Sunday, November 30, 2014

Sepang Trip 2014: Race Day

Race day sebenernya hari yang antara ditunggu-tunggu dan nggak. Ditunggu-tunggu karena keinginan nonton balapan MotoGP live di sirkuit akhirnya kesampaian. Dan nggaknya karena begitu balapan berakhir, berakhir pula keseruan selama beberapa hari di Sepang. Sayangnya, hari yang kutunggu-tunggu ini nggak berakhir seperti yang diharapkan, meski ada beberapa kejutan kecil yang menyenangkan.


Seperti biasa, kita siap berangkat pagi-pagi ke sirkuit. Jam setengah 8 kita sudah cantik dan nunggu taksi jemputan di depan hotel. Perjalanan masih sama seperti hari-hari sebelumnya, karena daerah hotel dan sirkuit sama-sama di pinggiran, taksi bisa melaju kencang di jalanan yang relatif sepi. Dan jam setengah 9 kita sudah duduk manis di Main Grandstand North, di dekat start/finish, persisnya di depan starting grid Dani. Persis di tempat incaran, bagian terdepan tribun jadi kalo mau neriakin Dani ntar gampang, hahaa. So, berangkatlah sepagi mungkin biar dapet tempat paling yoi dan paling dekat dengan pembalap kesayangan kalian.


Karena masih pagi, area Main Grandstand masih sepi. Belum ada aktivitas di track karena sesi pertama pagi itu, Warm Up Practice Moto3 masih nanti di jam 9.40 dan untuk MotoGP di jam 10.40. Daripada bengong, aku bertiga dengan Oya dan Dina main-main ke paddock. Niatnya mau ngucapin good morning and good luck ke abang. Tapi rupanya kami belum cukup beruntung pagi itu, Dani sudah di garasinya dan sibuk meeting untuk persiapan race nanti. Kita nunggu sampe jam 10, tapi Dani yang sesekali kelihatan mondar mandir di garasinya cuma dadah-dadah aja dari dalem, udah dipanggil-panggilin padahal. Sampai kita balik ke Main Grandstand, Dani sama sekali nggak keluar dari garasinya, hiks.

With om Gavin Emmet 
With Vanessa Carlotta
Tapi, lumayan juga selagi nunggu Dani kita ketemu banyak orang penting di MotoGP lainnya. Om Gavin Emmet, reporter BT Sports yang dulunya bawain After The Flag MotoGP dengan kocaknya. Marc Marquez yang baru dateng dan masuk garasi dengan buru-buru. Mbak cantik Vanessa Carlotta, PRnya HRC. Stefan Bradl (lagi), dan kali ini aku motoin Oya bareng sama Stefan. Btw, aku merasa dudul sekali sekarang, berkali-kali ketemu Stefan tapi cuma ngajak foto sekali dan hasilnya jelek sekali, malah motoin orang sama dia berkali-kali.


Emang sih pagi itu aku nggak ketemu langsung sama Dani lagi, tapi keinginanku yang lain terkabulkan. Foto bareng sama Raul Jara dan Emanuel Buchner, om-om kesayangan yang selalu ada di samping Dani. Sebelum ini, aku udah ketemu om Raul beberapa kali, tapi karena lagi buru-buru permintaan foto barengku ditolaknya. Nah, pas nongkrongin Dani di depan garasi Repsol Honda itu tau-tau om Raul keluar dan siap pergi dengan motor yang daritadi terparkir di depan garasi.


Merasa nggak akan dapat kesempatan foto bareng lagi, aku cukup puas dengan memfoto gerak geriknya. Kita sempat nanyain soal Dani dan dijawab om Raul kalau Dani lagi meeting di dalam. Selagi diajak ngobrol, aku refleks mengarahkan kamera depan ke mukaku dan muka om Raul yang sudah siap keluar dengan motornya, siap selfie. Untungnya, kali ini aku nggak ditolak. Om Raul mau berpose dengan muka gantengnya itu. Muahahaa, foto bareng om Raul, checked!


Begitu om Raul pergi, om Emanuel muncul. Karena foto bareng kemaren gagal, kali ini aku kembali mendekat dan minta foto bareng. Om Emanuel yang baik hati mengabulkan permintaanku. Dan akhirnya, komplitlah sudah misiku. Ketika dapet akses paddock, misiku sederhana. Cukup foto bareng sama Dani, Raul Jara, dan Emanuel Buchner. I don’t really care about other rider karena fokusku cuma sama tiga orang itu. Jadi selama di Sepang foto bareng pembalap-pembalap lain emang sedikit, apalagi aku nggak begitu apal sama muka-muka pembalap Moto2 atau Moto3. Mungkin mereka mondar mandir selagi nongkrongin Dani dan aku cuma menganggap mereka kru tim, haha. Maklum, Dani terlalu mengalihkan perhatianku *halah*.

Karena misi sudah komplit, aku tenang-tenang aja waktu baik ke Main Grandstand meski nggak ketemu Dani. Suasana Main Grandstand udah makin rame saat itu karena Warm Up Practice Moto3 sudah selesai, tinggal giliran Moto2 dan MotoGP. Masing-masing sesi warm up hanya selama 30 menit, dan Dani ada di posisi 3 saat warm up berakhir. Yang aku suka dari MotoGP Sepang, Dani selalu meraih hasil bagus di sini. Dua tahun lalu berturut-turut, Dani menang di sini dan hasil free practicenya juga meyakinkan, Dani selalu ada di posisi 3 besar dan nanti Dani juga start dari posisi 2. Tentu saja aku berharap Dani kembali menang saat akhirnya aku bisa nonton balapannya live.

We're ready to support you, bang!
Di Main Grandstand yang makin lama makin ramai, kita siap-siap pasang bendera buat dukung Dani. Ada satu bendera official punya Dina dan beberapa bendera bikinan sendiri yang sayangnya hasilnya kurang maksimal karena waktu pembuatan yang mepet. Saat udah terpasang, rasanya masih kurang, jadi Tristan sama Dina pergi ke Mall Area buat beli satu bendera official lagi. Karena ini merchandise official, harganya lumayan mahal, RM 100 yang mana aku nggak sanggup beli, haha. Setelah semua atribut terpasang, kita foto bareng dulu. Minta tolong sama mas-mas Medical Crew yang stand by di bawah buat fotoin, muehehe.

Race MotoGP yang kita tunggu-tunggu masih lama, masih jam 4 sore nanti. Tapi kita juga nggak bisa kemana-mana karena area Main Grandstand makin penuh, mau kemana-mana juga males sih, panasnya nggak nahan. Duduk di Main Grandstand aja harus kipasan mulu saking panasnya.

Starting grid Moto3 Sepang
Jam 1 siang, race Moto3 dimulai. Jack Miller start dari pole position, and i don’t even khow who’s the rest of the grid selain Alex Marquez dan Alex Rins. Sepertinya kalau mau berangkat lagi tahun depan aku harus memperluas pengetahuan dulu deh, haha. Di sisi starting grid, bertebaran pembalap MotoGP yang ikut ngasih dukungan, aku nggak inget ada Marc dukung adeknya atau nggak, tapi yang jelas ada Valentino Rossi, Aleix Espargaro, Karel Abraham, Alvaro Bautista, sama Stefan Bradl (lagi).

Race start. Ini pertama kalinya aku nonton race Moto3 dan langsuung dari Sepang, hehe, biasanya kan yang kutonton MotoGP doang. Race Moto3 berjalan seperti biasanya, ketat. Seru aja rasanya liat race leader yang berganti-ganti tiap lewat garis start/finish. But, inilah nggak enaknya duduk di Main Grandstand, kita nggak tau apa yang terjadi di bagian sirkuit lain selain saat pembalap lewat start/finish. Ada sih layar besarnya, tapi cuma 1 dan posisinya setelah tikungan terakhir, nggak kelihatan dari tempat kita berdiri.

