Sunday, August 23, 2015

Sinopsis Oh My Ghost Episode 15 Part 2


Sun Woo marah-marah di kantor polisi karena mereka tak mau mencari di semua TK atau sekolah. Alasannya terlalu banyak, dan lagi ini karena perkataan shaman, bahkan dengan investigasi ilmiah saja sulit. Sun Woo tak terima, seseorang hilang dan diculik! Mereka tau Sun Woo frustasi, tapi ini bukan satu-satunya kasus mereka. Mereka bahkan harus makan ramen karena tak sempat makan dengan layak.


Sun Woo keluar dengan kesal, “Memangnya kalian akan melakukan investigasi ilmiah kalau adikmu yang hilang? Kau pasti akan mencoba apapun. Tunggu sebentar lagi, Na Bong Sun. Aku akan datang menemukanmu.”

 
 

Sun Woo pun mencari di banyak sekolah, minimarket di dekatnya, penitipan anak, bahkan panti pijat (err, apa hubungannya Chef?). Soon Ae juga meminta bantuan teman-teman hantunya dan memberitahu ciri-ciri Bong Sun. Umurnya di akhir 20, tingginya kira-kira sama dengannya, tampak seperti anak anjing (eh?), matanya seperti bulan separuh, rambutnya sebahu, dan dia dibawa seorang laki-laki sekarang. Dan yang perlu diingat, ia di tempat dengan banyak anak-anak di dekatnya. Copy that! Semua saling memberitahu hantu lainnya, dan mencari Bong Sun kemanapun.


Meski jujur, temannya merasa terganggu dengan Soon Ae yang sudah menganggu saat berkeliaran merasuki orang-orang. Tapi tetap saja ia tak bisa mengabaikan permintaannya, yang seperti mencari jarum di tumpukan jerami. “Memangnya tempat dengan banyak anak kecil sedikit hah? Apalagi kalau kau mencari di panti asuhan juga,” omelnya.

 
 

Tapi hantu wanita itu mencari di tempat yang tepat, karena Sung Jae keluar dari salah satu ruangan di sana. Langkah Sung Jae yang terhenti di hadapannya membuat hantu itu kaget, kau bisa melihatku? Dan ia refleks lari saat Sung Jae mendekat ke arahnya.


Soon Ae bingung harus mencari Bong Sun di mana. Apalagi saat melihat ayunan di taman dan ingat pembicaraannya dengan Bong Sun tempo hari, makinlah ia merasa bersalah. Harusnya ia yang ditangkap. Harusnya ia tak kabur. Ia harus menemukan Bong Sun yang sudah membuka hatinya dan sangat memikirkannya. Soon Ae tak tau kalau sampai sesuatu terjadi padanya, ia akan..


Hantu wanita tadi menemui Soon Ae, ia sudah mendatangi semua panti asuhan, tapi tak menemukan seorang pun yang mirip dengan yang dimaksud Soon Ae. Ia malah dikagetkan seorang pria yang bisa melihat hantu, dan qi-nya sangat kuat, ia juga sangat tinggi. “Kenapa semua orang bisa melihat hantu akhir-akhir ini? Apa ini tren?” keluhnya. Soon Ae curiga, “Qi-nya sangat kuat?”


Sung Jae kembali membawa makanan untuk Bong Sun. Ia memberi isyarat untuk diam, dan membuka lakban yang menutup mulut Bong Sun. Meski mau menghabisi Bong Sun, ia menyodorkan roti untuk Bong Sun makan. Bong Sun menggeleng, “Officer Choi, masih belum terlambat untuk menyerahkan diri. Demi keluarga yang memikirkanmu, bukan, Eun Hee.. pikirkan soal Eun Hee.”


