Sun Woo dan Soon Ae kembali saat restoran sudah ramai. Dengan tak kompaknya Sun Woo beralasan mobilnya rusak, sementara Soon Ae berkata ada kecelakaan. Terpaksa Sun Woo meralat ada kecelakaan sampai mobilnya rusak, jadi apa boleh buat ia harus memperbaikinya dulu. Eun Hee diam saja, meski wajahnya agak tak percaya.
Sun Woo langsung bergabung di
dapur yang sibuk, tapi ia terus memegangi perutnya yang terasa tak enak. Ji
Woong jadi khawatir Chefnya salah cerna karena terlihat sangat pucat. Saat
pesanan tinggal sedikit, ia memasrahkannya pada Min Soo, perutnya makin tak
enak. Ji Woong memberi saran untuk memakan sesuatu agar makanan yang tertahan
bisa cepat turun. Dong Chul memberi saran lebih aneh lagi, kalau salah cerna ia
selalu sembuh dengan hand stand. Min
Soo juga berusaha membantu dengan memukul-mukul punggung Sun Woo. Tapi yang ada
Sun Woo sekarang malah sakit depan belakang, haha.
Di sudut restoran, Soon Ae
menepuk-nepuk punggung Sun Woo khawatir, “Kenapa kau makan sampai 2 mangkuk
nasi?” Ia pun memijit-mijit telapak tangan Sun Woo, tapi sadar ada Joon, Sun
Woo langsung menarik tangannya dan memarahi Soon Ae. Soon Ae minta maaf, lalu
keduanya buru-buru pergi. Joon cuma tertawa sambil geleng-geleng. Omooo, urri
Joonie and his smile is so cute!
Di rumah, Sung Jae membuka laci
dan mengambil ponsel Soon Ae yang rusak. Flashback, di suatu malam yang sepi,
Soon Ae berlari panik menghindari kejaran seseorang pria berbadan tinggi. Lalu
terdengar teriakan, sepertinya Soon Ae berhasil tertangkap.
Cut to, Sung Jae yang santai
minum jus jambu di rumahnya, dengan kaki seorang wanita yang terkapar di lantai
kamar mandinya. Dari jeansnya jelas itu Soon Ae. Oh no, whats that creepy cop
did to Soon Ae?
Ponsel rusak itu ia pindahkan ke
koper, tempat ia menyimpan bukti kejahatannya yang lain, termasuk CCTV yang ia
rusak saat menyerang rekan kerjanya. Koper itu lalu ia tutupi dengan kotak
besar di atas lemari, di tempat yang tak tergapai Eun Hee.
Soon Ae akhirnya menusuk jempol
Sun Woo yang tak percaya ia bisa melakukannya dengan benar. Setelah darah pekat
keluar barulah Sun Woo sedikit enakan. Tapi Soon Ae tetap tak mengerti, kenapa
kau makan nasi sangat banyak padahal kau bahkan tak suka nasi? Sun Woo hanya
tak bisa menolak saat ayah mengambilkan nasi lagi. “Itu karena kau berakting
makanannya enak, kau hanya bersikap sopan atau hanya bodoh?” dumel Soon Ae.
Sun Woo tentu saja bersikap
sopan, saat seseorang yang lebih tua memberinya makan, bagaimana ia bisa
menolak? Dan cerita Ahjussi itu sangat sedih, mungkin karena putrinya pergi
duluan, tapi matanya sangat penuh kesedihan. Saat seseorang sepertinya senang
karena Sun Woo menikmati makanannya dan memberinya lagi tentu ia tak bisa
menolak. Soon Ae terdiam memandangi Sun Woo.
“Ada apa dengan tatapanmu? Kau
jatuh cinta lagi padaku sekarang kan?” ujar Sun Woo geer. Soon Ae menyangkal,
ia mau beli obat ke apotek sekarang. Sun Woo tak bisa membiarkannya pergi
sendiri meski Soon Ae meyakinkan ia bisa pergi sendiri, alasannya bagaimana
kalau Soon Ae bertemu hantu? Hahaha, lha Soon Ae itu hantunya sendiri.
Setelah minum obat Sun Woo
merasa lebih baik lagi. Soon Ae lega dan mengulurkan tangannya riang. Sun Woo
tertawa dan malah menaruh bungkusan obat di tangannya, tapi lalu memberikan
tangannya juga. Baru sebentar bergandengan, Soon Ae sudah melepaskan tangannya
karena ingin bermain di playground dekat
sana.