Jadi, kita harus puas liat pembalap lewat dengan kencangnya di depan kita dalam hitungan detik, terus sepi, terus mereka lewat lagi, begitu seterusnya. Dan anehnya, di tengah cuaca terik plus bisingnya suara motor saat race, aku bisa tidur siang. Haha serius! I’m not even wearing earplug. Kadang-kadang aku memang bisa begitu awesome. *Karepmu Diif, karepmu!*

Race Moto3 selesai dan Efren Vazquez melintasi garis finish pertama kali, diikuti Jack Miller dan Alex Rins dengan gap yang amat sangat kecil seperti race Moto3 biasanya. Alex Marquez, pemimpin klasemen Moto3 saat itu, hanya finish di posisi 5. Alex Marquez belum bisa mengamankan gelar juara dunia di Sepang, dan perebutan gelar dengan Jack Miller nanti masih akan lanjut di seri terakhir di Valencia.

Starting grid Moto2 Sepang
Waktu Moto3 podium, starting grid buat race Moto2 selanjutnya dipersiapkan. Mbak-mbak cantik mulai sudah bersiap di posisinya dengan papan nomor grid. Sesuatu yang nggak pernah kita lihat kalau nonton race di tv. Podium Moto3 selesai, gantian pembalap Moto2 menempati grid masing-masing. Sama dengan Moto3, pengetahuanku soal Moto2 juga payah sekali. Kalau nggak salah ingat pole postition milik Tito Rabat, terus di belakangnya ada teman setimnya Mika Kallio, terus ketiga nggak tau siapa, terus keempat baru Maverick Vinales. Selanjutnya nggak tau, haha.

Penuhnya Main Grandstand North
Race start. Dan aku sama Oya cabut dulu ke mushola buat sholat dzhuhur dijamak ashar. Main Grandstand saat itu sudah super penuh sekali. Gimana nggak, kabarnya total yang nonton saat race day aja hampir 82 ribu. Setelah susah payah keluar area Main Grandstand, kita baru tau kalo di luar juga penuh orang-orang yang antri di stand makanan. Air mineral dingin aja mereka sampe kehabisan, jadi ya adanya yang nggak dingin. Mushola yang biasanya adem ayem juga jadi penuh orang dan ACnya jadi kurang dingin. Waaw daebak, mantap sekali emang race day ini.

Selesai sholat kita langsung balik ke tempat semula. Pinggiran tribun paling depan makin penuh orang, dan kalau mau nontonnya nggak ketutupan kita harus berdiri di pinggiran tribun itu. Demi melihat jelas muka abang nanti, adek rela berdiri berjam-jam bang, haha.

Podium Moto2 Sepang
Race Moto2 selesai, yang melintasi garis finish berturut-turut, Maverick Vinales, Mika Kallio, dan Tito Rabat. Tito Rabat memang cuma finish di posisi 3, tapi itu cukup untuk mengunci gelar juara dunia Moto2 musim ini. Yay, congrats Tito!


Selanjutnyaa, race yang ditunggu-tunggu pun tiba... MotoGP. Posisi start, pole position milik Marquez, Dani di P2 dan Lorenzo P3. Balapan akan dimulai jam 4, tapi 20 menit sebelumnya pembalap sudah siap di starting grid. Daan, kalau biasanya di rumah aku selalu deg-degan tiap sebelum race MotoGP, kali ini aku juga deg-degan. Tapi karena Dani ada persis di depan mata. Sekitar 10 meter jarak yang memisahkan kami. Seperti biasa, Dani dikelilingi om Emanuel yang alih tugas jadi umbrella boy, om Raul, om Mike, dan beberapa mekaniknya yang lain.


Dari kejauhan, aku memandangi (sekaligus memotret berkali-kali) Dani and his moment of silence. Itu cara Dani untuk fokus sebelum race. Sampai 8 menit sebelum race start, Dani turun dari motornya diikuti om Raul dan mendekat ke arah Main Grandstand. Bukan untuk menyapa kami, tapi buat.. keramas. Sepang yang super hot rupanya bikin Dani nggak tahan dan melipir untuk dapet guyuran sebotol air dingin dari om Raul. Setelah itu Dani balik lagi ke motornya. Ih si abang ih, padahal sengaja kan pengen deket-deket kita, pake pura-pura cuek lagi biar udah dipanggil-panggilin. *karepmu Dif, karepmuu! Hahaa*

Starting grid MotoGP Sepang
Race start. Dani start dengan oke dan berhasil mempertahankan posisi 2-nya. Lorenzo menyodok ke posisi pertama, sementara Marquez melorot ke posisi 6 setelah lap pertama. Waktu pertama Dani lewat setelah lap 1, rasanya super excited! Ternyata begini rasanya nonton MotoGP langsung di sirkuit. Tapi yang terjadi selanjutnya jauh di luar harapan, Dani jatuh. Hati ini langsung mencelos rasanya. Ya ampun, again? Dani baru aja jatuh di Aragon dan Phillip Island. Dan kali ini, ketika kita bahkan datang langsung buat dukung dia.

Tapi, ternyata Dani bangkit dan melanjutkan balapan. Meski jelas langsung melorot ke posisi terakhir (P20) dan jarak ke pembalap di depannya lebih dari 15 detik. Dani nggak menyerah dan melajukan motornya makin kencang. Dani memang lewat setelah selang lama dari leading grup, tapi semangatnya bikin aku terus bersorak menyemangati tiap dia melintas kencang di depanku.

Lap demi lap Dani terus memangkas jarak dan berhasil menyalip pembalap di depannya di lap 7. Pacenya oke dan di lap 12, Dani sudah ada di posisi 11. Tapi apa yang terjadi di lap awal terulang, Dani jatuh lagi. Entah dengan sebab apa. Kali ini Dani nggak bangkit, atau dengan kata lain.. his race is over. Perebutan posisi 3 di klasemen juga selesai karena Dani yang nggak finish di 3 race belakangan ini. Hati ini rasanya langsung nggak karuan. Rasanya kayak 5 balon yang ada di tangan terbang semua. Harapan yang kita pegang erat di tangan tiba-tiba terlepas dan terbang menjauh. Sedih. Super sedih.

Khawatir dengan keadaan Dani, aku dan Tristan mengabaikan apa yang selanjutnya terjadi di balapan dan melangkah cepat ke paddock. Memastikan kalau Dani baik-baik saja. Yes, he’s fine seperti kata om Raul yang kita temui di depan garasi Repsol Honda. “.. but he’s a little bit sad,” tambah om Emanuel. Kita nggak berhasil ketemu Dani saat itu, tapi kita mengirimkan pesan penyemangat lewat om Emanuel. Om Emanuel yang baik hati menenangkan kalau Dani akan lebih kuat lagi musim depan, just believe he can. Yes, absolutely he can! Selama Dani percaya, selama orang-orang di sekitarnya percaya, selama kita percaya. So chin up, Dani!


Setelah om Emanuel masuk garasi lagi, kita sempat bingung mau ngapain sampai Tristan ngajakin jalan lewat pitlane access yang persis di sebelah garasi Repsol Honda. Biasanya pagar ke arah pitlane tertutup, tapi waktu itu pagar dalam posisi terbuka dan nggak ada satupun penjaga di situ. Aku sama Tristan langsung girang bisa jalan-jalan di pitlane lagi. Kali ini bukan di tengah kerumunan orang pun. Garasinya Dani juga terbuka dan ada om Emanuel lagi di situ, tapi nggak ada penampakan Dani.

Orang-orang pada berlarian ke arah podium, akunya adem ayem :) 
 

Saat itu race MotoGP sudah selesai, dan orang-orang di tribun berhamburan menuju arah podium. FYI, Marquez lagi-lagi menang, Rossi P2, dan Lorenzo P3. Aku yang masa bodo dengan apa yang terjadi di ujung sana karena toh Dani nggak ada di sana, malah sibuk foto-foto di depan garasi Dani, di pitlane, atau foto-fotoin garasi tim lain dalam jarak jauh lebih dekat dari pas pitlane walk kemarin. Tau gini kemaren nggak usah panas-panasan ikut pitlane walk ya? Hahaa.

