“Nam Da Jung-ssi, bisakah kau
hidup tanpaku?” tanya Yul. Da Jung hanya terdiam memandangi Yul.
Yul, “Aku berpikir akan seperti
apa hidup tanpa melihatmu dan aku juga berpikir, ya.. waktu dimana aku hidup
tanpa mengenalmu jauh lebih lama dari aku mengenalmu, jadi harusnya tak terlalu
sulit. Tapi, memikirkan tentang waktu ke depan tanpa bertemu denganmu.. aku merasa
tak percaya diri. Jika aku tak bertemu denganmu, aku tak akan khawatir dengan waktu,
tapi sekarang aku tak yakin akan waktu dan sangat takut akan itu.”
Keduanya berhenti. Yul menatap
Da Jung dan berkata, aku merindukanmu.
Na Young berjalan dalam shock.
Ia bertemu anak-anaknya tadi. Woo Ri melihatnya dan bergumam, ‘Ibu’. Man Se
mengenalinya sebagai Ahjumma yang sering datang ke sekolah, mendekatinya dan
bertanya apa yang ia lakukan di sini? Na Ra berkata pada Oppanya kalau Ahjumma
itu mirip dengan ibu mereka.
“Apa yang kaubicarakan? Siapa
yang terlihat seperti siapa? Dan ibu kita sudah meninggal. Jika ibu kita masih
hidup, dia tak akan pernah tinggal diam, dia akan datang untuk kita,” sahut Woo
Ri marah dan mengajak adik-adiknya pergi. Na Young menangis.
Yul mengantar Da Jung kembali ke
RS. Da Jung minta Yul segera kembali saja. Tapi karena sudah di sini, Yul merasa
harus menyapa ayah dulu. Ah, Yul ingat kalau ia datang dengan tangan kosong dan
akan pergi membeli sesuatu. Da Jung tersenyum dan berkata tak apa-apa, Ayah
akan sangat senang jika tau Anda berada di sini.
Da Jung dan Yul masuk ke kamar
Ayah, tapi Ayah tertidur. Da Jung membangunkannya, tapi Ayah tak bangun. Yul
berkata tak apa-apa, ia pergi saja. Da Jung tak enak pada Yul yang sudah datang
kesini dan minta Ayah bangun sebentar, Jongri-nim ada di sini. Yul ikut memanggil
Ayah, tapi tak ada reaksi. Da Jung menatap Yul cemas, memanggil Ayah sekali
lagi, dan tetap tak ada reaksi. Da Jung panik dan langsung berlari memanggil
dokter.
Di rumah, Man Se berkata ia
pernah bertemu Ahjumma itu sebelumnya, apa dia terlihat begitu mirip dengan ibu
kita? Na Ra mengiyakan, dia terlihat benar-benar sama. “Sama? Siapa yang
terlihat sama? Kwon Na Ra, kau bahkan tak ingat ibu,” sangkal Woo Ri.
Na Ra ingat, aku ingat persis,
aku ingat dia membuatkanku sweater merah, mengepang rambutku, dan dia
menyanyikan sebuah lagu untukku saat bermain piano. Aku ingat semuanya! Kenapa
aku tak ingat?
“Apa seseorang yang mengingat
dengan baik akan berkata dia terlihat sama? Dia tidak terlihat seperti ibu
kita. Dia sama sekali tak mirip. Bahkan dalam mimpi pun tidak!” Woo Ri marah
dan pergi. Na Ra kesal Oppanya malah marah padanya, dan pergi juga.
Tinggal Man Se sendirian yang
sedih, ia tak punya memori sedikitpun tentang ibunya.
Kondisi Ayah kembali terkontrol.
Dokter lega mereka cepat mengetahuinya, sepertinya tekanan intracranial
meninggi dan membuatnya shock saat tidur. Dokter sudah memberikan terapi
darurat, dan minta Da Jung jangan terlalu khawatir. Da Jung terduduk lega. Yul
memegang bahunya, menguatkan.
Da Jung mengingatkan Yul untuk
segera pergi. Tidak, jawab Yul, aku akan tinggal denganmu. Tapi anak-anak
menunggu, Anda sebaiknya pulang. Yul menenangkan Da Jung, ia sudah memberitahu Bibi kalau ia tak bisa
pulang malam ini.
Keduanya memandangi Ayah yang
tertidur. Da Jung bertanya cemas, apa Ayah akan baik-baik saja? Yul yakin Ayah
akan baik-baik saja, jadi jangan khawatir.
