Hari yang sungguh indah untuk pernikahan. Putih dan cantik. Semalam salju turun dengan lebatnya, menyisakan gundukan salju di tanah dan membuat pepohonan jadi berwarna putih. Impian Da Jung adalah menikah di hari bersalju. Dan sekarang ia sudah berada di depan pintu gereja dengan gaun pengantin putih yang membuatnya tampak semakin cantik. Da Jung tersenyum bahagia, tentu saja, ini hari pernikahannya. Pengantin mana yang tak bahagia di hari pernikahannya? Tapi pria di sebelahnya tidak, ia malah menggerutu, “Da Jung-ssi, aku tau aku malaikat pelindungmu. Tapi apa apa aku harus melakukan ini?” Pria itu Kang In Ho.
Da Jung geli, “Apa aku
benar-benar harus membujukmu lagi sampai saat terakhir? Ayolah Kepala Kang,
kalau bukan kau pada siapa lagi aku harus meminta tolong? Kalau Ayahku masih
ada, tentu ia akan tersenyum sangat lebar menuntunku ke altar. Malaikat
pelindung tentu tak boleh pilih-pilih tugas. Ya?”
In Ho sebenarnya tak pernah
benar-benar setuju akan ini. Bagaimana bisa ia menuntun gadis yang pernah ia cintai
berjalan ke altar, dan menyerahkan tangannya ke pria lain? Tapi Da Jung
benar-benar keras kepala. Pokoknya In Ho yang harus jadi pendamping prianya. In
Ho akhirnya menyerah, tapi entah kenapa rasanya masih terasa berat. Kalau bisa
ia ingin mundur saja sekarang. Tapi terlambat, pintu gereja sudah terbuka dan
pengantin wanita dipersilahkan masuk.
Da Jung menatap In Ho,
tersenyum. In Ho tersenyum dan melangkah masuk bersama Da Jung. In Ho
menyerahkan tangannya, dan Da Jung menyambutnya. In Ho menuntun Da Jung menuju
altar pernikahan, menuju pria yang akan menjadi suaminya, menuju Kwon Yul. Yul
tersenyum melihat Da Jung yang melangkah ke arahnya. Satu langkah. Satu
langkah. Setiap langkah Da Jung membuat Yul tersenyum semakin lebar.
Da Jung memandang lurus ke
depan, ke arah pria yang tersenyum lebar menunggunya. Da Jung tersenyum. “Ayah, aku akan menikah. Kali ini dengan
cinta. Kau merestui kami kan Ayah? Aku berjanji aku akan berbahagia dengan
Kwon-seobang kesayanganmu Ayah. Kami berjanji akan selalu berbahagia. Aku
merindukanmu, Ayah.”
Da Jung melangkah perlahan, dan
melihat ke samping kanan. Woo Ri, Na Ra dan Man Se tersenyum gembira, tak sabar
menunggu Da Jung kembali tinggal bersama mereka. Bahkan ada Park Joon Ki dan
keluarganya ikut tersenyum padanya. Juga Hye Joo. Ngomong-ngomong soal Hye Joo,
meskipun Hye Joo lebih sibuk dengan karir politiknya sekarang, terkadang ia dan
Da Jung pergi ke gym atau makan bersama. Dan ada Reporter Byun duduk di samping
Hye Joo. Apa mereka datang bersama? Entahlah. Sementara Park Na Young dan Kang
Soo Ho tak bisa datang, mereka memutuskan untuk pergi sementara waktu.
Di sebelah kiri, ada Bos Go dan
Hee Chul yang selalu setia untuk Da Jung. Da Jung tak punya banyak keluarga,
dan merekalah orang terdekat Da Jung.
Da Jung tersenyum gembira, ia
hampir sampai di altar. Yul melangkah maju. In Ho melepaskan tangan Da Jung dan
menyerahkannya pada Yul. Yul berterimakasih pada In Ho, “terimakasih Kang In
Ho, kau selalu banyak membantuku.” In Ho mengangguk dan duduk di sisi pengantin
wanita.
