Tuesday, September 29, 2015

Happy Birthday, Dani Pedrosa!


Normalnya, orang yang ulang tahun yang akan nerima surprise. Tapi ini kebalik, yang ada malah kita yang dikasih surprise sama Dani. Penampilannya di MotoGP Aragon 2 hari sebelum ulang tahunnya bener-bener di luar ekspektasi. Siapa yang nyangka Dani mampu bertahan belasan lap dari serangan seorang juara dunia 9 kali, Valentino Rossi, sampai klimaksnya di lap terakhir Dani makin agresif dan lebih dulu finish untuk posisi 2?

Bukan, sama sekali bukan meremehkan idola sendiri. Selalu ada alasan kenapa Dani bertahan begitu lama di tim sebesar Repsol Honda tanpa gelar tertinggi satu pun. Selalu ada alasan kenapa Dani masih jadi fantastic four pembalap MotoGP. Selalu ada alasan untuk semua hal.

Buktinya ada di MotoGP Aragon lalu. If we have to say the reason behind his superb performance, it must be DETERMINATION.

Nggak banyak pembalap yang bisa bertahan dari gempuran The Doctor. Stoner di Catalunya 2007 dan Marquez di Qatar 2014, dan Dani bergabung di tim elit itu (Lorenzo belum pernah menang long battle dengan Rossi). Super intense battle. Tiap Rossi berhasil nyalip, Dani akan nyalip balik. Nggak cuma sekali, tapi berkali-kali. If you watch the race, you can feel one thing from every moves.. it called determination. Dani has decided to hold his second position, dan he did it! Meski yah, jantung ini rasanya hampir copot karena saking tegangnya.

Begitu Dani menyentuh garis finish lebih dulu dari Rossi, leganya kayak habis melahirkan (well, padahal belum pernah :p).

Who says Dani can’t fight? Who says his times is already over?

No, they are wrong! Dani gives the best birthday gift, for him and for us. Dani still the best and always be the best, forever and ever. Rasanya lega sekali liat semangat juang Dani kembali dan bikin kita semua bergumam, ‘Ini lho Dani yang ditunggu-tunggu’. Musim ini jelas berat karena cedera arm pump, tapi seperti Dani biasanya, he’ll bounce back stronger. Dan Aragon pembuktiannya, di race yang cuma 2 hari sebelum ulang tahunnya ke 30.

Dan hari ini, 29 September 2015, my kryptonite Dani Pedrosa berulang tahun ke 30. Umur di mana seseorang akan makin dewasa dan matang. Fans yang baik akan selalu mengharapkan segala yang terbaik untuk idolanya. Sampai umur 30 memang hal terbesar yang diharapkan Dani belum tercapai, tapi selalu ada mantra ampuh.. never stop believing!

So, dear Dani Pedrosa..

You’re the one that always cheering me up when i feel down, your smile never failed to make me smile even wider.

Life maybe always hard. But you never alone, you have us besides you in all up and down.

The sour grapes in your mouth will be gone and a super big smile will replacing it.

Someday, your sun will shining so bright. Your best day in life will come.

You are the best. And always be, forever and ever.

HAPPY 30TH BIRTHDAY!!

Wishing you a great journey, with countless smile on your face.


Love you sincerely,
Difa



P.S: Thank you for the best birthday gift, Dani! Do it often and make the impossible possible. Fighting, champion!! #Happy30BDayPedrosa

Friday, September 25, 2015

Oh My Ghost Withdrawal: Fangirling Jo Jung Suk


Lima minggu sudah Oh My Ghost tamat. Withdrawalku sudah hampir sembuh, meskipun sampai sekarang aku belum punya tontonan apapun lagi. Tapi, yang terjadi selama lima minggu ini bener-bener di luar kebiasaan. Semakin lama aku punya kecenderungan untuk semakin cepat move on dari satu drama, tapi ternyata nggak berhasil di Oh My Ghost.

Dan satu hal yang paling di luar kebiasaan, aku sampai hampir memproklamirkan diri jadi fans Jo Jung Suk!

Well, sekedar informasi, dari Endless Love, drama Korea yang kutonton pas jaman batu sampe sebelum ini, nggak ada tuh satu aktor Korea pun yang bikin aku bener-bener ngefans. Naksir karakter sering, tapi yaudah sebatas itu. Begitu dramanya tamat, tamat juga naksir-naksirannya.

But no, anomali rupanya terjadi gara-gara Oh My Ghost. Berkat Chef Kang Sun Woo yang adorable, aku jadi menemukan Jo Jung Suk yang ternyata juga adorable.


Jadi begini kronologisnya. Semua dimulai dari episode 7, waktu Chef show off ke Bong Sun dengan nyanyi plus main gitar. Cuma itu aja udah bikin aku klepek-klepek. Nah, dari dramabeans aku tau kalo lagu Sweet Chocolate (atau belakangan ternyata judulnya Gimme a Chocolate) itu ternyata ciptaan Jo Jung Suk sendiri. Aku langsung yang wow, he is super talented! Aktor tapi juga bisa nyanyi bisa main gitar dan bisa nyiptain lagu! Lagunya enak pun! Aduuuh, ampun! Lagu Sweet Chocolate sendiri kudengerin sampe ibaratnya kalo itu kuputer pake kaset pitanya bisa sampe kusut.