Joon Ki akan bertemu Woo Ri langsung, jika aku
bicara dengannya bukankah dia akan menemuimu? Tidak perlu Oppa, jawab Na Young,
aku sudah bertemu anak-anakku. Joon Ki terkejut. Madam Na bertanya dimana dan
bagaimana Na Young bisa bertemu anak-anak?
“Woo Ri.. dia melihatku dan
berkata seperti ingin aku mendengarnya, ‘ibu sudah meninggal. Jika ibu masih
hidup, dia pasti akan datang melihat kita.’ Oppa, tak ada lagi yang bisa
kukatakan.”
Joon Ki malah memarahinya, “Dari
awal, apa kau pikir mereka akan langsung menerimamu karena kau ibu mereka? Apa
kau mencoba bertemu mereka tanpa memperkirakan ini?” Madam Na mengingatkan
suaminya untuk tak marah pada Na Young. “Na
Young, ini baru awalnya, kau tak bisa sudah selemah ini, kecuali kau punya
pikiran yang kuat, kau tak akan pernah bisa kembali.” Joon Ki benar-benar marah
dan pergi.
Madam Na minta Na Young tak
memikirkannya, dia hanya sedang marah. Na Young mengerti, tapi ia bahkan tak
bermimpi bisa kembali seperti dulu, ia hanya berpikir akan menyenangkan jika
bisa melihat anak-anak, ia tak akan meminta lebih. Bagaimana jika Woo Ri
membenciku? Tidak akan, sahut Madam Na, Woo Ri sangat mencintai ibunya. Madam
Na tiba-tiba teringat, apa mungkin PM Kwon menceritakan semuanya? Bahkan
tentang Kang Soo Ho?
Da Jung dan Yul masih ada di
samping Ayah sampai pagi. Ayah bangun, dan Da Jung langsung bertanya apa Ayah
baik-baik saja? Bisakah Ayah mengenaliku? Ayah minta Da Jung jangan bercanda.
Da Jung senang Ayah mengenalinya dan Yul lega Ayah baik-baik saja. Ayah baru
sadar, kenapa Kwon-seobang disini? Kau seharusnya pergi kerja. Yul akan segera
pergi kerja dan minta Ayah jangan khawatir.
Da Jung mengantar Yul keluar dan
bertanya tidakkah Anda terlambat? Tidak, Yul bisa pulang dan berganti pakaian
kemudian segera pergi, dan Da Jung tak perlu mengantarnya keluar, masuklah.
“Jongri-nim, terimakasih..”
“Jangan berterimakasih padaku,
dia ayahku juga.”
Yul minta Da Jung makan dengan
baik, berpikir positif dan jangan menangis di depan Ayah, kau tau itu kan? Da
Jung mengangguk. Yul tersenyum dan berjanji akan menelpon Da Jung lagi nanti.
Ayah sedang termenung saat
dokter masuk melihat keadaannya. “Dokter..” panggil Ayah. Dokter senang Ayah
tak memanggilnya ‘Yeobo’ hari ini, apakah Anda mengenaliku? Ayah mengangguk,
setelah tidur nyenyak begitu lama, kepalaku terasa begitu jernih.
Ayah ingin bertanya sesuatu,
“berapa hari lagi yang tersisa untuk hidup? Tidak banyak hari kan?” Dokter tak
menjawab, Ayah tersenyum mengerti. Omooo, ini sedih banget!
Da Jung mengeluh, karena Ayah ia
merasa seolah-olah hidupnya lebih pendek 10 tahun. Ah, Jongri-nim bilang ia
akan menelpon nanti. Jika Ayah tak makan siang lagi, aku akan mengkhianatimu
untuk menantumu, ancam Da Jung. “Da Jung-ah, aku akan menulis jurnal, jadi beri
aku buku harian,” pinta Ayah.
Da Jung heran, bukankah Ayah
malas untuk menulis jurnal, kenapa tiba-tiba? Ayah berkata kalau anak-anak
datang kemarin, Kwon-seobang juga, aku harus menulisnya agar tak melupakannya.
Da Jung tersenyum dan mengambilkan jurnalnya, dokter berkata ada baiknya jika
Ayah menulis jurnal, jadi lakukan dengan baik.
