Ingatan Soon Ae kembali, dan dengan shock ia tanya alasan Sung Jae membunuhnya. Sung Jae melakukannya karena Soon Ae melihat yang tak seharusnya ia lihat. Soon Ae tetap tak mengerti, bagaimana bisa seseorang..? Ia yakin kejahatan Sung Jae akan terbongkar dan tak akan bisa melarikan diri lagi. “Diam!” teriak Sung Jae. Tapi Soon Ae tak berhenti, Sung Jae pasti akan membayar kejahatannya dan terperangkap dalam tubuh itu selamanya.
Sung Jae makin marah, dan
berusaha mencekiknya. Tapi tentu tak berhasil, karena Soon Ae hantu. Soon Ae
lalu berlari secepat mungkin, dan lompat ke bis yang berjalan karena Sung Jae
terus mengejarnya. Sung Jae hanya bisa teriak marah karena targetnya berhasil
kabur.
Sung Jae sedang razia pengemudi
mabuk, dan ternyata orang di dalam mobil adalah ayah angkatnya. “Sepertinya kau
mengenaliku, Ayah,” sapa Sung Jae pada Ayah yang tampak kaget melihatnya. Tentu,
Ayah tak akan bisa lupa mata yang melihat Myung Joon-nya seperti hendak
membunuhnya. Seharusnya Ayah tak pernah membawa Sung Jae pulang tanpa tau motif
aslinya. Ayah lalu tertawa meremehkan, “Kau jadi polisi?”
“Kenapa? Tak bisakah aku jadi
polisi?” tanya Sung Jae balik. Ayah tak begitu peduli, yang penting ia tak
ingin mereka bertemu lagi meski cuma kebetulan. Melihat Sung Jae hanya membawa
kembali kenangan yang lebih baik ia lupakan, ujar Ayah lalu pergi.
Di restorannya, Soon Ae tadi
mendengar kalau Sung Jae masuk shift malam hari ini, jadi dengan semangatnya ia
membuatkan makanan favoritnya.
Sung Jae melihat sendiri betapa
orang tua angkatnya sangat memanjakan anak mereka. Dan itu membuat ia akan
menyerang ayahnya yang pergi membuang sampah dengan palu. Dua kali Sung Jae
mencoba, tapi dua kali itu juga tangannya terhenti. Ayahnya yang terus bergumam
ingin membelikan es krim untuk Myung Joon sama sekali tak menyadari ada orang
di belakangnya dan ingin menyerangnya.
Tanpa sadar Sung Jae meneteskan
air mata dan pergi dari sana. Ia menyetir dengan perasaan kalut, sampai
mobilnya terhenti sendiri.. tanpa sadar ia menabrak seseorang. Sung Jae panik,
seorang gadis terkapar di jalanan karenanya.
Tapi sebuah bayangan hitam mendekat dan.. dalam hitungan detik, ekspresi paniknya hilang. Ia bersikap seolah itu bukan masalah besar, dan kembali masuk ke mobilnya. Ia menjalankan lagi mobilnya dengan wajah dingin, dan membiarkan ban mobilnya menggilas kaki gadis itu.
Tapi sebuah bayangan hitam mendekat dan.. dalam hitungan detik, ekspresi paniknya hilang. Ia bersikap seolah itu bukan masalah besar, dan kembali masuk ke mobilnya. Ia menjalankan lagi mobilnya dengan wajah dingin, dan membiarkan ban mobilnya menggilas kaki gadis itu.
Soon Ae melihat itu, dan panik
menelpon 911 dari telpon umum karena ponselnya tertinggal. Ia melaporkan tabrak
lari itu, dan minta ambulance cepat datang.
Dalam keadaan shock Soon Ae
kembali ke restoran dan menuliskan plat mobil yang dilihatnya tadi di
diarynya.. 2368. Tanpa tau siapa yang ada di dalam mobil itu, Soon Ae menelpon
Sung Jae dan memintanya datang.
Sung Jae datang, dan Soon Ae
langsung memberitahu kalau ia baru saja menjadi saksi kasus tabrak lari. Ia sudah
menelpon ambulance dan orang itu sudah dibawa ke RS, dan ia melihat plat mobil
yang menabraknya. Soon Ae mau melaporkannya ke polisi, tapi lalu ia mengingat
Sung Jae. “Ah, kau melakukannya dengan bagus, Soon Ae-ssi,” puji Sung Jae, “Jadi,
berapa plat nomornya?”
