan 1% Min
Ho dulu, hidup atau mati.. Min Ho yang memutuskan.
Min Ho memohon, benar-benar
memohon agar dr. Jo menyelamatkannya. Sekarang ia punya alasan untuk hidup. “Jadi
Ahjussi, tolong selamatkan aku,” Min Ho terus memohon berulang kali, sampai dr.
Jo mengangguk. Huaaa, Min Ho-ya, you have to live healthy, please don’t make me
sad.
Min Ho yang lemah setelah
terapi, harus mendengar berita di TV tentang Hermia yang di ambang
kebangkrutan. Dan Lee Joon Hee yang akan menjadi Direktur legal untuk mengurus
kebangkrutan Hermia.
Kabar itu membuat semua sedih,
Mi Ru dan Yoo Mi sampai terus menangis. “Kenapa kalian sangat sedih? Kita sudah
memperkirakannya,” hibur Min Ho yang baru saja datang. Ia langsung memanggil
para direktur, dan berkata kalau besok Hermia akan bangkrut. Min Ho yakin
proses pengadilan akan berjalan lancar, tapi Direktur Yoon pesimis, Gold
Partners sudah mempengaruhi semua orang di pengadilan, termasuk hakim untuk ada
di sisi mereka. Meski bagaimanapun mereka harus terus mencobanya.
Min Ho berkata satu-satunya yang
tersisa adalah dirinya, meski mereka menyuruhnya turun sekarang, ia akan pergi
dengan melindungi 4500 karyawan mereka. Itu tak mudah, tapi itulah yang terbaik
yang bisa Min Ho lakukan.
Soon Jung menghampiri Min Ho
yang merenung sendirian di ruangannya. “Apa kau baik-baik saja?” tanyanya. Min
Ho meraih tangan Soon Jung, hari ini sangat melelahkan karena banyak hal. Besok,
Hermia mereka akan bangkrut. Soon Jung mengiyakan, dan 4500 karyawan harus
menyiapkan diri mencari pekerjaan lain. Besok, semua saham Min Ho akan hilang,
jaksa juga akan memanggilnya karena kelalaian profesional atau apapun mereka
menyebutnya. Jadi Min Ho mengingatkan Soon Jung lagi kalau ia sudah tak punya
uang sepeserpun, dan akan menjadi mantan narapidana, “Meskipun begitu, apa kau
masih bisa mencintaiku?”
“Saat Presiden Roosevelt
tiba-tiba menjadi cacat, dia bertanya pada istinya, ‘Kakiku akan membuatmu tak nyaman selama sisa hidupku. Apa kau masih
bisa mencintaiku?’ Lalu istrinya menjawab, ‘Apa aku hanya mencintai dua kakimu?’” jawab Soon Jung.
Min Ho tersenyum. Soon Jung
memeluknya, mereka sudah berjanji akan terus saling mencintai meskipun itu
melelahkan dan sulit. Min Ho membenarkan, mereka yang sudah mengalami hari
sangat melelahkan, haruskah mereka dapat hadiah? Soon Jung penasaran, hadiah
seperti apa?
Hadiah itu adalah kencan mereka
yang tertunda. Min Ho menunggu Soon Jung yang datang ke rumahnya dengan senyum
lebar. Dan sepanjang jalan, mereka terus tersenyum sambil bergandengan tangan. Tak
lama mereka sampai di danau tempat fishing
date mereka.
‘Kim Soon Jung, aku punya sebuah pengakuan sekarang. Hari itu, aku
berpura-pura tak terjadi apa-apa, tapi aku sangat takut, khawatir, dan sedih.’
Mereka menyiapkan umpan. Tapi
Min Ho malah takut dan membuat Soon Jung melakukan semuanya sambil mengomel, “Kau
bahkan tak bisa melakukan ini dan kau mengajak memancing!” Min Ho berdalih
kalau seorang pria mengajak wanita pergi memancing, memangnya mereka hanya
pergi menangkap ikan? Soon Jung terpancing, lalu apa yang mereka lakukan? Min
Ho senang karena Soon Jung penasaran dan akan menunjukkannya. Tapi Soon Jung
malah tertawa-tawa dan terus menghindar.
‘Untuk mencoba sekuat mungkin untuk berpura-pura aku tak tau semua hal
yang akan terjadi besok. Kupikir aku tertawa terlalu kuat.’
Mereka memancing. Melempar batu
ke danau. Memasak ramen, dengan ciuman Soon Jung sebagai appetizernya. Mereka tertawa-tawa
bahagia.
‘Setiap hari yang tak ada hal luar biasa, waktu yang kuhabiskan
bersamamu benar-benar spesial dan berharga.’
‘Kau yang seperti bunga. Waktu yang seperti bunga. Momen seperti itu
terlalu berharga untuk dibiarkan hanya berlalu begitu saja.’
Soon Jung bermain-main dengan
bunga dengan Min Ho yang terus tersenyum memandanginya. Bunga itu dirangkai
menjadi mahkota, dan tangan mereka tergenggam di dalamnya. Soon Jung bersandar
ke bahu Min Ho dengan damai. Tapi perlahan, pandangan Min Ho mulai kabur.
‘Momen itu masih terasa suram dan samar.. Soon Jung-ah.’
Komentar:
One more to go, and bye Kang Min Ho, my favorite character ever. Huaaaaa..