Yul dan Da Jung melangkah
bersama menuju altar, keduanya saling menatap dan tersenyum. Yul berbisik pada
Da Jung, “Aku mencintaimu.” Da Jung terkejut, pria ini benar-benar terlalu,
bahkan ia tak mengatakan itu agar Da Jung setuju menikah dengannya. Da Jung
sebenarnya tau Yul sangat mencintainya sejak lama. Tapi, Yul tak pernah
mengatakannya. Yul hanya berkata kalau ia merindukan Da Jung dan melamarnya
lagi.
Da Jung terharu, tapi sebelum
sebutir air mata pun menetes, Yul berbisik lagi, “Aku tak ingin melihatmu
menangis lagi di hari pernikahan kita dan membuatku harus mengeluarkan sapu
tanganku, kau ingat kan?” Da Jung tersenyum, tak jadi menangis dan balas
berbisik, “Aku juga mencintaimu.”
Setiap menatap Yul, Da Jung
selalu merasa lega. Pria yang dicintainya ada di hadapannya. Pria yang teramat
tak sabar dan memintanya menikah hari ini, 2 minggu setelah mereka bertemu
kembali. Pria itu memberikan alasan aneh, ia akan segera disibukkan dengan
pemilihan Presiden, jika mereka tak segera menikah, mereka tak akan sempat
pergi berbulan madu. Saat itu Da Jung hanya tertawa dan mengangguk, baiklah
kita menikah.
Da Jung pernah berjanji, jika
takdir mereka bertemu kembali, Da Jung tak akan pernah melepaskan tangan Yul.
Tapi yang terjadi sebaliknya. Sejak mereka bertemu lagi, Yul yang seolah tak ingin
melepasnya meski hanya sebentar. Yul mengajak Da Jung bertemu anak-anak. Yul mengajak
Da Jung berbelanja dan memasak barbeque bersama anak-anak di rumah. Yul mengajak
Da Jung menonton film di bioskop. Yul memberikan Da Jung bunga, kali ini mawar
pink, bukan baby breath. Dan setiap
Yul mengantarnya pulang ke rumah, mereka harus berpisah dengan sedih. Walau singkat,
setidaknya mereka sudah berkencan sebelum menikah. Dan Da Jung senang sekali
dengan fakta itu. Yul benar-benar pria yang memegang janjinya. Pria yang Da
Jung cintai adalah pria yang memegang erat prinsip dan janji-janjinya.
Yul berjanji di hadapan Tuhan
kalau ia akan selalu mencintai, menjaga dan membahagiakan Da Jung seumur
hidupnya. Da Jung berjanji di hadapan Tuhan kalau ia akan selalu mencintai,
mendukung, dan berbahagia dengan Yul seumur hidupnya.
Yul memasangkan cincin
pernikahan mereka di jari manis Da Jung. Cincin yang sama yang pernah melekat
di jari mereka masing-masing. Mereka tak merasa perlu mengganti cincin yang
sudah terlanjur berarti bagi mereka. Dan lagi, Yul akhirnya jujur saat menemui
Da Jung di ruang tunggu pengantin tadi, kalau ia tak membelinya di internet.
Yul memilihnya sendiri. Tak mungkin ia seacuh itu dan membeli cincin
pernikahannya di internet. Saat itu Da Jung hanya tertawa, terus terang saja ia
percaya Yul benar-benar membelinya di internet.
Giliran Da Jung yang memasangkan
cincin di jari Yul. Keduanya berpegangan tangan dan saling tersenyum. Pendeta
menyatakan mereka sah sebagai suami istri dan mempersilahkan pengantin pria
mencium pengantin wanitanya. Yul ragu-ragu dan bertanya pelan, “Apa aku boleh
menciummu di depan anak-anak dan semua orang?” Muka Da Jung langsung memerah,
malu. Tak ada jawaban, berarti ya, pikir Yul yang mendekat dan mencium Da Jung.
