Wednesday, April 29, 2015

Falling for “Falling for Innocence”


Ketika semesta memberikan kesempatan hidup sekali lagi, apa yang akan kita lakukan? Tetap menjalani hidup seperti sebelumnya, atau berubah 180° menjadi lebih baik?

Kang Min Ho (Jung Kyung Ho) seorang pebisnis yang kejam, dingin, dan rela melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Selama 25 tahun tujuannya adalah menghancurkan Hermia, yang ironisnya adalah perusahaan yang dibangun ayahnya. Kebencian pada pamannya yang mengambil alih Hermia adalah alasan utama Min Ho.

Min Ho tak percaya Tuhan, takdir, ataupun keajaiban. Hidupnya hanya penuh dengan kalkulasi berapa banyak keuntungan yang akan ia dapatkan. Vonis dokter kalau hidupnya paling lama akan tersisa 1 bulan lagi tak membuatnya lengah, ia justru bekerja makin keras sebelum akhirnya jantungnya berhenti berdetak.

Ya, Min Ho mewarisi penyakit ayahnya yang meninggal di usia muda karena gagal jantung. Min Ho punya 1% kesempatan untuk terus hidup. Satu persen kemungkinan untuk menerima donor jantung yang sesuai untuknya. Tapi Min Ho bukan orang yang berharap pada 1% kemungkinan. Ia hanya perlu menunggu saatnya berakhir, toh ia tak berpikir akan hidup melewati angka 35 tahun.

Tapi takdir mempermainkan Min Ho yang tak percaya padanya. Tuhan masih memberikan kesempatan Min Ho untuk hidup sekali lagi. Kesempatan untuk berubah.

Jantung baru berdetak di tubuh Min Ho. Milik detektif Ma Dong Wook, seorang pria berhati hangat yang menjadi korban tabrak lari (yang belakangan diketahui kalau itu disengaja). Ma Dong Wook adalah tunangan Kim Soon Jung, wanita yang juga dibenci Min Ho karena ayahnya salah satu orang yang mengkhianati keluarganya.

Jantung itu mengenali Soon Jung. Dan jantung itu perlahan melumerkan kebekuan hati Min Ho. Min Ho sendiri merasa aneh dengan dirinya dan kebiasaannya yang berubah. Hati dan otaknya tak lagi sejalan. Dulu otaknya yang mengambil alih segalanya, sekarang sebaliknya.

Titik balik Min Ho ada di kematian pamannya yang ternyata menderita kanker stadium akhir. Seharusnya Min Ho senang, karena tujuannya menghancurkan Hermia akan terwujud dengan mudahnya. Tapi itu justru membuat Min Ho berpikir, lalu apa bedanya ia dengan pamannya?

Berkat dorongan Soon Jung, Min Ho luluh dan berbalik arah akan menyelamatkan Hermia yang ada di ambang kebangkrutan. Demi mereka yang sudah bekerja keras sepanjang hidupnya di Hermia, dan demi ayahnya. Jujur Min Ho merasa takut, dan tak tau apa yang harus dilakukannya. But the show must go on, dengan Soon Jung yang berjanji akan melindungi Min Ho.

Apakah Min Ho akan berhasil? Lawannya adalah Lee Joon Hee, seorang ambisius akibat inferiority complex karena keluarganya yang miskin. Tujuannya adalah mencapai posisi setinggi mungkin agar ia dengan bangganya bisa meraih gadis yang selama ini ia inginkan, Kim Soon Jung.

Sementara Kim Soon Jung, ia sama sekali tak tau jantung tunangannya berdetak di tubuh Kang Min Ho. Tapi yang jelas, Soon Jung jatuh secara perlahan pada Min Ho. Seperti Min Ho yang selalu merasa hidup dan hatinya kacau sejak bertemu Soon Jung.

Meski bisa jadi Min Ho sudah tertarik pada Soon Jung bahkan sebelum kesempatan keduanya datang. Sebelum jantung baru berdetak di tubuhnya.

***


Sejujurnya aku nggak begitu tertarik dari awal muncul berita tentang drama ini. Aku suka Jung Kyung Ho sejak liat dia di 45 episode Smile, You, tapi kurang suka sama pemeran Kim Soon Jung. Gara-garanya perannya di Prosecutor Princess. Dan lagi, tema begini rasa-rasanya bukan sesuatu yang baru kan di dunia perdramaan? Apalagi pacarnya Jung Kyung Ho in real life, Soo Young’s Girl Generation juga habis main drama dengan tema serupa judulnya My Spring Days (yang aku berhenti nonton di episode 4 atau 5).

