Soon Ae belum mau berpisah dan
melepaskan tangan Sun Woo meskipun mereka sudah sampai. Hanya berpegangan
tangan ternyata sangat menyenangkan, dan Sun Woo ingin menjalani semuanya
pelan-pelan karena seenak apapun suatu makanan kalau dimakan terlalu cepat bisa
membuat salah cerna. Salah cerna di hati jauh lebih bahaya daripada untuk
tubuh. Soon Ae mengangguk, hanya saja bagaimana kalau ia tak punya banyak
waktu?
“Kenapa kau tak punya waktu? Ini
bukannya seperti kau akan mati besok,” sahut Sun Woo yang menyangka itu cuma
alasan baru. “Kenapa? Kau mau memarahiku lagi?” balas Soon Ae yang kembali
riang. Sun Woo ingin marah, tapi tak bisa. Ia mengajak Soon Ae masuk, tapi Soon
Ae belum mau, ia minta 5 menit lagi.. tidak 1 menit lagi. Sun Woo pun akhirnya
duduk lagi.
Di bawah, ibu Sun Woo datang
sambil menerima telpon dari Eun Hee. Ia akan segera pulang setelah memberikan cream buns kesukaan Sun Woo. Meski Sun
Woo anaknya sendiri, ibu merasa gugup seperti akan bertemu raja, haha.
“Kau menyukaiku sebegitu banyak?”
tanya Sun Woo karena Soon Ae terus tersenyum memandangi tangan mereka yang
tergenggam. Soon Ae tersenyum mengiyakan, ia sangat menyukai Sun Woo. Dan tangan
Sun Woo sangat hangat. Sun Woo tak merasa begitu, tangan Soon Ae-lah yang
terlalu dingin. Ia jadi khawatir, apa aliran darahmu tak lancar? *well, she’s a
ghost Chef-nim*
Tau-tau suara orang tersandung
mengagetkan mereka. Begitu sadar ibu Sun Woo yang datang, refleks Soon Ae
langsung lari, tapi lupa melepaskan tangannya dari Sun Woo, haha. Dengan
canggung Sun Woo tanya kenapa ibunya datang semalam ini? Ibu yang datang dengan
kue kesukaan Sun Woo lebih heran lagi melihat Soon Ae yang dipanggilnya Bong
Sook.
Soon Ae meralat, namanya Bong
Sun, bukan Bong Sook. Karena ibu mencurigai mereka, Sun Woo berdalih kalau ia
menyuruh Soon Ae mengerjakan sesuatu, dan karena semua sudah beres, Soon Ae
boleh pulang sekarang. Soon Ae menurut dan buru-buru pergi. Tapi ibu tetap
curiga dan mengira putranya putus asa akhir-akhir ini (katanya Bong Sun mungil
dan beda level, haha). Ibu mungkin tak tau kalau mahasiswanya memalsukan tanda
tangan di absen, tapi ia selalu tau siapa mengencani siapa. Ia sabuk hitam
dalam hal itu. “Terjadi sesuatu antara kalian berdua kan?” desak ibu.
Sun Woo tentu menyangkal dan
mengalihkan topik ke cream buns yang
dibawa ibunya. Ibu tetap curiga, “Kau pakai kontrasepsi kan?” Sun Woo langsung
tersedak, haha.
Sementara itu Soon Ae yang berhasil
kabur dari sana sampai deg-degan. Ia tak melakukan kesalahan apapun, tapi
jantungnya berdetak kencang. Ia bingung, itu karena ibu Sun Woo atau..
tangannya yang sedari tadi digenggam Sun Woo.
Ibu tetap mewanti-wanti Sun Woo
agar tak membuat masalah dengan karyawannya sendiri, kalau terjadi sesuatu tak
akan ada jalan keluar. Dan Sun Woo tetap menyangkal itu tak seperti yang ibunya
pikirkan. Ibu sih mengiyakan saja, dan ia mengerti pria muda seperti Sun Woo
butuh penyaluran dan tak bagus terlalu menahannya. Jadi karena peruntungan Sun
Woo tahun ini tak bagus, ibu mengingatkan lagi agar Sun Woo tak lupa pakai
kontrasepsi. Jelas Sun Woo kesal karena ibunya membicarakan hal begitu dengan
putranya. Ibu tak merasa ada yang aneh, lebih baik daripada sampai terjadi
kecelakaan. Sun Woo pusing dengan ocehan ibunya dan memintanya cepat pulang
saja.
