Di rumah, Eun Hee menanyakan kondisi Officer Han. Sung Jae berkata kalau kondisinya mulai membaik dan bisa pulang sebentar lagi. Eun Hee lega, tapi tak ada bukti dan pelaku yang belum ketahuan membuatnya merasa dunia ini benar-benar menakutkan. Sung Jae hanya mendengarkan, dan tiba-tiba tangannya terkena pembuka botol wine.
Eun Hee berusaha melihat
lukanya, tapi Sung Jae refleks menepis sekaligus menjauhkan tangannya. Eun Hee
terdiam. Sadar sudah lepas kontrol, Sung Jae kembali memasang muka penuh
senyumnya dan minta maaf. Ia mengajak Eun Hee jalan-jalan setelah selesai minum
wine.
Sambil berjalan-jalan, Eun Hee
berkata ia senang kemarin bertemu teman sekolahnya dan mengenang masa-masa
sekolahnya. Dulu ia tak menyadarinya, tapi saat itu benar-benar menyenangkan,
ia tak perlu mengkhawatirkan apapun. Eun
Hee sadar ia sering bercerita tentang dirinya, tapi Sung Jae hampir tak pernah
melakukannya. Jadi ia bertanya tentang bagaimana di panti asuhan dulu? Bukankah
banyak anak yang diadopsi? Sung Jae hanya tersenyum, dirinya tak pernah
sekalipun diadopsi (ooooooh, jadi creepy Sung Jae ini yatim piatu).
But no, Sung Jae bohong. Saat SMP
ia punya orang tua adopsi, tapi begitu keluarga yang mengadopsinya punya bayi
sendiri, ia tak lagi dianggap. Sung Jae kecil hampir membunuh adiknya sendiri,
tapi ayahnya langsung datang dan memukulinya.
Tak hanya itu, ia juga dibully
dan dipukuli teman sebayanya tanpa ada seorang pun yang menolong. Sung Jae sampai
tak bisa bangkit dengan tubuh penuh luka, dan saat itu bayangan hitam
mendekat.. lalu masuk ke tubuhnya.
Flashback lain. Tiga tahun lalu Eun
Hee yang berusaha bunuh diri setelah kecelakaan, dihentikan oleh Sung Jae. Sekarang
Eun Hee merasa bersyukur, waktu itu Sung Jae berkata bukan mereka yang bisa
memutuskan untuk hidup atau mati dan bertanya maksudnya, apa untuk
mempengaruhinya? Sung Jae tak merasa mengingatnya, tapi sejak hari itu Eun Hee
terus memikirkan Sung Jae.
Begitu sampai rumah, Sun Woo dan
Soon Ae tampaknya masih saling emosi. Soon Ae menjaga jarak, mulai bicara super
formal dan pamit seperti cara dayang pada rajanya di jaman Joseon, haha. Sun
Woo merasa Soon Ae berlebihan, tanpa tau perasaannya yang sebenarnya. Karena Sun
Woo sampai harus menguatkan dirinya kalau ia bisa menahannya. Oh well, he’s a
man after all, how could he endure a cute thing like Bong Sun?
Di kamarnya, Soon Ae yang sudah
keluar dari tubuh Bong Sun masih saja mengomel soal Sun Woo yang terlalu kuno.
Bong Sun membela Sun Woo yang menurutnya tak salah dengan perkataannya. Sambil tersenyum
malu, Bong Sun berkata itu salah satu yang menarik darinya, awalnya Chef tampak
seperti orang yang enteng, tapi tidak sama sekali, dia sangat serius dan
bertanggung jawab.
Soon Ae makin frustasi, “Menurutmu
itu menarik?” Dan Bong Sun malah heran karena Soon Ae tak mengganggap Chef
menarik. Soon Ae meralat, bukannya tak menarik, tapi jual mahalnya itu
menyebalkan, terutama pada wanita yang ia sukai. Tujuan mereka hampir tercapai,
tapi malah stuck gara-gara itu.