Tapi ternyata aku salah. Drama bergenre melo romcom ini ternyata bikin aku kembali menantikan Jum’at – Sabtu dengan tidak sabarnya. Ini pertama kalinya aku ngikutin drama JTBC, dan ternyata feelsnya sama kayak nonton drama-drama tvN. Jiwaku memang jiwa tv kabel Korea sepertinya. Konflik perusahaannya lumayan serius dan sedikit sulit dimengerti, tapi nggak masalah deh kutelen-telen aja demi Kang Min Ho. Villain utama ternyata bukan pamannya Min Ho, tapi Lee Joon Hee. I’m suspicious he’s the one who hit and run’s Ma Dong Wook dengan sengaja. Joon Hee ini terlalu ambisius, sekaligus delusional. Ia pikir Soon Jung bisa berpaling padanya kalau ia bisa meraih posisi tertinggi di perusahaan.


Yang aku suka dari drama ini karena ini drama tentang ‘how people changes?’ Gimana Min Ho yang tadinya dingin dan kejam berubah jadi lembut dan memikirkan orang lain. Pelan-pelan Min Ho berubah jadi pria yang lebih baik, manusia yang lebih baik. Semua berkat Soon Jung.


And i thought Jung Kyung Ho will be Kang Hyun Soo forever in my eyes, but no.. i’m falling even more for Kang Min Ho. Jung Kyung Ho jjang pokoknya! Akting seriusnya oke, akting kocaknya apalagi. Kayaknya dia jagonya bikin ekspresi-ekspresi aneh deh. Contoh, ekspresi lega pas Soon Jung nepuk-nepuk punggungnya pas dipeluk. Ngakak!


Intinya, aku suka banget drama ini. Yes, I’m falling for “Falling for Innocence”.

Sunday, April 19, 2015

Flying with Batik Air


Waktu diberi kesempatan ke Bali untuk kedua kalinya Februari lalu, i’ve got another chance. Flight langsung ke Denpasar yang tahun 2013 lalu belum ada, kali ini sudah ada 2 maskapai yang melayani, Batik Air (daily) dan Citilink (seminggu tiga kali). Kebetulan aku belum pernah naik dua maskapai tersebut, jadi biar adil aku milih Batik Air untuk penerbangan berangkat dan Citilink untuk pulangnya.

Dan yang paling bikin penasaran adalah Batik Air. Sudah lama aku pengen ngerasain terbang pakai maskapai full service dari Lion Grup ini. And it was a pleasant flight!

Boarding time! Di luar masih gelap.
Pertama soal ketepatan waktu, because it’s an early flight, no problem about that. Batik Air rute Balikpapan – Denpasar terbang super pagi di jam 6.10, dan jam setengah 6 nggak lama setelah aku beres sholat Subuh kita udah dipanggil boarding. Dan lagi karena lagi-lagi aku di Bali cuma sebentar, jam terbang super pagi berarti sebelum jam 8 sudah mendarat di Ngurah Rai yang artinya masih ada sehari full yang bisa dimanfaatkan buat jalan-jalan! Asik kan? Iya sih aku harus berangkat dari Samarinda jam setengah 2 pagi dan jadi nggak tidur, tapi aku selalu lebih suka flight pagi karena masih banyak waktu yang bisa dimanfaatkan di tujuan nanti.

Selamat Datang di seat 7A
Kedua soal entertainment in flight. Namanya pesawat full service, di setiap seat ada personal TV atau entertainment on board. Begitu duduk, kita disambut dengan sapaan “Selamat Datang” dalam berbagai bahasa di layar depan kita. Ukuran layar kira-kira hampir sama dengan Garuda. Layar touchsreen, dan tanpa remote. And the best from it, ada colokan USB, bisa buat ngecharge hape dong! Hahaa, di Garuda aja nggak bisa lho.