Ibu tau, ia juga akan pulang
tanpa disuruh, meski sambil mengomel kalau sekarang anak-anaknya makin cerewet
padanya padahal kecilnya sangat pendiam.
Begitu situasi aman, Sun Woo
langsung memberitahu Soon Ae kalau ibunya sudah pergi. Soon Ae membalas
pesannya kalau ia akan segera datang secepat peluru, whoosh. Sun Woo tertawa
sendiri membaca balasan yang cute itu, dan dalam sekejap Soon Ae sudah datang
mengagetkannya. Soon Ae penasaran, apa ibu Sun Woo berpikir situasi mereka
aneh? Tentu saja, jawab Sun Woo, Soon Ae memang selalu aneh dan semua orang bisa
melihatnya, haha. Tapi ia sudah bicara dengan ibunya dan minta Soon Ae tak
terlalu khawatir.
Sudah malam sekali jadi Sun Woo
menyuruh Soon Ae masuk dan istirahat, pasti lelah habis berpesta dengan
pria-pria itu. Soon Ae merasa baik-baik saja, toh ia sudah tidur di motel. Mendengar
kata ‘motel’ membuat Sun Woo kesal lagi, pokoknya mulai sekarang kata itu tak boleh
disebut di depannya. Soon Ae mengiyakan, tapi lalu berbisik ‘motel’ di telinga
Sun Woo dengan usilnya, haha.
Sun Woo kesal lagi, “Bangunlah!
Aku antar pulang.” Soon Ae bangkit dengan semangat. “Di mana kau tinggal?”
tanya Sun Woo. Soon Ae menunjuk kamarnya dan riang mengikuti Sun Woo yang
menggandengnya pulang. Dalam sekejap mereka sampai, tapi Soon Ae ingin gantian
mengantar Sun Woo pulang. Sun Woo tak mau, pria yang harusnya mengantar wanita
pulang. Tapi Soon Ae tetap mau melakukannya. Sun Woo sampai tak bisa menahan
tawa, “Ayolah, kau mau terjaga semalaman?” Ia akan mengitung sampai 3, dan Soon
Ae harus masuk.
Soon Ae mengiyakan, tapi di
hitungan ketiga ia masih senyum memandangi Sun Woo. Sun Woo tertawa lagi dan
mengulang hitungannya. Kali ini Soon Ae menurut dan langsung masuk kamarnya
setelah mengucapkan selamat malam. Sun Woo sampai tak bisa menahan senyumnya, Soon
Ae-nya terlalu cute. Haha sumpah ini scene favorit, i bet Jo Jung Suk really
want to burst into laughter because Park Bo Young’s uber cuteness. Itu dia sampe
ketawa beneran hahaha.
Ibu sampai rumah, dan Eun Hee
masih terbangun menunggunya. Karena ibunya cepat kembali, ia bisa menduga kalau
kakaknya menyuruhnya pergi. Ibu sudah tau kalau putranya tak akan menyambutnya
dengan tangan terbuka. Eun Hee yakin kakaknya menyukai ibunya, hanya saja ia
tak biasa diperhatikan. Ibu juga tau itu, bagaimanapun Sun Woo itu putranya.
Ibu yang penasaran menanyakan
tentang seperti apa Bong Sun (yang masih salah sebut jadi Bong Sook) pada Eun
Hee, apa dia berkencan dengan banyak pria? Eun Hee berkata kalau Bong Sun sama
sekali tak seperti itu, menurutnya perilakunya baik tak seperti anak muda jaman
sekarang. Tapi ibu tak yakin, Eun Hee harus lebih pintar dalam menilai orang. Itu
membuat Eun Hee bingung, kenapa akhir-akhir ini semua orang penasaran pada Bong
Sun?