Sun Woo tak mau meski Soon Ae
terus membujuknya main agar makanan Sun Woo sepenuhnya tercerna. Soon Ae juga
tak mau diajak pergi dari sana, jadilah mereka kejar kejaran sampai Soon Ae
terjatuh dari perosotan karena buru-buru. Sun Woo menariknya duduk dan
memastikan kakinya baik-baik saja, ia bahkan membersihkan tanah di kaki Soon
Ae. Sikap manis Sun Woo lagi-lagi membuat Soon Ae terdiam, sampai Sun Woo
heran.
“Aku menyukaimu. Kubilang aku
sangat menyukaimu, Chef. Sangat,” ujar Soon Ae yang ganti membuat Sun Woo
terdiam.
Mereka duduk bergandengan di
ayunan yang bersebelahan sambil Soon Ae menceritakan banyak hal. Akhir-akhir
ini ia bisa melakukan banyak hal yang tak bisa ia lakukan sebelumnya, seperti
jalan bergandengan dengan orang yang ia sukai, naik sepeda bersama, dan
mengobrol seperti ini di playground. Ia
bahkan tak pernah memimpikan ini sebelumnya karena sangat sibuk dan keadaan
juga tak membantu.
“Apa hal lain yang belum pernah
kau alami?” tanya Sun Woo. Terlalu banyak, jawab Soon Ae, ia belum pernah ke
taman bermain, ia juga belum pernah ke Namsan Tower, dan ia juga belum pernah
naik kapal. Kalau dipikir-pikir, MT mereka kemarin adalah trip pertamanya
setelah besar. Sun Woo nyaris tak percaya, apa yang kau lakukan selama ini?
Soon Ae berkata ia hanya sibuk melakukan ini dan itu. Ia berterimakasih pada
Sun Woo, berkatnya ia bisa mengalami hal-hal yang tak pernah bisa ia lakukan.
Kali ini gantian Sun Woo yang terdiam.
Lalu ujarnya, “Oke, ayo kita
pergi liburan dan menginap.” Mereka bisa pergi setelah restoran tutup dan
kembali besok paginya. Soon Ae tentu suka, tapi ia bingung karena Sun Woo
tiba-tiba berubah pikiran, dulu idenya itu sangat ditentang karena Sun Woo
pikir ia akan melompat padanya. Tapi sekarang Sun Woo ingin pergi bersamanya,
ia tak akan menahannya lagi, dan minta Soon Ae bersiap.
Soon Ae terdiam lama dengan Sun
Woo yang terus mengayun ayunannya dengan tangannya yang menggenggam tangan Soon
Ae.
Begitu di rumah, Sun Woo
langsung sibuk mencari tempat mereka menginap nanti (yang tempat tidurnya bagus)
sambil ia tertawa-tawa sendiri.
Sementara itu Soon Ae yang malah
frustasi mendatangi Shaman Unni yang langsung terbangun kaget. “Ini aku, Unni.
Kau kaget ya?” sapa Soon Ae. Shaman Unni benar-benar kaget karena Soon Ae duduk persis di sebelah
kepalanya tengah malam begini dan menakutinya. Dengan kalem Soon Ae berkata
kalau ia datang karena ingin bicara. Shaman Unni bangkit menyalakan lampu dan
bertanya khawatir ada apa denganmu?
Soon Ae memberitahu kalau Chef
ingin pergi liburan dan menginap bersamanya. Shaman Unni ikut senang, itu
kesempatan bagus, tapi kenapa wajahmu tampak tak senang? Soon Ae juga tak tau
kenapa ia seperti ini, besok dendamnya yang sudah lama mengganggu akan berakhir,
tapi ia tak merasa bahagia. “Unni, kupikir aku.. sangat menyukai Chef,” aku
Soon Ae. Semua yang Sun Woo katakan padanya, cara Sun Woo menatapnya, rasa saat
Sun Woo menggenggam tangannya, semua itu tak pernah ia rasakan saat masih
hidup. Rasanya sangat hangat dan hatinya melunak seketika.
Soon Ae sadar ia bukan Na Bong
Sun, ia hanya sementara meminjam tubuhnya. Tapi, ia hanya sangat bingung,
kenapa ia tak pernah mengalami itu semua saat masih hidup? Kenapa malah saat ia
sudah mati, dan dengan pria vitalitasnya.