“2368,” jawab Soon Ae langsung. Tapi
ekspresi leganya langsung hilang saat melihat mobil Sung Jae yang terparkir di
luar, plat nomornya persis seperti yang baru saja ia sebutkan. Ia terdiam, dan
dengan panik dan suara terbata-bata, ia berkata lupa harus menjemput ayahnya
yang pergi minum dengan temannya, ujar Soon Ae lalu berlari pergi.
Tapi Sung Jae mengejarnya. Soon
Ae berhasil sembunyi, tapi tangannya yang gemetaran membuat ponselnya terjatuh
saat akan menelpon ayahnya. Bunyi itu membuat Sung Jae menemukannya.
Soon Ae pun berakhir di jok
belakang mobil Sung Jae dengan tangan dan mulut dilakban. Diam-diam Soon Ae
menelpon ayahnya, tapi tak ada jawaban. Ia mulai menuliskan pesan soal plat
nomor itu, tapi Sung Jae yang sudah menghentikan mobilnya menoleh, “Kita sudah
sampai sekarang.”
Dengan kejamnya Sung Jae
membenamkan kepala Soon Ae berkali-kali ke air sampai ia tak bernapas lagi.
Sung Jae yang dirasuki roh jahat, santai saja lalu mandi dan minum jus jambu
sambil memandangi tubuh Soon Ae yang terbujur kaku di lantai kamar mandi. Dan untuk
menghilangkan bukti, Sung Jae melempar tubuh Soon Ae dari atas jembatan.
Hari masih belum terang saat
Kyung Mo dan ayah histeris saat jenazah Soon Ae ditemukan di sungai. Ayah terus
menangis dan berteriak memanggil nama Soon Ae.
Sadarlah Soon Ae kalau ia bukan
hantu perawan, ia sudah mati tiba-tiba dan tak bisa pergi dengan tenang. Ia hanya
seorang hantu dengan dendam besar yang belum terselesaikan. Seolah mengerti
kesedihannya, saat itu hujan turun dengan derasnya dan membuat semua orang
kebasahan.
Shaman Unni yang penasaran
menunggu kabar dari Soon Ae lagi-lagi dikagetkan Soon Ae yang hanya berdiri
diam di dekat pintu. Ia yang tadinya mau ngomel langsung berhenti melihat wajah
sedih Soon Ae. Soon Ae yang menangis berkata ia ingat kenapa ia meninggal dan
bagaimana itu terjadi, ia ingat itu semua sekarang. Shaman Unni memeluk Soon Ae
dan menahan tubuhnya yang nyaris jatuh karena shock.
Saat sudah lebih tenang, Shaman
Unni minta pikiran Soon Ae tetap lurus. Lawannya adalah seseorang yang dirasuki
roh jahat. Dan karena sekarang ia sudah melihat wajah Soon Ae, ia pasti tak
akan tinggal diam. Soon Ae hanya diam dengan kepala yang tertunduk lemah.
Sung Jae yang terus mencari Soon
Ae malah bertemu ayah Soon Ae di jalan. Dengan ramahnya ia menawarkan diri
membawakan bawaan ayah. Ayah tak masalah, ia hanya membeli camilan kesukaannya
dan Kyung Mo. Tapi jumlah yang banyak membuat Sung Jae heran, dan tanpa curiga
ayah berkata mereka punya tamu di rumah. Ayah memang tak memberitahu siapa yang
ada di rumahnya, tapi sepertinya Sung Jae bisa menebaknya dengan mudah.
Setelah memikirkan kata-kata
Soon Ae tadi siang soal plat nomor itu, Bong Sun menelpon Sun Woo yang ada di
speed dial nomor 1-nya. Bong Sun ingin menyusul Sun Woo ke restorannya, tapi
Sun Woo mencegah. Ia yang akan pergi, sudah malam dan ia minta Bong Sun
menunggu. Ayah lalu kembali dengan Bong Sun yang menyambutnya, dan memanggil
Kyung Mo untuk makan snack bersama mereka.
“Chef seharusnya sudah di sini,” gumam Bong Sun yang lalu menunggu di luar. Bong Sun langsung menoleh saat
seseorang mendekat, mengira itu Sun Woo. Tapi orang itu membungkam mulutnya dan
menariknya pergi dari sana.