 
 

Soal kelengkapan menu entertainment mungkin masih kalah sama Garuda. Nggak ada film di menunya.  Hanya ada pilihan menu Hiburan, Direktori, Tentang Kami, dan Dunia Anak-anak. Di menu Hiburan sebenarnya ada beberapa pilihan serial TV, cuma sayang.. nggak ada drama Korea :p. But for a short flight, apa yang ada di menu udah cukup lah. Ada film juga paling cuma ketonton separo soalnya flightnya cuma 1 jam. Oh ya, sayangnya Batik Air tidak menyediakan headset secara gratis, kita bisa beli untuk kemudian dibawa pulang. Tapi karena aku nggak nanyakan opsi itu, jadi nggak tau harganya berapa. Untungnya di tas selalu sedia headset, jadi no problem about that. I can still listening to the music while eating breakfast.


Ketiga soal menu makanan. Ini sebenernya yang selalu jadi kelebihan maskapai full service, makan menghindarkanku dari bosan selama terbang. Apalagi terbangnya pagi banget pas lounge belum buka dan belum sempat sarapan. Nggak lama setelah pesawat tinggal landas, cabin crew mulai berkeliling membagikan sarapan. Daan, kita dikasih dua pilihan menu, yang mana Garuda aja cuma ada satu menu. Aku lupa waktu itu ada menu apa aja, tapi aku memilih bihun dengan ayam dan minum jus jambu favorit. Oh ya dan karena ini menu sarapan, instead of dessert, kita dapat roti plus butter yang ternyata enak dan aku suka. Bihun ayamnya juga enak.

Keempat soal cabin crew. Mbaknya ramah-ramah dan tampak cantik dengan kebaya putih dan rok batik. Staff check in-nya juga inisiatifnya oke banget nawarin window seat sebelum aku inget buat minta.


Kelima soal flight experiencenya sendiri. Sebelum aku terbang, hari-hari sebelumnya selalu hujan, dan alhamdulillah kemaren itu ceraah! Sempet ada guncangan sedikit sampai pramugari yang lagi bagiin makanan balik ke tempat duduknya, tapi selebihnya penerbangan termasuk smooth sampe akhirnya mendarat di Ngurah Rai.

Keenam soal harga. Dibandingkan Garuda, Batik Air mah itungannya murah banget! Hahaa, terbang enak tanpa membuat kantong bolong :p.


So overall, Batik Air exceed my expectation. Mungkin aku lebih terbiasa naik Garuda, but that was a pleasant flight. Apalagi kalau dibandingkan naik Lion Air, eh ibaratnya ini naik Lion juga sih, tapi versi naik kelas, hehe. Batik memang rutenya nggak sebanyak Lion atau Garuda, tapi menurutku Batik Air jeli dengan memanfaatkan pangsa pasar rute Balikpapan – Denpasar karena Bali sebenernya tujuan favorit, nggak heran kemarin sepertinya full board dengan jam terbang yang oke punya untuk sekedar weekend getaway. Apalagi Citilink cuma terbang seminggu tiga kali di hari Jum’at, Sabtu, dan Senin. Ibu-ibu di sebelah yang sempet ngobrol banyak selama di pesawat juga lebih suka naik Batik karena enak buat bolak balik meski cuma sebentar di Bali.

Jadi, kalau ditanya, “Mau nggak terbang lagi pake Batik Air?”

Tentu aja jawabnya mau. Cuma sayangnya, Batik Air lagi menutup sementara rute ini. Nggak tau dengan alasan apa dan sampai kapan, jadi terpaksa untuk my next trip ke Bali harus beli tiket Garuda via Surabaya yang harganya lebih mahal.

Dear Bali, i'm coming back!

But, i’m enjoying my first flight with you, Batik Air! 

Monday, April 13, 2015

Foodgasm in Let’s Eat 2: Episode 1

 Today’s Menu: Squid sashimi (fresh from the sea) and a warm greeting Chinese food.

Menu 1: Squid sashimi

Dae Young protes karena cumi segarnya mau direbus
 
 
 
"Enak banget ya sashiminya, Shiksha-nim?"
Dae Young: "Iya dong, DELICIOUS!"
Dae Young sampe bela-belain mabuk laut naik kapal penangkap ikan biar bisa makan cumi segar yang baruu aja ditangkap, fresh from the sea! 

Menu 2: Expensive Chinese food

 
Lobster!
Shark's fin a.k.a sirip hiu
 
 
 
A table of heaven
 
 
They eat happily!
But no one as happy as this girl
Padahal niatnya nggak makan, malah jadi yang paling lahap
 Makan malam di Restoran Cina pilihan Soo Ji ini malah jadi senjata makan tuan. Niatnya cuma ngerjain Dae Young, eh malah dia jadi makan buanyaaaaak banget. Apa kabar diet, Baek Soo Ji-ssi?


Some backstory

 
 

Goo Dae Young (Yoon Doo Joon) memutuskan untuk pindah ke kota Sejong untuk suasana baru. Dari cerita Pengacara Oh dan Manajer Choi, sejak putus dari Lee Soo Kyung, Dae Young berturut-turut terkena sial. Pertama saat ia mereview buruk sebuah restoran dan pemiliknya menuntut. Restorannya jadi sepi, padahal Dae Young jujur karena di sana makanannya tak enak. Akibatnya Dae Young harus merelakan uang deposit rumahnya sebagai ganti rugi. Kesialan lainnya ia diduga sebagai selingkuhan ahjumma genit padahal ia cuma berusaha menawarkan asuransi dengan sewajarnya.


Alasan Dae Young putus dengan Soo Kyung? Tadinya Manajer Choi mau memberitahu Pengacara Oh yang penasaran, tapi sayang sekali telepon istrinya menginterupsi dan kita nggak pernah tau alasan sebenarnya. Yaaah, penonton kecewa! Tapi ya kalo boleh jujur, loveline Dae Young sama Soo Kyung di season 1 menurutku cuma tempelan aja. I mean, i didn’t see this will coming, jadi ya kaget aja soalnya drama begini nggak ada loveline juga nggak masalah.


Begitu sampai kota Sejong dengan Mercedes Benz putihnya, Dae Young langsung mencari tempat tinggal. Langkahnya membawanya ke Ahjumma Kim Mi Ran, si agen real estate yang membawa Dae Young ke apartemen miliknya sendiri. Dae Young mememilih untuk tak jadi pemilih karena dananya juga terbatas, meski sayang usahanya agar sewa bulanan diturunkan tak berhasil. Ahjumma pemilik membanggakan apartemennya yang sudah lengkap perabot dan sangat tenang. Hanya ada dua penghuni lain, seorang nenek di lantai bawah dan seorang penulis wanita di lantai yang sama dengan Dae Young. Padahal menurut Dae Young perabot lengkap itu sudah seharusnya, dan kalau begitu tenang, ia sendirian dong yang terdengar berisik? Hahaa.


Agar bisa tinggal dengan nyaman, Dae Young berusaha menaklukkan dua wanita yang menjadi tetangganya. Target pertama, Nenek Lee Jeom Yi, yang dengan akrabnya Dae Young panggil Le Jeom Yi-ssi. Si nenek awalnya tak ramah dan pergi begitu saja saat Dae Young yang baru pindahan menyapanya. Tapi bukan Dae Young kalau tak bisa membuat wanita luluh padanya. Dengan perhatiannya ia mengunjungi Nenek dengan membawa rice cake, membantu mengangkat barang berat, juga mendengarkan cerita si Nenek.


Nenek Lee Jeom Yi memilih untuk tinggal sendirian karena ia bosan harus menyiapkan makan 3 kali sehari selama 70 tahun. Tinggal sendiri menurut nenek lebih menyenangkan. Ia hanya memasak jika ingin, dan saat malas tinggal pergi makan di luar. Nenek suka pakai topi agar tampak sedikit lebih muda. Sampai Dae Young menggodanya yang tampak seperti pacarnya dan bisa-bisa membuat calon istri masa depannya menjauh. Muahaha, Dae Young bisaa banget dah!


Target kedua jauh lebih sulit ditaklukkan. Baek Soo Ji, penulis freelancer yang ternyata teman SD Dae Young. Soo Ji mengenali Dae Young begitu saja sejak  pertama kali Dae Young mengetuk pintunya untuk berkenalan. Tentu Dae Young tak ingat, jadi ia heran karena Soo Ji sama sekali tak membiarkannya tenang sedikitpun. Soo Ji menutup pintunya begitu saja saat Dae Young dengan sopannya memperkenalkan diri sebagai tetangga baru.