Ayah mencari pulpen yang
harusnya menggantung di jurnalnya, tapi dimana? Da Jung mencari di laci, tapi
tak ada. Jadi Da Jung mencari di tasnya, dan malah menemukan hadiah dari
anak-anak. Ayah berkata kalau anak-anak yang memasukkan ke sana dan menunjukkan
topi hadiahnya dengan gembira.
Da Jung membukanya, ada kartu
ucapan yang ditulis Woo Ri, “Ahjumma,
segera kembali, Man Se benar-benar akan membunuhku.” Da Jung tertawa dan
melihat hadiahnya, sebuah kalung yang cantik. “Aah anak-anak, mereka tak punya
banyak uang saku,” gumam Da Jung gembira.
Perawat memanggil Da Jung, terapis
Ayah ingin bertemu dengannya. Da Jung mengerti dan segera pergi setelah minta
Ayah menunggu. Tapi Da Jung kan belum memberi Ayah pulpen? Ayah pun mencari
sendiri pulpennya. Ayah mengambil pulpen yang ada di jurnal Da Jung, tapi malah
tergoda untuk membukanya. Dan, Ayah membaca apa yang ditulis Da Jung kalau
pernikahannya dengan Yul adalah pernikahan kontrak.
Da Jung langsung memakai kalung
pemberian anak-anak dan mengirim pesan ke Woo Ri. “Woo Ri-ah, kudengar kau datang bersama Na Ra dan Man Se kemarin.
Terimakasih untuk kalungnya.”
Da Jung kembali ke kamar Ayah,
dan Ayah langsung bertanya dengan shock, A..apa yang tertulis di sini? Apa
maksudnya pernikahan kontrak? Dan apa maksudnya ibu anak-anak yang sudah
meninggal masih hidup?
Na Young bertemu Yul dan
bertanya sejauh mana Yul telah memberitahu Woo Ri? Apa kau bicara dengannya
tentang Soo Ho? Yul tanya apa maksud Na Young? “Aku senang saat kau
memberitahuku untuk kembali sebagai ibu anak-anak, tapi kau memberitahu Woo Ri
semuanya kan?”
Apa kau bertemu Woo Ri? Tanya
Yul. Aku tak mengatakan apapun. Na Young minta Yul jangan berbohong, jika bukan
lalu mengapa Woo Ri bersikap seakan tak mengenalku? Yul sudah bilang kalau ia
tak berbohong, kau tau itu, kau hanya cemas tak bisa mendapatkan hatinya lagi.
Yul tak berpikir waktu akan menyelesaikan semuanya, tapi Woo Ri butuh waktu
sekarang. Bertahanlah dan tunggu sedikit lebih lama. Na Young minta maaf sudah
mengatakan hal bodoh, ia tak akan mengganggu Yul tentang ini lagi.
“Na Young-ah, aku lupa
memberitahu sesuatu yang penting, terimakasih untuk tetap hidup. Saat aku
melihatmu lagi, aku ingin memberitahumu ini.”
Da Jung menelpon Yul, tapi
ponselnya tak aktif. Da Jung takut-takut mendekat pada Ayah. Tapi Ayah
benar-benar marah, bagaimana bisa kau menipu Ayah seperti ini? Da Jung minta
maaf, ia tak bermaksud menipu Ayah. Aku benar-benar mencintai Jongri-nim saat
ini, Jongri-nim mencintaiku juga, jadi Ayah.. Ayah tak merasa semua akan
selesai jika kalian berdua saling mencintai, dan lagi ibu anak-anak masih
hidup, kalau begitu bagaimana dengan itu?
“Kenapa kau melakukan ini?
Katakan padaku mengapa kau berbohong kepada orang-orang, bahkan padaku. Untuk
apa kau melakukannya?”
Da Jung hanya menahan tangis.
“Apa karenaku?” tanya Ayah,
“Karena aku menderita penyakit parah. Itulah sebabnya kau melakukannya?”
Melihat Da Jung yang diam Ayah sadar, ini semua salahnya. Da Jung mengaku
salah. Tidak, kau tidak melakukan sesuatu yang salah, akulah yang membuatmu
seperti ini. Akan lebih baik jika aku sudah mati, karena aku hidup terlalu
lama, aku menyakitimu. Da Jung menangis.
Saat Da Jung tertidur, Ayah
menulis di jurnalnya.
In Ho mendatangi kakaknya di RS,
dan ada Na Young disitu. In Ho bertanya apa pertemuan dengan Jongri-nim kemarin
berjalan baik? Na Young mengiyakan, dia bahkan berterimakasih karena aku tetap
hidup. In Ho-ssi, setelah kembali sebagai Park Na Young, keserakahanku semakin
besar. Ini keajaiban bahwa aku masih hidup dan bisa bermimpi bertemu
anak-anakku. Aku sadar aku terlalu serakah. Na Young akan menunggu dengan sabar
sekarang, sampai keajaiban Woo Ri mau bertemu denganku datang dan sampai
keajaiban Soo Ho bangun menjadi kenyataan.
In Ho juga ingin percaya,
sangat.
Da Jung memberitahu Yul kalau
Ayah tau segalanya, kontrak pernikahan dan bahkan Na Young masih hidup. Yul
mengerti dan akan ke sana sekarang, ia yang akan menjelaskan semuanya pada Ayah
dan minta Da Jung jangan khawatir. In Ho ada di belakang Da Jung, tapi Da Jung
tak menyadarinya dan pergi.
Saat Da Jung kembali ke kamar,
Ayah tampak semangat melihat keluar jendela. Da Jung tanya apa yang Ayah
lakukan? Apa Ayah berencana pergi ke suatu tempat? Ayah mengambil topinya, “Da
Jung-ah, kau sudah kembali dari sekolah? Salju turun di luar. Ayo kita perang
bola salju!” Da Jung sedih, salju apa yang Ayah bicarakan? Ayah menyuruh Da
Jung melihat keluar, salju turun dengan lebatnya! Kau mengeluh bahwa tak ada
salju sebelumnya, tapi apa kau menyukainya karena salju turun sekarang?
“Ayah...”
“Kau bilang saat salju turun
banyak, kau ingin perang bola salju dengan Ayah? Ayo kita pergi! Kita bisa
perang bola salju dan membuat boneka salju! Ayo kita bersenang-senang hari
ini!” ajak Ayah gembira. Melihat Da Jung diam saja Ayah tak sabar, Da Jung-ah,
Ayah akan membuatkanmu boneka salju yang sangat besar hari ini! Ayo kita pergi
sekarang. Da Jung akhirnya tersenyum mengiyakan, ayo kita pergi.
Da Jung membawa Ayah keluar.
Ayah senang karena salju turun begitu banyak. Tangan Ayah menggapai udara yang
kosong, ya, tak ada salju sama sekali. “Da Jung-ah, kau menyukainya juga kan?”
tanya Ayah.
“Iya, aku menyukainya, sangat
menyukainya Ayah,” jawab Da Jung menahan tangis. Ayah masih mengagumi salju
yang turun begitu banyak. Da Jung menghela napas panjang.
Yul sampai di RS, tapi tak ada
siapapun di kamar Ayah.
In Ho bertanya-tanya bagaimana
sampai Ayah Da Jung tau. Na Young terburu-buru memanggilnya, cepat kemari In
Ho-ssi! In Ho khawatir, apa kakaknya kejang lagi? Tidak, jawab Na Young, entah
bagaimana tapi.. kurasa Soo Ho mengenaliku. In Ho langsung berlari ke kamar
kakaknya.
“Hyung,” panggil In Ho. Soo Ho
melirik ke arah In Ho. In Ho mendekat dan bertanya apa kau mendengarku? Kau
mengenaliku? Soo Ho diam, tapi matanya seolah mengangguk dan menangis. Soo Ho
sudah mengenali mereka! In Ho dan Na Young menangis.
Da Jung khawatir Ayah kedinginan
dan mengajaknya masuk. “Aigoo, masih tidak ada orang yang peduli padaku
sepertimu, Da Jung. Bagaimana bisa aku membiarkanmu menikah ketika kau begitu
cantik seperti ini? Aku tak tau siapa yang akan menikahimu, tapi orang yang
melakukannya benar-benar diberkati. Aku ingin tau seperti apa pria yang akan
kau nikahi. Kau harus bertemu dengan orang yang hanya melihat dirimu, hanya
peduli padamu dan satu-satunya untukmu. Kau harus menemukan orang yang baik.”
“Dia orang seperti itu, Ayah.
Seseorang yang hanya melihatku dan semata-mata untukku. Orang yang baik,” jawab
Da Jung. Ayah senang, Da Jung harus mencari orang baik seperti itu.
Ayah menggenggam tangan Da Jung,
“Hari di mana Ayah memegang tanganmu dan berjalan menuju altar, kuharap itu
akan bersalju seperti sekarang ini.” Da Jung tanya apa Ayah tidak ingat? Hari
dimana aku menikah, salju pertama turun. Salju turun lebat seperti hari ini.
Seluruh dunia putih dan cantik. Ayah teringat saat memegang tangan Da Jung,
menuntunnya ke altar, menuju Yul, menantunya, dan tersenyum.
Tiba-tiba kepala dan tangan Ayah
terkulai. Da Jung bertanya lagi apa Ayah tak ingat? Tak ada jawaban. Da Jung
memanggil-manggil Ayah yang tersenyum dalam tidur panjangnya. Ayah sudah pergi dengan tenang. Da Jung memeluk
Ayah dan menangis.
Yul akhirnya menemukan mereka.
Saat melihat Da Jung yang menangis memeluk Ayah, Yul sadar ia sudah terlambat.
Yul berdiri di depan tempat abu
Ayah, meminta maaf.
Da Jung bersama anak-anak. Man
Se bertanya apa mereka tak bisa melihat Kakek lagi? Tidak, jawab Da Jung, Kakek
hidup di dalam hatimu, Man Se. Jadi jika kau merindukannya, katakan padanya kau
merindukannya. Dia mendengarkan semuanya. “Benarkah?” tanya Man Se. Da Jung
membelai kepala Man Se, tentu itu benar. Na Ra dan Woo Ri diam saja, mereka
tampak sedih.
Yul datang dan minta Woo Ri
mengantar adik-adiknya kembali ke mobil lebih dulu. Woo Ri mengiyakan dan
mengajak adik-adiknya pergi.
Na Ra akhirnya menangis, “Aku
menyukai Kakek. Dia begitu baik padaku.” Man Se minta Noonanya jangan menangis,
Ahjumma berkata jika kita rindu Kakek, kita bisa bicara dengannya melalui hati
kita, dengan cara itu kita bisa bertemu dengannya. Na Ra tentu tak percaya,
Kakek sudah meninggal, bagaimana bisa kita bertemu dia? Lalu, bisakah kita
bertemu ibu kita juga? Ini semua bohong!
“Hyung, apa benar yang Noona
katakan?” tanya Man Se pada Woo Ri, “Kita tak bisa bertemu Kakek?” Woo Ri
berkata kita tak bisa bertemu Kakek lagi, tapi kita bisa bertemu ibu. Na Ra dan
Man Se bertukar pandang, tak mengerti.
Da Jung berkata Jongri-nim sudah
bekerja keras, ia akan pergi sebentar lagi, jadi pergilah lebih dulu dengan
anak-anak. “Menangislah, di waktu seperti ini kau bisa menangis,” ujar Yul. Da
Jung tersenyum, apa aku punya hak untuk menangis? Aku ingin dimaafkan oleh
ayahku, tidak, tak apa-apa jika ia tak mau memaafkanku, ia bisa marah dan
membenciku. Itu semua tak apa-apa. Tapi ayahku, melihat ayahku pergi seperti
itu, aku.. tak bisa memaafkan diriku sendiri.
Da Jung membereskan
barang-barang dari kamar Ayah di RS. Bahkan barang-barang kenangannya juga.
Syal merah Ayah. Topi bulu Ayah. Foto Ayah bersamanya. Jepit rambut pemberian
Yul. Hadiah pemberian anak-anak. Jurnalnya dan jurnal Ayah. Tapi Da Jung
membuka jurnal milik Ayah dan membacanya..
“Da Jung memberikan jurnal ini kepadaku, apa yang harus kutulis?”
“Aku bermain Go-Stop dengan Kwon-seobang, aku menang.”
“Hal yang tak bisa kulupa. Ulang tahun Da Jung, 15 Agustus. Namaku, Nam
Yu Shik. Putriku, Nam Da Jung.”
Da Jung akhirnya menangis, dan
bergumam berkali-kali, “Maafkan aku, Ayah.”
Komentar:
Berapa kali pun aku nonton episode ini, part ini, rasanya selalu pingin nangis. Dan aku semakin pingin nangis saat sadar ini hari Senin dan nggak ada lagi PMAI yang biasanya kutunggu-tunggu, huhuu..
Gmna skrg udh bisah kah menerima kl sma sdh brakhr??? Hehehe...
ReplyDeletesejujur nya,aku mlh sdh berdamai,dg drama in^^aku mlh udh lpa kl hr in hr senin,dan g bs lg melihat drama in^^
Dan sejujurnya,aku rasa ending nya g buruk2 amat hehehe thank you Fa