Saat sampai, Sun Woo terus
menelpon Bong Sun, tapi ponselnya selalu tak aktif padahal ia sudah bilang
untuk tak pernah mematikan ponselnya. Ia sudah mau masuk restoran, saat kakinya
menyentuh sesuatu.. sepatu Bong Sun yang cuma sebelah. “Na Bong..” serunya
panik sambil melihat sekeliling. Ia mencoba menelpon Bong Sun lagi, tapi tetap
tak aktif. Sun Woo lalu menelpon kantor polisi, bertanya apa Sung Jae ada di
situ?
Shaman Unni sedang melakukan
ritual agar kekuatannya kembali saat Sun Woo dengan panik datang dan memberitahu
kalau Bong Sun menghilang, juga adik iparnya. Shaman Unni khawatir, roh jahat
itu pasti memilih Bong Sun sebagai tamengnya. Sun Woo tak mengerti, “Apa
maksudmu dengan roh jahat?”
Shaman Unni pun menjelaskan
semuanya. Soal Soon Ae yang sudah mengingat semuanya, ia menjadi saksi saat
Sung Jae menabrak Eun Hee dengan mobil. Ia mau melaporkannya ke polisi, tapi
lalu dibunuh olehnya. Sung Jae dirasuki roh jahat, dan hanya menggunakan topeng
sebagai manusia.
Di rumah, Eun Hee
mengkhawatirkan suaminya yang tak bisa dihubungi. Kejadian yang menimpa Officer
Han membuatnya makin takut. Ibu berusaha menenangkan, ia bukan anak 1 atau 2
tahun, mungkin ia bertemu dengan temannya. Tapi tetap saja Eun Hee merasa
perasaannya tak enak.
Tiba-tiba Eun Hee teringat
sesuatu, ia sedang tidur saat Sung Jae menaruh sesuatu di koper di atas lemari,
tapi ia terbangun dan melihatnya. Dan sekarang Eun Hee minta ibunya
mengambilkan koper itu. Ibu melakukannya, tapi isi koper itu penuh
barang-barang mencurigakan. Terutama dompet dan ponsel yang layarnya sudah
retak.
Dompet itu, dompet milik Officer
Han. Dan ponsel itu, saat dinyalakan, tiga wajah yang muncul sebagai wallpaper
sama sekali asing untuk Eun Hee.
Sun Woo datang di saat yang
tepat. Tak ingin Eun Hee dan ibunya curiga, Sun Woo berbohong tadi ia bertemu Sung
Jae yang lalu harus menjalankan tugas di area pinggiran, tapi lupa mau
memberitahu. Ibu percaya, tapi Eun Hee tetap curiga, “Lalu ini apa? Kenapa Sung
Jae punya barang-barang ini di kopernya? Ini dompet Officer Han dan ponsel
milik seseorang yang tak kukenal.”
“Bukankah ini bukti dari
kasus-kasusnya?” dalih Sun Woo yang lalu membereskan barang-barang itu agar Eun
Hee tak makin khawatir.
Bukti itu membuat Sun Woo dan
beberapa mobil polisi pergi ke tempat terakhir kali ponsel Sung Jae terlacak. Mereka
menggrebek tempat itu, tapi tak ada siapa-siapa. Hanya ponsel Sung Jae yang
sengaja ditinggalkan di sana. Sun Woo hanya bisa menghela napas khawatir, “Na
Bong Sun..”
Sun Restoran sedang santai,
seolah pengunjung tau kalau Chef tak disana. Bahkan Eun Hee juga tak masuk
karena sakit. Mereka bingung, kemana Chef mereka? Joon merasa akhir-akhir ini
Chef tak seperti dirinya. Dan karena Sun Woo tak ada, Min Soo makin bertingkah
sesukanya. “Aigoo aigoo, hanya karena harimau tak di rumah, rubah ini
berpura-pura jadi raja,” komentar Ji Woong melihat Min Soo yang bertingkah
berlebihan karena pelanggannya adalah seniornya di sekolah.
Ia memperkenalkan menu kreasinya
(sekaligus membanggakannya).. Shrek pasta. Sunbae Min Soo mencicipinya, dan
memujinya enak, tapi mulutnya terasa kering. Min Soo yang show up tak kira-kira
menyuruh Dong Chul mengambilkan sampanye, dan berkata kalau mereka semua itu
bawahannya.