Dari situ aku tau kalo background Jo Jung Suk itu aktor musikal. Oooh, pantes! Udah aktingnya jago, suaranya juga bagus. Sekedar informasi lagi, aku paling lemah sama decent actor who sings well, macam uri Chef ini.

Begitu dramanya tamat dan withdrawal syndrome starts haunting me, makin-makinlah cari taunya makin gencar. Jo Jung Suk sebenernya bukan wajah asing buatku. Aku nonton dia di King 2 Hearts. Aku tau dia main sama IU di You’re the Best Lee Soon Shin. Aku juga udah donlot filmnya dia sama Shin Min Ah (My Love, My Bride), meski belum ditonton sampe selesai. Tapi bener memang, seorang aktor akan tampak makin-makin bersinar kalau karakter yang dimainkan bener-bener oke and well received. Dan begitulah Jo Jung Suk, he’s shining so bright in my eyes because his Kang Sun Woo Chefunim.  

Di minggu pertama, kedua, dan ketiga, aku sibuk browsing segala hal yang berkaitan dengan Jo Jung Suk, dari semua sumber. Wikipedia, youtube, soompi (pertama kalinya aku main bukan ke thread drama). Aku juga donlot You’re the Best Lee Soon Shin episode acak (maklum, 50 episode aja gitu) demi melihat wajah ganteng chef lagi. Dan, untuk pertama kali dalam hidup, aku nonton Running Man, episode Jo Jung Suk dan Shin Min Ah. Iya, aku emang kuper nggak pernah nonton Running Man sama sekali. And Jo Jung Suk has that privilege, bikin aku tergerak buat nonton. Oho, you have to be proud, Chef!


Di soompi pun, tiap nemu fotonya yang tampak ganteng sekali, aku pasti ngikik-ngikik nggak jelas kayak tiap liat foto Dani pas ganteng. Persis banget lah kelakuan fangirl begitu kan?


This is new for me! Aku nggak pernah membayangkan akan naksir sebegininya sama aktor Korea. Dan yang kutaksir bukan aktor A list, bukan Hallyu star. Jo Jung Suk bukan aktor terganteng se-Korea, debutnya di film atau drama juga cenderung terlambat karena dia lama fokus di musikal. Tapi sampai saat ini cuma Jo Jung Suk yang bikin ngikik-ngikik nggak jelas cuma gara-gara liat fotonya. Alay banget kan? Hahaa.


If i have to make a list, i’m attracted to him because he is...
·         Ganteng dan keren, apalagi kalo pake kemeja hitam atau dark blue dengan lengan yang sedikit dinaikkan. Beuuh, ampun deh! (Btw setelah  diperhatikan, kayaknya lengan kemeja dinaikkin sedikit emang udah jadi trademarknya)
·         Setia. Yeah, unfortunately he is taken! Awal tahun ini dia mengabarkan kalau sudah dating dengan Gummy selama 2 tahun. This is the main reason why our ship sunk meskipun chemistrynya sama Park Bo Young over the moon banget (meskipun tetep aja kita delulu). Dan Jo Jung Suk ini tipe yang mau ribet menjelaskan ke media tentang suatu hal untuk menjaga perasaan pasangannya, sumpe deh so sweeeet banget!
·         Aktingnya oke. List dramanya memang belum banyak, baru What’s Up (2011), The King 2 Hearts (2012), You’re the Best Lee Soon Shin (2013), sama Oh My Ghost (2015). Sementara movie, dia jadi supporting cast di Architecture 101 (2012), The Face Reader (2013), The Fatal Encounter (2014). Main cast di My Love My Bride (2014), Journalist (rilis Oktober 2015), sama Time Renegade (udah kelar syuting tapi belum tau kapan rilis). Dan tahun kemaren dia kembali ke musikal dengan Blood Brothers. Itungannya cukup produktif untuk aktor yang baru mulai di small or big screen in 2011, dan di setiap perannya, meskipun cuma supporting cast.. he always be the scene stealer! Reputasi bagus kan?
·         Jago nyanyi, gitaran, plus nyiptain lagu. Makanya hampir di setiap dramanya dia jarang disia-siain, pasti ada aja adegan nyanyi sambil main gitar, plus ngisi OST. Setiap OST yang dinyanyiin Jo Jung Suk lagi jadi favorit banget akhir-akhir ini, terutama duetnya sama IU yang judulnya Beautiful Song.. lagunya enaaaaak banget, coba deh dengerin.
·         A caring person. Keliatan dari gesturenya di setiap behind the scene, terutama sama Park Bo Young. Buruknya, shipper delulu ini jadi makin tak tertolong.
·         King of ad-libbed! Hahaa, artinya banyak adegan yang ternyata improvisasi. Contoh, di episode 16 waktu Sun Woo nangis di pelukan Bong Sun, aslinya mah mana ada di script. Daaan, kiss di final episode itu juga improvisasinya sama Park Bo Young. Yang sambil digendong itu idenya Jo Jung Suk, dan yang kiss untuk kesekian kalinya idenya Park Bo Young. Aww, cocok banget deh dua orang ini!

Itu semua bikin aku hampir memproklamirkan diri jadi fans Jo Jung Suk. Wait, kenapa hampir?

Terus terang, aku ini anaknya gampang berubah. Dan sekarang, di minggu kelima, seiring withdrawal syndrome yang mulai perlahan membaik. Aku merasa mulai netral lagi. Aku udah nggak seintens dulu main di soompi-nya Jo Jung Suk, dan nggak rerun-rerun dramanya lagi, meski tetep seneng pas ada update di akun twitternya.

