Tuesday, August 18, 2015

Sinopsis Oh My Ghost Episode 14 Part 2


Bong Sun datang menemui Sun Woo bersama Soon Ae. Sun Woo jelas tampak takut dan canggung bagaimana harus bersikap dengan seseorang yang tak bisa dilihatnya. Bong Sun sampai harus mengarahkan di mana arah Soon Ae berada. Setelah mereka duduk, Bong Sun akhirnya mengatakan kemungkinan Sung Jae terlibat dalam tabrak lari Eun Hee. Jelas Sun Woo kaget, kenapa?


“Kematian Officer Han mungkin bukan kecelakaan, ada bukti yang berusaha ditutupi Officer Choi, pelaku yang bertanggungjawab atas kecelakaan Eun Hee,” jelas Bong Sun, “Officer Han curiga dan menginvestigasi itu, tapi lalu..” Sun Woo ingat, Officer Han yang tadi menelponnya dan memintanya sama sekali tak memberitahu adik iparnya, juga Sung Jae yang malah bersiul dan tersenyum di toilet saat pemakaman tadi.


“Selain itu, Unni (Soon Ae) juga berpikir kalau Officer Choi ada hubungannya dengan kematiannya,” tambah Bong Sun. Otak Sun Woo sulit memproses semua dugaan itu, tapi kenapa? Soon Ae berkata pada Bong Sun kalau mereka masih harus mencari tau, dan ada sesuatu yang penting yang harus dilakukan Sun Woo.. mencari diarynya. Soon Ae yakin ada sesuatu yang sengaja Sung Jae sembunyikan.


Bong Sun memberitahu Sun Woo kalau mereka harus menemukan diary itu. Sun Woo tak mengerti, “Diary? Diary apa?”


Bong Sun khawatir mengikuti Sun Woo yang keluar restoran, “Chef apa kau baik-baik saja?” Tentu Sun Woo tak baik-baik saja, ia tak ingin percaya apa yang didengarnya barusan. Tapi Sun Woo lalu memberitahu soal telpon Officer Han sebelum ia meninggal, ia ingin bertemu tanpa sepengetahuan Sung Jae terkait dengan kasus tabrak lari Eun Hee. Sun Woo benar-benar perlu memikirkan semua ini sendirian, lalu pergi setelah minta maaf tak mengantar Bong Sun pulang.


Sun Woo yang minum sendirian berusaha menyangkal semuanya karena Sung Jae berarti sangat banyak bagi keluarga mereka.

 
 

Flashback saat Sung Jae mencegah Eun Hee yang ingin bunuh diri. Ia bahkan berkata, ‘Memilih untuk hidup atau mati saat kita ingin, manusia tak punya hak semacam itu. Hiduplah meski kau ingin mati. Dan karena kau belum mati, kau harus menjalani hidupmu.’ Sun Woo juga datang saat itu, dan langsung memeluk Eun Hee yang terus menangis.


Tak lama, dengan riangnya Eun Hee memberitahu rencana pernikahannya dengan Sung Jae. Melihat betapa gembiranya Eun Hee, tentu Sun Woo memberikan ijinnya.


Langkah Sun Woo membawanya kembali ke pemakaman Officer Han. Sung Jae menyapanya heran, kau kembali? Sun Woo tadi minum sendirian karena merasa tertekan, dan tanpa disadari ia berakhir di tempat ini. Sung Jae hanya mengiyakan dan mengantar Sun Woo ke depan, mungkin ia akan semalaman di sana karena harus mewakili pihak yang berduka.

 
 

Sun Woo menahan Sung Jae yang berbalik masuk, “Kau tau aku sangat bergantung padamu kan, juga Eun Hee.” Sung Jae heran, tapi lalu mengiyakan, ia juga sangat bergantung pada Sun Woo karena Sun Woo-lah keluarga satu-satunya. Sun Woo merasa lega dan pamit pergi.. tapi Sung Jae sepertinya merasa ada yang aneh dari kata-kata Sun Woo barusan. Oh no, crap!


Sun Woo pulang, dan langsung disambut Bong Sun yang setia menunggunya. Bong Sun lega, ia pikir ia harus menunggu semalaman. Sun Woo kaget, “Apa yang kau lakukan di sini? Kau menungguku dari tadi?” Bong Sun hanya khawatir dan ingin memastikan Sun Woo pulang ke rumah dengan selamat, dan lagi mungkin Sun Woo akan kesulitan pulang saat mabuk.

