Sung Jae menyambut Officer Han yang akhirnya boleh pulang dari RS dengan sebungkus tahu di tangan. Officer Han memang bukan baru keluar dari penjara, tapi orang bilang polisi harus makan tahu saat keluar RS. Barulah Officer Han mau memakannya, meski sambil mengomel, berani-beraninya orang itu menyerang polisi? Ia memang kurang hati-hati, tapi ia pasti akan membalas orang yang mencoreng karirnya sebagai polisi, bahkan membunuhnya kalau bisa.
Tanpa menanggapi kekesalannya,
Sung Jae mengajak Officer Han makan di restoran ayah Soon Ae. Sambil menyajikan
sup soondae untuk mereka, ayah mengatakan kekhawatirannya saat mendengar
Officer Han dirawat di RS dan senang sekali bisa melihatnya sehat lagi seperti
ini. Officer Han langsung makan dengan lahap, menurutnya makanan di RS
mengerikan. Sung Jae tertawa mendengarnya dan memberikan sebagian isi
mangkuknya.
Tapi kekesalan Officer Han tetap
belum hilang, semakin dipikirkan semakin ia merasa bersalah pada Eun Hee. Tak
ada saksi, dan CCTV itu harapan terakhir yang mereka punya. Sung Jae
menyangkal, kau sudah melakukan semua yang kau bisa karena itu ia tak
mengungkitnya pada Eun Hee atau Sun Woo. Tapi Officer Han tak bisa tak
memikirkannya. Dan lagi-lagi, pandangannya tertuju pada jam tangan Sung Jae,
meski tak mengatakan apapun.
Melihat Bong Sun keluar gudang
membawa sebuah kardus, Sun Woo langsung mengambil alih kardus itu, harusnya
Bong Sun minta orang lain melakukannya. Bong Sun tersenyum senang, ia baik-baik
saja. “Kau milikku sekarang, kau harus lebih menjaga tubuhmu,” ujar Sun Woo.
Bong Sun langsung mengiyakan dengan semangat.
Sun Woo mengajak Bong Sun ke
pasar bersamanya nanti, tapi karena orang bisa curiga kalau mereka terus pergi
bersama, begitu ia memberikan tanda, Bong Sun harus berkata ia sakit dan perlu
ke RS. Bong Sun mengangguk-angguk, “Tapi bagian mana yang kubilang sakit?
Haruskah kubilang kakiku terkilir? Atau karena ini musim panas, bagaimana kalau
diare dan muntah?”
Sun Woo tertawa, pilihlah yang
kau mau. Bong Sun mengiyakan lagi dengan semangat. Itu membuat Sun Woo merasa
Bong Sun sedikit berbeda hari ini. Ia yakin ini bukan episode manic, mungkin
sedikit bersemangat. “Kau selalu paling cantik saat kau dalam keadaan netral.
Sampai jumpa nanti,” tambah Sun Woo manis sambil menyentuhkan dahinya ke dahi
Bong Sun. Bong Sun tertawa senang sambil berlalu ke arah lain.
Dan saat kamera bergeser,
ternyata ada Ji Woong yang shock melihat dan mendengar semuanya. Ia langsung
memberitahu dugaannya kalau Chef mereka dan Bong berkencan, tapi Min Soo dan
Dong Chul langsung menertawainya. “Memangnya Chef dalam pengaruh obat? Kenapa
juga dia mengencani Bong?” sangkal Min Soo.
Tapi Ji Woong yakin, ia melihat
sendiri dengan matanya dan menirukan adegan saat Sun Woo menyentuhkan dahinya
ke dahi Bong Sun berikut dialognya. Min Soo tetap tak percaya, mereka pasti
sedang bertengkar dan saling mengantukkan kepala. Ji Woong bersikeras kalau
moodnya berbeda dan terasa romantis, tapi Min Soo malah menutup mulutnya dan
menyuruhnya jadi penulis saja.
Min Soo lebih percaya kalau Chef
mereka akan bersama Lee PD-nim, makanya ia mengajak Bong bersama mereka saat
pulang MT kemarin. Ji Woong tak yakin. Joon yang daritadi diam akhirnya
bersuara, “Bukankah itu hanya imajinasimu?” Min Soo tetap yakin, ia tak pernah
salah sebelumnya. Kalau sampai Chef dan Bong dalam hubungan semacam itu, ia
akan.. ia akan menjalani hidupnya seperti Eunuch Huh (googling aja lah ya
maksudnya apa, semacam kayak nggak berfungsi lagi sebagai cowok gitu sepertinya).