Buatku, semua ada masanya. Mungkin nggak sampai lima minggu aku dalam fase fangirling, tapi menurutku itu cukup. I’m discovering a new thing!

Sampai saat ini aku mendiagnosa fangirling-ku ke Jo Jung Suk dalam rangka withdrawal syndrome Oh My Ghost, tapi mungkin saja diagnosaku salah. Yang jelas, i have to say thank you to Kang Sun Woo Chefunim, i’ve got to know Jo Jung Suk through him. 

I’ve became a happy fan girl for a few weeks! I'm really happy! ^^

Thursday, September 10, 2015

Sinopsis Oh My Ghost Episode 16 (Final) Part 2


Sun Woo dan Bong Sun kembali ke Sun Restoran, dan di depan sudah banyak ucapan-ucapan selamat untuk Bong Sun. Sun Woo membaca dan mengulangnya, “Congratulation, Na Bong.” Bong Sun tertawa riang mengiyakan.


Tapi di dalam, restoran sepi tak ada siapapun. Bong Sun dan Sun Woo sampai kebingungan. Tapi tadaa.. empat chef kita muncul dari balik meja kasir dengan cake di tangan, dan mulai bernyanyi “CONG-RA-TU-LATIONS! CONG-RA-TU-LATIONS!” Mereka menari-nari riang dan memberi selamat Bong Sun. Bong Sun berterimakasih dengan tak kalah riang.


Min Soo mau mencolekkan krim dari cake yang mereka siapkan ke Bong Sun, tapi Sun Woo sengaja maju dan krim itu mengenainya. Ia tertawa, “Astaga kau ini, sudah kubilang jangan melakukan hal semacam ini.” Sun Woo lalu membalas dengan krim yang lebih banyak ke wajah Min Soo, haha. Min Soo tertawa tak percaya, di hari bahagia seperti ini ia masih kena omel karena wajah Sun Woo terkena krim.


Bong Sun yang selamat ikut tertawa dan membantu menghilangkan krim dari wajah Sun Woo. Tapi bagaimanapun Min Soo bangga padanya, tak percuma ia sudah membesarkan Bong Sun. Sun Woo tak terima, ia yang lebih banyak melakukannya. Ji Woong menengahi, “Aigoo, Bong dibesarkan oleh neneknya, kenapa tiba-tiba kalian berdebat soal siapa ayahnya?” Hahaha.

 
 

Selagi semua tertawa, Joon tiba-tiba memeluk Bong Sun sebagai ucapan selamatnya. Bong Sun sih terima-terima saja, tapi Sun Woo dan Min Soo yang langsung menarik Joon menjauh. “Astaga, apa Bong menyelamatkan negara kita atau semacamnya? Kenapa terlalu banyak skinship?” protes Sun Woo sambil melindungi Bong Sun. Karena itu Sun Woo langsung dikatai monster pencemburu, haha.


“Ngomong-ngomong, berapa uang hadiahnya? 1 juta? 2 juta?” tanya Dong Chul penasaran. Menurut Ji Woong bukan uangnya yang penting, ia dengar tiga pemenang akan dapat beasiswa belajar di luar negeri. Bong Sun bingung, ia baru dengar soal itu, dan tatapannya langsung mengarah pada Sun Woo, meminta penjelasan. Yang ditatap gugup dan malah minta tissu.


“Kenapa kau tak memberitahuku?” tanya Bong Sun saat mereka hanya berdua di rooftop. Sun Woo masih pura-pura tak mengerti, jadi Bong Sun mengulang pertanyaannya soal hadiah itu. “Kenapa? Kau pikir aku tak akan menang?” tambahnya. Tentu saja, jawab Sun Woo, siapa yang berpikir Bong Sun akan memenangkan tempat ketiga di kompetisi pertamanya? Ia sampai mengeluhkan Bong Sun yang benar-benar jadi icon plot twist. “Aku memintamu untuk tak mempermalukan gurumu, tapi tempat ketiga?”


Bong Sun jadi bingung. Ia tak tau Su Woo memujinya atau tidak. “Tentu saja... ini pujian. Kau benar-benar melakukannya dengan baik, Na Bong Sun,” aku Sun Woo yang lalu memeluk Bong Sun.

“Lalu, apa yang akan kau lakukan? Aku akan mengikuti pilihanmu. Belajar di luar negeri bukan keharusan dalam memasak. Kalau kau ingin mencari pengalaman di dapur yang sebenarnya, aku akan membantu. Kalau kau ingin belajar di tempat lain, aku akan membiarkanmu pergi.”


Bong Sun berpikir sejenak, dan saat Sun Woo melepas pelukannya, ia sudah punya jawaban. Ia ingin pergi. Sun Woo terdiam, bukan itu jawaban yang diinginkannya. Bong Sun ingin pergi bukan untuk CVnya, tapi ia ingin pengalaman belajar dan bekerja paruh waktu di dunia yang lebih besar, dari awal, langkah demi langkah, semua oleh dirinya sendiri.


Sun Woo tak yakin, orang-orang di sana terlalu terbuka. Bong Sun meyakinkan kalau ia tak akan melihat orang lain. Kali ini Sun Woo yang tak percaya diri, karena gadis-gadis mendekatinya sepanjang waktu. Bong Sun menunduk pasrah, itulah yang sebenarnya paling ia khawatirkan.