Saat semua tidur, Soon Ae keluar
dari tubuh Bong Sun dan memandangi Sun Woo yang tidur lelap. Ia tak bisa
menahan diri untuk tak menyentuh wajah Sun Woo. Meski itu membuatnya merasa
gila karena menyukai seseorang padahal dirinya hanya hantu. Ia meyakinkan diri
kalau ini pasti hanya perasaan yang timbul saat berkencan, tak bisakah ia
melakukan itu?
Bong Sun terbangun karena haus,
dan bertemu Soon Ae yang baru keluar dari kamar Sun Woo. Sadar itu agak
mencurigakan, Soon Ae beralasan ia bosan jadi mondar mandir kesana kemari. Bong
Sun malah senang, akhir-akhir ini ia tak melihat hantu jadi bisa tidur dengan
nyenyak, “Semua ini berkatmu, Unni.” Soon Ae tertawa canggung, ia merasa aneh
Bong Sun memanggilnya ‘Unni’. Bong Sun sendiri juga merasa aneh, ia tak pernah
menyangka akan memanggil seorang hantu dengan sebutan ‘Unni’.
“Kenapa kau bicara sendiri
tengah malam begini?” suara Sun Woo tau-tau mengagetkan Bong Sun. Ia pikir Bong
Sun tak bisa tidur karena panas, jadi tak ada pilihan lain dan ia menarik Bong
Sun ke kamarnya. Di dalam, Sun Woo merakit kipas angin yang untung saja tak
dibuangnya. Dengan kipas angin itu Bong Sun akan merasa lebih baik, dan Sun Woo
mengingatkannya untuk membuka pintunya sedikit saat tidur. Bong Sun tersenyum
dan mengiyakan semua perkataan Sun Woo.
Kipas anginnya selesai dirakit,
tapi karena Sun Woo memasang kipasnya terbalik, jadinya tak terasa dingin. Bong
Sun yang menyadarinya duluan membuat Sun Woo beralasan bukannya ia tak kompeten
saat berurusan dengan mesin begini, ini hanya karena ia baru bangun (iya deh
iyaa, haha). Meskipun begitu, Bong Sun tetap memandang Sun Woo kagum saat ia
membenarkan posisi kipasnya.
Dan ya, kali ini berhasil,
anginnya sudah dingin. Tapi keringat di wajah Sun Woo membuat Bong Sun
menyentuh wajahnya lembut untuk mengelapnya. Sun Woo tentu tersenyum senang. Sementara
Soon Ae yang ada di belakang mereka tampak sedih.
Para chef mengeluhkan musim
panas yang sangat panas sampai mereka malas membayangkan saat bekerja di dapur
nantinya. Tapi satu hal yang Min Soo suka dari musim panas, gadis-gadis dengan
rok mini. Meski Joon dengan seriusnya mengingatkan itu bisa menjurus ke
pelecehan seksual. Min Soo tak terima, tapi perdebatan selesai karena Sun Woo
datang dan mengomelinya yang tak bekerja. Ia menyuruh mereka cepat membereskan
semuanya, dan memberi isyarat pada Soon Ae untuk mengikutinya.
Di gudang, Sun Woo memberikan
ginseng segar untuk stamina Soon Ae karena hari ini sangat panas dan mereka
punya banyak reservasi. Sebelum kelelahan, ginseng itu harus dimakan sebagai
vitamin. Soon Ae tak mau memakannya sendiri, tapi Sun Woo bersikeras dan
menyuapkan ginsengnya.
Tapi dibandingkan ginseng, Soon
Ae lebih suka menggenggam tangan Sun Woo sebagai obatnya. Sun Woo tertawa malu
meski juga sangat menyukainya. Sedang asik begitu, Joon datang memberitahu
kalau ada telpon untuk Soon Ae. Sun Woo langsung pura-pura sibuk menghitung
stok barang, haha. Tapi sih Joon diam aja.