Sementara itu, Soon Ae yang down
hanya berbaring diam tanpa merespon sedikitpun ocehan Shaman Unni. Karena
dendam Soon Ae sepertinya belum akan terselesaikan, Shaman Unni meminta Soon Ae
menjalani ritual untuk orang mati saja, ia akan berusaha sebaik mungkin agar
tak terlalu menyakitkan. Tapi tetap tak ada respon. Shaman Unni sampai kesal
karena biasanya Soon Ae bicara sepanjang
waktu dan tak pernah diam, “Kau harus merespon saat seseorang bicara
padamu.” Shaman Unni mencoba tak peduli, tapi ia menaruh juga sebutir pisang di
samping Soon Ae.
Mereka sedang makan siang
bersama saat Sun Woo mengirim pesan pada Bong Sun agar jangan makan terlalu
banyak. Hanya saja Sun Woo tampak mencurigakan saat membaca balasannya, sampai
Min Soo melirik ponselnya penasaran dan menggodanya, ada sesuatu yang bagus
terjadi kan? Sun Woo menyangkal dan Min Soo tak percaya, menurutnya ada tulisan
‘Sedang Berkencan’ di dahinya.
“Sudah kubilang tidak,” saking
kesalnya Sun Woo sampai memukul kepala Min Soo dengan mangkuk yang dipegangnya,
haha, ada bunyinya loh. Sun Woo selesai makan duluan dan beranjak ke pasar,
sambil melirik Bong Sun sekilas saat berlalu. Sadar itu kode, Bong Sun langsung
teriak kesakitan memegangi kakinya yang katanya terkilir cukup parah dan perlu
pergi ke RS. Min Soo mau mengomel karena banyak yang harus dilakukan setelah
makan, tapi lalu menyuruh Bong Sun pergi dengan cepat. Bong Sun mengiyakan dan
berlalu sambil terus teriak kesakitan.
Ji Woong dan Joon hanya
memandangi Bong Sun tanpa komentar apapun, tapi begitu Bong Sun pergi Ji Woong
langsung merinding sendiri. Menurutnya akting Bong sangat jelek, tadi ia
memegangi kaki kirinya, tapi saat pergi kaki kanan yang dipegangnya.
Ji Woong yakin Bong Sun melakukannya karena mau ikut Chef. Min Soo tentu tak percaya sambil berkali-kali memukul Ji Woong dengan mangkuk yang dipegangnya, hahaa, tadi dipukul sekarang gantian.
Ji Woong yakin Bong Sun melakukannya karena mau ikut Chef. Min Soo tentu tak percaya sambil berkali-kali memukul Ji Woong dengan mangkuk yang dipegangnya, hahaa, tadi dipukul sekarang gantian.
Di pasar, Sun Woo tak
membolehkan Bong Sun membawa belanjaan. Ia malah menyuruh Bong Sun memegang
otot-otot lengannya, dan karena Bong Sun adalah Bong Sun, tentu saja ia
melakukannya dan memuji Sun Woo. Sun Woo jelas senang, dan ia meminta Bong Sun
membiarkan rambutnya tergerai saat mereka di luar karena lebih cantik seperti
itu. Dengan senang hati Bong Sun melepas ikatan rambutnya.
Sun Woo bertemu temannya yang
waktu itu membuka restoran juga sedang berbelanja. Ia beralasan sibuk saat
temannya itu bertanya Sun Woo tak lagi datang ke restorannya. Tapi temannya itu
heran karena Sun Woo yang membawa semua belanjaan, padahal pergi bersama
asistennya. Bong Sun beralasan tadi tangannya kram tapi sekarang sudah baikan
dan mengambil semua belanjaan itu.
Sun Woo mendadak kesal dan
menolak mentah-mentah saat temannya mengajak minum es dulu, “Bukankah restoran
menunggumu? Kau harusnya berpikir menjual satu piring lebih banyak. Cepat
pergi!” Haha, kasian temannya udah seneng ketemu Sun Woo malah kena omel. Sun
Woo kembali mengambil semua belanjaan dan mengajak Bong Sun pergi.
“Chef, terlalu banyak orang di
sini dan mereka sepertinya banyak yang mengenalimu,” ujar Bong Sun risih karena
Sun Woo terus menggenggam tangannya. Sun Woo tak peduli, mereka bukannya
melakukan kejahatan. “Dan kau suka bergandengan tangan,” tambah Sun Woo membuat
Bong Sun bingung.
Sun Woo membawanya ke restoran
soondae yang baru di luar saja Bong Sun tak tahan baunya. Bong Sun berkata
kalau ia tak bisa makan soondae. Sun Woo jelas bingung, “Apa yang kau
bicarakan? Kau bilang itu makanan kesukaanmu.”
“Aku bilang begitu?” tanya Bong
Sun pasrah. Saat pesanan mereka datang, Bong Sun yang sesekali menutup hidung
tampak enggan makan. Tapi Sun Woo salah mengerti, dan menyuapkan sepotong
soondae untuknya. Ia sudah mengambilkan banyak untuk Sun Woo, tapi Sun Woo mengembalikannya
ke piring Bong Sun. Terpaksa Bong Sun memakannya, lalu segera pamit ke toilet.
