Tuesday, November 29, 2016

[Jepang 2016] Haneda Airport, Tokyo - Osaka by Shinkansen

Selasa, 11 Oktober 2016.


Pukul 6.25, pesawat ANA NH856 yang kita tumpangi mendarat mulus di Haneda International Airport, 45 menit lebih cepat dari jadwal. Tanpa belok ke toilet dulu, kita langsung menuju loket imigrasi. Antrian pagi itu lumayan panjang tapi loket yang buka lumayan banyak, dengan seorang bapak-bapak yang membantu mengarahkan loket yang bisa dituju. 


Sekitar setengah jam mengantri, tiba waktunya giliran kita, dan tanpa pertanyaan satu pun, stiker landing permission untuk 15 hari tertempel manis di paspor.

ALHAMDULILLAAAAH..

Lega bangeeet.. Yeaaay, udah sah masuk Jepang inii!

Dengan perasaan lega dan riang gembira, begitu keluar imigrasi kita langsung nunggu bagasi yang ternyata lumayan lama. Selesai urusan bagasi, waktunya membuktikan kecanggihan toilet Jepang. Hahaa, habisnya banyak yang bilang toilet Haneda canggih banget, kan jadi penasaran. Tapi ternyata omongan orang-orang itu benar adanya, toilet Jepang emang canggih! Baru buka pintu toilet kita disambut suara gemericik air yang menenangkan. Jepang ini menghargai privasi banget ya, nggak ada deh kedengeran suara-suara aneh, amaaan haha.


Klosetnya sendiri penuh tombol-tombol di dinding. Tinggal pencet sesuai kebutuhan. Ada yang untuk bersihkan area belakang, ada yang untuk area depan, ada yang untuk ngeringin. Dan tekanan air bisa diatur sesuai keinginan. Malah ada juga yang pake penghangat buat dudukannya (gimana nggak betah?). Begitu selesai urusan, tinggal pencet flush aja deh. Buat mostly Indonesian yang nggak biasa sama toilet kering, Jepang ini memudahkan banget, bikin nggak males ke toilet. Tisu toiletnya bahkan yang larut air, tinggal cemplungin kloset terus flush.. ilang deh. Kereeen, bisa buat minimalisasi sampah banget.

Selesai norak sama toilet canggih, waktunya touch up sedikit. Maklum, kami mendarat pagi dan nggak ada waktu buat mandi dulu. Cuci muka, sikat gigi, pake deodoran sama parfum lagi cukup lah buat keliatan segeran. Tinggal bedakan sedikit udah cuss.. we’re ready to go!

Begitu keluar toilet, area pengambilan bagasi udah sepiii.. berarti kita lama banget ya di toiletnya, hahaa. Kita keluar dari area kedatangan, dan mulai melakukan satu persatu to do list sebelum meninggalkan Haneda Airport.


Pertama, tukar JR Pass di JR East Travel Service Center di 2nd floor arrival lobby, masih di lantai yang sama dengan area kedatangan. Tempatnya mudah ditemukan, lokasinya persis di sebelah entrance/exit Tokyo Monorail. Daan, antrian pagi itu lumayan panjang. Sambil mengantri, sama mbak-mbak Jepang bermuka menyenangkan dan bisa bahasa Inggris, kita disuruh isi form terlebih dahulu sambil memperlihatkan voucher JR Pass. Yaap, JR Pass yang kita bawa dari Indonesia memang bentuknya voucher yang baru bisa ditukarkan begitu sampai Jepang. Dan bisa dilihat dari muka-muka pengantri yang kebanyakan bule tanpa satupun Japanese, JR Pass memang cuma bisa dibeli di luar Jepang. For us, JR Pass is kartu sakti yang bermanfaat sekalii.