Soon Ae mengangkat telponnya. Wanita
di seberang sana yang namanya Jo Hae Young minta Soon Ae cukup menjawab
pertanyaannya, beritahu tanggal lahir dan jam lahirnya. “Siapa ini?” tanya Soon
Ae. Tapi wanita itu tak menerima pertanyaan dan minta jawabannya. Tanpa berpikir
Soon Ae menjawab 14 April 1984 jam 2 malam, dan telpon langsung ditutup. Barulah
ia sadar kalau ia memberitahu tanggal lahirnya sendiri.
Ya, wanita di telpon tadi adalah
ibu Sun Woo. Shaman Unni yang bersamanya berkata kalau wanita dengan tanggal
lahir itu sudah mati. Ibu bingung, ia masih hidup dan sehat. Shaman Unni tetap
yakin, hidupnya berakhir di usia muda, tapi memangnya siapa dia? Ibu merasa
aneh, dan menyebut Bong Sun sebagai Bong Sook lagi, seseorang yang bekerja di
restoran anaknya. Sadarlah Shaman Unni itu tanggal lahir siapa, dan beralasan
penanya tak bekerja seharian ini lalu bangkit mencari pena lain.
Ibu menceritakan kecurigaannya
karena anaknya bersama gadis itu tengah malam. Shaman Unni langsung tertarik,
lalu apa yang mereka lakukan? Ibu berkata mereka hanya mengobrol, tapi begitu
Sun Woo melihatnya, ia langsung meracau aneh, jelas ibu jadi curiga. Feelingnya
untuk hal-hal semacam ini 100% akurat, semakin dipikirkan itu semakin
mencurigakan.
Ibu jadi ingat mimpinya soal
ladang bunga layu, apa artinya gadis itu? Shaman Unni hanya mengedikkan bahu,
enggan menjawab. Ah, ibu juga penasaran pada hal lain dan memberikan secarik
kertas berisi tanggal lahir. Begitu melihatnya, Shaman Unni tau kalau gadis itu
mengalami perpisahan di masa lalunya, tapi ia sangat loyal dan pekerja keras. Saat
awan hitam itu pergi, ia akan mendapatkan pelangi di hidupnya. Ia akan bertemu takdirnya
dan menjalani hidup yang menyenangkan setelah ketidakberuntungan. “Tapi
ngomong-ngomong siapa ini?” tanya Shaman Unni. Ibu berkata itu hanya seorang
gadis yang putranya bersikeras mereka hanya berteman.
Tanpa buang waktu ibu langsung
bertemu gadis itu. So Hyung canggung karena ibu mengamatinya begitu rupa. Ibu menyesalkan
So Hyung yang di umur sedang cantik-cantiknya tapi hanya bekerja sepanjang
waktu, lalu kapan waktu untuk berkencan? Bukankah harusnya kau menikah? Apa kau
mau hidup sendirian selamanya?
So Hyung membenarkan, ia pasti
tampak menyedihkan. Ia tak berkencan dengan siapapun sekarang. Ibu tak percaya,
semua pria di stasiun TV pasti buta. Sebagai orang yang tau banyak soal kencan,
ia memberi saran agar lebih rileks agar lebih mudah mendapatkan pria. “Pria
seperti apa yang kau suka, PD Lee? Contohnya.. apa Sun Woo-ku bukan tipemu? Pribadinya
memang agak pemilih, tapi dia pria yang sangat jujur,” tanya ibu blak-blakan.
So Hyung tau itu, tapi Sun Woo yang tak melihatnya sebagai wanita.
“Bagaimana denganmu? Apa kau
melihatnya sebagai pria?” tembak ibu langsung. Tanpa ragu So Hyung mengiyakan,
wanita biasanya lemah pada pria menarik seperti itu. Ibu langsung senang karena
So Hyung punya ketertarikan pada putranya, Sun Woo-nya saja yang tak ambil
inisiatif duluan. So Hyung yang cuma mengiyakan membuat ibu sepertinya punya
rencana khusus.