Bong Sun yang memuntahkan
makanannya meyakinkan diri kalau ia akan baik-baik saja. Kalau ia bisa bertahan
dengan soondae, itu akan baik untuknya karena perutnya lemah untuk itu. Bong
Sun menguatkan diri dan kembali ke meja mereka.
Bong Sun langsung tersenyum
senang melihat Sun Woo sudah memakan hampir separuhnya, tapii.. Sun Woo yang
khawatir kurang sudah memesan lagi, haha. Saat Sun Woo menerima telpon dari So
Hyung yang ingin syuting di restorannya, Bong Sun sibuk memberi isyarat Ahjumma
restoran dengan tanda silang. Maksudnya Bong Sun tak mau porsi tambahan itu,
tapi si Ahjumma salah mengerti dan malah membawakan gunting untuknya. Terpaksa
Bong Sun menerimanya tanpa tau itu gunting harus diapakan, huahahaa. Where is
our old timid Bong Sun? She’s so cute and funny tho!
Kembali di restoran, Sun Woo
memberitahu semuanya kalau besok tim Chef vs Chef akan syuting di restoran.
Mereka langsung gembira karena mau masuk TV. Tapi Sun Woo tak suka mereka
berlebihan, seorang chef tak seharusnya terlalu sering ada di TV atau kalian
akan seperti Chef Marco. Dan pengumuman berikutnya, menu appetizer besok adalah
terong dengan saus tomat. “Na Bong, kenapa kau tak mencobanya?”
“Hah. Sa.. saya?”
“Kenapa kau terkejut? Berapa
lama kau berencana berkutat dengan cucian piring?” Sun Woo ingin Bong Sun
mencobanya, dan karena besok hari pertamanya sebagai chef, ia minta Joon
membantunya. Joon mengiyakan.
Begitu Sun Woo pergi, semua
langsung menyoraki Bong Sun. Ji Woong yang menyodorkan tangannya untuk hi five disambut lemah Bong Sun yang
masih takut. Ji Woong yakin kalau Bong Sun bisa melakukannya.
Tapi Bong Sun tidak, sampai ia
bicara hanya berdua dengan Sun Woo dan berkata ia belum siap. Kalau ia
mengacaukannya, restoran yang akan kena imbasnya. “Kau bilang kau bisa
melakukannya,” sahut Sun Woo. Bong Sun bingung. “Bukankah kau bilang itu
pekerjaan mudah? Kemana percaya dirimu yang tinggi itu pergi?” tanya Sun Woo
tak mengerti.
Sun Woo meyakinkan kalau Bong
Sun punya bakat, lebih dari sekedar membuat appetizer. Burnt rice pollack soup
dan buckwheat pancake, semua masakanmu. Dan ini bukannya Sun Woo tak bisa
membedakan antara masalah pribadi dan pekerjaan. Bukan sama sekali, itu karena
Sun Woo pikir Bong Sun pantas mendapat kesempatan. Oke?
Tapi Bong Sun belum mengatakan
apapun. “Kau bisa melakukannya, Na Bong Sun,” ujar Sun Woo lagi. Barulah Bong
Sun mengangguk, ia akan melakukan yang terbaik. Meski wajahnya masih
menyiratkan rasa takut.
Bong Sun langsung berlatih
begitu restoran tutup. Di luar, sesosok pria tinggi dengan pakaian hitam tampak
mengincar Bong Sun, untungnya Sun Woo datang tepat waktu untuk mengecek
latihannya. Sun Woo mengecek sausnya, memberi saran kalau tomatnya tak perlu dipotong
terlalu kecil tapi rasanya sudah cukup enak, lalu menambahkan sedikit merica
agar lebih pedas. Sedikit lagi Bong Sun pasti sudah siap. Bong Sun tersenyum
senang dan berterimakasih.
Kemunculan Sun Woo membuat pria
berbaju hitam itu berbalik pergi. Kemarahannya ia lampiaskan ke tangannya
sendiri dengan pisau yang sedari tadi dipegangnya sampai darah terus mengalir
dari sana. Wajah pria itu memang tak ditampakkan, tapi hampir pasti itu Sung
Jae.
Soon Ae masih diam di tempat
yang sama. Tak bereaksi sedikitpun meski Shaman Unni makan dengan nikmatnya di
belakangnya. Soon Ae yang biasanya gila pada makanan tapi sekarang bahkan tak
tertarik membuat Shaman Unni khawatir, kau pasti sangat terluka.