Puas foto-foto di pitlane, kita kembali ke paddock. Baru sampe di depan garasi abang lagi, Oya nelpon, katanya Dina nangis. Kita yang nggak tau apa-apa langsung panik, ha, nangis kenapa? Ternyata bendera official Dina dan punya kita yang belinya mahal itu, diambil orang waktu pada heboh larian ke arah podium. Dina yang nggak mikir apa-apa lagi langsung loncat (padahal tinggi.. banget) dan ngejar orang itu, alhamdulillah kekejar dan benderanya berhasil diambil lagi. Nggak kebayang deh kalo itu bendera beneran ilang, Dina pasti nangis nggak berhenti-berhenti sampe kita pulang ke Indo. Bener-bener deh ini, trip penuh drama banget ya Allah.

Setelah yakin bendera udah aman, kita duduk-duduk di depan hospitality Repsol Honda Team. Oh ya, sebelumnya Tito Rabat lewat dan aku sempat neriakin, “Congrats, Tito!”. Titonya noleh dan senyum ihiyy. Lanjut di depan hospitality, di sana sudah ada 2 om-om dari Jerman yang kemarin sudah sempat kenalan sama Tristan. Mereka datang jauh-jauh dari Jerman, tapi setia banget ngikutin MotoGP sampai ke Malaysia gini.

My precious, haha..
Lihat kita yang kepanasan, om-om baik hati ini mengambilkan air mineral dari dalam hospitality Repsol Honda. Mereka bilang mereka temannya om Emanuel. Saat itu aku cuma berpikir orang-orang ini baik sekali ya Allah. Belakangan aku baru tau kalau salah satu dari mereka itu ayahnya om Emanuel. Ealaaaah, pantes mereka sama-sama baik hati! Sampai sekarang botol air mineral pemberian om itu kusimpan, karena selain itu dikasih langsung sama ayahnya om Emanuel, itu diambil dari hospitalitynya Repsol Honda. Jadi, berharga sekali. Haha.


Kita masih anteng duduk di depan hospitality waktu ada Alex Marquez lewat. Pertamanya dia lewat tapi buru-buru jadi nggak ada yang sempet ngajakin foto. Nah pas dia balik, dia mau nerima ajakan foto orang-orang. Aku tadinya ragu, tapi ikutan mendekat juga dan berhasil dapet foto bareng. Padahal aku orang kesekian yang minta foto bareng, tapi Alex dengan baik hatinya mau bertahan dan selfie sama aku. Sejak saat itu, aku resmi mendukung Alex Marquez juga. Dengan alasan yang shallow abis, gara-gara dia baik banget mau diajak foto bareng, hahaa.

Nggak enak lama-lama di paddock sementara yang lain masih pada di Main Grandstand, aku ngajakin Tristan buat balik. Meskipun dengan berat hati, karena begitu aku melangkah meninggalkan paddock, aku nggak akan ketemu Dani lagi. Tapi karena belum ada tanda-tanda Dani mau keluar, dan sedikit khawatir dengan mood Dani yang bisa saja memburuk, aku say goodbye sama garasi Dani yang sepi. “Bye, abang. I hope someday we’ll meet again.”

Bye, abang.. :(
Itu langkah terberat selama sekian hari di Sepang. Hari yang ditunggu-tunggu nggak berjalan seperti yang diharapkan. Bukannya menang Dani malah jatuh. Nggak ketemu Dani sama sekali meski udah nongkrongin di depan garasinya pagi sore. Bendera nyaris ilang. Mau nemenin Tristan ke kota nyari oleh-oleh tapi bingung baliknya gimana, taksi pada pasang tarif selangit padahal kita udah nggak ada duit.

Tapi, tetep banyak hal yang bisa disyukuri sih. Ketemu om Raul berkali-kali, foto bareng. Ketemu om Emanuel berkali-kali, foto bareng. Ketemu ayahnya om Emanuel yang baik hati. Dapet minuman gratis waktu lagi haus (dari hospitality Repsol Honda pula). Dapet makanan gratis waktu lagi laper. Serius, waktu mau balik stand makanan di deket tempat kita duduk-duduk bagi-bagi sisa roti isi sayurannya yang nggak habis terjual. Rejeki anak sholeh banget, itu kalo beli harganya lumayan e, RM 20 :”). Terus sebelum hari berakhir, aku sempat menginjakkan kaki di Bukit Bintang.

Iya, sejujurnya aku penasaran Bukit Bintang yang hits di Kuala Lumpur itu tempatnya kayak apa. Tapi aku mikirnya kalo nggak sempet kesana juga nggak apa-apa lah, jauh juga. Tristan juga paling mau cari oleh-oleh di Chinatown aja, mana yang sempet lah. Tapi setelah duduk-duduk di depan pintu masuk utama lamaaaa banget kayak anak ilang yang bingung gara-gara nggak bisa pulang, kita makin pesimis. Jangankan cari oleh-oleh, bisa balik ke hotel sebelum malem banget aja udah alhamdulillah.  Untunglah Indri dkk datang dengan taksi pesananya menjemput kami. Dan tau tujuan mereka kemana? Yak, Bukit Bintang. Mereka juga mau cari oleh-oleh. Yaampun, ternyata aku bertakdir sama Bukit Bintang juga :”). Meskipun ongkos taksi ke sana dari SIC juga fantastis, RM 150. Untung dibagi 7 (ups, jangan bilang-bilang ya kalo kita naik taksi bertujuh :p).

Sampai Bukit Bintang, yang ternyata masih bagusan bukit bintangnya Jogja, Indri dkk cari makan dulu. Aku yang masih kenyang roti tadi nungguin mereka makan aja. Kelar makan mampir supermarket, mereka cuma pada nyari minuman dingin, aku malah keliling rak.. nyari milo, hahaha. Dari kemaren emang niatnya beli milo, tapi belum kesampaian. Tapi alhamdulillah apa yang aku pinginin kesampaian semua, milonya ada. Harganya RM 7,85 buat kemasan kecil, lumayaan. Nggak beli yang besar karena selain nggak ada duitnya, tempat di koper juga nggak muat. Btw baru kali ini aku beli milo Malaysia sendiri, biasanya pasti nitip nggak pake bayar.

Teman-temanku heran ngapain juga aku bela-belain beli milo di sini? Mereka belum tau kalo milo indo sama malaysia itu rasanya beda banget. Dan aku nggak doyan milo indo. Haha, gaya banget yak minum susu aja maunya yang belinya di luar negeri? :p

Habis itu Tristan beresin urusan oleh-oleh dan kita balik naik LRT dari Bukit Bintang ke KL Sentral. Selanjutnya naik KTM Komuter ke Nilai. Dari stasiun komuter naik taksi balik ke hotel. Sampai hotel langsung packing. Terus tidur bentar karena pagi-pagi udah harus berangkat ke bandara. Terus, pulang......

Terus, selesailah Sepang trip ini. Huhuu, sedih sekali rasanya. Bye, Dani. Bye, Sepang. Bye, KL. Bye, teman-teman. See you again next year! Amiiiin..



Monday, November 24, 2014

Sepang Trip 2014: Rider’s Autograph and Dani Pedrosa’s Plate of Muffin

Good morning! Setelah ketemu abang di hotelnya semalam, tidurku jadi nyenyak sekali, sampe kesiangan bangun malah. Padahal kita harus cabut ke sirkuit lebih pagi karena mau ngantri Rider’s Autograph. Sebenernya sesi Rider’s Autograph masih nanti jam setengah 12, tapi kita harus ngantri sepagi mungkin biar kebagian tanda tangan rider yang kita pinginin. Untungnya kita siap-siapnya cepet, dan jam 8 udah sampe sirkuit.