Sung Jae mengantar Eun Hee
sampai ke dalam restoran. Ia mau menyapa Sun Woo dulu sebelum pergi, tapi ia
mendengar lagu yang familiar di telinganya. Bong Sun yang menyanyikannya, tapi
itu mengingatkannya pada Soon Ae. Begitu juga ikatan sepatu ayah Soon Ae. Di kantor
polisi, ia yang curiga mencari informasi personal Bong Sun. Oh noo, Bong Sun
could be in danger!
Saat break time restoran, Sun
Woo akan belanja dan mengajak seorang bersamanya. Min Soo menawarkan diri, tapi
menurut Sun Woo ia harus mengecek bahan dan lagi Sous Chef harus selalu ada.
Dong Chul juga ingin, tapi Sun Woo mengingatkannya harus membumbui daging. Ji
Woong juga ditolaknya, ia harus mengecek reservasi dan menyiapkan stoknya. Cuma
Joon yang tak menawarkan diri, tapi Sun Woo tak punya pilihan lain karena Joon
harus menyiapkan mi-nya, jadi ia harus membawa Na Bong Sun yang tak berguna. Hahaa,
that’s too obvious Chef!
“Kau bilang jangan terlalu
kentara,” goda Soon Ae di mobil. Sun Woo menyangkal, mereka cuma mau ke pasar
dan itu bagian resmi dari bisnis. Soon Ae mengiyakan saja dan menantang Sun Woo
untuk menyetir hanya dengan satu tangan agar tampak keren. Sun Woo yang lemah
akhirnya melepas satu tangannya dari setir dan tangan itu langsung digenggam
Soon Ae yang tertawa senang. Sun Woo senang karena sekarang Soon Ae terobsesi pada
tangannya, kalau ia terus minta ia melakukannya seperti dulu bisa-bisa ia tak
sanggup menahannya. Soon Ae tak begitu mendengarkan, ia lebih asik
mengelus-elus tangan Sun Woo. Ia sangat menyukainya.
Di pasar, Sun Woo mengajari cara
memilih mangga yang bagus. Tapi Soon Ae malah menggunakannya untuk menggoda Sun
Woo sampai yang digoda risih (padahal mah seneng). “Aigoo, istrimu sangat
menggemaskan,” komentar Ahjumma penjual. “Suamimu punya physiognomy yang bagus di wajahnya,” tambahnya lagi. Soon Ae malah
membenarkan dengan semangat. Si Ahjumma tau banyak soal physiognomy karena bekerja di pasar sangat lama, dan ia bisa
langsung tau kalau mereka akan punya anak perempuan. Soon Ae tertawa senang, “Omo,
seorang anak perempuan.”
“Keharmonisan pernikahan kalian
juga bagus kan?” tanya si Ahjumma. Soon Ae langsung malu-malu, dan Sun Woo
kesal karena menurutnya si Ahjumma tak punya batas. Pembicaraan tak berlanjut
karena Soon Ae melihat ayahnya yang juga sedang belanja. Ia mengenalkan Sun Woo
pada ayahnya. Soon Ae membawakan belanjaan ayahnya sambil bertanya kenapa tak
mengajak Kyung Mo saja? Ayah merasa tak perlu, Kyung Mo hanya akan merepotkan
dan mengeluh itu berat. Soon Ae setuju itu memang berat, dan mengajak ayah ke
mobil bersama mereka tanpa bertanya dulu ke si pemilik mobil, haha.
Suasana jadi canggung, tapi Sun
Woo berkata kalau ia juga bermaksud menawarkan tumpangan dan mengajak ayah ikut
bersama mereka.
Di restoran Ayah, Sun Woo
mengamati sekeliling sementara Soon Ae membereskan belanjaan Ayah tadi. “Restoran
ini sangat tak terurus kan?” ujar Ayah yang yakin ini tak bisa dibandingkan
dengan restoran Sun Woo. Sun Woo menyangkal, tempat ini nyaman, dan di Seoul,
semakin tua dan kecil restoran biasanya terkenal akan rasanya. Ayah mengiyakan,
dulu tempat ini berjalan dengan baik, tapi jadi seperti ini setelah putrinya
pergi, banyak pelanggan yang berhenti datang.