 
 

Soo Ji memanggilnya turun karena tak memisahkan sampahnya dengan benar, padahal cuma gara-gara tutup botol dan staples dari kardus yang dibuang Dae Young. Soo Ji juga memaksa Dae Young memindahkan mobilnya yang lewat se-inchi dari batas parkir. Dae Young menurut dan memundurkan mobilnya sedikiiiit. Dae Young pikir Soo Ji mau parkir, tapi dengan cueknya Soo Ji bilang kalau ia tak punya mobil, hahahaa.


Waktu Dae Young baru asik-asik mandi sambil humming lagu BEAST, Soo Ji dengan hebohnya menyuruhnya keluar. Kirain kenapa, ternyata menurut Soo Ji nyanyian Dae Young terlalu berisik. Dae Young tak habis pikir, suara TV nenek Lee Jeom Yi lebih berisik, tapi kenapa ia yang diprotes? Masih dengan cueknya Soo Ji berkata kalau nenek pendengarannya sudah kurang, dan menyuruh Dae Young berhenti menyanyi saat mandi. Dae Young kesal sendiri, kenapa Soo Ji memperlakukannya seperti ini? Dan dengan geernya Dae Young berpikir kalau Soo Ji menyukainya. Hahaa.


Soo Ji sudah lama tinggal sendiri. Ia punya aturan diet sendiri, hanya boleh makan sekali dalam sehari. Karena itu waktu makan jadi saat paling berharganya, dan harus seenak mungkin. Penciuman Soo Ji sangat tajam, ia tau apa yang dimasak tetangganya hanya dari baunya. Pekerjaan freelancernya membuat ia bisa sering-sering bertemu dengan pujaan hatinya, Lee Sang Woo, seorang PNS di kantor pemerintahan. Tempat incaran Dae Young untuk menawarkan asuransi, tapi sayang ia selalu diusir tiap melangkahkan kaki ke sana.

 
 

Sang Woo ini ganteng dan imut sampai Soo Ji selalu terdoki-doki setiap melihatnya. Tapi Soo Ji cuma bisa tersenyum kecut karena Sang Woo salah memanggil namanya! Padahal sudah sering ketemu, tapi Sang Woo memanggilnya ‘Penulis Park’, bukannya ‘Penulis Baek’. Muahahaa, kasian Soo Ji.


Belum cukup kasihan karena Sang Woo tak bisa mengingat namanya, ia yang harusnya gajian dari pekerjaannya sebelumnya lagi-lagi harus kesal. Bukannya dibayar dengan uang, ia malah diberi sekotak rumput laut. Terpaksa ia makan siang cuma dengan nasi bungkus rumput laut sambil menangis.. sendirian.


Sang Woo sepertinya juga sama kesepiannya. Di rumahnya yang besar, temannya cuma sebuah vacuum cleaner, ngook! Dia tak suka pulang ke rumah yang terlalu sepi. Jadi begitu ganti baju, ia langsung keluar lagi dengan sepedanya. Oh ya, Sang Woo ini kebalikannya Soo Ji. Kalau Soo Ji menganggap makan adalah waktu paling berharganya, Sang Woo malah menganggap makan itu buang-buang waktu. Ckck.


Sebagai pendatang baru yang baik, Dae Young mentraktir tetangganya makan malam. Nenek Lee Jeom Yi, Ahjumma pemilik dan anaknya, dan Baek Soo Ji. Soo Ji awalnya malas, tapi begitu dengar kalau Dae Young yang mentraktir, dengan semangatnya ia memilih restoran Cina yang mahal. Dae Young langsung ketar ketir begitu masuk restoran, apalagi Soo Ji memilih banyaak menu dan semuanya mahal-mahal. 


Tapi beruntungnya Dae Young, saat perut mereka hampir meletus kekenyangan dan bill 670.000 won membuat kepalanya nyaris meledak, ternyata semua makanan itu gratis. Restoran yang sedang berulangtahun menggratiskan makanan buat pengunjung ke 100 mereka. Dan Dae Young lah pengunjung ke 100 itu. Dae Young tertawa lega, dompetnya selamat. Soo Ji langsung kesal, ia bermaksud balas dendam dengan membuat Dae Young bangkrut, tapi malah semuanya gratis.

Balas dendam? Memangnya kenapa Soo Ji ingin balas dendam ke Dae Young?