 
 

Sun Woo tersenyum, “Kau mau menggendongku kalau aku mabuk?” Bong Sun langsung mengangguk. Sun Woo tertawa dan meraih tangan Bong Sun, “Kau sangat kecil, lebih baik aku digendong Stalker.” Bong Sun tak terima, ia sedikit lebih baik dari Stalker, haha.


Bong Sun menyapa Stalker dulu sebelum menanyakan keadaan Sun Woo, dan menawarkan air madu untuknya. Sun Woo menggeleng, ia minum dan mencoba mabuk, tapi ia masih sangat sadar. Bong Sun tau ini sangat berat. Tentu saja, sahut Sun Woo, hatinya sudah tak enak berhari-hari karena seorang gadis kecil. Ia pikir sudah bisa lega sekarang, tapi kenapa masalah lain terus datang?

 
 

Bong Sun sadar, Sun Woo mungkin lebih menderita dari yang bisa ia bayangkan. Sung Jae sudah menjadi bagian keluarganya selama 3 tahun, dan ia tau adik seperti apa Eun Hee bagi Sun Woo. Ia lalu menggenggam tangan Sun Woo, “Tetap kuat, Chef.. inner peace.

“Apa?”

Inner peace.. bahkan saat kau menderita, kedamaian dari dalam yang akan mengambil alih,” sahut Bong Sun sambil memperagakan gerakan inner peace yang dipelajarinya dari film Kungfu Panda. Sun Woo memandangi gerakan aneh Bong Sun tanpa kedip, lalu tertawa.


Bong Sun menjelaskan, setiap ia harus melalui banyak kesulitan saat lebih muda dulu, ia akan menutup mata, dan melakukan inner peace. Ajaibnya, perasaan Bong Sun jadi lebih tenang. Sun Woo baru tau kalau Bong Sun punya sisi gila juga.

 
 

Bong Sun meyakinkan, semua akan berlalu, mau itu hal baik atau hal buruk. Sun Woo mengangguk, kau benar. Ia merasa lega ada Bong Sun di sisinya di waktu yang berat seperti ini.


Bong Sun tersenyum dan merentangkan tangannya, “Haruskah aku memberimu pelukan, Chef?” Tapi yang ada Sun Woo malah curiga, “Kau yakin kau Na Bong Sun? Kau yakin tak dirasuki hantu itu lagi?” Bong Sun meyakinkan ini benar dirinya, dan terus membujuk Sun Woo datang ke pelukannya.

 
 

Sun Woo akhirnya mendekat, dan Bong Sun langsung menepuk-nepuk punggungnya, menenangkan semua akan baik-baik saja. (Sumpaaah ya scene inner peace ini cute banget! Sukaa!)


Diary Soon Ae membuat Sun Woo pagi-pagi sudah datang ke rumahnya. Sung Jae belum pulang, dan mungkin akan langsung kerja setelah dari rumah sakit. Sun Woo beralasan ia lapar, dan minta ibunya membuatkan roti bakar bersama Eun Hee agar rotinya tak gosong. Padahal itu agar ia bisa mencari diary itu tanpa gangguan.


Sun Woo sudah membongkar hampir semua barang di kamar Eun Hee dan Sung Jae, dan akhirnya ia menemukan diary itu di koper yang ditaruh Sung Jae di atas lemari.


Di luar dugaan, Sung Jae pulang dulu untuk ganti baju. Untungnya, ia ke dapur dulu karena Eun Hee memintanya membuka botol selai. Tapi ia melihat Sun Woo yang lalu pamit pergi setelah basa basi sejenak. “Kau mau pergi? Kau bilang mau sarapan?” kejar ibu. Sun Woo beralasan ia lupa mau ke pasar, jadi lain kali saja.


Sung Jae diam saja, tapi Sun Woo yang buru-buru pergi dan bukan datang dari arah kamarnya sendiri sepertinya membuatnya curiga.


Bong Sun membantu ayah di restorannya. Ia berterimakasih, berkat ayah ia jauh lebih baikan. Dan ia tau harusnya tak terus merepotkan, tapi ada sesuatu yang harus ia lakukan. Ayah tak masalah, akhir-akhir ini ia lelah dan tak bersemangat, tapi ada Bong Sun di dekatnya membuatnya nyaman.. seperti Bong Sun adalah putrinya sendiri.

Bong Sun senang ayah menganggapnya seperti anak. Orangtuanya meninggal saat ia masih kecil, jadi ia tak punya ingatan soal ayahnya, tapi ia berharap ayahnya adalah seseorang seperti ayah Soon Ae. Ayah tertawa dan berterimakasih.