Sun Woo mengangguk-angguk, “Lalu
putrimu?” Ayah berkata kalau ia pergi meninggalkan mereka 3 tahun lalu. Sun Woo
jadi tak enak sudah menanyakan itu. Soon Ae berkata riang kalau ia sudah
membereskan belanjaan tadi, tapi tak sengaja ia hampir tersandung selang air. Ayah
berusaha memasang selang itu agar lebih mudah membersihkan lantai, tapi tak
mudah karena pipa airnya ada di dapur. Soon Ae tau itu sulit, tapi ia lalu
melirik Sun Woo.
Akhirnya Sun Woo lah yang
berusaha memasang selang itu, tapi ia tampak kesulitan melakukannya sampai Soon
Ae ingin memanggil orang saja nanti. Sun Woo belum mau menyerah, tapi mau
mengencangkan baut dengan obeng saja ia terbalik, Ayah dan Soon Ae sampai
menahan tawa, haha. Untunglah akhirnya berhasil meski Sun Woo sampai
keringatan. Sun Woo berdalih ia keringatan karena di luar sangat panas,
bukannya kesulitan melakukannya. Haha, he’s a man with too much pride!
Ayah tak enak sudah merepotkan, jadi
ia minta Sun Woo makan dulu sebelum pergi. Sun Woo tak bisa menolak, ia bahkan
menghentikan Soon Ae yang mau berkata kalau Chef tak makan nasi. Itu membuat
Soon Ae heran, kau kan tak suka nasi? Sun Woo berdalih bukannya ia tak bisa
makan nasi, ia hanya tak memakannya.
Begitu makanannya siap, Ayah
minta mereka makan banyak. Sun Woo berusaha untuk itu, sampai Soon Ae tersenyum
melihatnya. Kyung Mo pulang, awalnya ia senang melihat Bong Sun, tapi begitu
melihat Sun Woo ekspresinya langsung berubah kesal. Ayah mengenalkan mereka,
tapi Sun Woo berkata mereka pernah bertemu.
“Kenapa Chef terkenal sepertimu
datang kesini?” tanya Kyung Mo tak ramah. Ayah menjelaskan kalau Sun Woo
mengantarnya pulang dan memasangkan selang untuknya. Ayah bahkan memuji Sun Woo
yang bisa melakukan apapun (Sun Woo-nya senyum-senyum seneng dong, he loves to
be praised! Hihi)
Kyung Mo lebih penasaran melihat
mereka bersama, menurutnya Sun Woo tak seperti orang yang seharusnya selalu
bersama asistennya. Sun Woo beralasan ia tak peduli soal senioritas saat
belanja keperluan restoran. Kyung Mo menyindir
dengan berkata itu hebat. Soon Ae sudah mau mengomeli adiknya, tapi ditahannya.
Note:
Wait, gara-gara Ahjumma penjual mangga di pasar nyebut-nyebut soal anak perempuan. Gimana kalo endingnya Sun Woo - Bong Sun nikah terus punya anak perempuan namanya Kang Soon Ae? Ini ide kubaca di soompi dan aku langsung yang waaah boleh juga ya.. *daripada stress mikirin ini drama kelanjutannya bakal gimana :p*
Mbak mau tanya apa judul lagu yang dinyanyikan oleh na bong sun yang familiar di telinga sung jae yang mengingatkannya pada shin soon ae
ReplyDeleteMbak mau tanya apa judul lagu yang dinyanyikan oleh na bong sun yang familiar di telinga sung jae yang mengingatkannya pada shin soon ae
ReplyDeleteApa judul lagu yang dinyanyikan na bong sun yang familiar di telinga sung jae yang mengingatkannya pada shin soon ae
ReplyDeleteUdah tau judulnya belum kak? Aku penasaran
DeleteFilm eny bikin gereget .. kenapa yg terus muncul song aeh
ReplyDeleteI love drakor
ReplyDelete