Shaman Unni minta Soon Ae
melupakannya, “Kau tau apa hal paling berbahaya untuk hantu sepertimu? Itu
adalah perasaan. Kau akan salah bepikir kalau kau manusia dan merasakan sakit,
sedih, dan bahagia, lalu kau akan mulai tamak. Meski sebagai roh jahat, kau
akan tamak dan ingin tetap di sini. Tapi roh jahat berbeda, mereka ada di
dimensi yang berbeda dari hantu sepertimu saat merasuki manusia. Mereka tak
akan bisa mati, dan berkeliaran melakukan hal jahat.”
Shaman Unni ingin Soon Ae
melupakannya dan segera menuntaskan dendamnya, lalu pergi ke tempat yang lebih
baik. Jika terlalu lama, Soon Ae-lah yang akan tersakiti. Soon Ae yang menangis
hanya mengangguk, dan Shaman Unni memeluknya prihatin.
Pagi di Sun Restoran, mereka
punya 16 reservasi hari ini, tapi yang ada di pikiran Sun Woo hanya liburan
bersama Soon Ae. Yang anehnya, Soon Ae malah tampak tak bersemangat meski ia
berdalih ia pasti sangat bahagia sampai tak bisa berkata-kata. Ia lalu ijin
pergi ke restoran ayahnya sebentar. Sun Woo heran karena Soon Ae selalu pergi
ke sana, memangnya tempat itu penuh madu? (alias sebegitu bagusnya kah?)
Min Soo mengajak Sun Woo minum
bersama sepulang kerja. Mereka sudah menggunakan kartu kreditnya, jadi jika Sun
Woo membayar ronde pertama, ronde kedua ia yang bayar. Sun Woo menolak, ia
punya janji hari ini. Min Soo yang mengira paling hanya pertemuan antar Chef
mengalah, ia akan membayar semuanya. Tapi Sun Woo tak akan pergi mau ronde
pertama atau kedua, kalian saja yang pergi.
Min Soo belum menyerah, ia
membujuk akan membelikan usus sapi juga. “Sudah kubilang aku tak pergi!” teriak
Sun Woo kesal yang langsung mengagetkan semuanya. Sun Woo bersikeras meskipun
langit terbelah dua ia tak akan pergi. Ia lalu pergi sambil bersiul.
Min Soo otomatis kesal, ia
bahkan kena marah saat berniat mentrakir minum. Belum lagi Dong Chul dan Ji
Woong malah menggodanya soal usus sapi sampai Min Soo terus teriak, “Ia tak
akan pergi!” Hahaa.
Soon Ae datang saat ayah sedang
membersihkan depan restoran dengan selang yang mereka pasang kemarin. Soon Ae
lalu melakukan ini dan itu karena baginya mungkin saja itu pertemuan terakhir
mereka. Ayah merasa itu aneh, seperti mereka tak akan bertemu lagi dalam waktu
lama, “Apa kau mau pergi, Bong Sun-ssi?” Soon Ae menyangkal, ia hanya takut
akan sibuk dan tak bisa datang. Ia berpesan agar ayah menjaga kesehatan,
berhenti minum dan olahraga secara teratur. Ayah makin merasa aneh, tapi ia
mengiyakan juga, ia akan melakukan apapun yang diminta.
Tanpa berani menatap ayahnya,
Soon Ae menahan tangis, “Ayah, mungkin
aku tak bisa melihatmu lagi. Kau harus berhenti memikirkanku dan hidup bahagia
dengan Kyung Mo, Ayah.”
Shaman Unni yang merasa bersalah
sampai mentraktir ibu Sun Woo makan, meski ia tak mau mengatakan penyebabnya.
Kalau ibu Sun Woo tau, mereka berdua akan tak senang. Ibu mendadak curiga,
jangan-jangan Shaman Unni mau pindah ke suatu tempat diam-diam. Memikirkanya
saja ibu tak suka, Shaman Unni satu-satunya teman wanitanya, ia bisa menangis
kalau itu terjadi.
“Kau menyukaiku?” tanya Shaman
Unni. Tentu saja, jawab ibu. Ia sudah pernah bilang, ia lelah dengan pria. Shaman
Unni mencoba menyemangati dirinya, ‘dia’ tak akan apa-apa hanya karena
melakukannya dengan Soon Ae sekali, ‘dia’ akan merasakan sesuatu yang tak akan
bisa didapatkan meski dengan membayar. Ibu tak mengerti apa yang diracaukan
Shaman Unni, tapi tanpa bermaksud menjelaskan Shaman Unni hanya menyuruh ibu
lanjut makan.