Begitu sampe sirkuit, kita langsung ke Foyer dekat Welcome Centre dan mulai antri di sana. Karena masih pagi, antrian masih pendek dan kita kebagian tempat yang enak banget, masih ketutupan tenda foyer jadi nggak panas. Kalo udah dapet antrian, kita nggak bisa kemana-mana, karena makin siang antrian akan makin panjang dan ramai. Bisa sih minta jalan ke orang-orang yang antri, tapi pasti mereka pada ngedumel baik di dalam maupun di luar hati, hahaa. Jadi pilihannya, stay or leave.

Lumayan lama juga itu nunggunya, lebih dari 3 jam dalam keadaan haus dan tadi cuma sempat sarapan bakpia. Tapi untungnya, kita kebagian tempat yang adem jadi nunggu lama pun nggak masalah, nggak kayak kemarin waktu antri pitlane walk yang sampai mandi keringat saking panasnya. Sambil nunggu, karena paddock pass sudah di tangan, kita nentuin giliran masuk ke paddock.


Sedikit disclaimer soal akses paddock kalau punya member official, akses paddock di sini bukan berarti per member dapet satu paddock pass. Paddock pass jumlahnya terbatas, dan tim juga nggak bisa sembarangan ngasih. Apalagi kita dapet langsung dari Repsol Honda yang notabene tim besar di MotoGP, jadi dapet 3 paddock pass itu sudah suatu hal yang sangat amat patut disyukuri sekali. Karena yang bikin member juga banyak, jadi kita bagi bergiliran 3 orang sekali masuk paddock dengan jatah waktu 30 menit biar semua kebagian. Dan aku kebagian masuk di giliran pertama setelah Rider’s Autograph selesai.

Entah kenapa waktu berjalan cepat waktu nunggu Rider’s Autograph dimulai, mungkin karena nggak kepanasan kali ya. Beda sama pitlane walk yang sempat molor kemarin, sesi Rider’s Autograph yang dimulai jam 11.30 – 12.30 ini lebih on time. Sebelum mulai, pihak penyelenggara sudah mengumumkan berkali-kali kalau Jorge Lorenzo dan Valentino Rossi nggak ikut di sesi ini, padahal yang antri banyakan fansnya Rossi.. kasian.

Oh ya, Rider’s Autograph terbagi jadi 2 sesi, masing-masing 30 menit, dengan pembalap yang berbeda-beda. Kemungkinan dapet tanda tangan pembalap kesayangan bisa menipis kalo antrian kita nggak pas dengan sesi si pembalap. Misalnya ni, kita kebagian di sesi 1, tapi ternyata pembalap yang kita mau ikut yang sesi 2. Ini masih bisa diakali sih dengan melipir-melipir dan ngasih jalan buat yang ngatri di belakang kita buat maju duluan, baru kita maju pas sesi 2 mulai. Yang repot kalo kita antrinya di belakang dan pembalap yang diincer dapetnya sesi 1, yaudah deh dadaah bye byee!

Itu pas Marquez baru datang
Aku udah deg-degan dong, duh ini si abang Dani dapet sesi berapa ya? Semoga sesi pertama aja, jadi aku cepet maju, cepet selesai, cepet bisa masuk paddock. Persis jam setengah 12, pembalap mulai berdatangan. Yang pertama diumumkan, pembalap dari tim Repsol Honda... Marc Marquez! Dheg, dan aku semakin gugup, habis ini abang dooong! Dan bener. Pembalap kedua yang dateng masih dari tim Repsol Honda.. Dani Pedrosa! Kyaa, seneng deh bisa jodoh banget sama si abang gini :”)


Pembalap berikutnya berturut-turut ada Bradley Smith, Alvaro Bautista, Scott Redding, Nicky Hayden, sama Hiroshi Aoyama (ini kalo aku nggak salah inget ya, maklum fokusnya cuma ke abang :p). Karena aku termasuk di antrian depan, nggak lama aku bisa langsung naik panggung ke jejeran para pembalap. Di paling ujung kiri ada Marc, tapi kayaknya doi lagi nggak begitu mood dan malas berinteraksi, jadi kita cuma ambil poster yang udah ditandatangani sebelumnya. Dan poster itu juga yang terus ditandatangani pembalap lain. Ada pembalap yang bawa posternya sendiri sih, kayak Smith, Hayden, sama Aoyama. Tapi yang lain nggak, jadi keroyokan di poster yang sama, termasuk Dani.

Oh ya, kita nggak boleh foto-foto di sesi Rider’s Autograph, jadi ya sebatas minta tanda tangan di official poster MotoGP Sepang aja. Sama boleh kalo mau minta 1 tanda tangan di barang pribadi. Tapi aku menyiapkan 2 barang buat ditandatangani Dani, bendera pedrosistas sama foto mozaik project ultah Dani kemaren, haha.

Dan sampailah aku di depan Dani. Aku udah megang bendera pedrosistas ni, tapi si abang biasa aja. Dia malah sibuk ngobrol sama Hayden sambil tandatangan barang yang kusodorin, huhuu, abang tega banget dah masa kita dicuekin gini. Bang, adek udah antri dari pagi baang? Kemanaa abang yang baik banget semalem?? *mulai deh, drama, haha.* Tapi katanya Dani emang gitu kalo pas meet and greet, tahun kemaren juga doi sibuk ngobrol sama pembalap lain (mbuh siapa :p).

Meskipun nyebelin nggak apa-apa deh, yang penting udah ketemu lagi dan dapet tanda tangan abang. Begitu sampe ujung kita langsung turun, beresin poster, terus jalan ke Main Grandstand buat masuk paddock. Keluar dari area foyer baru deh berasa banget panasnya Sepang, dan ternyata antrian meet and greet masih panjang banget sampe tengah Mall Area. Aku beruntung banget karena dateng pagi, nggak kepanasan, dan langsung ketemu Dani. Kasian yang dateng siangan, mereka pasti kepanasan.

Oya sama Dina nggak langsung ikut masuk ke Main Grandstand. Oya nyangkut di booth merchandise official dulu, hahaa. Aku yang jelas nggak punya dana berlebih buat beli barang official yang harganya selangit nggak ikutan mampir dan jalan terus masuk ke Main Grandstand bareng 2 member lain, Novi sama Ela.

Di dalem ketemu sama Tristan yang milih nggak ikut Rider’s Autograph dan nongkrongin abang di paddock. Kita gantian, dan giliran aku sama Novi dan Ela yang masuk paddock. Kalo kemaren masuk pake paddock pass dari tim Paginas Amarillas, kali ini dari tim Repsol Honda, heuheu. Misi masih sama, foto bareng sama Dani!

Di paddock yang panas, kita langsung nongkrong di depan hospitality Repsol Honda. Ada om Doraemon lewat, eh.. om Shuhei Nakamoto maksudnya, aku sapa aja, “Nakamoto-san, would you like to take a picture with me?” Dan om Nakamoto jelas mau doong. Kayaknya orang di paddock ini emang pada baik-baik deh, kecuali om Raul (gemes gara-gara ditolak kemaren). Habis foto sama om Nakamoto, ada om Emanuel Buchner juga keluar dari garasi. Om Emanuel ini mekanik Dani yang juga om kesayanganku setelah om Raul, om yang selalu menyambut Dani dengan senyum lebarnya di parc ferme. Dan om satu ini emang kerjaannya senyam senyum mulu, haha. Aku ngajak foto bareng, tapi ternyata entah gimana fotonya tadi nggak berhasil keambil, aku nyadarnya pas udah balik ke Main Grandstand lagi, huhuu, sedih.

Nggak lama setelah foto sama om Emanuel, Dani keluar dari garasi. Ahahaa, si abang keluar bawa sepiring muffin. Aku langsung ngajak foto bareng, tapi si abang bilang ‘wait a minute’ dan masuk ke hospitality. Bener-bener cuma semenit karena Dani cuma masuk ke hospitality buat naro piring muffin tadi (yah bang, kenapa nggak buat kita aja itu muffinnya, daripada dibalikin kan? *eh).