Semua langsung bersorak gembira
dan bertepuk tangan. Woo Ri menutup mata Na Ra, dan Na Ra menutup mata Man Se,
sambil berusaha melepaskan tangan Oppanya.
Prosesi pernikahan selesai
setelah Yul dan Da Jung membungkuk pada para tamu. Da Jung sudah resmi menjadi
Ny. Kwon lagi sekarang. Semua gembira. Semua bahagia. Hari yang dingin terasa
begitu hangat. Da Jung telah kembali pada orang-orang yang begitu
merindukannya. Yul dan anak-anak. Kali ini Da Jung tak akan mundur dan akan
berusaha menjadi istri dan ibu yang baik bagi anak-anak. Yul dan Da Jung telah
berjanji untuk memulai awal yang baru, dengan cinta.
Satu tahun kemudian
Da Jung duduk di halaman
kediaman resmi, memegang naskah calon buku barunya, “Perdana Mentri dan Aku”. In Ho berjanji akan mempertemukannya
dengan editor buku kenalannya. Kenalannya? Da Jung tak percaya soal itu, pasti
ada sesuatu yang spesial antara In Ho dengan editor itu. Instingnya sebagai (mantan)
reporter selalu kuat. Sebenarnya buku ini selesai jauh lebih lama dari
perkiraannya, ternyata kesibukan sebagai istri Presiden dan ibu dari 3 anak
benar-benar menyita waktunya. Dan lagi saat ini ia sedang...
“Ny. Presiden,” panggil In Ho
yang datang bersama seorang gadis. Da Jung hendak bangkit menyambut mereka,
tapi In Ho dan gadis itu buru-buru menahannya. “Anda duduk saja Nyonya,” ujar
gadis itu, “bagaimana bisa kami membuat Ny. Presiden yang sedang hamil besar
seperti ini datang menghampiri kami?”
Da Jung tersenyum dan minta
mereka segera duduk. In Ho memperkenalkan mereka berdua, “Da Jung-ssi, ini
editor yang sangat kurekomendasikan, Go Dok Mi. Dan Go Dok Mi-ssi, ini Nam Da
Jung, istri Presiden yang sangat mengagumkan.” Dok Mi tersenyum pada Da Jung. Da
Jung merasa kalau feelingnya benar, “Ada sesuatu di antara kalian berdua kan?”
In Ho tertawa, kami hanya
bertetangga. Apartemennya persis bersebrangan dengan milikku, dan dia sering
sekali mengintipku. “Mengintip apanya? Aku tak mengintipmu, kau tau itu,” jawab
Dok Mi tak terima.
Da Jung tersenyum melihat mereka
berdua, “Terimakasih Dok Mi-ssi.” Dok Mi heran, terimakasih untuk apa? “Terimakasih
sudah membuat dahi Kepala Kang tak berkerut-kerut lagi. Melihat dia selalu
tersenyum akhir-akhir ini sangat menyenangkan. Sepertinya semua ini karenamu,”
jawab Da Jung.
Dok Mi langsung menunduk malu.
Tinggal In Ho yang melirik sebal pada Da Jung, bagaimana bisa ia membuat malu
malaikat pelindungnya seperti ini? Da Jung tertawa dan mempercayakan bukunya
pada Dok Mi. Dok Mi mengangguk, ia akan melakukan yang terbaik.
“Sayang, kenapa kau di luar di
cuaca seperti ini?” panggil Yul yang baru saja pulang dari luar kota. Seharusnya
Da Jung mendampinginya, tapi dalam kondisi hamil besar seperti ini, tentu saja
Yul tak memperbolehkannya. Da Jung tersenyum senang melihat suaminya, “Kau
sudah kembali, Sayang? Aku sangat merindukanmu,” sahut Da Jung sambil memeluk
Yul.
In Ho berdehem, “Sepertinya kami
mengganggu di sini.” Yul berkata tidak, dan bertanya siapa gadis itu Kepala
Kang, apa ia pacarmu? Da Jung membisiki Yul, sepertinya begitu, tapi ia tak mau
mengaku. “Tidak, bukan begitu Mr Presiden,” jawab In Ho cepat-cepat. In Ho memperkenalkan
Dok Mi pada Yul dan buru-buru mengajaknya pergi sebelum pasangan suami istri ini semakin menggodanya.
