Yul heran dengan Woo Ri yang
tiba-tiba berpikir untuk bertemu ibunya. “Karena kakek, setelah kakek
meninggal, berpikir aku mungkin tak akan bisa melihatnya lagi, kupikir aku
harus bertemu ibu sekarang,” jawab Woo Ri. Yul tersenyum, Woo Ri-ku sudah lebih
dewasa.
Na Young datang bersama Joon Ki
dan Madam Na. Woo Ri menoleh setelah menguatkan dirinya, dan melangkah
mendekat. Woo Ri menyapa ibunya
canggung, annyeonghaseyo. Na Young menangis, membelai pipi Woo Ri. “Ibu..”
gumam Woo Ri.
“Iya, aku ibumu, Woo Ri-ah. Bisa
ibu memelukmu sekali saja?” pinta Na Young. Na Young memeluk Woo Ri, keduanya
menangis. Madam Na, Joon Ki, dan Yul yang melihatnya ikut terharu.
Yul berkata pada Joon Ki kalau
ia akan membiarkan Na Ra dan Man Se bertemu dengannya pada waktunya, mereka
masih kecil jadi tak akan semudah itu. Joon Ki mengerti, dan tentang apa yang
ia katakan terakhir kali tentang menerima Na Young, tolong anggap kau tak
mendengarnya. Dan juga, aku tau aku banyak bersalah padamu, jika aku minta maaf
apa kau akan menerimanya?
Yul tertawa, itu tak sepertimu.
Joon Ki, “Kau tidak berkata kau akan menerima maafku atau tidak.” Yul tertawa
lagi, memikirkan tentang semua hal yang sudah Joon Ki lakukan padanya, apa Joon
Ki pikir akan mudah memaafkannya?
Joon Ki tersenyum, “bisakah kita
kembali seperti dulu?” Yul merasa mungkin akan sulit untuk sekarang, tapi waktu
mungkin akan menyelesaikan banyak hal, karena kita berteman. Yul minta Joon Ki
menjaga Woo Ri dengan baik. Joon Ki mengangguk dan akan pergi lebih dulu.
“Ah ya, Joon Ki-ya, satu hal
yang kusadari saat menghadapi masalah ini dengan Na Young, jangan membuat sedih
orang yang dekat denganmu. Jangan membuat kesalahan yang sama denganku.”
Hee Chul kasihan pada Da Jung,
ia pasti sangat sedih setelah ayahnya pergi. Ayahnya meninggal dan PM Kwon
mundur dari jabatannya, tambah Bos Go, mereka yang berkata hal-hal buruk
terjadi berkelompok pasti benar. Hee Chul mengeluh proses pemilihan PM yang
baru benar-benar membuat isi perutnya ingin keluar. Bos Go tiba-tiba sadar,
jika PM Kwon menjadi pengangguran, apa yang akan terjadi pada Reporter Nam
kita? Apa kita perlu mempekerjakannya lagi?
Tau-tau terdengar suara Da Jung,
sebaiknya jangan khawatir padaku. Bos Go dan Hee Chul kaget melihat Da Jung. Da
Jung berterimakasih mereka sudah datang ke pemakaman, saat itu sangat sibuk,
aku tak bisa menyapa kalian dengan benar. Hee Chul bertanya apa kau baik-baik
saja, Noona?
Tentu saja, jawab Da Jung, ia datang karena
ingin minta bantuan. Aku akan datang kembali untuk mengambilnya nanti, bisakah
kalian menjaga kotak ini untukku?
“Noona, kau akan pergi ke suatu
tempat?” tanya Hee Chul.
In Ho: “Perjalanan? Kemana kau
akan pergi?” Da Jung berkata ia akan pergi ke tempat-tempat yang pernah ia
datangi bersama ayah dan kemana pun langkah membawaku.
“Sendirian?”
Da Jung menggeleng, “Tidak, bersama
ayahku.” Da Jung memberi selamat pada In Ho karena kakaknya sudah sadar. In Ho
tak tau apa ia bisa menerima ucapan selamat semacam ini. “Kenapa tidak?” sahut
Da Jung, “Kau sangat terluka karena kakakmu. Semua berubah dengan sangat baik.
Tapi bukankah ini luar biasa? Hari dimana ayahku pergi, kakakmu bangun.”
In Ho merasa ini adalah hadiah
dari ayah Da Jung, hadiah yang disebut keajaiban. Da Jung tersenyum,
terimakasih sudah berkata seperti itu, Kepala Kang. In Ho tanya apa Da Jung
sudah bilang ke Jongri-nim akan perjalananmu? Jongri-nim belum tau, jawab Da
Jung. In Ho tau Jongri-nim pasti akan sangat khawatir sampai kau kembali, tapi
kapan kau akan kembali? Da Jung masih belum tau, tidakkah aku akan tau setelah
sampai di sana?
Di kantor PM, Yul memandangi
papan namanya, “PM Kwon Yul”. Ini
hari terakhir Yul menjabat sebagai PM. In Ho masuk dan melaporkan kalau
anak-anak sudah sampai di rumah. In Ho tanya Yul akan pulang ke rumah atau
kediaman PM? Karena ini hari terakhir, Yul akan pulang ke kediaman PM.
“Ah ya Jongri-nim, apa Anda tau
Nam Da Jung-ssi akan pergi berlibur?” tanya In Ho. Dari ekspresi Yul, In Ho
bisa membaca kalau Da Jung belum memberitahunya. In Ho khawatir karena Da Jung
akan pergi sendirian, tidakkah Anda harus menahannya agar ia tak pergi? Jika ia
tak kembali...
“Kepala Kang, apa kau ingat yang
kukatakan saat aku menikahi Nam Da Jung? Aku akan menanggung konsekuensi dari
pernikahan ini suatu hari nanti. Untuk beberapa alasan, kata-kata itu tak bisa
hilang dari pikiranku. Seperti yang kau bilang, Nam Da Jung mungkin tak akan
kembali dari perjalanannya, tapi.. aku tak berpikir aku harus menahannya yang
ingin pergi.”
Yul pulang ke kediaman PM, dan
setiap sudutnya mengingatkannya akan Da Jung. Di halaman, Yul ingat ia yang
mengajari Da Jung kendo, pengakuan Da Jung kalau ia mencintai Yul, saat Yul
minta Da Jung pergi dari kediaman.
Yul teringat kata-kata Da Jung, “Anda bilang Anda akan menjadi PM yang
melayani rakyat, aku percaya Anda akan menjaga janji itu.”
Yul masuk ke ruang kerjanya yang
sudah kosong. Tempat ini mengingatkan Yul saat ia dan Da Jung menulis kontrak
pernikahan mereka.
Yul akan keluar, dan mengingat Da Jung yang duduk
memandanginya saat bekerja.
Yul ke kamar, sofa di kamar
mengingatkannya saat mereka duduk canggung di malam pernikahan, Da Jung yang ingin
membacakan buku untuknya sebagai hadiah natal.
Yul melirik tempat tidur, ada Da
Jung yang tidur dengan nyenyaknya, Da Jung yang akan menusuk jarinya dengan jarum,
Da Jung yang membacakan cerita untuknya, Da Jung yang tertidur di bahunya. Yul
tersenyum.
Dan tempat ini juga mengingatkan pengakuan dan janjinya pada Da
Jung, “Bisakah aku menyukaimu? Aku tak
akan melepaskan tangan ini.”
Di teras, Yul tertawa mengingat
Da Jung yang merebut origami katak dari tangannya sampai jatuh menimpa Yul. Da
Jung yang menciumnya. Yul menghela napas panjang.
Yul memandangi ruang keluarga
yang kosong, dan ada suara yang memanggilnya, “Jongri-nim.” Da Jung ada di
belakang Yul, tersenyum padanya.
In Ho akan meninggalkan kediaman
PM, dan bertemu Hye Joo yang berkomentar kalau In Ho pulang terlambat hari ini.
In Ho heran, kau menungguku? Sebagai Kepala Sekretaris apa kau sebebas itu? Itu
tak masalah, jawab Hye Joo, ia mengundurkan diri hari ini. In Ho semakin heran,
apa kau akan kembali ke Jongri-nim lagi? Hye Joo menggeleng, tidak, ia akan
mencari jalannya sendiri sekarang. In Ho ikut senang dan berkata akan
mentraktir Hye Joo minum. Sesuai perkiraan Hye Joo, In Ho benar-benar cepat
tanggap dan ia mendengar kalau Jongri-nim sendirian di kediaman, jadi ia ingin
mengajaknya minum bersama.
“Kurasa kita tak bisa
melakukannya,” ujar In Ho. Hye Joo heran, kenapa? In Ho memberitahu kalau ada
tamu lain yang menemui Jongri-nim lebih dulu. Hye Joo tersenyum, ia tau siapa
yang datang dan berharap orang itu akan terus mengunjungi Jongri-nim.
“Ini hari terakhir di kediaman
resmi, apa yang Anda rasakan?” tanya Da Jung. Yul tak yakin akan apa yang ia
rasakan, tapi ia hanya belum benar-benar menyadarinya kalau aku akan
meninggalkan tempat ini besok.
“Aku juga. Meskipun hanya dalam
waktu singkat, banyak hal terjadi di sini,” sahut Da Jung.
“Saat aku bersama denganmu, aku
belajar banyak hal. Hal-hal yang kulupakan, hal-hal yang kupikir tak penting,
apa saja hal-hal yang sangat berharga untukku. Itu adalah waktu untuk menemukan
semuanya. Jadi, aku tak menyesal menghabiskan waktu di sini.”
Da Jung tersenyum dan berkata ia
akan pergi untuk liburan. Yul bertanya, “Kau.. apakah harus?” Da Jung tak
menjawab dan malah berkata, “Suatu hari, jika takdir kita bertemu lagi. Jika
kita bisa punya awal yang benar. Lalu aku yang akan memegang tanganmu. Jadi
Anda harus baik-baik saja sampai saat itu.” Yul hanya memandangi Da Jung.
”Meskipun hanya sebentar, aku bahagia aku bisa bersamamu,” lanjut Da Jung lalu
pamit pergi.
Da Jung keluar kediaman PM yang
bahkan tak dijaga pengawal lagi. Dan Yul masih tetap di tempatnya.
Paginya, Yul berpamitan pada
semua orang. Bahkan ada Hye Joo di sana. Yul menjabat tangan Hye Joo, “Kau
telah bekerja keras.” Yul menjabat tangan In Ho juga, berkata In Ho telah
bekerja dengan baik. Yul melangkah masuk ke mobil dan memandang kediamannya
untuk terakhir kali.
Beberapa waktu kemudian
Banyak reporter menunggu
kedatangan seseorang. Sebuah mobil mendekat, dan seorang wanita keluar.. Seo
Hye Joo. Hye Joo melangkah dengan percaya diri, bahkan mengibaskan rambutnya.
Reporter memberondongnya dengan pertanyaan, “Apa Anda akan membentuk partai
baru?” Hye Joo hanya terus berjalan.
Reporter Byun bertanya dari
semua kandidat independen, anggota partai berkuasa memilihmu sebagai orang yang
harus mereka punya, apa Anda punya ketertarikan bergabung dengan mereka? Hye
Joo berhenti dan berkata tegas kalau ia tak tertarik bergabung dengan partai,
“Aku berencana membentuk partai.” Reporter Byun terkejut dan tanya lagi apa Hye
Joo berencana akan ikut pemilihan presiden?