First try
Dani keluar dan menepati janjinya. Si abang pun kembali kuajak berselfie ria, tapi fotonya nggak okee, si abang aja silau kepanasan gitu. Jadi begitu giliran Novi sama Ela foto sama abangnya udah, aku ngajak abang foto lagi. Untung abang mau. Dan kali ini sukses, foto terkece selama di Sepang! Mission accomplished!! Daninya ganteng banget lagi, senyumnya itu lho ampuun.. :”)

Second try and.. sukses!
Btw, Dani kembali baik hati kalo ditemui secara personal gini. Pas foto pertama kali aja, Dani sabar banget nunggu aku ngeset kamera depan hape yang ternyata timernya masih nyala. Aku agak gemeteran sampe minta maaf dan bilang, “sorry Dani, i’m so nervous when i’m besides you.” Dani juga mau diajakin foto lagi karena yang tadi nggak oke hasilnya. Aduh bang, baek banget sih kamu. Ini keluar balikin piring muffin sendiri juga sengaja kan biar kita ketemu? *yak, mulai delulu*

Selesai foto, Dani pun masuk ke garasi lagi karena mau siap-siap FP4 dan kualifikasi. Tak lupa aku meneriakkan good luck buat hari ini sama besok. Hoho, kalo biasanya cuma ngucapin good luck via media sosial, kali ini aku bisa ngucapin langsung ke abang :”)


Begitu Dani masuk, ada Stefan Bradl lewat lagi. Kali ini kucegat dan kuajakin foto, tapi yah hasilnya gitu deh. Sudut ambil fotonya persis kayak foto pertama sama abang, jadi gelap. Btw karena udah ketemu abang dan nggak ada rider lagi yang bisa dicegat, kita balik ke Main Grandstand lewat tunnel 1 buat gantian paddock passnya sama Oya dan Dina.

Enjoying the empty Main Grandstand
Habis itu aku anteng duduk di Main Grandstand sambil nonton kualifikasi Moto3. Di hari kedua, telingaku rupanya sudah beradaptasi sama suara mesin motor-motor yang super berisik itu. Jadi aku nggak beli ear plug, lumayan menghemat RM 5, hehe. Kelar kualifikasi Moto3 dan Jack Miller yang dapat pole position, sesi lanjut dengan FP4 MotoGP. Di hari Sabtu, area grandstand lebih ramai orang, nggak kayak Jum’at kemarin yang masih sepi. Tapi tetep masih banyak tempat kosong sampai aku bisa duduk ongkang-ongkang kaki macam begini, haha.

Musholla SIC
FP4 selesai dan Dani ada di urutan 2. Karena sesi selanjutnya masih QP1 dan nggak ada abangnya, aku pergi ke tempat teradem di seantero Sepang International Circuit... mushola. Aku sholat dzuhur dijamak ashar bareng Mila. Mila yang baru ini ikutan ke mushola kayak nemu oase di padang pasir dan milih tidur siang dulu di situ, hahaa. Aku nggak ikutan karena QP2 MotoGP udah mau mulai, jadi aku balik duluan ke tempat duduk tadi.

Kalo di zoom itu Dani lagi foto post kualifikasi
Oh ya, kalau hari Jum’at kemarin aku milih duduk di depan garasinya Dani, pas hari Sabtunya aku pindah ke depan podium. Biar bisa liat-liat parc fermenya, dan untungnya Dani besok pas balapan start di front row (P2), jadi bisa liat Dani yang lagi diwawancara di parc ferme (meski sejujurnya nggak keliatan jelas, jauh sih, haha). Tapi gara-gara kelamaan nongkrongin parc ferme, aku jadi nggak liat press conference post qualifying di layar gede sebelum start/finish. Yah, nggak liat abang garuk-garuk muka deh.

Selesai kualifikasi MotoGP masih ada sesi kualifikasinya Moto2, aku nggak mau nonton karena mau langsung cabut cari oleh-oleh ke Chinatown. But the problem is, aku mau pergi sama Oya dan Dina, tapi mereka masih nangkring aja di paddock. Jadi aku sama Tristan masuk lagi ke paddock, kali ini aku pinjem pass-nya Zahra yang kebetulan lagi nganggur.

Di dalam paddock, mereka masih nongkrong di depan garasi Dani, dan daritadi tak tampak keberadaan Dani sama sekali. Hehe, jadi tadi aku beruntung dong baru dateng bentar udah langsung ketemu abang lagi? Alhamdulillah, rejeki anak soleh :”)

Om Emanuel itu hobinya nyengar nyengir gitu
Liat Om Emanuel di pojok belakang deh, dia ikutan nyengir gitu pas kita foto. Kocak!
Sama fans Dani dari Thailand
Tak ada Dani, aku malah ngiderin paddock yang super hot sampe ujung (tapi nggak ketemu siapa-siapa). Nongkrongin om Emanuel yang lagi cuci-cuci. Foto-foto. Motoin Tristan sama Stefan Bradl (kan, ada Stefan lagi! Kayaknya dia pembalap yang paling sering mondar mandir di paddock deh, tiap aku masuk pasti aja ketemu). Foto sama fansnya Dani juga yang dari Thailand (semoga aku nggak salah inget negara :p). Sampe foto sarang lebah yang ada di depan garasi Repsol Honda, bikin kita kudu super ati-ati kalo nongkrongin si abang, haha.

Tapi karena tak ada tanda-tanda keberadaan Dani, jam setengah 5 kita cabut keluar sirkuit. Kalo biasanya pulang pergi naik taksi, karena ini kita mau ke kota, jadi kita milih transport yang biasa dipake orang-orang yang nginep di daerah kota.. RapidKL. Di deket pintu masuk main gate ada shuttle bis yang datang tiap beberapa menit sekali dan shuttle ini yang akan nganterin kita ke tempat naik bis ke tujuan kita di kota, tempatnya di dekat tulisan Sepang International Circuit (tulisan yang tahun lalu cuma kulihat dari bis yang berjalan dan itu aja udah bikin seneng banget). Karena bareng bubaran kualifikasi Moto2, shuttle bis yang berhenti cepet sekali penuh. Untung bisnya banyak.


Sampai di tempat pemberhentian, kita cari tiket untuk RapidKL dulu. Ada 3 macam tujuan, KLIA, KLCC, dan KL Sentral. Harganya beda-beda, ke KLIA karena lebih dekat hanya RM 10, sementara KLCC dan KL Sentral harganya sama-sama RM 18. Antriannya juga beda, yang ke KLIA paling sepi, ke KLCC lumayan rame, dan yang ke KL Sentral paling rame. Kita milih yang ke KL Sentral, biar gampang naik LRT ke Chinatownnya. Naik yang ke KLCC juga bisa sih, nanti turunnya di dekat Twin Tower, tinggal turun ke stasiun LRT deket situ. Tapi kita udah terlanjur antri di barisan KL Sentral, jadi ya udahlah.


Bis berangkat tiap 15 atau 30 menit sekali, jadi lumayan juga nunggunya. Sembari nunggu, lumayan bisa buat foto-foto. Meskipun ada deretan toilet pink yang sedikit mengganggu pemandangan :p. Setelah menunggu sekitar setengah jam, akhirnya bisnya datang dan alhamdulillah kebagian tempat duduk. Kalo harus berdiri padahal perjalanannya kira-kira 1 jam, nggak sanggup aku.