Sun Woo tiba-tiba bangkit dan masuk ke kamarnya, menunduk makin dalam lah Bong Sun. “Harusnya kubilang aku tak akan pergi,” sesalnya.

Tapi tak lama Sun Woo keluar lagi. Bong Sun sudah bertanya-tanya apa Sun Woo marah, tapi lalu ia melihat kalungnya di tangan Sun Woo. “Setidaknya aku harus memakaikanmu ini. Kau tau pria Eropa sangat suka wanita Korea kan? kalau kau pergi dengan pria yang mendekatimu, kau akan mendapat masalah dengan kalung ini,” ancam Sun Woo tak tenang.


Tau Sun Woo akan memasangkan kalung itu, Bong Sun langsung berdiri agar selisih tinggi mereka tak terlalu banyak. Tapi Sun Woo malah mendudukkan Bong Sun di pangkuannya, lalu memakaikan kalungnya. Bong Sun tersenyum memegang kalungnya, tapi tangannya lalu meraih tangan Sun Woo yang ada di belakang tubuhnya, dan meletakannya di pingganggnya.


Sun Woo mendesah frustasi, “Apa yang harus kulakukan? Meskipun kau di pelukanku, aku sudah mulai merindukanmu.”


“Aku tau, Chef. Aku juga mengkhawatirkan itu,” sahut Bong Sun yang memeluk Sun Woo. Ia mendengar Sun Woo terisak, tapi Sun Woo menyangkal, ia tak menangis, ia hanya emosional. Bong Sun tak tau apa yang harus mereka lakukan, dan memeluk Sun Woo makin erat.


[Dua Tahun Kemudian]


Stalker tak lagi sendirian di rooftop restoran. Ia ada di sana beserta istri dan anak-anaknya.


Bisnis Shaman Unni membaik berkali-kali lipat dibandingkan dulu. Rumahnya penuh antrian orang, dan  mereka yang datang rela membayar berapapun untuk mendapatkan jimat yang ampuh. Ia bahkan tampil di acara TV dan punya channel sendiri, Suhbingo Channel. Shaman Unni sukses besar, ia yakin tak ada yang lebih baik darinya dalam membunuh roh jahat. “Aku akan menghukum roh-roh jahat! Bingo, Bingo.. Suhbingo!” teriaknya semangat di antara orang-orang yang memujanya.

 
 

Di Sun Restoran, ada satu perbedaan yang langsung kentara. Min Soo mengenakan seragam hitam seperti yang biasa dikenakan Sun Woo. Meski ada yang tak berubah, ia tetap saja annoying. Ia mengganggu Ji Woong yang sedang mengaduk saus. Ia protes karena potongan daging Joon makin tebal saja. Tapi Joon yang tampak serius dengan kacamatanya beralasan rasa steak tak akan sempurna kalau potongannya terlalu tipis.


Tapi giliran Dong Chul, ia yang sekarang memanggilnya Hyung sama sekali tak bisa memprotesnya. Ia malah memuji Dong Chul melakukan semua dengan baik, dan benar-benar tampak seperti chef sekarang.


Setelah itu ia mencari seorang lagi, sous chef baru mereka, yang baru hari pertama sudah terlambat. Ji Woong dengar sous chef itu juga belajar di luar negeri seperti Joon. Min Soo tak peduli, bagaimana bisa sous chef memakai celemeknya setelah chef? Nanti kalau ia datang, Min Soo akan membuatnya BAB di celana hanya dengan mendengar namanya.


Pintu restoran terbuka, sous chef baru itu akhirnya datang (cameo by our handsome Seo In Guk). Sous chef baru yang keren dan percaya diri. Ia mengenalkan diri, namanya Edward Seo. Min Soo mengenalkan dirinya sebagai chef di restoran itu dan mengulurkan tangan, tapi bukannya menyambut Edward  malah sibuk melihat-lihat restoran. Menurutnya tempat itu lebih kecil dari ekspektasinya.


Posisi sous chef jelas di bawah chef, tapi Edward tak tampak segan pada Min Soo. Ia tau Kang Sun Woo pemilik restoran itu, dan menebak Min Soo hanya chef yang digaji. Min Soo tak bisa menyangkal, tapi faktanya Sun Woo memasrahkan restoran itu padanya, sambil menunjukkan foto besar dirinya yang dipajang di dinding.


Tapi Edward tak tampak tertarik, tetap saja Min Soo hanya chef yang digaji, dan ia minta gajinya dibayar tepat waktu. Ia bahkan lebih memilih menyapa gadis yang menggantikan tempat Eun Hee di kasir.

Terpaksa Min Soo menariknya, “Kenapa kau tak pergi menyapa keluarga yang lain? Ayo!” Min Soo sudah mau mengenalkan mereka satu per satu, tapi Edward tak mau, menurutnya itu terlalu membosankan. Ini bukan tahun 1988, orang tak lagi melakukan itu. Min Soo sampai terdiam.


Edward Seo memang kurang sopan, tapi aksinya di dapur membuat pelanggan wanita tak henti menatapnya kagum. Dan lagi, menurut Ji Woong, masakannya memang sangat enak. Sambil memasak Edward minta Min Soo mengecek pesanan, dan kalau sudah selesai lanjutkan membuat pasta cumi. Min Soo sudah mengiyakan, tapi Joon angkat bicara. “Chef Heo bukannya bermain-main, kenapa bukan kau saja yang mengurus pastanya?”