Di luar, Sun Woo sengaja bicara
keras pada si anjing untuk menarik perhatian. Benar saja, Bong Sun langsung
bangkit ingin keluar, tapi Soon Ae menahannya atau tak akan ada kemajuan. Bong
Sun harus menahannya meskipun sangat ingin bertemu. Tapi Bong Sun tak bisa,
jadi meski Soon Ae terus menggeleng padanya, Bong Sun tetap membuka pintunya
dan mengintip Sun Woo yang duduk di luar.
Sun Woo tak melihat saat pintu
itu terbuka sedikit, dan jelas ia tampak terganggu karena diabaikan.
Pagi di Sun Restoran, Ji Woong
yang pertama sadar kalau hari itu ternyata ulang tahun Min Soo dan semua
langsung mengeluh kebingungan. Pesta ulang tahun saja tak cukup, Min Soo pasti
mengharapkan hadiah mahal juga. Jadi mereka memutuskan untuk pura-pura lupa.
Dan panjang umur, yang mereka
omongkan datang sambil humming lagu happy birthday dengan gembira. Ia berusaha
memberi clue dengan mengeluh kepanasan, orang yang melahirkan di cuaca panas
begini sangat hebat. Clue kedua, ia bertanya apa ada rumput laut tersisa, ia
ingin makan sup rumput laut siang ini.
Min Soo pikir clue itu tadi
cukup, jadi saat lampu ruang ganti tiba-tiba mati, ia langsung kegeeran akan
ada pesta kejutan. Padahal memang mati lampu, hahaha. Min Soo otomatis kesal
karena semua mengabaikannya dan menyuruh mereka semua menghadapnya di luar.
Jadilah dengan pasrah mereka
berbaris dengan menunjukkan telapak tangan mereka (kayak di sekolah mau periksa
kuku, haha). Dong Chul yang pertama kena omelan, katanya tangannya kotor. Kedua
Ji Woong, katanya rambutnya kepanjangan seperti landak. Ketiga Joon, tapi Min
Soo bingung mau ngomel apa, apalagi Joon cuma menatapnya malas, jadi ia
menyuruh Joon memperpendek diri, tatanan rambutnya dijelekin, dan operasi
plastik biar jadi jelek (muahahaa, apa bangeet?). Terakhir Bong, yang cuma liat
mukanya aja Min Soo udah kesal.
Semua lega begitu Min Soo pergi,
tapi mereka tak yakin bisa selamat sampai akhir hari. “Tak bisakah kita
memberinya sembarang barang dan berkata itu hadiah?” keluh Soon Ae. Untungnya Joon
baru memesan jeans online yang datang pagi ini, dan ia dapat sabuk gratisan. Kulit
palsu, tapi kata Joon itu seperti asli.
Min Soo yang sendirian di dapur
masih super kesal karena diabaikan. Tapi, tau-tau ada nyanyian selamat ulang
tahun untuknya. Haha, semua akhirnya datang dengan tumpukan kue seadanya dengan
lilin di atasnya. Min Soo tentu langsung senang. Begitu lilinnya ditiup, Dong
Chul tampak sepenuh hati menumpahkan kue tadi ke wajah Min Soo, haha dendam
kesumat. Ji Woong juga sengaja memukuli kepalanya, haha mumpuung..
Selanjutnya hadiah diserahkan,
Min Soo sok-sok mau menolak, tapi dibukanya juga kotak itu. “Waah, itu tampak
mahal,” teriak Dong Chul meyakinkan. Min Soo tampak ragu dan mencium bau sabuknya,
apa ini palsu? Semua wajahnya langsung berubah, tapi untunglah Min Soo cuma
bercanda. Ia yang sedang gembira akan mentraktir semua minum malam ini.
Sun Woo datang, begitu tau Min
Soo hari ini ulang tahun, komentarnya malah ibu Min Soo pasti menderita
melahirkan di cuaca panas begini, haha. Tapi sebagai bos baik hati ia memberikan
kartu kreditnya untuk pesta mereka. Min Soo tentu senang sekali. Sambil tertawa-tawa,
Sun Woo sengaja melirik Soon Ae, tapi Soon Ae sengaja mengabaikannya.