Sekitar setengah jam antri, aku disambut ibu-ibu Jepang yang ramah sekali dan bisa bahasa Indonesia sedikit-sedikit (whoaa, kawaaai!). Sambil mengurus aktivasi JR Pass kita, yang aku minta mulai hari itu juga sampai 7 hari ke depan, si ibu semangat cerita soal next trip-nya ke Indonesia. Aku takjub dong, soalnya dari omongan orang-orang, Japanese yang bisa bahasa Inggris itu nggak banyak. Lha ini aku malah ketemu Japanese yang bisa bahasa Indonesia. Kereeeenn!

Sekalian cetak JR Pass, aku juga minta reservasi tiket shinkansen ke Osaka. Karena waktu itu masih jam 8.30, si ibu menyarankan buat ambil shinkansen jam 9.40 atau 10.10, tapi mengingat kita masih punya banyak to do list, aku tetep ikut itinerary awal buat ambil shinkansen jam 10.40. Daripada ketinggalan kan mending nunggu, betul tidak? Hahaa.


So, begitu 3 kartu JR Pass, dan 3 tiket shinkansen Tokyo – Osaka di tangan, si ibu menjelaskan cara pakainya. Yang kerennya, ada petunjuk tertulis dalam bahasa Indonesia. Hahaha, saking banyaknya turis Indonesia yang ke Jepang kali ya?

First thing to do in Haneda Airport was done.


Second, pergi ke Tourist Information Center yang masih di lantai yang sama buat beli Tokyo Subway Pass. Rencana awal sih mau beli pass buat 3 hari, tapi aku berubah pikiran dan beli yang 2 hari karena pertimbangannya hari pertama full di Tokyo masih dicover JR Pass. Jadi kita beli Tokyo Subway Pass 48 hours seharga 1200 yen. Dan karena di sana juga jual Pasmo, kita sekalian beli (lebih praktis daripada beli di vending machine). Harga Pasmo 3000 yen dengan 2500 yen saldo, dan 500 yen untuk deposit (bisa diuangkan kalau kartu dikembalikan).


Benefit Tokyo Subway Pass adalah bisa dipakai di dua perusahaan transportasi swasta Tokyo, Tokyo Metro dan Toei Subway. Semuanya akses kereta bawah tanah a.k.a subway yang minim hambatan. Dengan Tokyo Subway Pass, kita nggak perlu pusing pilih jalur subway karena semuanya dicover. Tokyo Subway Pass cuma bisa dibeli di Haneda atau Narita, jadi meskipun explore Tokyo masih jadi rute terakhir, kita beli dulu meski dipakainya masih nanti.

Beres dengan urusan di lantai 2, kita turun ke lantai 1.


Third, ke Lawson beli tiket Fujiko F. Fujio Museum. Sedihnya, si Loppi mesin penjual tiket cuma bisa bahasa Jepang. Untunglah ada mbak-mbak Lawson yang bersedia membantu. Tapi ada satu kebodohan di sini, aku memplot Fujiko F. Fujio Museum di hari Selasa, dan ternyata oh ternyata Selasa museum tutup *haha, riset Dif, riset!*. Setelah berpikir secepat mungkin, kita pindah ke hari Rabu, dan tetap ambil jam 12. Meskipun mbaknya agak bingung-bingung begitu harus masukin nama dan nomer telpon (aku masukin nomer telpon hostel di Tokyo), akhirnya tiket Museum Doraemon aman dieksekusi. Tinggal bayar ke kasir, dan tinggal diprint sama mereka. So, third job was done!

Oh yaa, sebelum sampe Lawson tadi kita sempat dicegat polisi Jepang. Dua orang, dan aku lupaa namanya. Ternyata oh ternyata kita kena random sampling yang sering disebut-sebut di blog orang. Nggak perlu khawatir sih, tinggal tunjukin paspor, mereka catet-catet, udah deh malah terus ngobrol-ngobrol. Mereka tanya-tanya kita di Jepang ngapain aja, dan nggak ada serem-seremnya. Mereka baik banget malah. Haha, template orang Jepang kayaknya begitu ya? Nyenengin!

Aman dengan polisi Jepang dan urusan di lantai 1, kita pindah ke lantai 3 Haneda Airport.