Hye Joo melirik Reporter Byun,
“Reporter Byun, kau benar-benar tak ada harapan, apa kau serius menanyakan itu
sekarang? Apa kau pernah melihat anggota baru majelis nasional ikut pemilihan
presiden? Minggirlah!” Hye Joo pun pergi, meski para reporter masih ingin terus
bertanya.
Woo Ri Na Ra Man Se bermain
basket bersama sepupu mereka dengan gembira. Yul dan Joon Ki melihat sambil
mengobrol di pinggir lapangan. “Apa kau sudah berubah pikiran?” tanya Joon Ki.
Yul mengiyakan. “Kalau begitu kau harus ikut pemilihan,” saran Joon Ki.
“Terpilih bukanlah tujuan
akhir,” sahut Yul. Ia ingin jadi pembawa bendera dan berbagi nilai yang sama
seperti yang kulakukan dengan orang-orang. Joon Ki, kau akan membantuku kan?
“Membantu seseorang yang akan
mereformasi konglomerat? Hei, aku menantu dari grup Myung Shim. Apa kau tak tau
bagaimana menakutkannya ayah mertuaku? Aku tak akan bisa membantumu soal itu..
secara terang-terangan. Aku akan membantumu secara rahasia.”
Yul tertawa, terimakasih. Joon Ki
merasa akan lebih merepotkan kalau Yul terpilih, apa yang harus dilakukan
seorang duda tanpa ibu negara? Yul komentar Joon Ki sudah mengkhawatirkan
banyak hal, ia bahkan belum mulai. Joon Ki malah menyuruh Yul untuk mencoba
dekat dengan Na Young. Na Young sudah dibawa pergi oleh Kang Soo Ho dan kau
bahkan tak tau dimana Nam Da Jung berada. Yul diam saja. Yaampun, dua orang ini
bener-bener udah balik jadi temen lagi, suka liatnya!
“Yeobo! Yeobo, aku sangat lelah!”
keluh Madam Na sambil mendorong kereta bayi. “Apa yang sulit dari menjaga
anak-anak?” tanya Joon Ki, “Serahkan dia.” Madam Na cuma tertawa. Joon Ki
mendekat dan melihat anaknya, omo, a cute baby girl! Madam Na memberitahu Yul
kalau Na Young akan datang melihat anak-anak dan mengajak Yul makan bersama. Tapi Yul menolaknya, ada tempat yang akan ia kunjungi hari ini.
Yul mengambil tasnya dan ada
sebuah buku anak-anak di atasnya. Joon Ki membaca judulnya “Petualangan Menyenangkan Katak Penyuka Kue”?
Hei, kau membaca buku semacam ini? Kau benar-benar jadi ayah yang baik, puji
Joon Ki. Yul cuma senyum dan minta Joon Ki menjaga anak-anaknya.
Da Jung sudah kembali. Ia
menemui Bos Go dan Hee Chul di kantor Scandal News. Bos Go melihat buku hasil
karya Da Jung, jadi kau menginvestasikan seluruh hartamu dan melakukan
perjalanan ke seluruh dunia untuk menulis buku kekanak-kanakan semacam ini? “Bos,
bagaimana bisa kau bilang itu kekanak-kanakan, kau bahkan belum membacanya,”
bela Hee Chul seperti biasanya.
Hee Chul memuji Da Jung, “Noona,
saat aku melihat ini, kupikir ini akan jadi seperti Harry Potter Korea!” Da
Jung berkata ia datang karena hari ini adalah peringatan kematian ayahku dan
untuk mempromosikan buku ini. Bos Go dan Hee Chul mengangguk-angguk. Hee Chul
buru-buru berkata kalau mereka ada wawancara sekarang dan minta Da Jung
menunggu sebentar sampai mereka kembali. Da Jung tersenyum mengiyakan.