Kyung Mo menemani ayahnya pergi
belanja, meski sambil mengomel karena ayah hanya belanja sedikit sedikit. Padahal
ayah sengaja agar bahan-bahannya masih segar. Tapi Kyung Mo cuma memikirkan
imagenya di lingkungan kalau terus membawa sayuran begini, itulah kenapa Na
Bong Sun memandangnya rendah. Ayah menyuruh Kyung Mo diam, kakaknya pergi belanja
tiap hari pagi dan sore hari. Menurut Kyung Mo kakaknya malah tipe yang
merepotkan dirinya sendiri.
Ayah diam saja, ia meletakkan
sebutir apel di pembatas jembatan. “Ayah di sini, ini apel yang kau sukai,
makanlah yang banyak,” ujar ayah yang memandang sungai di bawahnya sedih.
Ayah makin sedih, “Pria jahat. Kenapa
kau melakukannya?” Kyung Mo hanya menggenggam tangan ayahnya tanpa kata. Suasana
sedih itu dirusak Sung Jae yang tau-tau ada di belakang mereka, meski ia
menyapa dengan penuh senyuman. Ia bahkan menawarkan mengantar ayah pulang.
Ayah awalnya tak enak, tapi lalu mengiyakan karena Kyung Mo minta ayah tak menolaknya. Kyung Mo lalu berjalan duluan ke arah mobil Sung Jae. Hiks, jadi Soon Ae matinya di jembatan itu ya?
Ayah awalnya tak enak, tapi lalu mengiyakan karena Kyung Mo minta ayah tak menolaknya. Kyung Mo lalu berjalan duluan ke arah mobil Sung Jae. Hiks, jadi Soon Ae matinya di jembatan itu ya?
Saat berjalan, tanpa sengaja
Sung Jae melihat ikatan tali sepatu ayah. Itu mengingatkannya pada cara Soon Ae
mengikat tali sepatunya dulu. Sung Jae menanyakan soal ikatan yang tak biasa
itu, dan ayah berkata kalau Bong Sun yang melakukannya. Sung Jae tampak tak
percaya, “Bong Sun-ssi?” Ayah mengiyakan, katanya ia bisa terluka kalau
ikatannya lepas dan terjatuh jadi mengikatnya sangat kuat. Oh please Dad, why did you tell him?
Sepulang kerja mereka semua siap
pesta. Min Soo sebenarnya ingin Eun Hee ikut biar ada wanita cantik, tapi yang
mereka punya hanya Bong Sun, haha. Soon Ae otomatis kesal dan berkata Min Soo
bukan tipenya, yang ada Min Soo malah bersyukur.
Sun Woo datang, sepertinya sih
berharap diajak, tapi Soon Ae dengan yakinnya berkata Chef mereka tak akan ikut
karena ia terlalu konservatif, jadi lebih baik mereka pergi sendiri dan
bersenang-senang. Haha, Soon Ae masih kesal sampai ia mendengus dan memalingkan
muka di depan Sun Woo waktu mereka pamit.
Di luar, Min Soo memuji-muji
Soon Ae karena berkatnya Chef tak ikut, ia khawatir jadi tak nyaman di hari
ulang tahunnya. Tapi cuma Min Soo yang tampak senang, karena Joon menyindirnya
seharusnya tak mengatakan itu saat menggunakan kartu kreditnya. Untunglah Ji
Woong menengahi dan mereka mulai bernyanyi-nyanyi untuk Min Soo lagi.
Dari kejauhan, Sung Jae
memandangi kepergian mereka dengan ekspresi mencurigakan.
Mereka merayakannya dengan ayam
dan bir, pol-polan mumpung pakai kartu kreditnya Sun Woo, haha. Min Soo meracau
soal mimpi kelahirannya, tapi dalam keadaan mabuk pun tak ada yang mau
mendengarkan. Mumpung mabuk Dong Chul dan Ji Woong santai saja mengata-ngatai
Min Soo, sementara Joon santai dengan minumannya, dan Soon Ae yang menghilang
dari tempat duduknya.