 
 

Jadi rupanya mereka dulu teman SD. Dae Young nggak ingat karena dulu Soo Ji gendut banget sampe dipanggil Baek Dwe Ji (pig). Soo Ji kecil naksir Dae Young karena cuma Dae Young yang belain dia dari anak-anak lain yang gangguin dia di sekolah. Sampe Soo Ji dengan senang hati makan belasan piring ddukboki dari kedai mamanya Dae Young. Tapi ternyata Dae Young memang baik dengan semua temannya biar mereka mau mampir makan di tempat mamanya, belum lagi Dae Young mau pindah. Soo Ji yang nggak sengaja dengar langsung sakit hati. Saking sedihnya, dia melampiaskan ke makanan sampai makin dan makin gendut.

Sampai usia 20-an, Soo Ji masih super gendut dan terus mengurung diri di rumahnya. Entah diet macam apa yang membuat Soo Ji bisa mendapatkan bentuk badannya yang ideal sekarang. Tapi yang jelas dia masih benci Dae Young sampe sekarang, juga ddukboki yang jadi korban. Bau ddukboki selalu membuat Soo Ji mual dan ingin muntah.

 
 

Dae Young senang bisa ketemu teman lama dan malah memeluk Soo Ji. Dae Young berdalih tak bisa mengenali Soo Ji yang makin cantik, meski dulu juga cute. Soo Ji cuma mendengus mendengarnya, hubungan mereka tak sedekat itu. Soo Ji menyuruh Dae Young berhati-hati karena ia akan balas dendam.


Sampai rumah Soo Ji yang kekenyangan menghitung kalori makanan yang ia makan. Totalnya 5438 Kcal. Yak, Soo Ji langsung shock dan menyambar tali skippingnya. Langsung olahraga sambil ngedumel, ia sudah makan seperti babi tapi Dae Young tak membayar sama sekali.


Dae Young yang mendengar Soo Ji yang sibuk bicara sendiri melongok dari jendelanya. Sekarang ia tau rahasia Soo Ji bisa sekurus ini, sampai malam-malam pun Soo Ji masih olahraga. Dan ia juga tau kalau tadi Soo Ji sengaja memilih tempat makan yang mahal. Dae Young malah tertawa dan menawarkan asuransinya karena Soo Ji terlalu keras berolahraga. Soo Ji kesal dan menyuruh Dae Young menghilang saja (“Get lost!” trademarknya So Ji Sub di Master’s Sun, haha).

 
 

Soo Ji melempar tali skippingnya ke arah Dae Young, tapi sialnya tali itu malah mengenainya, dua kali. Dae Young makin tertawa-tawa, dan Soo Ji makin kesal. Hahaa.



Komentar:
Semakin dilihat rasanya karakter Soo Ji makin menarik. Jujur aku masih nggak bisa lepas dari season 1 yang menurutku lebih lucu dan cara makan Lee Soo Kyung yang lebih appealing. Tapi, nggak ada yang salah dengan Baek Soo Ji atau cast lainnya selain Dae Young. Semoga makin lama aku bisa "in" sama ceritanya. Because i do feel Baek Soo Ji is cute and urri Goo Dae Young adorable as ever! Ceritanya mereka sih nggak ada loveline, but teman tapi musuh. Cara makan yang beda aja sampe berantem. Dan kasian urri Shiksha-nim, perannya makin tergeser gara-gara Soo Ji terus aja mendebatnya. 

Btw, aku pengen banget liat Soo Ji akhirnya bisa sama Sang Woo, meski mereka bagai bumi dan langit. Nggak tega euy liat Sang Woo kesepian begitu, sini aku aja yang gantiin si vacuum cleaner? :p

Anjing liar yang mirip Barassi
Oh yaa, kabar baik buat yang suka Barassi. Di season ini ada anjing lucu yang pintarnya mirip Barassi. Pertama sih dengan soknya dia kayak nyuruh Dae Young beresin sampahnya, tapi udahannya disuruh apa-apa nurut. Hahaa, super cute! Jangan-jangan ini Barassi yang bulunya agak dicukur lagi? :p

Sekedar informasi, mungkin aku akan menulis dengan format begini setiap episodenya (kalo mood lanjut tapi :p). Episode lengkap bisa dibaca di tempat Irfa atau mbak Mumu yaa..