Da Jung mengambil kotak yang
dulu dititipkannya, “Apa kau baik-baik saja? Aku datang untuk mengambilmu.” Da Jung
membuka kotaknya. Melihat fotonya dan ayah. Membuka jurnal ayah. Dan jurnalnya,
Da Jung membalik dengan cepat jurnalnya, dan menemukan tulisan yang bukan
miliknya. Tulisan ayah.
“Untuk anak kesayanganku, Da Jung. Da Jung-ah, putriku yang sangat
sangat sangat kucintai. Saat aku berpikir tentang hal itu dengan hati-hati. Apa
yang paling kuinginkan adalah bukan kau menikah. Apa yang paling kuinginkan
untukmu adalah.. senyum ceriamu. Dan, kau bahagia. Da Jung-ah, berbahagialah
dengan Kwon-seobang yang kau cintai.
Walaupun awalnya bukan cinta, aku benar-benar percaya bahwa akhirnya adalah
cinta.”
Da Jung menangis.
Da Jung datang ke persemayaman
ayah, dengan bunga dan buku karyanya. “Ayah,
aku datang. Aku akhirnya datang untuk membaca surat yang kau tulis. Ayah, aku
menulis sebuah buku. Aku membawanya untuk kuperlihatkan padamu. Apa kau bangga
dengan putrimu?”
Tapi, buku Da Jung telah
bertengger dengan manis di tempat abu ayah. Da Jung menyadari sesuatu dan
tersenyum.
Yul sedang ada jadwal wawancara,
tapi In Ho memberitahunya kalau Reporter Byun akan sedikit terlambat karena
kondisi lalu lintas. “Apakah itu mengganggu wawancara berikutnya?” tanya Yul. Mungkin,
jawab In Ho, jadi ia minta pewawancara berikutnya untuk datang lebih awal.
Baguslah, sahut Yul, ia akan menunggu di sini. In Ho pun pergi memeriksa sudah
sampai di mana pewawancara berikutnya. Tapi In Ho berhenti sebentar, menoleh ke
arah Yul dan tersenyum tipis.
Yul menunggu. Ia melihat jam dan
teringat perkataan Da Jung, “Waktu Anda
kuharap akan terus berlanjut tanpa berhenti.. selamanya.”
“Jongri-nim.”
Yul menoleh dan bangkit dari
kursinya, terkejut. Da Jung berjalan mendekat. Yul hanya diam membeku. “Tidak,
sekarang seharusnya aku memanggilmu Kandidat Kwon bukan?”
Da Jung membungkuk menyapa Yul, “Annyeonghaseyo!
Saya penulis Nam Da Jung yang menulis sebuah buku berjudul Petualangan Menyenangkan Katak Penyuka Roti. Saya dalam tahap
perancangan menulis buku baru yang mencontoh seseorang yang telah menjadi
Perdana Mentri pada suatu masa. Saya harap Anda akan membiarkan saya
mewawancarai Anda, Kandidat Kwon.”
“Buku itu, apa judulnya?”
“Buku yang akan saya tulis berjudul
Perdana Mentri dan Aku.”
“Perdana Mentri dan Aku,” gumam Yul, “Apa karakter utama buku itu ‘Aku’
atau ‘Perdana Mentri’?”
“Tidakkah Anda pikir itu adalah
keduanya?”
Yul yakin itu akan menjadi buku
yang menyenangkan dan bertanya berapa lama wawancaranya akan berlangsung?
“Hanya 10 menit, seperti
sebelumnya. Anda akan membantu saya kan?”
Yul pura-pura berpikir, lalu
berkata ia akan membantu, meskipun ia tak yakin apakah ia bisa membantu.
Da Jung berterimakasih dan minta
izin memperkenalkan diri lagi. “Saya.. Nam Da Jung,” ucap Da Jung mengulurkan
tangannya.
“Saya.. Kwon Yul,” sahut Yul
menjabat tangan Da Jung.
Da Jung tersenyum, “Sekarang.. bisakah kita mulai?”