Sung Jae teriak minta Bong Sun diam. “Siapa yang menyuruhmu bicara? Kau tau aku sangat membenci orang yang banyak bicara?” ujarnya sambil mencekik leher Bong Sun. Bong Sun sudah kesulitan bernapas, tapi untunglah ibu panti datang meminta bantuan Sung Jae. Sung Jae melakban lagi mulut Bong Sun dan keluar dari sana.


Bong Sun terus menangis, dan menatap hantu anak kecil yang kembali ada di sana. ‘Hey, aku bisa melihatmu. Aku bukan orang jahat jadi jangan takut. Kau pernah memindahkan barang sebelumnya? Bisakah kau mencoba menendang ponsel itu ke arahku?’ pinta Bong Sun dalam hati.


Tapi hantu anak kecil itu mengerti dan mencobanya. Ia berhasil di percobaan ketiga, dan Bong Sun meraihnya dengan susah payah. Dirinya yang nyaris tak bertenaga kesulitan memegang ponsel itu di tangannya.


Di Sun Restoran, Min Soo masih annoying seperti biasa, tapi sekarang ia tak berkutik di depan Dong Chul. Ji Woong memuji Dong Chul yang terbaik, kalau tau begini harusnya Dong Chul jujur lebih awal. Sun Woo kembali, dan hanya bertanya tanpa semangat apa semua baik-baik saja? Ia minta maaf sering tak ada di sana.


Panggilan dari nomor asing menghentikan langkah Sun Woo. Ia mengangkatnya, dan karena orang di seberang telpon tak mengatakan apapun, ia langsung tau itu Bong Sun. “Ini Na Bong Sun kan? Di mana kau sekarang?” tanya Sun Woo. Tapi tak ada jawaban apapun, jadi Sun Woo minta Bong Sun mengirim pesan saja. Tutup telponnya dan smskan lokasinya.


Bong Sun mengirimkan pesannya tepat saat Sung Jae mendekat. Ponsel itu langsung Bong Sun lempar ke tempat semula. Sung Jae masuk dan memeriksa ponselnya. Ia menoleh dan mendekati Bong Sun tanpa kata, lalu hanya menutup tirai tempat Bong Sun diikat.


Sun Woo bingung, pesan dari Bong Sun hanya bertuliskan ‘Rosemary’. Joon tanya apa terjadi sesuatu dengan Bong Sun? Sun Woo hanya bertanya di mana mereka mendapatkan rosemary? Joon berkata tempatnya berbeda-beda, kadang dari Yongin-gu dan Ansung-gu. “Apa Bong Sun pergi mencari rosemary?” tanya Ji Woong bingung.


Sun Woo tak menjawab, ia melihat tanaman rosemary milik Eun Hee. Dong Chul bilang Eun Hee membelinya saat pergi ke suatu tempat dengan Sung Jae. “Dengan adik iparku?” tanya Sun Woo kaget. Mendadak ia ingat surat yang pernah ia lihat saat mencari diary Soon Ae, surat dari panti asuhan Haneul.


Seolah menguatkan dugaannya, Shaman Unni menelpon memberitahu yang dilihat hantu wanita tadi. Dan lokasinya persis di dekat panti asuhan. Yakinlah Sun Woo kalau itu panti asuhan tempat Sung Jae dibesarkan di Namhyang-ju. Ia buru-buru pergi sambil memberitahu polisi di mana lokasinya. Shaman Unni dan Soon Ae juga buru-buru pergi kesana dengan taksi.


Eun Hee terus menerus mengkhawatirkan Sung Jae. Kakaknya berkata ia terlalu sensitif, tapi Eun Hee yakin ada sesuatu yang terjadi. Saat itu ponselnya berdering, sebelum orang di seberang telpon bicara, ia tau itu Sung Jae. Sung Jae yang menelpon dari telpon umum mengiyakan dan bertanya apa Eun Hee di restoran?


Eun Hee ada di rumah, dan bertanya di mana Sung Jae? Apa ada masalah? Sung Jae menyangkal, hanya saja ia ingin menenangkan pikirannya dan bertanya, “Apa kakakmu mengatakan sesuatu tentangku?” Eun Hee mengiyakan, Sun Woo memintanya untuk tak khawatir, tapi tetap saja ia khawatir. ”Kau tak hanya pergi menenangkan pikiran kan? Apa yang terjadi? Tak bisakah kau mengatakannya padaku? Apa kau terjebak dalam situasi sulit?” tanya Eun Hee. Sung Jae menyangkal dan mau menutup telponnya, ia akan menelpon lagi nanti.


“Sung Jae-ssi,” tahan Eun Hee. Ia tak tau apa yang terjadi, tapi ia akan selalu ada di sisi Sung Jae dan percaya padanya, “Kau orang yang baik, Sung Jae-ssi.” Sung Jae terdiam dan langsung menutup telponnya.


Polisi datang ke panti asuhan itu dan mulai melakukan pencarian. Sung Jae yang baru kembali melihat itu dan langsung mengarahkan mobilnya untuk membawa Bong Sun. Sun Woo melihat mobil itu pergi, dan plat nomornya.. 2368. Sun Woo berlari secepat kilat ke mobilnya, dan bergegas menyusul. Shaman Unni dan Soon Ae yang baru sampai dengan taksi juga langsung menyuruh taksinya mengejar mereka.

 
 

Ala film action, terjadi kejar-kejaran di jalan raya.. Sung Jae vs Sun Woo. Selagi Sung Jae fokus menyetir, Bong Sun berhasil melepas ikatan di kakinya, meraih pisau yang ada di dekatnya, dan menusuk perut Sung Jae sekuat tenaga. Sung Jae langsung kehilangan kendali atas mobilnya. Mobilnya oleng kesana kemari dan nyaris menabrak mobil lain. Saat akhirnya berhenti, tanpa menunggu Bong Sun keluar ke jalan raya yang ramai. Tak punya pilihan lain, Sung Jae melarikan diri dengan mobilnya.


Melihat Bong Sun di jalanan, Sun Woo langsung turun dari mobilnya dan menghentikan mobil yang mengarah ke Bong Sun. Bong Sun terus menangis menyebut namanya saat Sun Woo menggendongnya ke tempat yang lebih aman (meski tetep ya bok di tengah jalan).


Sun Woo membuka lakban di mulut Bong Sun, melepas ikatan di tangannya, dan menenangkannya. “Kau baik-baik saja sekarang,” ujarnya sambil memeluk Bong Sun yang terus menangis.


Shaman Unni dan Soon Ae sampai. Soon Ae benar-benar merasa bersalah dan minta maaf pada Bong Sun. Shaman Unni tanya di mana Sung Jae? Dan ia memutuskan untuk mengejarnya dengan mobil Sun Woo saat tau Sung Jae berhasil melarikan diri.


Tapi cara Shaman Unni menyetir membuat Soon Ae berpegangan kencang-kencang pada kursinya, minta Shaman Unni menurunkan kecepatan. “Hey, hantu macam apa yang begitu penakut? Pernahkah kau melihat orang pelan-pelan saat mengejar orang lain? Kalau ada yang mati, itu pasti aku. Kau tak akan mati lagi,” ujar Shaman Unni yang membawa mobil Sun Woo zig zag dengan kencangnya sampai Soon Ae ikut teriak kencang. Hahaa, you rock Shaman Unni!


Hari sudah hampir gelap saat mereka menemukan mobil Sung Jae berhenti di sebuah jalan kecil. Tapi mobil itu sudah kosong. Soon Ae melihat bekas darah di pintu mobil dan sepanjang jalan. Mereka pun mengikuti jejak darah itu.

 
 

Sun Woo membuatkan bubur, tapi saat kembali ke kamarnya Bong Sun sudah tertidur. Sun Woo memandangi Bong Sun-nya yang tidur dengan dahi berkerut, berterimakasih karena Bong Sun sudah kembali dengan selamat. Sun Woo berbaring di sampingnya dan menepuk-nepuk Bong Sun yang tampak gelisah dalam tidurnya. Sampai ia sendiri tertidur dengan tangannya yang terus menggenggam tangan Bong Sun.


Jejak darah sudah tak ada, dan Shaman Unni dan Soon Ae sampai di sebuah gedung kosong. Shaman Unni bisa merasakan hawa dingin dari sana, juga bau darah. Mereka lalu masuk dan naik ke atas, meski Shaman Unni terus membuat keributan karena gelap (padahal udah nyalain senter). Hahaa, Shaman Unni ini shaman tapi kok ya kagetan?

 
 

Sung Jae melihat mereka, dan dengan kepayahan karena luka di perutnya, Sung Jae memaksakan diri melangkah sampai atap gedung.


Praang! Pigura foto Eun Hee dan Sung Jae tak sengaja jatuh. Eun Hee terbangun dan melihat bingkai foto yang pecah berkeping-keping. Firasat buruk...


Shaman Unni dan Soon Ae sampai di atap gedung yang hening. Dan tiba-tiba Sung Jae berlari menyerang, untung Soon Ae melihat dan berhasil menyelamatkan Unninya. Sung Jae berbalik, “Kau bisa melacakku dengan baik sampai kemari.”


Soon Ae: “Kenapa kau melakukannya? Kalau kau tak punya niat buruk, aku tak perlu mati.” Sung Jae tak menjawab dan berlari menyerang. Tapi Shaman Unni merapal mantera sambil melempar kacang merah ke arahnya. Sung Jae teriak kesakitan, dan roh jahat keluar dari tubuhnya.


Roh jahat itu mau menyerang Shaman Unni. Tapi ia tak bisa mendekat karena Shaman Unni punya tongkatnya sebagai tameng, dan ia terus merapal berbagai mantera.

 
 

Roh jahat itu berbalik ke arah Sung Jae yang tampak shock. Ingatannya bergantian menampilkan kenangannya dengan Eun Hee, ibunya juga Sun Woo, juga Soon Ae. Sung Jae shock dan matanya berkaca-kaca mengingat semua itu. Tapi roh jahat itu kembali ke tubuhnya, meski Sung Jae terus berontak agar roh jahat itu keluar. Tak berhasil.

 
 

Ia bangkit perlahan, memandangi Soon Ae yang ketakutan dengan ekspresi tersiksa sekaligus bersalah, dan berlari ke ujung atap gedung. Perlahan ia memundurkan langkahnya, dan menjatuhkan diri dari situ. Soon Ae terduduk lemas melihat Sung Jae menghilang dari pandangannya.


Di tanah, Sung Jae terkapar dengan darah segar terus mengucur dari kepalanya.


Komentar:
Woah, such an intense and dark episode! But one word to say about Im Joo Hwan's acting.. DAEBAK! Gila, aku bisa takut dan kasihan sekaligus di scene terakhir.

One more episode to go, ready to let it go? Unfortunately i'm not! *nangis sesenggukan di pelukan Chef*

Saturday, August 22, 2015

Sinopsis Oh My Ghost Episode 15 Part 1

 
 
 

Ingatan Soon Ae kembali, dan dengan shock ia tanya alasan Sung Jae membunuhnya. Sung Jae melakukannya karena Soon Ae melihat yang tak seharusnya ia lihat. Soon Ae tetap tak mengerti, bagaimana bisa seseorang..? Ia yakin kejahatan Sung Jae akan terbongkar dan tak akan bisa melarikan diri lagi. “Diam!” teriak Sung Jae. Tapi Soon Ae tak berhenti, Sung Jae pasti akan membayar kejahatannya dan terperangkap dalam tubuh itu selamanya.


Sung Jae makin marah, dan berusaha mencekiknya. Tapi tentu tak berhasil, karena Soon Ae hantu. Soon Ae lalu berlari secepat mungkin, dan lompat ke bis yang berjalan karena Sung Jae terus mengejarnya. Sung Jae hanya bisa teriak marah karena targetnya berhasil kabur.

[Tiga tahun lalu]


Sung Jae sedang razia pengemudi mabuk, dan ternyata orang di dalam mobil adalah ayah angkatnya. “Sepertinya kau mengenaliku, Ayah,” sapa Sung Jae pada Ayah yang tampak kaget melihatnya. Tentu, Ayah tak akan bisa lupa mata yang melihat Myung Joon-nya seperti hendak membunuhnya. Seharusnya Ayah tak pernah membawa Sung Jae pulang tanpa tau motif aslinya. Ayah lalu tertawa meremehkan, “Kau jadi polisi?”


“Kenapa? Tak bisakah aku jadi polisi?” tanya Sung Jae balik. Ayah tak begitu peduli, yang penting ia tak ingin mereka bertemu lagi meski cuma kebetulan. Melihat Sung Jae hanya membawa kembali kenangan yang lebih baik ia lupakan, ujar Ayah lalu pergi.


Di restorannya, Soon Ae tadi mendengar kalau Sung Jae masuk shift malam hari ini, jadi dengan semangatnya ia membuatkan makanan favoritnya.

 
 

Sung Jae melihat sendiri betapa orang tua angkatnya sangat memanjakan anak mereka. Dan itu membuat ia akan menyerang ayahnya yang pergi membuang sampah dengan palu. Dua kali Sung Jae mencoba, tapi dua kali itu juga tangannya terhenti. Ayahnya yang terus bergumam ingin membelikan es krim untuk Myung Joon sama sekali tak menyadari ada orang di belakangnya dan ingin menyerangnya.

 
 

Tanpa sadar Sung Jae meneteskan air mata dan pergi dari sana. Ia menyetir dengan perasaan kalut, sampai mobilnya terhenti sendiri.. tanpa sadar ia menabrak seseorang. Sung Jae panik, seorang gadis terkapar di jalanan karenanya.


Tapi sebuah bayangan hitam mendekat dan.. dalam hitungan detik, ekspresi paniknya hilang. Ia bersikap seolah itu bukan masalah besar, dan kembali masuk ke mobilnya. Ia menjalankan lagi mobilnya dengan wajah dingin, dan membiarkan ban mobilnya menggilas kaki gadis itu.


Soon Ae melihat itu, dan panik menelpon 911 dari telpon umum karena ponselnya tertinggal. Ia melaporkan tabrak lari itu, dan minta ambulance cepat datang.


Dalam keadaan shock Soon Ae kembali ke restoran dan menuliskan plat mobil yang dilihatnya tadi di diarynya.. 2368. Tanpa tau siapa yang ada di dalam mobil itu, Soon Ae menelpon Sung Jae dan memintanya datang.

 
 

Sung Jae datang, dan Soon Ae langsung memberitahu kalau ia baru saja menjadi saksi kasus tabrak lari. Ia sudah menelpon ambulance dan orang itu sudah dibawa ke RS, dan ia melihat plat mobil yang menabraknya. Soon Ae mau melaporkannya ke polisi, tapi lalu ia mengingat Sung Jae. “Ah, kau melakukannya dengan bagus, Soon Ae-ssi,” puji Sung Jae, “Jadi, berapa plat nomornya?”

 
 

“2368,” jawab Soon Ae langsung. Tapi ekspresi leganya langsung hilang saat melihat mobil Sung Jae yang terparkir di luar, plat nomornya persis seperti yang baru saja ia sebutkan. Ia terdiam, dan dengan panik dan suara terbata-bata, ia berkata lupa harus menjemput ayahnya yang pergi minum dengan temannya, ujar Soon Ae lalu berlari pergi.


Tapi Sung Jae mengejarnya. Soon Ae berhasil sembunyi, tapi tangannya yang gemetaran membuat ponselnya terjatuh saat akan menelpon ayahnya. Bunyi itu membuat Sung Jae menemukannya.


Soon Ae pun berakhir di jok belakang mobil Sung Jae dengan tangan dan mulut dilakban. Diam-diam Soon Ae menelpon ayahnya, tapi tak ada jawaban. Ia mulai menuliskan pesan soal plat nomor itu, tapi Sung Jae yang sudah menghentikan mobilnya menoleh, “Kita sudah sampai sekarang.”


Dengan kejamnya Sung Jae membenamkan kepala Soon Ae berkali-kali ke air sampai ia tak bernapas lagi. Sung Jae yang dirasuki roh jahat, santai saja lalu mandi dan minum jus jambu sambil memandangi tubuh Soon Ae yang terbujur kaku di lantai kamar mandi. Dan untuk menghilangkan bukti, Sung Jae melempar tubuh Soon Ae dari atas jembatan.


Hari masih belum terang saat Kyung Mo dan ayah histeris saat jenazah Soon Ae ditemukan di sungai. Ayah terus menangis dan berteriak memanggil nama Soon Ae.


Sadarlah Soon Ae kalau ia bukan hantu perawan, ia sudah mati tiba-tiba dan tak bisa pergi dengan tenang. Ia hanya seorang hantu dengan dendam besar yang belum terselesaikan. Seolah mengerti kesedihannya, saat itu hujan turun dengan derasnya dan membuat semua orang kebasahan.


Shaman Unni yang penasaran menunggu kabar dari Soon Ae lagi-lagi dikagetkan Soon Ae yang hanya berdiri diam di dekat pintu. Ia yang tadinya mau ngomel langsung berhenti melihat wajah sedih Soon Ae. Soon Ae yang menangis berkata ia ingat kenapa ia meninggal dan bagaimana itu terjadi, ia ingat itu semua sekarang. Shaman Unni memeluk Soon Ae dan menahan tubuhnya yang nyaris jatuh karena shock.


Saat sudah lebih tenang, Shaman Unni minta pikiran Soon Ae tetap lurus. Lawannya adalah seseorang yang dirasuki roh jahat. Dan karena sekarang ia sudah melihat wajah Soon Ae, ia pasti tak akan tinggal diam. Soon Ae hanya diam dengan kepala yang tertunduk lemah.

 
 

Sung Jae yang terus mencari Soon Ae malah bertemu ayah Soon Ae di jalan. Dengan ramahnya ia menawarkan diri membawakan bawaan ayah. Ayah tak masalah, ia hanya membeli camilan kesukaannya dan Kyung Mo. Tapi jumlah yang banyak membuat Sung Jae heran, dan tanpa curiga ayah berkata mereka punya tamu di rumah. Ayah memang tak memberitahu siapa yang ada di rumahnya, tapi sepertinya Sung Jae bisa menebaknya dengan mudah.


Setelah memikirkan kata-kata Soon Ae tadi siang soal plat nomor itu, Bong Sun menelpon Sun Woo yang ada di speed dial nomor 1-nya. Bong Sun ingin menyusul Sun Woo ke restorannya, tapi Sun Woo mencegah. Ia yang akan pergi, sudah malam dan ia minta Bong Sun menunggu. Ayah lalu kembali dengan Bong Sun yang menyambutnya, dan memanggil Kyung Mo untuk makan snack bersama mereka.


“Chef seharusnya sudah di sini,” gumam Bong Sun yang lalu menunggu di luar. Bong Sun langsung menoleh saat seseorang mendekat, mengira itu Sun Woo. Tapi orang itu membungkam mulutnya dan menariknya pergi dari sana.


Saat sampai, Sun Woo terus menelpon Bong Sun, tapi ponselnya selalu tak aktif padahal ia sudah bilang untuk tak pernah mematikan ponselnya. Ia sudah mau masuk restoran, saat kakinya menyentuh sesuatu.. sepatu Bong Sun yang cuma sebelah. “Na Bong..” serunya panik sambil melihat sekeliling. Ia mencoba menelpon Bong Sun lagi, tapi tetap tak aktif. Sun Woo lalu menelpon kantor polisi, bertanya apa Sung Jae ada di situ?


Shaman Unni sedang melakukan ritual agar kekuatannya kembali saat Sun Woo dengan panik datang dan memberitahu kalau Bong Sun menghilang, juga adik iparnya. Shaman Unni khawatir, roh jahat itu pasti memilih Bong Sun sebagai tamengnya. Sun Woo tak mengerti, “Apa maksudmu dengan roh jahat?”


Shaman Unni pun menjelaskan semuanya. Soal Soon Ae yang sudah mengingat semuanya, ia menjadi saksi saat Sung Jae menabrak Eun Hee dengan mobil. Ia mau melaporkannya ke polisi, tapi lalu dibunuh olehnya. Sung Jae dirasuki roh jahat, dan hanya menggunakan topeng sebagai manusia.


Di rumah, Eun Hee mengkhawatirkan suaminya yang tak bisa dihubungi. Kejadian yang menimpa Officer Han membuatnya makin takut. Ibu berusaha menenangkan, ia bukan anak 1 atau 2 tahun, mungkin ia bertemu dengan temannya. Tapi tetap saja Eun Hee merasa perasaannya tak enak.


Tiba-tiba Eun Hee teringat sesuatu, ia sedang tidur saat Sung Jae menaruh sesuatu di koper di atas lemari, tapi ia terbangun dan melihatnya. Dan sekarang Eun Hee minta ibunya mengambilkan koper itu. Ibu melakukannya, tapi isi koper itu penuh barang-barang mencurigakan. Terutama dompet dan ponsel yang layarnya sudah retak.


Dompet itu, dompet milik Officer Han. Dan ponsel itu, saat dinyalakan, tiga wajah yang muncul sebagai wallpaper sama sekali asing untuk Eun Hee.


Sun Woo datang di saat yang tepat. Tak ingin Eun Hee dan ibunya curiga, Sun Woo berbohong tadi ia bertemu Sung Jae yang lalu harus menjalankan tugas di area pinggiran, tapi lupa mau memberitahu. Ibu percaya, tapi Eun Hee tetap curiga, “Lalu ini apa? Kenapa Sung Jae punya barang-barang ini di kopernya? Ini dompet Officer Han dan ponsel milik seseorang yang tak kukenal.”


“Bukankah ini bukti dari kasus-kasusnya?” dalih Sun Woo yang lalu membereskan barang-barang itu agar Eun Hee tak makin khawatir.


Bukti itu membuat Sun Woo dan beberapa mobil polisi pergi ke tempat terakhir kali ponsel Sung Jae terlacak. Mereka menggrebek tempat itu, tapi tak ada siapa-siapa. Hanya ponsel Sung Jae yang sengaja ditinggalkan di sana. Sun Woo hanya bisa menghela napas khawatir, “Na Bong Sun..”


Sun Restoran sedang santai, seolah pengunjung tau kalau Chef tak disana. Bahkan Eun Hee juga tak masuk karena sakit. Mereka bingung, kemana Chef mereka? Joon merasa akhir-akhir ini Chef tak seperti dirinya. Dan karena Sun Woo tak ada, Min Soo makin bertingkah sesukanya. “Aigoo aigoo, hanya karena harimau tak di rumah, rubah ini berpura-pura jadi raja,” komentar Ji Woong melihat Min Soo yang bertingkah berlebihan karena pelanggannya adalah seniornya di sekolah.


Ia memperkenalkan menu kreasinya (sekaligus membanggakannya).. Shrek pasta. Sunbae Min Soo mencicipinya, dan memujinya enak, tapi mulutnya terasa kering. Min Soo yang show up tak kira-kira menyuruh Dong Chul mengambilkan sampanye, dan berkata kalau mereka semua itu bawahannya.


Dong Chul terpaksa mengambilkannya. Awalnya sunbae Min Soo tak memperhatikan, tapi karena Min Soo yang annoying terus mengganggu Dong Chul. Sunbae itu pun mengenali kalau Dong Chul adalah sunbaenya di SMA Yong Jin. Dong Chul juga mengingatnya, dan si sunbae menyapanya hormat. Min Soo tertawa tak percaya, bagaimana bisa Dong Chul jadi sunbaenya sunbae Min Soo? Si brengsek ini?


Dan plak, Min Soo mendapat tamparan berkali-kali, “Hey, kau tak tau sunbae Jo Dong Chul?” Dia membereskan semua dengan tendangannya yang fenomenal. Dong Chul mulai mencoba tendangannya, “Aah.. Sous Chef, jadi kau juniorku di SMA?” Min Soo cuma bisa diam, dan menurut saja saat didorong untuk memberi hormat pada Dong Chul.


Shaman Unni berusaha mencari keberadaan Bong Sun dengan kekuatannya. Ia merasa akan melihat sesuatu, tapi lalu tak bisa. Sun Woo tak sabar dan minta Shaman Unni terus berusaha sampai bisa melihatnya, “Kupikir kau ahlinya dalam menemukan orang. Kenapa kau tak bisa menemukan Na Bong Sun?”

Shaman Unni juga ingin melihatnya, tapi ia kehilangan banyak kekuatan akhir-akhir ini. Soon Ae yang tak tega melihat frustasinya Sun Woo minta Shaman Unni terus mencobanya, kalau sesuatu terjadi pada Bong Sun, ia akan merasa bersalah padanya dan Chef. Shaman Unni mengerti, tapi ia minta mereka berdua tak terus melihatnya seperti itu.


Barulah Shaman Unni bisa melihat sesuatu. Tempatnya di sekitar Seoul, tak jauh, tapi ada suara-suara yang terus mengganggunya.. suara anak-anak. Banyak anak-anak.


Dan penglihatan Shaman Unni benar, Sung Jae ada di panti asuhan, bermain dengan banyak anak. Ibu panti memuji Sung Jae yang tak hanya memberi donasi, tapi juga mau bermain dengan mereka. Sung Jae merendah, ia juga tumbuh besar di sini. Ibu panti tau, ia sudah mendengarnya, dan ia juga dengar kalau Sung Jae mendonasikan sebuah mobil. Mobil dengan plat nomor 2368.

 
 

Sung Jae hanya mengiyakan. Dan selama di sini, Sung Jae diberikan satu ruangan, dan Bong Sun ada di sana dalam keadaan tangan terikat dan mulut tertutup lakban. Sung Jae memandangi ekspresi Bong Sun yang tampak sangat ketakutan, padahal ia tak akan melakukan apapun padanya secepat ini. Itu tak akan menyenangkan, menurutnya.


Bong Sun hanya diam dan menangis. Saat menoleh ia melihat hantu seorang anak kecil di pojok kamar. Anak itu hanya duduk diam, tapi begitu Sung Jae menoleh ke arahnya, anak itu refleks teriak ketakutan dan kabur. Sung Jae menutup lagi tiirainya dan pergi.


Bong Sun memikirkan cara agar bisa selamat, bukan karena ia takut. Ia lebih takut Chef khawatir. Ia bertanya-tanya di mana dirinya sekarang, sepertinya satu jam perjalanan dengan mobil dari Seoul. Bong Sun tak tau ia di mana, tapi ada bau yang familiar di hidungnya.


Ia ingat, Chef dulu pernah mengajari mereka masak dengan daun rosemary dan minta mereka mencium aromanya dengan seksama. Dan benar itu bau daun rosemary, karena ada kebun tanaman herbal di dekat sana. 


Bersambung ke Part 2