Bis yang dingin enak banget buat tidur-tidur ayam. Apalagi capek habis dari sirkuit dan di luar ternyata hujan. Sekitar jam 8 bis sampai di KL Sentral dan alhamdulillah hujan sudah reda. Kita terus naik LRT ke Pasar Seni yang cuma berjarak 1 station, ongkosnya RM 1. Tahun lalu aku udah pernah turun di Pasar Seni, dan masih inget daerahnya. Tapi, aku belum pernah ke Chinatownnya. Jadi setelah malah nyusurin beraneka penjual makanan di sisi Central Market (pernah masuk situ dan barangnya mahal-mahal, jadi ogah masuk lagi) dan sadar kalau salah jalan, barulah aku nyalain google maps. Hahaa, baru ini aku jalan kaki nyalain google maps! Tapi emang terus ketemu sih, hahaa, thanks to google maps! (Padahal nanya orang juga bisa)


Chinatown Kuala Lumpur atau sering juga disebut Petaling Street ini sama aja kayak Chinatown di Singapura. Cuma, Chinatown KL yang jual souvenirnya nggak sebanyak di Singapura. Jadi ya pilihannya nggak banyak. Tapi yang penting yang kucari ada, tempelan kulkas sama kaos. Aku kalo mau liburan pasti sudah memplot mau beli oleh-oleh apa aja sih, karena belum lama ini ada yang ngasih gantungan kunci KL, jadi yaudah aku pengen beliin tempelan kulkas aja. Sama kaos buat adek-adekku. Tempelan kulkas harganya RM 10 untuk 4 biji, dan kaos RM 6 per bijinya. Lumayan juga aku beli oleh-olehnya sampe plastiknya berat dan habis RM 90, lumayan ngabisin isi dompet banget, hahaa. Belum lagi pas masih tambah beli coklat di KL Sentral yang pake dibela-belain tuker ringgit dulu segala.

Urusan oleh-oleh beres, kita naik LRT balik ke KL Sentral. Rencananya mau makan malam di KL Sentral, tapi karena bingung mau makan apa, kita memutuskan langsung balik ke stasiun Nilai aja naik KTM Komuter dan makan nasi goreng di dekatnya lagi. Tapi keretanya agak molor dari jadwal, dan dapetnya nggak yang bagus pun, beda sama pas kita mau jalan ke Twin Tower. Udah gitu perasaan keretanya jalannya lambat dan agak nggak meyakinkan, tapi nyampenya sama sih, sejam-an  juga. Tapi ya sampe stasiun Nilai lagi-lagi udah malem juga.

Sebelum balik hotel makan dulu di tempat biasa, warung nasi di depan Sevel Nilai. Kalo sebelumnya aku pesen nasi goreng kampung, kali ini pesennya nasi goreng biasa. Harganya sama-sama RM 4, tapi enakan yang nasi goreng biasa sih menurutku. Soalnya berkecap, beda sama nasi goreng kampung yang cenderung putih, rasanya asin-asin doang, hehe.

Perut kenyang, waktunya balik ke hotel. Kali ini naik taksi dong. Nggak apa-apa deh keluar duit lagi, daripada jalan dan harus melalui malam yang mencekam lagi gara-gara digonggongin anjing sepanjang jalan, haha *masih trauma*. Sampe hotel waktunya istirahat, besok race day dan harus berangkat pagi lagi. So, see you again tomorrow! *tidur sambil senyum karena dapet selfie cakep sama abang*


Sunday, November 16, 2014

Sepang Trip 2014: Finally I Met Him

24 October 2014. I’ll remember this day forever, because finally i met my the one and the only, Dani Pedrosa. Setelah melalui malam yang menegangkan dan bikin nggak bisa tidur setelahnya, aku tetap kebangun sebelum subuh. Terpaksa deh merem-merem lagi. Jam 6 kurang seperempat bangun sholat subuh, tidur-tiduran lagi, baru jam setengah 7 mandi. Itu temen sekamarku masih pada tidur. Rencana hari ini emang mau berangkat ke sirkuit pagi-pagi demi mencari kabar tentang paddock pass kita.

Jadi ceritanya, kita udah bela-belain bikin membership official sama club fans Dani di Spanyol karena tergiur keistimewaan akses paddock. Membership udah diurus sebelum bulan Mei, tapi karena ada sedikit halangan, transfer ke Spanyolnya agak terlambat dan kalau dihitung-hitung waktu shippingnya yang sampai 2 bulan agak mepet sama jadwal keberangkatan kita ke Sepang. Udah lebih dari 2 bulan sebenernya, tapi paket yang ditunggu-tunggu tak kunjung sampai. Kita semua udah galau berat gara-gara ini. Tapi untunglah, club fans di sana baik sekali, meskipun member belum sampe, kita tetep dibantu untuk dapet paddock pass. Dari hasil kontak-kontakan via whatsapp, paddock pass kita ada sama Raul Jara dan mau dititipin di hotel. But the problem is, hotelnya siapaa? Kalo hotel kita kok kayaknya nggak mungkin ya, wong terpencil gini? Hahaa..

Belum ada kejelasan sampai Jum’at paginya. Jadi misi kita hari ini adalah nyari om Raul dan nanyain soal paddock pass kita. Aku yang tadinya ngajakin Oya buat jalan-jalan dulu ke Chinatown paginya baru siang ke sirkuit buat pitlane walk membatalkan rencana dan langsung ke sirkuit dari pagi, ketemu om Raul lebih penting (wait, kenapa om Raul lebih penting dari Dani? Hahaa.)

Jam 8-an kita udah pada cantik dan siap berangkat ke sirkuit. Perjalanan ke sirkuit kira-kira setengah jam naik taksi, dan ongkosnya RM 40. Kalo sendirian bayar segitu ya tekor, ini untungnya rame-rame, jadi bisa dibagi 4 atau 5 orang (taksi sana nggak mau ngangkut lebih dari 5 orang btw, kecuali terpaksa, haha).


Jam setengah 9-an, kita sampai di gate utama Sepang International Circuit (SIC). Aak, ini pertama kalinya aku melangkahkan kaki di Sepang sirkuit, sulit dipercaya! Kita mampir ke Welcome Centre dulu buat ambil schedule race baru lanjut jalan ke arah Main Grandstand sambil foto-foto di Mall Area. Mall Area ini ada di sepanjang Welcome Centre sampai gerbang masuk Main Grandstand, isinya macam-macam booth yang berhubungan sama racing. Mulai dari merchandise official, apparel balap, sampai booth bir sponsor.


 
Tak ada motornya abang, motor Casey pun jadi..
Karena masih hari pertama, dan masih pagi pula, sirkuit belum terlalu rame. Hari Jum’at belum ada pemeriksaan tiket, jadi pemegang tiket non Main Grandstand pun masih bisa masuk. Pemeriksaan barang bawaan sudah ada, tapi belum terlalu ketat. Biasanya yang disita makanan sama minuman karena kita nggak boleh bawa dari luar, jadi umpetin yang bener ya.. *eh

 

Jam 9 kita sudah duduk manis di Main Grandstand North, persis di seberang garasinya abang. Waktu itu masih jadwalnya Free Practice 1 Moto3, dan pertama kali denger suara mesin Moto3 itu yang, aak telingaku! Berisik banget sumpah. Garasi abang masih tertutup waktu itu, tapi begitu perlahan-lahan garasi dibuka, motornya abang dipanasin, abang muncul di garasinya sampai abang keluar karena udah waktunya FP1 MotoGP. Rasanya yang, “Aaah, si abang berdiri beberapa meter di depanku, dan kita cuma dipisahkan lintasan.” Rasanya nggak percaya. Maklum nggak seperti temen-temenku yang udah berkali-kali ketemu abang, ini pertama kalinya si abang ada persis di depan mataku. Haha, padahal masih terpisah jarak 20 meter tapi udah seneng banget gini. 

Itu ada abang baru turun dari motor, keliatan kan?
Oh ya soal misi kita nyari om Raul, untunglah we have our angel, Zahra. Zahra yang dapet paddock pas dari kenalannya mekanik Paginas Amarillas, timnya Maverick Vinales, berbaik hati meminjamkan paddock passnya buat kita bergantian. Waktu itu kita berdelapan, biar adil kita bikin kocokan buat nentuin urutan masuk paddock, per orang jatahnya 30 menit. Aku dapet urutan keempat setelah Fifi, Dina, dan Oya. Kita mulai masuk setelah FP1 MotoGP selesai.