Yul tersenyum semakin lebar. Mereka berjabatan tangan sambil saling menatap dan
tersenyum.
END.
Komentar:
Omo, my wonderful journey with
PMAI was ruined by this ending, eh not just that, by 4 episodes left. Sejak kemunculan
Na Young, drama yang aku suka banget karena ringan dan heartwarming, mulai
kehilangan intinya. Romcom berubah jadi melodrama. Chemistry Yul dan Da Jung
yang mengagumkan, entah menguap kemana di episode ini. Aku malah merasa mereka
kayak orang asing. Dan jabat tangan? No, it’s not how a romcoms end, it should
be end with a kiss or a hug or a happy wedding or a cheerful family scene. Ini yang
bikin endingnya berasa ngganjel buatku.
Yes sure this is happy ending,
but it should be happier. Aku bisa ngerti point of view
writer-nimnya, ini awal baru bagi Yul dan Da Jung, tanpa alasan apapun di
belakang mereka, hanya cinta. Dan Da Jung juga sudah berjanji kalau takdir
mereka bertemu lagi, Da Jung yang akan memegang tangan Yul. Tapi tapi tapii...
rasanya writer-nim kejam sekali sama Da Jung. Na Young yang menyebalkan pun
dapat happy endingnya, keluarganya nerima dia lagi, anak-anak juga, bahkan Soo
Ho juga sadar. Sementara Da Jung, seseorang yang membawa kebahagiaan kembali ke
Kwon Family, malah harus menderita. Ayah meninggal dan Da Jung terpaksa harus
pisah dengan Yul. Nonton episode-episode terakhir ini rasanya kayak dijatuhin,
tapi nggak ada yang bantuin bangun sampe akhir.
Memang ada banyak hal baik
terjadi di akhir. Hye Joo jadi anggota majelis nasional yang keren sekali. Joon
Ki yang akhirnya nggak cuek lagi sama Madam Na, mereka bahkan punya cute baby
girl. Anak-anak yang udah akur sama sepupunya. Joon Ki yang berteman baik lagi
dengan Yul. Yul yang mau maju pemilihan presiden. In Ho yang tetap di samping
Yul. Da Jung dan impiannya jadi penulis yang terwujud, bahkan mau nulis buku
kedua yang judulnya “Prime Minister and I”.
Sementara scene terakhir, it’s touching, but not satisfying enough.
But still, i love PMAI no matter
what. Let’s rerun this drama, until episode 13, haha! Yul and Da Jung is my
favorite couple, they did communicate to understand each other. I looove them! And
now, the drama has ended, so what should i do to cure my withdrawal syndrome?
Account ini masih aktif kah?? Saya pun sangat suka dengan PMNI ini,,dan sangat setuju kalau di tambah satu episode lagi..(sebuah harapa besar)
ReplyDeleteAduuuh akhirnya kok begini ya,ga seru,padahal sdh berharap akhiryg romantis......
ReplyDeleteaku juga agak kecewa dengan akhirnya koq cuma begitu ya....padahal aku kira akan berakhir dengan suasana yg romantis yg menggambarkan kebersamaan mereka berdua yg happy selamanya .Ah yasudahlah...tapi aku suka koq drama ini, PM Yul sangat bijaksana dengan meanggapi berbagai masalah. cuma ya itu Endingnya yg agak kecewa tidak sesuai dengan bayanganku.
ReplyDeleteAku baru nonton di akhir desember kemarin, sangat terlambat ya...heheh
DeleteAwalnya cuma nyari drama tema pernikahan kontrak, ketemulah PMAI, kemudian marathon sampai kemudian gak sengaja baca salah satu komentar netizen, endingnya agak mengecewakan, aduh gimana ini padahal udah sampai episode 8, akhirnya lanjut aja, tapi masih sangat penasaran, seperti apa sih endingnya, dan berakhir di tulisan ini
ReplyDeleteIya sih agak nyebelin untuk ukuran romcom