 
 

Our last thing to do is beli tiket MotoGP di Seven Eleven. Dan ya, sama seperti mesin Loppi di Lawson tadi, mesin beli tiket di Sevel nggak ada bedanya, tulisannya keriting semua maaak! Nggak ada bahasa Inggrisnya, huhuu. Untungnya website Twin Ring Motegi nulis jelas step by step pembelian tiketnya. Kita tinggal nyocokin petunjuknya dengan tulisan di mesin, dan tiket general admission  MotoGP Motegi seharga 9600 yen, dan tiket pitlane walk di hari Sabtu seharga 2100 yen aman tereksekusi *officially bangkrut di hari pertama*.

Beres dengan tiket MotoGP artinya urusan di Haneda udah kelar semua. Kita balik ke lantai 2 menuju entrance Tokyo Monorail. JR Pass si kartu sakti mulai berguna di sini, tinggal tunjukkan ke petugas di gerbang, dikasih cap tanda pertama dipakai, terus tinggal naik kereta deh. Jalur hari ini Haneda Airport to Hammamatsucho by Tokyo Monorail. Lanjut Hammamatsucho – Shinagawa by JR Yamanote line. Dan Shinagawa – Shin Osaka by Shinkansen Hikari.


Sebelum berangkat, aku takut banget sama ruwetnya transportasi Jepang. Takut nggak bisa nemuin jalur yang bener, takut salah kereta. Ketakutan-ketakutan semacam itu. Tapi begitu dijalani ternyata bisa-bisa ajaa. Kita sampai Hammamatsucho dengan lancar. Dari stasiun Tokyo Monorail Hammamatsucho pindah ke stasiun JR jalan kaki keluar juga nggak bingung. Naik kereta JR sampai akhirnya sampai di Shinagawa juga lancar-lancar aja. Jam 10.35, 5 menit sebelum shinkansen kita datang, kita sudah berdiri manis di depan pintu masuk gerbong kita. Padahal kita dapet car 15 yang jalannya jauuuuh banget *shinkansen panjang banget ya bok?*


Kuncinya satu, tenang. Perhatikan betul-betul petunjuk yang ada. Petunjuknya jelas banget kok, yang penting kita tau mau naik apa, kemana. Kalau butuh bantuan, Hyperdia selalu ada. Gunanya buat apa? Buat tau jam dan departure track kereta yang mau kita naiki. Di stasiun besar, departure track pasti banyak banget. Tau dari awal departure track yang harus dituju bisa meminimalisasi resiko kebingungan dan nyasar. Berhubung Shinagawa bukan stasiun besar, Hyperdia nggak mencantumkan departure tracknya, yang berarti kita tinggal cari track khusus shinkansen.

 
 

Beberapa menit sebelum 10.40, shinkansen Hikari 509 pun datang. Karena sudah pesan kursi, kita tinggal duduk di nomor yang tertera di tiket. Kesan pertama naik shinkansen, leg roomnya luaaas. Koper gedeku masih bisa stay di depanku tanpa harus mengorbankan kenyamanan kaki. Ada meja kecil yang bisa ditarik kayak di pesawat. Kursinya juga nyamaan, bisa dimaju mundurin. Dengan laju kereta yang cepat dan jalannya mulus lus, bener-bener berasa kayak naik pesawat. Oh i love my first shinkansen ride!


Perjalanan menuju Shin Osaka nggak sampai 3 jam, tapi lumayan buat merem bentar mengingat di pesawat tadi sama sekali nggak bisa tidur. Meskipun dilema juga, soalnya liat pemandangan luar juga kayaknya nyenengin (Jepang gitu loh).

Tepat jam 13.26, shinkansen yang kita naiki tiba di Shin Osaka. Yap, Shin Osaka, bukan Osaka Station, karena stasiun untuk shinkansen di Osaka dibedakan (nggak kayak di Kyoto). Dan penderitaan dengan koper besar pun dimulai di sini. Untuk turun dari arrival track shinkansen ke ticket gate itu cuma bisa lewat tangga. Nggak ada elevator atau escalator. Dengan tenaga minim karena belum makan siang, kita kepayahan turun dengan koper yang bahkan belum ada tambahan bawaan aja udah beraat. Hoaaaah, penderitaan pertama hari ini!