Baru jam 8 malam, tapi Sun Woo
sudah menyuruh Min Soo berhenti menerima pesanan. Alasannya karena hari ini
sangat panas dan ia tak tega semua berdiri di depan kompor terlalu lama. Mereka
perlu hari pendek seperti ini agar makin termotivasi. Semua mengiyakan, tapi
ocehan Sun Woo malah mencurigakan.
Sebelum naik ia memberi isyarat
pada Soon Ae untuk menemuinya. Ia akan bersiap-siap dan menyuruh Soon Ae segera
naik setelah pekerjaannya selesai. Soon Ae malah bertanya apa mereka akan pergi
hari ini? Sun Woo langsung berbisik mengiyakan, “Kenapa? Apa kau sangat tak
sabar sampai hampir gila?” Soon Ae mengiyakan, saking tak sabarnya ia tak yakin
ini mimpi atau kenyataan. Sun Woo tersenyum dan mencubit pipi Soon Ae gemas
sebelum naik duluan ke kamarnya.
Soon Ae membereskan barang
bawaannya sambil meyakinkan diri kalau ia harus pergi. Ia tak mau hidup 1.000
atau 10.000 tahun sebagai roh jahat. Seharusnya ia bahkan tak perlu berpikir
dua kali, jadi ia hanya akan pergi dan menuntaskan dendamnya selama 3 tahun.
Soon Ae berusaha semangat, tapi yang ada ia malah makin frustasi. Tapi tak ada
pilihan lain, jadi ia harus pergi.
Sayangnya rencana mereka
dikacaukan ibu Sun Woo yang mabuk berat. Soon Ae malah lega karena Sun Woo
harus mendatangi ibunya dulu. Tapi Sun Woo janji akan pergi dengan sangat
cepat, dan mereka nanti akan bertemu di stasiun Yongsan jam 21.30 dan mereka
akan naik kereta jam 10.
Soon Ae sedih mengingat semua
hal yang sudah dilakukan Sun Woo untuknya, dan itu membuatnya bangkit pergi.
Baru sebentar ia pergi, Sung Jae datang dan langsung naik ke loteng. Stalker, anjing Sun Woo menggonggonginya
tanpa henti. Tapi Sung Jae hanya menatapnya tanpa ekspresi sampai si anjing
diam sendiri.
Ia masuk kamar Bong Sun, dan
menemukan banyak hal aneh di sana. Di tas Bong Sun bahkan hanya ada jimat dan
sekantung kacang merah yang lalu dibiarkan Sung Jae jatuh ke lantai, dengan
sisa isi yang ia buang sembarangan dengan emosi.
Sun Woo sudah buru-buru datang,
tapi ternyata ibunya tak mabuk, tadi di telpon ia cuma bilang kalau sedang
minum. Rupanya ibu merencanakan sesuatu karena tak lama So Hyung datang dan ibu
buru-buru pergi dengan alasan lupa punya janji lain. Sebelum pergi ibu sengaja
memberi voucher couple spa di hotel
dan menyuruh mereka berdua pergi.
Suasana langsung canggung. Tapi So
Hyung kebetulan ingin bicara dengan Sun Woo dan mengajaknya ke suatu tempat. Mereka
ke kampus mereka dulu. So Hyung merasa senang bisa nostalgia, tapi Sun Woo
lebih sibuk melihat jam dan ponselnya. So Hyung mengungkap kalau dulu sebenarnya
ia lebih dulu melihat Sun Woo sebelum bertemu Chang Kyu. Ia terus memperhatikan
Sun Woo, tapi Sun Woo sepertinya tak pernah melihatnya. So Hyung tak menyadari
perasaannya sendiri karena semua menjadi terlalu nyaman dan biasa.
“Tunggu, So Hyung-ah..”
So Hyung ingin menyelesaikan
kalimatnya dulu, tapi Sun Woo tetap ingin bicara duluan, “Aku.. menemukan orang
yang kusukai.” So Hyung mengeluh, Sun Woo benar-benar pria jahat, tanpa
diberitahu ia tau siapa gadis itu. Tapi tetap saja ia jadi canggung karena ia
baru saja ditolak. Sun Woo hanya mengangguk. So Hyung benar-benar malu, tapi
Sun Woo diam saja. Ia sudah benar-benar melupakan So Hyung.
Sementara itu bukannya menunggu
di stasiun Yongsan, Soon Ae malah duduk sendirian di ayunan taman sambil
memandangi ponselnya yang terus berdering. Telpon dari Sun Woo. Ia tak
mengangkatnya, ia merasa masih belum siap. Ia tak bisa pergi seperti ini. Soon
Ae tau ia mulai tamak, tapi hanya sebentar lagi saja.