Tunnel yang ke paddock ada di sebelah kiri foto, yang ada mas-mas 2 pake baju merah
But, Fifi yang dapet giliran pertama failed. Baik om Raul atau Dani nggak ada yang keluar. Dina juga failed. Oya juga. Hiyaaaak, makin deg-deganlah aku. Kalo aku berhasil ketemu om Raul terus saking groginya aku nggak bisa ngomong gimana? Sudah jam 1 waktu giliranku masuk paddock. Aku masuk dari paddock tunnel 1, cuma yang punya paddock pass yang bisa lewat tunnel (terowongan persis di bawah start/finish track) karena ada yang jagain persis di pintu tunnel.

Hospitality Repsol Honda Team 
Om Mike!
Waktu jalan turun aja udah grogi, apalagi pas masuk paddocknya. Mimpi apaa aku semalem sampe bisa jalan-jalan di paddock gini? Aku jalan straight langsung ke garasinya Repsol Honda dan nongkrong di depan hospitality mereka. Karena fokusnya ke om Raul, aku nggak terlalu aware sama mereka yang mondar mandir di depan paddock. Ada om Mike Leitner, chief mekaniknya Dani, juga tak biarin lewat aja, tapi seneng ih liat om Mike tampak happy gitu. Biasanya kalo disyut kamera di samping Dani ekspresinya serius terus, ternyata dalam kondisi santai si om Mike senyum-senyum juga. Ada Stefan Bradl, yang juga kubiarin lewat. Ada om Emilio Alzamora, kalo yang ini jelas nggak bakal kuajak foto, ups.. ini masalah sentimen pribadi, haha.


Tapi sih waktu om Livio Suppo keluar dari hospitality tak ajak foto juga.. dan mau, baik banget om Suppo ih. Dan nggak lama setelah foto sama om Suppo, orang yang ditunggu-tunggu muncul.. om Raul!! Om Raul keluar dari hospitality bawa sepiring semangka yang mungkin buat Dani (duh om, bagi-bagi kek satu, panas banget nih :p). Nggak mungkin menyia-nyiakan kesempatan, om Raul langsung kucegat sebelum masuk lagi ke garasi. Om Raul berhenti, dan meskipun super gugup aku berhasil juga nanyain soal member dan paddock pass. Om Raul langsung ngerti dan bilang paddock passnya ada di hotel, bisa diambil atas nama.. Om Raul ngecek hapenya bentar (dan aku ikut ngelongok, bok ini hapenya Raul Jara.. mumpuung!) dan nyebutin nama Fifi. Jadi, paddock passnya udah dititipin di hotel tempat Dani dan om Raul nginep, so kita tinggal ngambil ke sana. Aak, finally! Tapi sayang om Raul lagi buru-buru dan menolak saat kuajak foto bareng.. L

Di sinilah tempat pertemuan pertamaku dengan om Raul ;")
Gpp deh, masih ada lain kali, kalo udah megang paddock pass kan masih bisa nongkrongin om Raul lagi (wait, kok om Raul lagi sih Dif? Dani dong, Danii.. haha). Setelah itu om Raul masuk ke garasi, dan aku masih shaking! Gimana nggak gemeteran sih akhirnya bisa ketemu om ganteng yang selalu setia di samping Dani, sampe ngobrol pula! Aku kan fans yang terdistraksi, nggak cuma ngefans sama Dani, tapi sama manajernya juga, haha. I’m feelin soooooo lucky that day! Temen-temenku udah nongkrong lama tanpa hasil, tapi aku baru masuk bentar udah ketemu target. Hehe, rejeki anak soleh, alhamdulillah..

Aku langsung ngabarin temen-temenku yang masih pada nongkrong di Main Grandstand kalau mission complete! Mereka lega dan aku diminta balik, beloman setengah jam sih, tapi berhubung nggak ada tanda-tanda Dani bakalan keluar juga, yaudah aku balik aja. Gantian sama yang lain buat masuk paddocknya.

Aku balik ke Main Grandstand dengan wajah sumringah. Gimana nggak sumringah? Habis ketemu om-om ganteng, ahahaa. Dan kita pun deal untuk ke hotelnya abang setelah kelar pitlane walk. Setelah itu aku duduk-duduk bentar sambil nonton FP2 Moto3, terus ke mushola buat sholat dzuhur dijamak ashar. Dan ternyata, di Sepang sirkuit yang panasnya naudzubillah, ada tempat yang super adem.. mushola. Beneran adeeem banget, drastis banget sama suasana di luar. Jadi betah deh nongkrong di mushola lama-lama, haha.

Sepangnya hujan, jadi si abang duduk-duduk aja di garasinya..
Ajaibnya Sepang, cuaca yang tadinya panas, tau-tau ujan aja gitu. Aku sama Oya jadi bingung keluarnya gimana ini dari mushola karena ujannya lumayan deres. Tapi karena takut FP2 MotoGP udah keburu mulai, kita terobos aja ujannya, untung deket aja. Dan FP2nya ternyata delay karena ujan. Emang lumayan sih ujannya, jadi yang daritadi mondar mandir cuma safety car yang ngecek kondisi track.


Sambil nunggu FP2 mulai, kita foto-foto sama fans Dani dari Australia, namanya Adrienne. Adrienne ini ternyata sudah nonton racenya Dani kemana-mana. Dia member official juga, dan kemaren baru dari Brno, tapi malah nggak nonton race Phillip Island karena lagi di Eropa terus sekarang juga nonton di Sepang. Aduh aduh, enak banget yaa mbak ini, bisa nonton race kemana-mana. Aku baru mentok ke Sepang aja udah seneng..

Oya, nggak lama hujan berhenti dan FP2 MotoGP dimulai. Aku sempat nonton Dani beberapa kali lewat dengan RC213Vnya, tapi terus kita buru-buru cabut buat antri pitlane walk sebelum FP2 selesai. Jadwal pitlane walknya sih masih 16:40 – 17:20, tapi kalo nggak cepet-cepet antri ntar bisa nggak kebagian karena yang bisa masuk cuma untuk 1.500 orang pertama. Jadi sebelum jam 3 kita udah keluar dan mulai antri di depan gerbang Main Grandstand, waktu itu antrian belum terlalu panjang.


Antri pitlane walk ini lumayan lama juga, karena paling cepet jam setengah 5 baru kita bisa masuk. Waktu awal-awal antri sih cuaca masih enak karena abis hujan, tapi lama-lama sama aja, panass. Keringat sampe bercucuran, udah payungan dan kipasan tetep nggak ngaruh. Mantap jaya kok emang panasnya Sepang ini.


Jam 4-an, antrian mulai jalan. Belum buat masuk, tapi pindah mendekat ke tunnel 2, tempat kita masuk ke paddock nanti. Di situ masih lumayan juga nunggunya, soalnya tadi FP2 delay gara-gara ujan sih, jadi ke belakangnya juga mundur waktunya dan kita masih nunggu free practice Asia Talent Cup kelar.


Jam setengah 5, baru deh kita jalan melewati tunnel yang nembus ke paddock. Itu juga masih nunggu karena jatahnya Asia Talent Cupnya belum kelar, padahal udah sore banget. Kira-kira jam 5, baru deh kita bisa masuk pitlane dan jatahnya cuma setengah jam . Langsung menghambur ke depan garasinya abang dong ya.. yang sayangnya dalam kondisi tertutup.  Yaah.

Om, sengaja amat berdiri di situ, mana pose segala lagi..
Udah dipanggil-panggilin, tetep nggak ada tanda-tanda keberadaan Dani. Karena kesorean kayaknya si abang udah pulang deh ini. Yaudah deh akhirnya kita foto-foto doang di pitlane. Nggak lama garasinya Marquez kebuka, tapi sama aja orangnya juga udah nggak ada. Sementara garasi Dani sampe kita balik juga tetep tertutup.

 

Jadi yaudah deh kita mau cepet-cepet balik aja, meskipun tetep aja nyangkut lagi buat foto-foto, haha. Sampai akhir pitlane walk, rider yang muncul cuma Valentino Rossi. Itu juga dia cuma lewat doang, dan langsung bikin heboh.