Disangka Edward akan marah, tapi ia malah suka cara Joon dan bertanya siapa namanya? Joon tak mau memberitahu. Ia meninggalkan tempatnya lalu merangkul Min Soo, “Tidakkah kau merindukan Kang Chef?” Sementara Edward menunjukkan keahliannya dengan mengurus dua wajan sekaligus di tangannya.


Kalau Chef Kang Sun Woo tak ada di Sun Restoran, lalu di mana ia? Rupanya ia membuka restoran baru yang lebih kecil tapi tampak sangat nyaman, dan yang terpenting ada menu nasi di dalamnya. Pekerja di sana hanya 2 orang, dirinya sebagai chef, dan Kyung Mo. Sun Woo sendiri yang menyodorkan menu, ia juga yang meneriakkan pesanan, padahal ia sendiri yang akan memasaknya.


Kyung Mo sampai tak mengerti, toh di restoran sekecil ini semua orang bisa dengar. Sun Woo berbisik kalau itulah prosedur yang seharusnya. Ia sampai mengeluh karena Kyung Mo terus saja menjawab perkataannya, ia sudah memberi kesempatan Kyung Mo belajar tanpa membayar sama sekali. “Kau bilang kau mau belajar dan membantu ayahmu,” ujar Sun Woo mengingatkan.

Kyung Mo mengiyakan, tapi ia masih tak mengerti kenapa Sun Woo meninggalkan restorannya yang sangat baik-baik saja dan membuka tempat kecil ini? Sun Woo malas menjelaskan, jalan Kyung Mo masih panjang dan menyuruhnya memotong sayuran saja.


“Sun Woo-ya,” sapa So Hyung yang baru datang. Sudah lama sejak restoran baru Sun Woo dibuka, tapi ia baru sempat datang karena terlalu sibuk. So Hyung memuji restoran yang tampak sangat nyaman itu, meski ia heran, Chef yang spesialisasinya di pasta tiba-tiba beralih ke fusion Korean? So Hyung kagum pada kemampuan Sun Woo mengambil resiko, jadi ia mengulurkan sebuah amplop.

Kebiasaan di Korea, jika seseorang membuka tempat usaha baru, temannya akan datang membawa tanaman atau amplop berisi uang. Tapi karena menurut So Hyung membawa tanaman hanya akan merepotkan, jadi ia memberikan yang dibutuhkan Sun Woo saja. Sun Woo tak menolaknya dan berterimakasih.


So Hyung memberitahu kalau sebenarnya ia datang bersama seseorang yang akan datang setelah parkir. Sun Woo jelas penasaran, apalagi So Hyung bilang kalau orang itu seorang pria dan mereka sudah berkencan lebih dari sebulan. Sun Woo otomatis memberi selamat, “Seperti apa dia? Aku benar-benar penasaran.”


Begitu pria itu masuk, Sun Woo hanya bisa menatap tak percaya sampai ia tergeragap mengenalkan diri. Pria itu mirip sekali dengan Chang Kyu. Waktu pertama So Hyung melihatnya ia juga shock, sampai bertanya-tanya apa Chang Kyu punya kembaran.

Tiba-tiba So Hyung teringat soal Bong Sun, “Ah ya, bagaimana dengan Bong Sun? Kau sering bicara dengannya?”


“Oh tentu saja, setiap pagi dan malam,” jawab Sun Woo meski anehnya senyumnya mendadak hilang. So Hyung tak merasa aneh dan memberi saran agar Sun Woo menerima semua telpon Bong Sun dengan gembira, pasti tak mudah hidup sendirian di tempat yang sangat asing.


Hidup baru juga hadir untuk Eun Hee. Tak lagi di Sun Restoran, Eun Hee membuka toko bunga miliknya sendiri. Ia sedang membuat buket bunga yang cantik saat ibunya datang terburu-buru. Ibu minta maaf sudah terlambat, rekan kerjanya di kampus yang bernama Professor Park terus saja mengganggunya. Eun Hee tak masalah, ia suka Professor Park. Menurutnya ia pria paling baik dari semua yang pernah ibunya kencani.

Tapi ibu tak mau, ia tak suka pria yang terlalu perhatian seperti itu, mengingatkannya pada seorang bernama Choi... Ups, kata-kata ibu terhenti seolah nama itu tak seharusnya disebut. Ia lalu mengalihkan perhatian pada buket bunga Eun Hee, “Aku tak pernah melihat ini sebelumnya. Apa ini baru?”


Eun Hee mengiyakan, nama bunganya cockscomb. Bunga yang meskipun luarnya terlihat keras, tapi sangat lembut di dalamnya. Sangat cantik kan? Ibu tak begitu tertarik, ia tak suka sesuatu yang lebih cantik dari dirinya.

“Bunga ini artinya cinta yang tak akan mati, seperti cinta abadi,” jelas Eun Hee yang tersenyum. Dan karena mereka hampir terlambat, Eun Hee mengajak ibunya segera pergi.