Dong Chul terpaksa
mengambilkannya. Awalnya sunbae Min Soo tak memperhatikan, tapi karena Min Soo
yang annoying terus mengganggu Dong Chul. Sunbae itu pun mengenali kalau Dong
Chul adalah sunbaenya di SMA Yong Jin. Dong Chul juga mengingatnya, dan si
sunbae menyapanya hormat. Min Soo tertawa tak percaya, bagaimana bisa Dong Chul
jadi sunbaenya sunbae Min Soo? Si brengsek ini?
Dan plak, Min Soo mendapat
tamparan berkali-kali, “Hey, kau tak tau sunbae Jo Dong Chul?” Dia membereskan
semua dengan tendangannya yang fenomenal. Dong Chul mulai mencoba tendangannya,
“Aah.. Sous Chef, jadi kau juniorku di SMA?” Min Soo cuma bisa diam, dan
menurut saja saat didorong untuk memberi hormat pada Dong Chul.
Shaman Unni berusaha mencari
keberadaan Bong Sun dengan kekuatannya. Ia merasa akan melihat sesuatu, tapi
lalu tak bisa. Sun Woo tak sabar dan minta Shaman Unni terus berusaha sampai
bisa melihatnya, “Kupikir kau ahlinya dalam menemukan orang. Kenapa kau tak
bisa menemukan Na Bong Sun?”
Shaman Unni juga ingin
melihatnya, tapi ia kehilangan banyak kekuatan akhir-akhir ini. Soon Ae yang
tak tega melihat frustasinya Sun Woo minta Shaman Unni terus mencobanya, kalau
sesuatu terjadi pada Bong Sun, ia akan merasa bersalah padanya dan Chef. Shaman
Unni mengerti, tapi ia minta mereka berdua tak terus melihatnya seperti itu.
Barulah Shaman Unni bisa melihat
sesuatu. Tempatnya di sekitar Seoul, tak jauh, tapi ada suara-suara yang terus
mengganggunya.. suara anak-anak. Banyak anak-anak.
Dan penglihatan Shaman Unni
benar, Sung Jae ada di panti asuhan, bermain dengan banyak anak. Ibu panti
memuji Sung Jae yang tak hanya memberi donasi, tapi juga mau bermain dengan
mereka. Sung Jae merendah, ia juga tumbuh besar di sini. Ibu panti tau, ia
sudah mendengarnya, dan ia juga dengar kalau Sung Jae mendonasikan sebuah
mobil. Mobil dengan plat nomor 2368.
Sung Jae hanya mengiyakan. Dan selama
di sini, Sung Jae diberikan satu ruangan, dan Bong Sun ada di sana dalam
keadaan tangan terikat dan mulut tertutup lakban. Sung Jae memandangi ekspresi Bong Sun yang tampak sangat ketakutan, padahal ia tak akan melakukan apapun
padanya secepat ini. Itu tak akan menyenangkan, menurutnya.
Bong Sun hanya diam dan menangis. Saat menoleh ia melihat hantu seorang anak kecil di pojok kamar. Anak itu hanya duduk diam, tapi begitu Sung Jae menoleh ke arahnya, anak itu refleks teriak ketakutan dan kabur. Sung Jae menutup lagi tiirainya dan pergi.
Bong Sun hanya diam dan menangis. Saat menoleh ia melihat hantu seorang anak kecil di pojok kamar. Anak itu hanya duduk diam, tapi begitu Sung Jae menoleh ke arahnya, anak itu refleks teriak ketakutan dan kabur. Sung Jae menutup lagi tiirainya dan pergi.
Bong Sun memikirkan cara agar
bisa selamat, bukan karena ia takut. Ia lebih takut Chef khawatir. Ia bertanya-tanya
di mana dirinya sekarang, sepertinya satu jam perjalanan dengan mobil dari
Seoul. Bong Sun tak tau ia di mana, tapi ada bau yang familiar di hidungnya.
Ia ingat, Chef dulu pernah
mengajari mereka masak dengan daun rosemary
dan minta mereka mencium aromanya dengan seksama. Dan benar itu bau daun rosemary, karena ada kebun tanaman
herbal di dekat sana.
Bersambung ke Part 2
No comments:
Post a Comment