Rupanya Soon Ae yang terlalu
mabuk ada di luar, mengobrol dengan vespa yang terparkir di depan restoran. Joon
menyusulnya keluar, dan langsung senyum menyapa Soon Ae yang meracau soal helm
di kepalanya. Ia menyuruh Soon Ae duduk, dan Soon Ae langsung curhat dalam mabuknya.
Pura-puranya Soon Ae
menceritakan temannya. Temannya itu punya pacar, ia orang yang sangat bebas
jadi ia menyerang pacarnya itu, tapi pacarnya benar-benar menolaknya melakukan
itu. Joon cuma tertawa karena Soon Ae mengumpat dalam racauannya. Yang membuat
Soon Ae penasaran, apakah pria biasanya tak suka kalau wanita tiba-tiba terlalu
mendekatinya begitu?
“Kita lihat.. apa temanmu tak
begitu cantik?”
Soon Ae bingung, bukannya tak
cantik, tapi juga tak terlalu cantik menurutnya. Kalau begitu Joon punya dua
kesimpulan, ia tak menginginkannya karena wanitanya tak cantik atau ia sangat
menyukainya jadi ia menunggu sampai hubungan mereka lebih penuh kepercayaan. Kalau
yang pertama, berarti ia hanya pria biasa, kalau yang terakhir, ia adalah pria
baik.
Tapi yang ada Soon Ae malah
bingung, ia tak tau yang pertama atau yang terakhir. Joon juga tak tau, tapi ia
pikir yang terakhir. “Kau cukup cantik,” pujinya. Soon Ae tertawa malu, tapi lalu
meralat ini bukan tentangnya, ini soal temannya. “Kalau begitu minta temanmu
untuk lebih pintar, dia akan menyesal kalau kehilangan pacarnya,” ujar Joon
bijak.
Joon lalu menyinggung
akhir-akhir ini Soon Ae tak memegang tangannya sama sekali dan menduga Soon Ae
sudah sembuh dari penyakit ‘kurang perhatian’nya. Soon Ae tentu tak melewatkan
kesempatan dan memegang tangan Joon lagi. Hahahaa, sumpah scene Joon – Soon Ae
ini favorit banget, cuteee banget sih mereka berdua?
Sendirian di rumah membuat Sun
Woo bosan. Ia mengecek blog ‘My Sunshine’,
tapi tak ada postingan baru di situ sampai Sun Woo berpikir pemiliknya sedang
sibuk. Menurutnya cuma itu blog yang pantas dibaca, aww! Sudah larut tapi
karyawannya belum pulang juga (terutama Bong), dan ia cuma dapat kabar dari
notifikasi kartu kreditnya kalau mereka baru selesai minum, haha.
Tentu saja mereka belum mau
pulang, ronde kedua di karaoke baru dimulai. Semua menari mengikuti gerakan
lagu Big Bang dengan hebohnya. Ji Woong lagi-lagi menyanyikan lagu umpatannya..
ditujukan pada siapa lagi kalau bukan Min Soo. Dong Chul juga tak mau kalah.
Joon dan Soon Ae juga, mereka duet menyanyikan lagu balad dengan mesranya
sampai pria-pria di belakang frustasi, haha.
Sementara itu Sun Woo makin tak
sabar menunggu Soon Ae pulang. Notifikasi berikutnya cuma dari tagihan karaoke
mereka. “Ada apa dengan gadis itu? Apa ia ingin pergi dengan pria-pria itu
tanpaku?” omel Sun Woo.
Sun Woo sudah berusaha membuang
waktu dengan melakukan apapun, tapi tetap saja ia gelisah, sudah jam 2 pagi tapi
pacarnya belum juga pulang. Sampai-sampai ia berpikir Soon Ae sengaja
melakukannya untuk balas dendam. Notifikasi berikutnya datang, kali ini dari
Yongsan Motel. Mata Sun Woo langsung melebar, “Motel?!” Ia langsung panik
menelpon Soon Ae, tapi tak ada jawaban. Jadi ia menelpon Min Soo, tanya apa
Bong Sun ada di sana dan langsung lari secepat kilat menyusul.