Tadi di toko bunga, Eun Hee masih menggunakan kursi rodanya seperti biasa. Tapi saat hampir sampai tujuan mereka, Eun Hee berjalan dengan tongkat. Pelan-pelan Eun Hee melangkah. Ibu ingin menemaninya, tapi hari ini Eun Hee ingin pergi sendirian. Ibu mengerti, ia memberikan buket bunganya dan minta putrinya hati-hati.


Tujuan Eun Hee ternyata adalah tempat Sung Jae dirawat (dengan polisi yang berjaga di sana). Ya, ternyata ia bertahan hidup setelah jatuh dari ketinggian. Tapi, ia kehilangan ingatannya. Tau Eun Hee akan datang hari ini membuatnya lebih bersemangat, ia bahkan menghabiskan semangkuk penuh nasi. Apalagi Eun Hee datang membawakannya bunga. Ia suka semua bunga yang dibawa Eun Hee, sampai ia bertanya-tanya, apa dulu ia sangat suka bunga?


Eun Hee menggeleng. Jadi Sung Jae berkesimpulan, kalau bukan bunga yang ia suka.. pasti Eun Hee yang ia sukai. Barulah Eun Hee membenarkan, kau sangat.. sangat baik padaku. Sung Jae tanya berapa lama mereka sudah hidup bersama? “Tiga tahun,” jawab Eun Hee.


Sung Jae sedih tak bisa mengingat semuanya, tapi ia yakin ia pasti bahagia dan itu membuatnya ingin cepat mengingat semuanya. Ia khawatir Eun Hee frustasi dengan keadaannya yang sekarang. Eun Hee menggeleng lagi dan tersenyum meyakinkan, ia menyukai Sung Jae yang sekarang, jadi Sung Jae tak perlu terlalu berusaha keras mengingatnya.  


Sun Woo sendirian di rooftopnya sambil memberi makan Stalker dan anak-anaknya. Ia mengomel sendiri, curiga Bong Sun selingkuh darinya atau semacamnya. Menurutnya ini berlebihan, dulu saat awal-awal Bong Sun mengirim foto dan semuanya, tapi sekarang tak ada berita sama sekali. “Hey, kau pikir dia punya pacar baru, ya kan?” tanya Sun Woo putus asa ke anak anjing.


Tapi tidak, pasti tidak. Sun Woo berusaha meyakinkan dirinya, Bong Sun tampak sangat muda di umurnya, orang luar negeri melihatnya seperti anak-anak. “Bagaimana mungkin mereka melihatnya sebagai wanita? Tidak, itu pasti tak mungkin.”


Tapi di malam yang sama, saat ia sudah di kamar, pikirannya berubah lagi, “Bagaimana mungkin pria tak jatuh cinta padanya?” Ia bahkan men-zoom foto Bong Sun saat mereka di Namsan, dan menyesal saat melihat wajah Bong Sun yang cantik dan bersinar, seharusnya ia tak membiarkannya pergi. Seharusnya ia tak berakting sok keren soal itu.


Sun Woo memainkan gitarnya sembarangan. Ia makin frustasi karena Bong Sun sama sekali tak menghubunginya. Sun Woo sampai bernyanyi sambil menangis saking ia sangat merindukan Bong Sun. “Ah, harusnya aku tak pernah membiarkannya pergi! Semua pria pasti sudah mendekatinya,” sesal Sun Woo yang menangis seperti anak kecil. Ia bahkan ragu kalau Bong Sun memang menyukainya. Pasti ia hanya suka sepihak.


Sun Restoran sedang super sibuk, tapi Alfred atau siapalah itu tak tampak batang hidungnya. Ji Woong berkata kalau ia masih jetlag dan memilih tidur. Min Soo tak tahan, mereka harus mencari sous chef baru.

 
 

Seorang pelanggan datang, dan Ji Woong pergi menyambutnya. Tapi ia langsung terpana melihat ternyata Bong yang berdiri di hadapannya. “Sunbae-nim!” sapa Bong Sun yang berubah jadi makin cantik. Ji Woong langsung memeluk Bong Sun gembira lalu berteriak memberitahu keberadaan Bong Sun pada yang lain. “Bong Sun! Bong! Na Bong di sini!” teriaknya heboh.


Semua menyambut Bong Sun gembira. “Kenapa kau berubah sangat banyak? Aku tak bisa mengenalimu!” “Kau benar-benar Bong yang baru sekarang. Apa yang terjadi?” “Apa kau baru sampai hari ini? Apa kau sudah selesai belajar?” “Kau masih membawa barang-barangmu, apa kau langsung datang ke sini?”


Pertanyaan-pertanyaan excited mereka membuat Bong Sun tertawa dan minta mereka bertanya satu-satu, ia tak bisa menjawab satupun. “Bong, kau Bong..” ujar Min Soo seolah marah sambil menunjuk dirinya. Bong Sun mengenali perbedaannya dan langsung memanggil Min Soo ‘Chef’.


“Kenapa kau tak menghubungi sama sekali? Saat aku melihatmu lagi aku akan..” Min Soo membuat gerakan seperti akan memukul, tapi ternyata ia malah memeluk Bong Sun. Itu membuat semua ikut memeluk Bong Sun, sambil terus meneriakkan nama Bong Sun, “Bong, Bong, Bong, Bong, Bong.”