Tampak belakang Valentino Rossi :p
Kita keluar lewat tunnel 1 dan langsung keluar Main Grandstand. Rencana awal sih mau langsung ke hotelnya abang, tapi muka kucel keringetan gini kok kayaknya nggak banget kalo ntar ketemu si abang. Jadilah kita balik dulu ke hotel buat mandi-mandi. Setelah cantik, baru deh keluar lagi. Dan lagi-lagi udah malem, udah hampir jam 8 waktu itu. Kamar mandi di kamarku airnya sempet ngadat sih, kudu nunggu dibenerin dulu (a part of hotel yang nggak meyakinkan, haha).

Kita pergi bertujuh, minus Tristan dan teman-temannya karena mereka mau tuker duit ke Bukit Bintang dulu. Tadinya sih mau ikut ke Bukit Bintang dulu, tapi karena air ngadat dan kasian Tristan nunggu kelamaan, jadinya Tristan dkk biar pergi duluan dan kita langsung ke hotel abang. Sebelumnya sih cari makan dulu, karena lagi-lagi tadi kita skip makan siang. Anehnya, aku nggak selapar biasanya. Perutku anteng meskipun cuma diganjel bengbeng maxx, mungkin efek excitement gara-gara abang kali ya, laper jadi nggak berasa, hahaa.

Kita makan malem di deket hotel, tadinya sih mau bungkus aja. Tapi nanggung, jadi sekalian makan situ aja dulu bentar. Aku makan nasi lemak super murah meriah di sini, RM 1,2 aja masaa? Lauknya cuma ikan kecil-kecil sama sambel sih, tapi lumayan lah buat isi perut. Minumnya yang malah lebih mahal, aku beli es milo yang harganya RM 1,8. Baru ini aku makan di luar, makanannya jauh lebih murah daripada minum, haha.

Our precious paddock pass
Kelar makan, lanjut cari taksi ke hotel abang (i’m not gonna say the hotel’s name, my mouth are zipped! :p). Karena kita bertujuh, terpaksa harus pake 2 taksi. Lumayan jauh, dan ongkosnya sama kalo jalan ke sirkuit, RM 40. Kira-kira jam setengah 10, kita sampai hotel dan langsung ambil titipan om Raul. Alhamdulillah beneran ada :”).. Om Antonio dari club fans sih bilangnya kita bisa dapet 4 atau 5 paddock pass, tapi ternyata di amplop cuma ada 3. Yaudah lah ya, lumayaan daripada nggak dapet sama sekali. Kita terus mulai menyusun rencana buat besok sambil foto-foto dan mata ngelirik kemana-mana, kali aja Dani lewat.


Di hotel banyak juga yang nongkrongin rider kesayangan masing-masing. Selama nunggu abang ada om Mike Leitner lewat. Dan setelah tadi di paddock aku biarin lewat aja, kali ini om Mike kita cegat dan diajak foto bareng. Alhamdulillah om Mike yang baik hati mau. Terus ada Jorge Lorenzo, tapi dia buru-buru, orang pada ngejar dan ngajak foto bareng aja dia nggak mau. Itu btw si Hohe darimana ya? Doi stylish banget gayanya (beda banget sama abang).

 

Habis Hohe lewat, ada om Cal Crutchlow dan kayaknya ada Lucy juga. Tapi om Cal juga tampak buru-buru, sampe pura-pura angkat telpon gitu lagi (yang diketawain sama Dina, haha). Ada om Puig juga, tapi aku nggak ikut nguber.. karena tadi sekelebat aku lihat bayangan Dani.

Dani? Beneran Dani? Sepertinya begitu. Aku agak telat respon sih waktu Oya bilang ada Dani, aku malah sibuk nyiapin kamera sampe nggak ngeliatin si abang. Abang cuma keliatan sekelebat masuk ke bar sama om Raul. Aak, om Raul! Om Raulnya berhenti bentar waktu dipanggil sih, tapi terus masuk lagi.

Dani ada di dalam bar ini
Jadi, aku sama Oya nongkrongin itu bar persis di depan pintunya, nunggu sampe abang keluar.. sampe akhirnya kita diusir secara halus sama satpam hotel, haha. Kita pun melipir ke lobby lagi sambil terus lirik-lirik ke arah bar, juga sambil foto-foto. Udah semakin malem, dan karena takut kemaleman pulang, aku bilang ‘kita pulang jam 11 aja ya?’

Dan persis 5 menit sebelum jam 11, Dani keluar dari bar. Akhirnya, Daniiii! Waktu itu Dani keluar tanpa om Raul, tapi sama bodyguardnya. Nggak ada yang berani mendekat karena bodyguardnya udah ngasih isyarat untuk stay away. Tapi mumpung Dani ada persis di depan mata, aku tetap mendekat sambil bilang kita dari Indonesia. Dani tadinya mau langsung masuk ke lift, tapi kata ‘Indonesia’ rupanya jadi trigger buat Dani untuk berhenti. Dani bahkan menepis tangan bodyguardnya dan bersedia buat foto bareng. 

 

It was a short moment, kita cuma bisa ambil 2 foto, satu foto bahkan kabur karena tanganku gemeter gara-gara berdiri persis di sebelah Dani, but his kindness really makes me dying. For sure, 24 October 2014, i will remember this day forever!

Tadi siang aku merasa sangat beruntung setelah ketemu om Raul. Dan malam ini, rasanya aku berkali-kali lipat lebih beruntung. Ini pertemuan pertamaku dengan Dani, bener-bener pertama kalinya, dan langsung dapet foto bareng itu rasanya yang.. aku mimpi apaa semalam? Mana Dani ternyata beneran baik banget, aduh aduh, abaaaaang... thank you so much for toninght!

Perkiraanku buat cabut jam 11 ternyata benar adanya, karena abang udah naik ke kamarnya jadi waktunya untuk pulang. Tapi karena pake acara duduk-duduk dulu bentar, keluar hotel jadi udah agak malem, belum foto-foto di depan hotel segala. Akibatnya, susah sekali cari taksi. Kita sampe nunggu di dua sisi jalan, tapi nggak ada taksi lewat, ada yang lewat pun nggak mau berhenti. Hiks, kita udah panik gimana ini kalo nggak bisa pulang, tapi terus ada supir taksi baik hati berhenti di deket kita yang hopeless. Dia udah nggak narik lagi, tapi kita dianterin ke tempat yang lebih oke buat nyari taksi.. yang mana adalah bandara KLIA!

Haa, jadi seberang jalan tempat kita nunggu taksi lewat itu udah KLIA?? Tau sih kalo hotelnya abang itu deket KLIA, tapi kita nggak tau kalo sedeket ini, haha. Kita pun akhirnya pesen taksi di kedatangan KLIA, tapi lagi-lagi kita ditolak karena Nilai itu masuk daerah antah berantah, supir taksinya nggak tau jalan, dan kita bertujuh pun. Jadi akhirnya terpaksa kita pesen 2 taksi lagi, dan karena udah lewat midnight, ntar kena charge 50%. Hiks, kejamnya dunia, tapi ya mau gimana lagi, daripada nggak bisa pulang.

Tapi untunglah, ternyata ongkosnya ‘cuma’ RM 50 udah plus charge. Hih, jadi taksi-taksi ke sirkuit selama ini dapet untung banyak banget dong?  Itu dari KLIA ke hotel kita aja cuma RM 25 berdasarkan argo.

Sampe hotel udah tinggal istirahat, dengan senyum lebar efek habis ketemu abang. Haha, have a good rest and see you again tomorrow!


Note:
Tanpa sadar postingan ini jadi panjaaaang banget! Harap maklum ya, aku memang terbiasa menulis sedetail ini kalo liburan. If someday my memories about this journey going to fade away, i still have this blog post to remember it again clearly. Altough i'm sure i'm not gonna forget this part.. :")