Destinasi pertama di Osaka adalah hostel. Kita udah booking J-Hoppers Osaka, hostel most wanted yang lokasinya dekat Fukushima Station. Dari Shin Osaka menuju Fukushima harus lewat Osaka Station. Semua naik JR line yang tercover JR Pass. Dari Fukushima ke J-Hoppers ini deket dan mudah banget. Keluar Fukushima Station tinggal belok kiri, jalan dikit nyebrang rel kereta, terus belok kiri lagi (persis sebelum Mister Donut). Susuri jalan, di dua percabangan ambil yang sebelah kanan dan tinggal jalan lurus sampai nemu J-Hoppers di kiri jalan. Dekeet dan gampang ditemukan banget.

Kita sampai baru jam 2 lebih, tapi langsung diterima check in dan dikasih kunci begitu beres pelunasan kamarnya. Padahal jam check in-nya baru jam 3 nanti. Alhamdulillaah bisa istirahat dan mandi dulu sebelum jalan-jalan. Tapi sebelum bisa istirahat, penderitaan kedua hari ini pun datang. Hostelnya nggak ada lift!

Hiyaaaak, kita harus gotong-gotong koper di tangga sempit ke lantai 2! Alhamdulillah dapet kamarnya di lantai 2, bukan 3 atau 4 atau berapalah itu. Dan alhamdulillah-nya lagi, Wiwin yang sampe atas duluan mau bantuin, hihii tengkyuu Wiin!



Begitu sampe kamar yang penghuninya lagi di luar semua *yaiyalah masih terang begini*, kita duduk-duduk sebentar sambil bongkar koper dan antri mandi. Nggak pake acara merem dulu daripada kebablasan karena destinasi selanjutnya menantii *muka zombie kurang tidur*.   

Sunday, November 27, 2016

[Jepang 2016] Heading to Tokyo with ANA

Senin, 10 Oktober 2016


Delapan bulan penantian sejak tiket pesawat terbeli, percaya nggak percaya hari dimana aku akan terbang ke Jepang datang juga.

Jepang lhoo, bukan Kuala Lumpur! Iyaa, Jepang negaranya Nobita itu. Negara yang dari jaman aku kecil udah terkenal berkat Doraemon, Detektif Conan, Sailor Moon, dan kawan-kawannya. Jepang yang rasanya jauuuh dan nyaris tak tergapai. Tapi toh berkat menabung mimpi, akhirnya kesampaian juga.

Perjalanan panjang sudah dimulai sejak Senin pagi. Tapi karena harus menyelesaikan tanggungan kerjaan dulu, sampe di Kangaroo (travel Samarinda – Balikpapan) jadi terlambat 10 menit dari jam keberangkatan yang udah dipesan. Jam 09.50, Kangaroo beranjak dari Samarinda menuju bandara  di Balikpapan. First step to Japan. Perjalanan paling nggak nyaman dari travel history-ku naik Kangaroo. Mungkin efek kebagian duduk paling belakang, tapi goyang-goyangnya parah banget. Tiga jam paling menyiksa, jangankan tidur di perjalanan, nggak pake acara mabok aja udah alhamdulillah. Ayoo dong Kangaroo, mobil yang kayak gitu diservis dulu aja biar perjalanan  nyaman.


Sekitar jam setengah 1 sampe bandara, nunggu di lounge sambil makan siang, dan sebelum jam setengah tiga udah boarding Citilink menuju Soekarno Hatta. Second step to Japan. Yak, mulai deg-degan!