Ayah yang tampak sangat sehat sedang membuat kimchi di restorannya, dan sekarang ia menggunakan soda agar kimchinya makin enak. Bong Sun datang, dan dengan senyumnya yang cerah ia menanyakan kabar ayah. Tentu ayah senang melihat Bong Sun lagi, ia pasti habis mimpi indah semalam. Saat ditanya kesehatannya, ayah menjawab yang terpenting ia sudah berhenti minum akhir-akhir ini. Bong Sun jelas senang mendengarnya.


Seperti biasa ayah mau memberikan yogurt atau semacamnya, tapi Bong Sun bilang ia hanya mampir tapi nanti ia akan kembali. Mulai sekarang, meski ayah menyuruhnya tak datang, ia akan tetap sering datang. Ayah tertawa tak percaya, “Bagaimana bisa kau menyempatkan diri? Kau akan makin sibuk setelah menyelesaikan studimu. Pasti banyak tempat akan memintamu.”


Bong Sun tertawa, sama sekali tidak, tetap saja ia masih newbie. Ia masih akan memikirkan tempatnya bekerja nanti, tapi selama selang waktu itu, kalau ayah mau merekrutnya sebagai tenaga paruh waktu, ia akan sangat gembira. Tapi dengan syarat ayah harus memberi gaji per jam yang bagus, ia tak mau dibayar dengan yoghurt. Ayah tertawa setuju.


Sementara itu orang terpenting yang belum Bong Sun temui sedang mengomel di restorannya. Siapa lagi kalau bukan pada Kyung Mo. Ia menyuruhnya membeli udang 1 kg yang terasa seperti 10 kg, bukannya membeli 10 kg. Sekarang ia tak tau mau diapakan udang-udang itu. Kyung Mo tak mau disalahkan, kenapa juga perintahnya seperti itu. Kalau mau potong saja gajinya. Tambahlah Sun Woo mengomel, gajinya bahkan sudah tak cukup, ini bukan pertama kalinya. Tapi sudahlah, ia tak berharap banyak pada seseorang yang membeli keranjang padahal ia menyuruhnya membeli kerang. Laah? Haha.


“Kalau aku seburuk itu, pekerjakan saja orang lain! Aku keluar mulai sekarang,” ujar Kyung Mo ngambek lalu pergi. Otomatis Sun Woo melihat jam.. jam 3.30. “Kenapa dia keluar setiap jam 3.30 setiap harinya?” Hahaa, mereka ini cute banget!


Di luar Kyung Mo berbalik, sepertinya biasanya Sun Woo menghentikannya, tapi kali ini tidak. Ia menghitung sampai 3, tapi Sun Woo benar-benar tak keluar. Kyung Mo jadi pusing sendiri, apa aku harus memohon? Ia sudah mau melangkah masuk ke restoran lagi, tapi ia merasakan kehadiran seseorang di belakangnya dan berbalik.


Begitu melihat Bong Sun, ia langsung memeluknya. Seperti anak kecil ia mengeluhkan Bong Sun yang sama sekali tak menghubunginya.

 
 

“Shin Kyung...” panggilan Sun Woo yang ternyata menyusul keluar terhenti. Ia terdiam melihat Bong Sun ada di hadapannya. Tak mau terjebak suasana canggung, Kyung Mo pergi mengurus udang-udangnya.


Bong Sun sedang melihat-lihat restorannya saat Sun Woo datang dengan masakannya. Bong Sun boleh mengkritiknya kalau mau, ujar Sun Woo tanpa menatap Bong Sun sedikit pun. Bong Sun terkejut melihat ada nasi di masakan yang dibuatkan untuknya.


Sun Woo yang lebih terkejut karena Bong Sun tau-tau muncul tanpa mengatakan apapun, sudah berbulan-bulan ia tak mendengar kabarnya. “Dan ada apa dengan penampilanmu? Itu tak cocok,” ujar Sun Woo memalingkan wajah. “Apa aku seberbeda itu? Kau merasa canggung denganku, Chef?” tanya Bong Sun. Sun Woo menyangkal, lagi-lagi tanpa menatap Bong Sun, ia menyuruh Bong Sun mencicipi masakannya saja.


Bong Sun menurut, ia mencium aromanya dulu sebelum menyuapkan ke mulutnya. Sun Woo tampak gugup menunggu responnya. Menurut Bong Sun, dagingnya lembut, teksturnya bagus, sausnya juga enak karena tak terlalu kental, tapi sepertinya daun perilla dan bawang saja belum cukup dan usul untuk menambah bean sprout agar teksturnya sedikit renyah. Tak mau tampak kalah, Sun Woo berkata ia juga sudah berpikir soal itu. Owh your pride Cheef!

Ia mengakui kalau Bong Sun pasti sudah belajar dengan keras. Bong Sun mengiyakan, ia termasuk murid unggulan di sana. ”Aah, kau pasti belajar terlalu keras sampai tak bisa menghubungiku. Kau tak punya waktu kan?”


“Chef, apa kau marah padaku?”

Sun Woo jelas menyangkal, ia juga sangat sibuk. “Aku khawatir aku ingin pulang karena aku sangat ingin melihatmu. Karena aku sangat merindukanmu. Jika aku mendengar suaramu, aku takut aku akan berlari kembali padamu. Aku tak menghubungimu karena itu. Aku menahannya dengan semua kekuatanku,” ungkap Bong Sun.  


Sun Woo tentu luluh dan meraih Bong Sun ke pelukannya, ia juga sangat merindukan Bong Sun. Dan ia memuji Bong Sun melakukannya dengan baik.