“Tapi, kenapa putrimu..? Maksudku di foto ia tampak sangat gembira. Ia tak tampak seperti orang yang akan melakukan sesuatu seperti itu pada dirinya sendiri,” ujar Bong Sun ragu. Ayah juga tak mengerti sampai sekarang, kadang ia menduga putrinya pasti punya masalah besar. Ayah menyesal, andai saja hari itu ia mengangkat telponnya.


Soon Ae ternyata menelpon malam itu, tapi ayah tak bisa mengangkatnya karena baterainya habis. Lalu ada voicemail masuk, dan saat didengarkan tak ada orang bicara, hanya ada suara aneh. Dan setelah itu pesan terakhir Soon Ae masuk, berkata ia minta maaf telah pergi. Ayah tak hentinya menyesal karena tak mengangkat telpon itu, jadi sampai sekarang ia tak menghapus pesan itu, juga tak pernah mematikan ponselnya. Ayah lalu keluar karena ada yang memanggilnya, dan ponselnya ia tinggalkan di meja. Ponsel Bong Sun juga berdering, telpon dari Sun Woo.


“Pria muda yang tak percaya hantu, ini minuman untukmu. Dan ini untuk gadis muda yang bisa melihat hantu,” sapa Shaman Unni sambil memberi mereka minuman. Ini pertama kalinya Sun Woo berada di tempat seperti itu, dan itu membuatnya canggung. Ia minta Shaman Unni tak memberitahu ibunya kalau ia datang. Shaman Unni tau itu, ia juga tak dalam posisi untuk itu.


Soon Ae ingin melihat diarynya dulu, dan Bong Sun menyampaikan ke Sun Woo. Sun Woo yang jelas belum terbiasa berinteraksi dengan hantu lalu memberikan diarynya. Bong Sun juga membawa ponsel ayah bersamanya, dengan pikiran kalau voicemail yang ditinggalkan Soon Ae bisa saja menjadi petunjuk.


Sebagai satu-satunya yang tak bisa melihat hantu, Sun Woo juga ingin dilibatkan dalam pembicaraan mereka. Shaman Unni tak sabar kalau mereka harus memberitahu semuanya pada Sun Woo, jadi ia menyediakan tubuhnya untuk dirasuki Soon Ae. Soon Ae tertawa kaget, ia tak pernah ada di tubuh seseorang yang sepertinya. Shaman Unni kesal, ini bukan waktunya jadi pemilih.

 
 

Jadilah Soon Ae mencobanya, dan merasuki tubuh Shaman Unni. “Kita bisa bicara bersama sekarang, Chef,” ujar Soon Ae membuat Sun Woo bengong lalu mengangguk ragu. Huahahaa, bayangin deh kalo Soon Ae di tubuh Shaman Unni terus, apa iya Sun Woo bakalan naksir?


Bong Sun membuka-buka diarynya, dan Soon Ae memintanya berhenti di halaman terakhir. Di sana ada deretan angka 2368, tapi Soon Ae sama sekali tak ingat angka apa itu. Mengingat itu hal terakhir yang ditulisnya, mungkin itu ada hubungannya dengan kematiannya. Bong Sun juga minta mereka mendengarkan voicemail-nya, tak ada orang bicara, tapi hanya terdengar suara tombol ponsel ditekan.


“Tanggal 15 Agustus jam 23.10, kau meninggalkan pesan ini. Dan di malam yang sama jam 23.55, kau mengirim pesan permintaan maaf yang seperti pesan terakhir sebelum bunuh diri,” ujar Bong Sun.


Mereka mulai memecahkan misteri voicemail itu bersama. Dari film Sun Woo tau setiap tombol angka punya nada yang berbeda, dan ia mulai menekan-nekan tombol ponselnya untuk mencari tau angka apa yang dimaksud di sana. Dan akhirnya mereka mendapatkan angka 535-2368. Dugaan pertama, itu nomor telpon. Tapi bukan, panggilannya tak tersambung.


Soon Ae mulai frustasi, “Ah, bagaimana bisa aku tak mengingat apapun?” Jangan terlalu tegang, bukan kau yang memilih untuk tak mengingatnya, ujar Sun Woo canggung karena ia menambahkan ‘Ma’am’ di akhir kalimatnya.


Bong Sun punya dugaan lain, mungkin 5 di situ bukan angka, tapi huruf OH.. jadi bisa dibaca 53OH-2368, bisa saja itu plat nomor sebuah mobil. Sadar itu benar, Sun Woo dan Bong Sun langsung ‘hi five’. Soon Ae juga mengulurkan tangannya, tapi kasian.. ia diabaikan. Soon Ae lalu berkata akan menyelidiki nomor itu dan merasuki polisi wanita itu lagi, karena pasti sulit untuk warga biasa.