Begitu sampai, kamar mereka
bahkan tak terkunci, dan mereka sudah bergelimpangan dimana-mana saking
mabuknya. Ia membangunkan Bong Sun yang tidur di pojok, memintanya tak berisik,
dan membopongnya keluar. Tapi ia malah tak sengaja menginjak rambut Min Soo
sampai Min Soo teriak kesakitan dalam tidurnya, untungnya tak ada satupun yang
terbangun.
Di luar hotel Sun Woo sudah
berganti menggendong Soon Ae di punggungnya. Soon Ae yang masih mabuk terus
saja mengoceh tak karuan dan mengajak Sun Woo minum lagi, one shot! Sun Woo
pusing dan membopongnya lagi pergi dari sana.
Ia membawa Soon Ae ke
minimarket, menyuruhnya terus dan terus minum air sampai benar-benar sadar. Begitu
Soon Ae mulai sadar Sun Woo langsung mengomel, gadis macam apa yang tanpa takut
pergi ke kamar motel dengan serombongan pria? Soon Ae mengiyakan sambil lalu,
tak seperti Chef yang konservatif, untuk gadis liar sepertinya motel sudah
seperti rumahnya sendiri. Memangnya apa yang salah dengan motel? Itu hanya
ruangan untuk istirahat. Dan kalau khawatir seharusnya Sun Woo ikut saja tadi.
“Kau yang menyuruhku tak pergi
tadi,” balas Sun Woo. Soon Ae berkata bukannya ia tak ingin Sun Woo ikut, tapi
kalau Sun Woo pintar kenapa tak bisa menebak maksudnya? Dan lagi menurutnya Sun
Woo berlebihan, pria-pria itu tak melihatnya sebagai wanita.
Sun Woo tak terima, “Kenapa kau
bukan wanita? Kau benar-benar wanita dan itu membuatku khawatir sampai hampir
mati.” Soon Ae terpana. Sun Woo mewanti-wanti kalau pria bisa berubah dalam
sekejap, kalau tak hati-hati, Soon Ae bisa kena masalah. Soon Ae malah berharap
masalah itu terjadi, haha. Sun Woo tak punya pilihan lain, mulai sekarang Soon
Ae harus tetap di sampingnya dan menempel padanya seperti permen karet.
Soon Ae mengungkit saat Sun Woo
menyuruhnya jauh-jauh darinya, dan Sun Woo langsung menarik perkataannya waktu
itu. Mulai sekarang Soon Ae harus menempel padanya apapun yang terjadi. Soon Ae
tersenyum senang dan mulai menempel pada Sun Woo, seperti permen karet. Sun Woo
diam saja, tapi menariknya mendekat, ohoho..
Di jalan pulang, Sun Woo terus
menyuruh Soon Ae agar lebih mendekat. Soon Ae menurut, tapi ia penasaran
tentang satu hal, apakah Sun Woo tak mau melakukannya atau hanya menahannya? “No
comment,” jawaban Sun Woo hanya itu. Soon Ae jelas tak puas dengan jawaban itu
dan terus mendesak Sun Woo.
“Well, memangnya menurutmu aku
bukan pria? Pertanyaan macam apa itu?” *liat aja bajunya Sun Woo, tulisannya 'i'm normal' :p*
Jawaban itu saja sudah membuat
Soon Ae senang. Tapi Sun Woo lalu menghentikan langkahnya, tangannya yang
sedari tadi ada di saku berpindah menggenggam tangan Soon Ae.
“Mari mulai seperti ini dan
pelan-pelan.. untuk waktu yang sangat sangat lama, Na Bong Sun,” pinta Sun Woo membuat
Soon Ae terdiam.
Komentar:
Ahh aku bingung tiap nyebut Bong Sun itu Soon Ae. Iya kita tau kalo itu Soon Ae yang ada di tubuh Bong Sun, tapi Sun Woo dan lainnya kan liat Bong Sun ya Bong Sun. Aduh binguung! *curhat ke Joonie*
No comments:
Post a Comment