Yul tersenyum melihat kepergian
mereka, dan mengajak Da Jung masuk, anak-anak baru saja pulang dan mereka
mencarimu. Da Jung mengangguk, ayo kita masuk. “Bagaimana perjalananmu, Mr
Presiden-ku sayang?” tanya Da Jung sambil berjalan. “Mengerikan,” jawab Yul, “Benar-benar
sulit menjalankan tugas negara saat aku harus berpisah denganmu. Aku khawatir
setengah mati, bagaimana kalau kau melahirkan saat aku tak ada di dekatmu?”
Da Jung tersenyum lebar, “Jadi
suamiku benar-benar mengkhawatirkanku? Tenang saja, anak kita sangat
pengertian, ia belum akan keluar kalau ayahnya belum di dekatnya.”
Yul tertawa, “Untungnya begitu. Dan
seminggu ini aku tak akan pergi keluar kota. Kepala Kang sudah mengaturnya. Jadi
kalau ada apa-apa aku bisa cepat melesat ke arahmu.” Da Jung tersenyum dan
mengangguk.
“Ah ya, aku lupa sesuatu!” ucap Yul
tiba-tiba.
“Apa?” tanya Da Jung.
“Aku belum melakukan ini,” jawab
Yul sambil mencium dahi Da Jung, lalu beralih mencium perut Da Jung yang
membuncit. Da Jung senang, ia benar-benar bahagia. “Ayah, kau melihatku selalu senyum dengan ceria kan? Keinginanmu tercapai
Ayah. Dan sebentar lagi, cucumu akan bertambah 1.”
Tiba-tiba langkah Da Jung
terhenti. Da Jung memegangi perutnya, “Sayang, perutku rasanya sakit sekali. Rasanya
aku akan segera... melahirkan.”
Yul panik dan memanggil semua
yang ia bisa. Woo Ri! Na Ra! Man Se! Kepala Kang! Bibi! Pengawal! Semua kemari!
Woo Ri Na Ra Man Se buru-buru
mendekat, “Ibu! Ibu!” dan bertanya pada Yul, “Ayah, apa Ibu akan segera
melahirkan?” Yul mengangguk dan minta pengawal segera menyiapkan mobil, mereka
harus segera ke RS, panggil petugas pengawalan khusus!
Da Jung menenangkan Yul, “Sayang,
jangan panik seperti itu. Kau bisa membuatku semakin panik.”
“Oke oke, sekarang ayo kita berangkat
ke rumah sakit. Anak-anak, kalian di rumah dulu, kalian datang kalau adik
kalian sudah lahir saja. Woo Ri, jaga adik-adikmu!”
Woo Ri mengangguk, dan
menyemangati Da Jung, “Omma, fighting!”
Lima jam kemudian, ponsel Woo Ri
berbunyi, Yul memberitahu kalau adik mereka sudah lahir, perempuan. Cantik seperti
ibunya dan kakak perempuannya, Na Ra. Woo Ri Na Ra dan Man Se langsung pergi ke
RS dengan semangat, tak sabar ingin melihat adik mereka.
Hari ini, anggota keluarga Kwon
bertambah 1. Kebahagiaan keluarga Kwon pun bertambah berlipat-lipat ganda. They really becoming a super happy family.
END.
Note:
Epilog ini murni karanganku yaa,
jadi ya semua suka-suka aku, hahahaa! Dan entah kenapa tiba-tiba aku iseng nulis beginian? :p
Daebak....keren...susah pindah ke lain hati klu drama sudah dijiwai...:-)
ReplyDeleteDa jung ngelahirin di kawal paspampres yg ada tae kyung-ssi (yoochun) hehe... daebaakk
ReplyDeleteBikin lagi dong hehe
ReplyDelete