 
 
 

Ia lalu mengangkat Bong Sun sampai yang diangkat teriak kaget. Tapi ia senang karena terus dipuji, dan menghadiahi Sun Woo ciuman. Tak hanya sekali, tapi dua kali, tiga kali, empat kali! Sun Woo tentu senang dan tak mengeluh lelah meski sedang membopongnya.


Mereka pulang ke Sun Restoran. Sun Woo tanya rencana Bong Sun selanjutnya, kalau belum ada yang spesifik, Bong Sun bisa coba bekerja dengannya. “Oh! Apa kau sedang mencoba merekrutku sekarang?” tanya Bong Sun. Ia sudah punya rencana tapi belum mau memberitahu sekarang.

Bong Sun senang karena rooftop Sun Woo sama sekali tak berubah, dan lebih senang lagi saat melihat Stalker. Ia menyapa Stalker dan anak-anaknya antusias. Tapi itu membuat Sun Woo tak terima, kau lebih senang melihat Stalker daripada aku?

 
 

“Astaga, kau dan cemburuanmu,” komentar Bong Sun. Tambahnya Sun Woo tak terima, “Apa? Cemburu? Hey, aku Kang Sun Woo dan kau Na Bong Sun. Dua tahun tak akan mengubah itu. berani-beraninya kau bilang aku cemburu. Kau pikir aku akan cemburu pada anjing?” Oh, you did Chef!


Sun Woo yang cemburu begitu membuat Bong Sun ingin menggodanya. Ia memeluk sampai Sun Woo hampir jatuh dari tempat duduknya, “Kalau kau seperti ini, itu membuatku ingin melakukannya denganmu.” Itu membuat Sun Woo heran, apa kau benar-benar Na Bong Sun? Apa mungkin kau..?


Bong Sun menggeleng, dan berkata cute kalau ia Na Bong Sun. Sun Woo mulai tak tahan, “Kau hanya belajar hal buruk di luar sana. Ini tak bagus. Kita tak bisa.”


“Tak bisa? Apa yang tak bisa kita lakukan, Cheef?” goda Bong Sun. Sun Woo tertawa pasrah, dan menyuruh Bong Sun bangkit. Bong Sun menurut, tapi begitu berdiri yang ada Sun Woo langsung menggendongnya. “Hari ini adalah harinya,” gumam Sun Woo membuat Bong Sun terpekik kaget.


Selanjutnya, di kamar Sun Woo hanya terdengar suaranya dan Bong Sun. ‘Oh Chef, kenapa kau? Omo..’ pekik Bong Sun yang langsung disuruh Sun Woo diam. ‘Chef, bukankah lebih baik lampunya dimatikan?’ Lalu hanya terdengar tawa Sun Woo dan pekikan Bong Sun sebelum lampunya benar-benar mati.

***


Sun Restoran masih tetap ramai di tangan Min Soo sebagai chef, dan Ji Woong, Joon, dan Dong Chul sebagai asistennya.


Restoran ayah Soon Ae kembali ramai seperti saat dulu. Tempat duduknya semua terisi penuh. Dan Bong Sun ada di sana sibuk mengantarkan pesanan. Pelanggan lama ayah komentar, ia pikir ayah hanya punya satu putri, apa ada lagi? Ayah mengiyakan, Bong Sun adalah putri keduanya yang baru kembali dari belajar di luar negeri. Bong Sun tertawa riang bersama mereka.


Sun Woo juga sibuk di restorannya berdua dengan Kyung Mo.

Dan tentu saja Bong Sun terus berbahagia bersama Sun Woo. Kencan mereka bahkan naik sepeda berdua sekarang.


Bong Sun: ‘Seperti bagaimana seharusnya, musim berganti. Dan hari-hari penuh dengan rutinitas. Musim panas itu, karena seorang gadis yang datang dan pergi seperti mimpi malam musim panas. Kita bisa mengerti cinta, dan menyadari betapa berharganya sebuah hubungan dan orang-orang di sekitar kita. Dan seperti sarannya, aku terus mencintai diriku sendiri hari ini, dan juga.. aku mencintainya.


- THE END -


Komentar:
Well, this is indeed my favorite drama this year! Kupikir makin kesini aku makin mudah move on dari satu drama, karena kemaren-kemaren nyatanya begitu. Tapi nggak dengan Oh My Ghost, makanya sampe episode terakhir kusayang-sayang sampe nggak kelar-kelar ditulis padahal udah hampir 3 minggu sejak tamat (iya ini alasan doang).

Selama berminggu-minggu ini, mungkin episode final udah kutonton puluhan kali tanpa bosan. Oh My Ghost memang bukan drama flawless, tapi semua rasanya pas pada akhirnya. Jarang-jarang drama yang konfliknya selesai di episode 15, dan episode terakhir tinggal jatahnya buat happy ending sehappy-happynya. Even a dog get their happy end, hahaa.

Btw, kalau gara-gara Falling for Innocence aku jadi suka makan lollipop. Gara-gara Oh My Ghost aku jadi ngefans sama uri Chef alias Jo Jung Suk. His charm is too strong i can't handle it! He's becoming my moodbooster now.

Sama anjing aja keliatan cocok ya? :p
Cheeef, bete ya Bong Sun deket2 Joon? :))
Best hug!

Bye for now, Chef! But, OMG season 2? YES YES, WANJONG YES!!