Sun Woo takut kalau plat nomor itu benar-benar mengarah pada Sung Jae, apa yang akan terjadi nanti? Kalau begitu Bong Sun pikir mereka bisa mengajukan investigasi padanya, karena kecelakaan Eun Hee dan kematian Soon Ae berhubungan. Sun Woo benar-benar berharap tak ada satupun yang benar, ia harap mereka yang salah. Bong Sun juga mengharapkan hal yang sama.


Sun Woo menggenggam tangan Bong Sun, ia merasa tak tenang dan ingin Bong Sun ikut dengannya. Kalau tak suka dengan kamarnya dulu, Bong Sun bisa tinggal dengannya di kamarnya. Bong Sun menggeleng, ia harus mengucapkan selamat tinggal dulu pada ayah Soon Ae.


Sun Woo masih tak tenang, tapi ia mengerti. Bong Sun menyemangatinya dan tersenyum sebelum akhirnya masuk duluan.


So Hyung sudah menunggunya saat Sun Woo kembali ke restoran. Ia sudah dengar dari Eun Hee kalau banyak hal yang terjadi, dan pasti itu membuat Sun Woo terganggu. Saat So Hyung memberitahu jadwal syuting mereka selanjutnya, Sun Woo merasa tak bisa melanjutkan Chef vs Chef. So Hyung kaget, ia kira karena Sun Woo belum berbaikan dengan Bong Sun, tapi bukan itu. Sun Woo perlu meluruskan semua dulu, baru menjelaskan semuanya. Sun Woo minta maaf, ia harap So Hyung mengerti.


So Hyung mengangguk, ia tau Sun Woo tak akan melakukannya tanpa alasan jelas. Sun Woo berterimakasih, tapi pandangannya tertuju pada Eun Hee. Sepertinya Sun Woo takut akan apa yang terjadi pada adiknya nanti.


Soon Ae mau menjalankan misinya, tapi orang yang mau ia rasuki terus menangisi kepergian Officer Han di samping Sung Jae. Officer Kang bahkan sampai bersandar di bahu Sung Jae, meski ia lalu sadar dan berlari keluar.. persis seperti keinginan Soon Ae. Tanpa menunggu, Soon Ae langsung merasuki Officer Kang.


Soon Ae menunggu sebentar sambil menghapus air matanya, lalu masuk. Ia hanya mengangguk saat Sung Jae tanya apa ia sudah baikan, dan langsung duduk di depan komputer. Tapi ia perlu password untuk login. Soon Ae mencoba tanggal lahir Officer Kang, tapi bukan. Jadilah karena frustasi ia menekan sembarang angka, tapi malah berhasil.


Soon Ae langsung memasukkan plat nomor yang mereka dapat tadi, dan benar.. Choi Sung Jae keluar sebagai identitas pemilik. Soon Ae bangkit dengan kaget, dan keluar menelpon Bong Sun.


Soon Ae sadar, ia berusaha memberitahu orang lain lewat diary dan telponnya sebelum ia meninggal. “Pergi dan beritahu Chef, Na Bong Sun. Aku akan menemuimu nanti,” ujar Soon Ae lalu menutup telponnya.


“Aku tak tau kau sangat tertarik padaku, Officer Kang,” suara Sung Jae mengagetkan Soon Ae. “Ada apa dengan mobilku? Apa yang membuatmu sangat penasaran?” tanyanya. Soon Ae menggeleng ketakutan, ia tak penasaran dan mau segera pergi dari sana. Tapi Sung Jae mencekik lehernya, “Kau.. siapa kau sebenarnya?”

 
 
 

Soon Ae berusaha melepas tangannya, tapi Sung Jae mencekiknya makin erat. Mendadak dengan suara yang ia ingat saat kematiannya, ingatannya kembali. Eun Hee yang terbaring di jalanan, Sung Jae yang pergi dari sana dengan mobilnya, dan dirinya yang tak sengaja melihat itu semua. Sampai hidupnya berakhir di tangan Sung Jae.


Officer Kang yang pingsan membuat Soon Ae keluar dari tubuhnya, dan Sung Jae menatapnya. “Akhirnya kau muncul... Shin Soon Ae.”



Komentar:
Oh no, ini aku nonton film horror apa drama romcom ya? Sumpah Sung Jae serem banget bikin merinding. Soon Ae nggak bakal mati lagi, tapi aku khawatir sama Bong Sun, Sun Woo, sama Eun Hee.. Aduh, nggak ada cara biar roh jahatnya keluar dari tubuh Sung Jae ya?

1 comment: