Sun Woo marah-marah di kantor polisi karena mereka tak mau mencari di semua TK atau sekolah. Alasannya terlalu banyak, dan lagi ini karena perkataan shaman, bahkan dengan investigasi ilmiah saja sulit. Sun Woo tak terima, seseorang hilang dan diculik! Mereka tau Sun Woo frustasi, tapi ini bukan satu-satunya kasus mereka. Mereka bahkan harus makan ramen karena tak sempat makan dengan layak.
Sun Woo keluar dengan kesal, “Memangnya
kalian akan melakukan investigasi ilmiah kalau adikmu yang hilang? Kau pasti
akan mencoba apapun. Tunggu sebentar lagi, Na Bong Sun. Aku akan datang
menemukanmu.”
Sun Woo pun mencari di banyak
sekolah, minimarket di dekatnya, penitipan anak, bahkan panti pijat (err, apa
hubungannya Chef?). Soon Ae juga meminta bantuan teman-teman hantunya dan
memberitahu ciri-ciri Bong Sun. Umurnya di akhir 20, tingginya kira-kira sama
dengannya, tampak seperti anak anjing (eh?), matanya seperti bulan separuh,
rambutnya sebahu, dan dia dibawa seorang laki-laki sekarang. Dan yang perlu
diingat, ia di tempat dengan banyak anak-anak di dekatnya. Copy that! Semua saling
memberitahu hantu lainnya, dan mencari Bong Sun kemanapun.
Meski jujur, temannya merasa
terganggu dengan Soon Ae yang sudah menganggu saat berkeliaran merasuki
orang-orang. Tapi tetap saja ia tak bisa mengabaikan permintaannya, yang
seperti mencari jarum di tumpukan jerami. “Memangnya tempat dengan banyak anak
kecil sedikit hah? Apalagi kalau kau mencari di panti asuhan juga,” omelnya.
Tapi hantu wanita itu mencari di
tempat yang tepat, karena Sung Jae keluar dari salah satu ruangan di sana. Langkah
Sung Jae yang terhenti di hadapannya membuat hantu itu kaget, kau bisa
melihatku? Dan ia refleks lari saat Sung Jae mendekat ke arahnya.
Soon Ae bingung harus mencari
Bong Sun di mana. Apalagi saat melihat ayunan di taman dan ingat pembicaraannya
dengan Bong Sun tempo hari, makinlah ia merasa bersalah. Harusnya ia yang
ditangkap. Harusnya ia tak kabur. Ia harus menemukan Bong Sun yang sudah
membuka hatinya dan sangat memikirkannya. Soon Ae tak tau kalau sampai sesuatu
terjadi padanya, ia akan..
Hantu wanita tadi menemui Soon
Ae, ia sudah mendatangi semua panti asuhan, tapi tak menemukan seorang pun yang
mirip dengan yang dimaksud Soon Ae. Ia malah dikagetkan seorang pria yang bisa
melihat hantu, dan qi-nya sangat kuat, ia juga sangat tinggi. “Kenapa semua
orang bisa melihat hantu akhir-akhir ini? Apa ini tren?” keluhnya. Soon Ae
curiga, “Qi-nya sangat kuat?”
Sung Jae kembali membawa makanan
untuk Bong Sun. Ia memberi isyarat untuk diam, dan membuka lakban yang menutup
mulut Bong Sun. Meski mau menghabisi Bong Sun, ia menyodorkan roti untuk Bong
Sun makan. Bong Sun menggeleng, “Officer Choi, masih belum terlambat untuk
menyerahkan diri. Demi keluarga yang memikirkanmu, bukan, Eun Hee.. pikirkan
soal Eun Hee.”
Sung Jae teriak minta Bong Sun
diam. “Siapa yang menyuruhmu bicara? Kau tau aku sangat membenci orang yang
banyak bicara?” ujarnya sambil mencekik leher Bong Sun. Bong Sun sudah
kesulitan bernapas, tapi untunglah ibu panti datang meminta bantuan Sung Jae.
Sung Jae melakban lagi mulut Bong Sun dan keluar dari sana.
Bong Sun terus menangis, dan
menatap hantu anak kecil yang kembali ada di sana. ‘Hey, aku bisa melihatmu. Aku bukan orang jahat jadi jangan takut. Kau pernah
memindahkan barang sebelumnya? Bisakah kau mencoba menendang ponsel itu ke
arahku?’ pinta Bong Sun dalam hati.
Tapi hantu anak kecil itu mengerti dan mencobanya. Ia berhasil di percobaan ketiga, dan Bong Sun meraihnya dengan susah payah. Dirinya yang nyaris tak bertenaga kesulitan memegang ponsel itu di tangannya.
Tapi hantu anak kecil itu mengerti dan mencobanya. Ia berhasil di percobaan ketiga, dan Bong Sun meraihnya dengan susah payah. Dirinya yang nyaris tak bertenaga kesulitan memegang ponsel itu di tangannya.
Di Sun Restoran, Min Soo masih
annoying seperti biasa, tapi sekarang ia tak berkutik di depan Dong Chul. Ji
Woong memuji Dong Chul yang terbaik, kalau tau begini harusnya Dong Chul jujur
lebih awal. Sun Woo kembali, dan hanya bertanya tanpa semangat apa semua
baik-baik saja? Ia minta maaf sering tak ada di sana.
Panggilan dari nomor asing
menghentikan langkah Sun Woo. Ia mengangkatnya, dan karena orang di seberang
telpon tak mengatakan apapun, ia langsung tau itu Bong Sun. “Ini Na Bong Sun
kan? Di mana kau sekarang?” tanya Sun Woo. Tapi tak ada jawaban apapun, jadi
Sun Woo minta Bong Sun mengirim pesan saja. Tutup telponnya dan smskan
lokasinya.
Bong Sun mengirimkan pesannya
tepat saat Sung Jae mendekat. Ponsel itu langsung Bong Sun lempar ke tempat
semula. Sung Jae masuk dan memeriksa ponselnya. Ia menoleh dan mendekati Bong
Sun tanpa kata, lalu hanya menutup tirai tempat Bong Sun diikat.
Sun Woo bingung, pesan dari Bong
Sun hanya bertuliskan ‘Rosemary’. Joon
tanya apa terjadi sesuatu dengan Bong Sun? Sun Woo hanya bertanya di mana
mereka mendapatkan rosemary? Joon
berkata tempatnya berbeda-beda, kadang dari Yongin-gu dan Ansung-gu. “Apa Bong
Sun pergi mencari rosemary?” tanya Ji
Woong bingung.
Sun Woo tak menjawab, ia melihat
tanaman rosemary milik Eun Hee. Dong
Chul bilang Eun Hee membelinya saat pergi ke suatu tempat dengan Sung Jae. “Dengan
adik iparku?” tanya Sun Woo kaget. Mendadak ia ingat surat yang pernah ia lihat
saat mencari diary Soon Ae, surat dari panti asuhan Haneul.
Seolah menguatkan dugaannya,
Shaman Unni menelpon memberitahu yang dilihat hantu wanita tadi. Dan lokasinya persis
di dekat panti asuhan. Yakinlah Sun Woo kalau itu panti asuhan tempat Sung Jae
dibesarkan di Namhyang-ju. Ia buru-buru pergi sambil memberitahu polisi di mana
lokasinya. Shaman Unni dan Soon Ae juga buru-buru pergi kesana dengan taksi.
Eun Hee terus menerus
mengkhawatirkan Sung Jae. Kakaknya berkata ia terlalu sensitif, tapi Eun Hee
yakin ada sesuatu yang terjadi. Saat itu ponselnya berdering, sebelum orang di
seberang telpon bicara, ia tau itu Sung Jae. Sung Jae yang menelpon dari telpon
umum mengiyakan dan bertanya apa Eun Hee di restoran?
Eun Hee ada di rumah, dan
bertanya di mana Sung Jae? Apa ada masalah? Sung Jae menyangkal, hanya saja ia
ingin menenangkan pikirannya dan bertanya, “Apa kakakmu mengatakan sesuatu
tentangku?” Eun Hee mengiyakan, Sun Woo memintanya untuk tak khawatir, tapi
tetap saja ia khawatir. ”Kau tak hanya pergi menenangkan pikiran kan? Apa yang
terjadi? Tak bisakah kau mengatakannya padaku? Apa kau terjebak dalam situasi
sulit?” tanya Eun Hee. Sung Jae menyangkal dan mau menutup telponnya, ia akan
menelpon lagi nanti.
“Sung Jae-ssi,” tahan Eun Hee. Ia
tak tau apa yang terjadi, tapi ia akan selalu ada di sisi Sung Jae dan percaya
padanya, “Kau orang yang baik, Sung Jae-ssi.” Sung Jae terdiam dan langsung
menutup telponnya.
Polisi datang ke panti asuhan
itu dan mulai melakukan pencarian. Sung Jae yang baru kembali melihat itu dan
langsung mengarahkan mobilnya untuk membawa Bong Sun. Sun Woo melihat mobil itu
pergi, dan plat nomornya.. 2368. Sun Woo berlari secepat kilat ke mobilnya, dan
bergegas menyusul. Shaman Unni dan Soon Ae yang baru sampai dengan taksi juga
langsung menyuruh taksinya mengejar mereka.
Ala film action, terjadi
kejar-kejaran di jalan raya.. Sung Jae vs Sun Woo. Selagi Sung Jae fokus
menyetir, Bong Sun berhasil melepas ikatan di kakinya, meraih pisau yang ada di
dekatnya, dan menusuk perut Sung Jae sekuat tenaga. Sung Jae langsung
kehilangan kendali atas mobilnya. Mobilnya oleng kesana kemari dan nyaris
menabrak mobil lain. Saat akhirnya berhenti, tanpa menunggu Bong Sun keluar ke
jalan raya yang ramai. Tak punya pilihan lain, Sung Jae melarikan diri dengan
mobilnya.
Melihat Bong Sun di jalanan, Sun
Woo langsung turun dari mobilnya dan menghentikan mobil yang mengarah ke Bong
Sun. Bong Sun terus menangis menyebut namanya saat Sun Woo menggendongnya ke
tempat yang lebih aman (meski tetep ya bok di tengah jalan).
Sun Woo membuka lakban di mulut
Bong Sun, melepas ikatan di tangannya, dan menenangkannya. “Kau baik-baik saja
sekarang,” ujarnya sambil memeluk Bong Sun yang terus menangis.
Shaman Unni dan Soon Ae sampai.
Soon Ae benar-benar merasa bersalah dan minta maaf pada Bong Sun. Shaman Unni tanya
di mana Sung Jae? Dan ia memutuskan untuk mengejarnya dengan mobil Sun Woo saat
tau Sung Jae berhasil melarikan diri.
Tapi cara Shaman Unni menyetir
membuat Soon Ae berpegangan kencang-kencang pada kursinya, minta Shaman Unni
menurunkan kecepatan. “Hey, hantu macam apa yang begitu penakut? Pernahkah kau
melihat orang pelan-pelan saat mengejar orang lain? Kalau ada yang mati, itu
pasti aku. Kau tak akan mati lagi,” ujar Shaman Unni yang membawa mobil Sun Woo
zig zag dengan kencangnya sampai Soon Ae ikut teriak kencang. Hahaa, you rock
Shaman Unni!
Hari sudah hampir gelap saat
mereka menemukan mobil Sung Jae berhenti di sebuah jalan kecil. Tapi mobil itu
sudah kosong. Soon Ae melihat bekas darah di pintu mobil dan sepanjang jalan. Mereka
pun mengikuti jejak darah itu.
Sun Woo membuatkan bubur, tapi
saat kembali ke kamarnya Bong Sun sudah tertidur. Sun Woo memandangi Bong
Sun-nya yang tidur dengan dahi berkerut, berterimakasih karena Bong Sun sudah
kembali dengan selamat. Sun Woo berbaring di sampingnya dan menepuk-nepuk Bong
Sun yang tampak gelisah dalam tidurnya. Sampai ia sendiri tertidur dengan
tangannya yang terus menggenggam tangan Bong Sun.
Jejak darah sudah tak ada, dan
Shaman Unni dan Soon Ae sampai di sebuah gedung kosong. Shaman Unni bisa
merasakan hawa dingin dari sana, juga bau darah. Mereka lalu masuk dan naik ke
atas, meski Shaman Unni terus membuat keributan karena gelap (padahal udah
nyalain senter). Hahaa, Shaman Unni ini shaman tapi kok ya kagetan?
Sung Jae melihat mereka, dan
dengan kepayahan karena luka di perutnya, Sung Jae memaksakan diri melangkah
sampai atap gedung.
Praang! Pigura foto Eun Hee dan
Sung Jae tak sengaja jatuh. Eun Hee terbangun dan melihat bingkai foto yang
pecah berkeping-keping. Firasat buruk...
Shaman Unni dan Soon Ae sampai
di atap gedung yang hening. Dan tiba-tiba Sung Jae berlari menyerang, untung
Soon Ae melihat dan berhasil menyelamatkan Unninya. Sung Jae berbalik, “Kau
bisa melacakku dengan baik sampai kemari.”
Soon Ae: “Kenapa kau
melakukannya? Kalau kau tak punya niat buruk, aku tak perlu mati.” Sung Jae tak
menjawab dan berlari menyerang. Tapi Shaman Unni merapal mantera sambil
melempar kacang merah ke arahnya. Sung Jae teriak kesakitan, dan roh jahat
keluar dari tubuhnya.
Roh jahat itu mau menyerang Shaman Unni. Tapi ia tak bisa mendekat karena Shaman Unni punya tongkatnya sebagai tameng, dan ia terus merapal berbagai mantera.
Roh jahat itu mau menyerang Shaman Unni. Tapi ia tak bisa mendekat karena Shaman Unni punya tongkatnya sebagai tameng, dan ia terus merapal berbagai mantera.
Roh jahat itu berbalik ke arah
Sung Jae yang tampak shock. Ingatannya bergantian menampilkan kenangannya
dengan Eun Hee, ibunya juga Sun Woo, juga Soon Ae. Sung Jae shock dan matanya
berkaca-kaca mengingat semua itu. Tapi roh jahat itu kembali ke tubuhnya, meski
Sung Jae terus berontak agar roh jahat itu keluar. Tak berhasil.
Ia bangkit perlahan, memandangi Soon Ae yang ketakutan dengan ekspresi tersiksa sekaligus bersalah, dan berlari ke ujung atap gedung. Perlahan ia memundurkan langkahnya, dan menjatuhkan diri dari situ. Soon Ae terduduk lemas melihat Sung Jae menghilang dari pandangannya.
Ia bangkit perlahan, memandangi Soon Ae yang ketakutan dengan ekspresi tersiksa sekaligus bersalah, dan berlari ke ujung atap gedung. Perlahan ia memundurkan langkahnya, dan menjatuhkan diri dari situ. Soon Ae terduduk lemas melihat Sung Jae menghilang dari pandangannya.
Di tanah, Sung Jae terkapar
dengan darah segar terus mengucur dari kepalanya.
Komentar:
Woah, such an intense and dark episode! But one word to say about Im Joo Hwan's acting.. DAEBAK! Gila, aku bisa takut dan kasihan sekaligus di scene terakhir.
One more episode to go, ready to let it go? Unfortunately i'm not! *nangis sesenggukan di pelukan Chef*