Soon Ae akhirnya pulang dan
memanggil Sun Woo dari luar kamar, tapi tak ada jawaban. Ia jadi khawatir Sun
Woo masih menunggu di stasiun Yongsan. “Na Bong!” teriak Sun Woo yang baru
datang. Keduanya minta maaf secara bersamaan. Soon Ae berpikir Sun Woo
menunggunya di stasiun, dan Sun Woo berpikir Soon Ae yang sudah lama
menunggunya. Tadi Sun Woo terus menelpon tapi panggilannya tak dijawab sama
sekali. Soon Ae yang diam saja membuat Sun Woo khawatir, apa kau sangat marah?
Bukannya marah, Soon Ae hanya
ingin tau apa yang terjadi dan kenapa Sun Woo tak datang? Sun Woo mendesah,
ceritanya panjang, tapi lalu bertanya apa Soon Ae sudah makan?
Karena belum, Sun Woo menyiapkan
menu super spesial alias VVIP untuknya, snowing steak dan romantic cocktail. Ini
istimewa, karena jarang sekali Sun Woo memasak untuk seseorang seperti ini. Apalagi
dengan baiknya ia memotongkan steaknya plus menyuapkannya untuk Soon Ae. Soon
Ae langsung memuji itu enak sekali. Sun Woo tak heran, “Tentu saja, aku yang
memasaknya. Kalau ada sesuatu yang ingin kau makan bilang saja, akan kubuatkan.”
Soon Ae senang, tapi yang ia
inginkan bukan spesialisasi Sun Woo. Ia ingin soondae, aah, ia sangat
menyukainya. Sun Woo tertawa, makanan yang ingin Soon Ae makan benar-benar
seperti dirinya. Soon Ae meledek Sun Woo tak bisa membuatnya, tentu Sun Woo tak
terima, tak ada satupun yang tak bisa ia buat jadi ia akan melakukannya. Soon
Ae tertawa senang, “Benarkah?”
Sun Woo mengiyakan, “Jika aku
berjanji itu padamu, apa aku dimaafkan hari ini?” Ia benar-benar merasa
bersalah, ia tau Soon Ae sangat menantikannya. Jadi ia akan membuat sesuatu
agar mereka seperti sedang liburan.
Jadi Sun Woo mendirikan tenda di
rooftopnya, dan membuat kopi spesial yang menurut Sun Woo rasanya lebih enak dari
buatan barista. Soon Ae setuju, kopinya sangat enak sampai ia bertanya apa Sun
Woo punya sertifikat barista? Sun Woo menggeleng, ia hanya mengikuti instruksinya.
Sun Woo merasa dengan mendirikan
tenda seperti ini sudah terasa seperti liburan. Soon Ae mengiyakan, ini sangat
menyenangkan. Sun Woo memberitahu kalau tadi ia bertemu So Hyung, ibunya yang
menyuruhnya datang. Soon Ae hanya merespon dengan ‘Aah’ panjang.
“Dan aku bilang pada So Hyung
kalau aku punya orang yang kusukai sekarang,” lanjut Sun Woo. Mata Soon Ae
melebar kaget. Sun Woo lega karena sudah mengakhiri perasaannya yang sangat
lama, tapi karena itu Soon Ae harus bertanggung jawab padanya. “Kau mati kalau
kau mencampakkanku.”
Soon Ae terdiam memandangi Sun
Woo dan perlahan menyentuh pipinya. Sun Woo meraih tangan Soon Ae dan mengecupnya,
dan perlahan wajahnya yang mendekat mencium bibir Soon Ae. Ciuman singkat,
karena ia lalu membaringkan Soon Ae di tenda, dan perlahan melepas kancing baju
mereka. Soon Ae hanya diam dengan ekspresi takut.
Bersambung..
Komentar:
Oow, what will happen next? Terus terang episode 10 ini bener-bener membuktikan kekhawatiran orang banyak. Semua khawatir Soon Ae beneran suka sama Chef, dan writer-nim mengabulkan kekhawatiran itu. The story will be a mess, i mean cinta segitiga antar manusia aja udah ribet, lha ini satunya hantu. Haha, but sudahlah tak usah terlalu dipikirkan, semoga writer-nim tetep punya cara biar drama ini terus ditunggu sampe ending.. yosh!
Kok sekarang sinopsis nya banyak drama india...ga suka.. hiks hiks
ReplyDelete