Dalam suasana begitu, ibu Sun
Woo datang dengan riangnya mengajak Shaman Unni minum. Melihat makanan di meja,
ibu Sun Woo bisa menebak kalau Shaman Unni ada peringatan kematian hari ini.
Shaman Unni sudah bilang kalau ia tak ingin diganggu dan juga butuh privacy,
tapi ibu datang karena ia merasa tak nyaman karena Sun Woo. Shaman Unni tak
ingin mereka membahas Sun Woo, tapi ibu malah mengatakan dugaannya kalau ada
sesuatu yang terjadi dengan Bong Sook atau siapapun itu. Itu mengganggunya, apa
sesuatu yang buruk akan terjadi pada Sun Woo?
Shaman Unni tak mau membahas itu
dan menarik ibu Sun Woo pergi minum di luar saja. Ia sampai mengiming-imingi
ada pemilik pojangmacha yang mirip Jang Dong Gun di dekat sana. Ibu langsung
bangkit dan pergi dengan semangat. Laaah, gampang banget? Hahaa.
Setelah mereka pergi, dengan
lemasnya Soon Ae bergumam pada dirinya sendiri dan menangis, “Aku merindukanmu,
Chef.”
Bong Sun terus berlatih. Di percobaan
kesekian, ia cukup puas dengan terongnya, tapi saus tomatnya belum sesudai
dengan yang ia inginkan. Ia mulai memotong-motong tomat dari awal, dan saking
konsentrasinya, ia mampu mengabaikan hantu yang mengganggunya sampai hantu itu
pergi sendiri. Saat malam sudah berganti dinihari, barulah Bong Sun cukup puas
dengan sausnya. Tapi karena tak hati-hati, tangannya memegang pemantik api yang
panas sampai ia teriak kesakitan.
Bong Sun makin frustasi, tapi
lalu meyakinkan dirinya sendiri kalau ia harus lebih kuat. Ia bahkan mengumpat
dan berteriak pada dirinya sendiri, “Siapa yang akan memanggilku Bong! Aku Na
Bong Sun!” Tapi itu membuatnya lebih lega, dan akan berusaha lebih keras lagi.
Bong Sun lalu mencampurkan terong dan saus tomat yang menurutnya sudah oke, dan akhirnya puas dengan hasilnya.
Bong Sun lalu mencampurkan terong dan saus tomat yang menurutnya sudah oke, dan akhirnya puas dengan hasilnya.
Eun Hee belum tidur menunggu
Sung Jae pulang. Ia terkejut dan khawatir melihat tangan suaminya yang diperban.
Sung Jae menenangkan, ia berusaha melerai perkelahian, tapi sedikit terluka.
Eun Hee ingin melihat lukanya, tapi lagi-lagi Sung Jae menepis tangan Eun Hee
tanpa bisa menyembunyikan kemarahannya dan membuat Eun Hee terkejut. Sung Jae tersadar
dan minta maaf, ia terlalu sensitif akhir-akhir ini.
Eun Hee memang terkejut, tapi
Sung Jae bisa menunjukkan rasa frustasinya mulai sekarang dan nanti, bagaimana
seseorang bisa selalu seperti malaikat? Hanya saja Eun Hee tak suka melihat
Sung Jae terluka. Sung Jae hanya mengiyakan dan menyuruh Eun Hee tidur duluan.
Besoknya, menu Bong Sun sukses,
responnya bagus dan banyak yang memesan ‘terong saus tomat’ buatannya. Ji Woong
sudah mencobanya tadi, dan rasanya memang sangat enak. Ia tulus memuji Bong Sun
yang membuat banyak kemajuan dan memberi selamat. Joon juga senang sampai
mengacak-acak rambut Bong Sun gemas. Min Soo yakin itu karena Bong Sun selalu
ada di balik dirinya dan Chef. Bong Sun mengiyakan semua dengan gembira.
Sun Woo senang mendengar
semuanya, meski tetap berusaha tegas dan menyuruh mereka fokus karena ini masih
jam makan siang. Tapi diam-diam ia mendekati Bong Sun, dan mengacungkan dua
jempolnya sekaligus membuat Bong Sun tersenyum lebar.
Saat Bong Sun mau menaruh panci
kotor di belakang, Sun Woo membantunya dan menariknya bicara diam-diam. Ia sangat
bangga, “Setelah mencuci piring kotor, bagaimana rasanya menyajikan masakanmu
sendiri di piring? Menyenangkan kan?” Bong Sun mengangguk-angguk gembira. “Kau
melakukannya dengan baik di langkah pertama. Aku bangga padamu Na Bong Sun,”
puji Sun Woo sambil mengelus kepala Bong Sun yang tak henti-hentinya tersenyum.
Bersambung ke Part 2
I love this drama
ReplyDeleteMalu aku malu 😂😂
ReplyDelete