Karena sengaja pilih flight siang, jam 4 aku sudah mendarat di Soetta. Padahal flight ke Jepang masih jam 9 malam a.k.a 5 jam lagi. Hahaha, lama banget yak? Gapapa lah, daripada nyampenya mepet terus tergesa-gesa, mending cepet biar tenang dan bisa santai-santai. Jam 5 aku udah di terminal internasional 2D, dan travel mate-ku belum ada yang sampe. Wiwin baru mau berangkat, Malia yang rumahnya lebih deket bandara berangkatnya baru nanti habis maghrib.


Begitu Wiwin sampe bandara, kita makan malem dulu di Hokben sambil nunggu Malia *padahal aku masih kenyang ngemil Shihlin tadi, alhasil nggak habis*. Sekitar jam setengah 8 begitu Malia dateng baru deh kita masuk buat check in, drop bagasi, dan menuju ruang tunggu D6. Hohoho, excitementnya makin berasa!

 
Muka-muka excited mau naik full board airlines!

Pesawat ANA yang akan membawa kita ke Jepang sudah stand by di tempatnya, dan hospitality Jepang bahkan udah kerasa dari masih di ruang tunggu. Pengumuman pake bahasa Jepang, kru pesawat yang juga orang Jepang ramah banget mempersilakan kita masuk pesawat begitu tiba waktunya boarding jam 9.

Welcome on board!

Mostly penumpangnya Japanese

Leg room legaaa

It’s not my first time flying with full board airline, but for sure ANA is something! Dari sebelum naik pesawat aja feelnya udah nyenengin. And i’m flying with a dreamliner! Mimpi naik A380 emang belum kesampaian, tapi dreamliner dulu boleh laah. Boeing 787-9 ANA ternyata pesawat yang super nyaman dengan konfigurasi tempat duduk 3 – 3 – 3. Leg roomnya luas (nggak bisa dibandingin sama Citilink yang kunaiki tadi siang, haha), tempat duduknya nyaman dan setiap kursi dilengkapi personal tv dengan pilihan tontonan yang lumayan banyak.


Nggak lama setelah pesawat take off, snack malam dibagikan. Kita yang sengaja pesan moslem meal didahulukan dapat snacknya *yeay!* Isi snacknya sandwich, cemilan, sama air mineral. Kenyang makan sandwich aku nonton film sambil berusaha tidur. Setengah jam berlalu, belum bisa tidur. Satu jam berlalu, masih belum bisa tidur juga. Begitu seterusnya sampai akhirnya aku menyerah. Aaaaarggh aku nggak bisa tiduur!

Sarapaaan!

Ada Another Oh Hae Young di daftar tontonan!

Entahlah, mungkin ini gabungan excited dan nervous because finally i’m actually flying to Japan. Tapi sudahlah mari kita menikmati penerbangan saja, toh masih bisa lanjut nonton film. Untungnya nggak berasa tau-tau udah jam sarapan. Jam setengah 5 waktu setempat, sarapan dibagikan, dan seperti biasa pemesan moslem meal dapat prioritas *yeay lagi!*

Menyesal minta ocha anget tapi harus tetap happy
Kenyang sarapan, maksud hati pengen teh anget sariwangi atau semacamnya. Eeh, sama mbak pramugari aku dikasih ocha anget. Hahaha, failed banget.. nyium baunya aja aku nggak tahan, apalagi minumnya. Alhasil itu ocha tetap utuh sampai dia dingin.

 
Ohayou, Fuji-san!

Tanpa terasa pesawat mulai mendekati Tokyo, destinasi kita, and for a surprise.. we spotted Mount Fuji from afar. Whoaaa, Fujisan! We’ll gonna meet next week! Please be beautiful for us..

Hello, Tokyo! #1

Hello, Tokyo! #2

Sekitar jam setengah 7, pesawat touch down di Haneda International Airport, Tokyo. Empat puluh lima menit lebih cepat dari jadwal, we finally arrived in our dream destination.. JAPAN!

Hello, Tokyo! #3

Ohayooou, Japan! Can’t wait to start our memorable journey here!


*loncat-loncat kegirangan* 

Thursday, November 17, 2016

[Jepang 2016] Itinerary



Berapa hari sih idealnya ke Jepang itu? Seminggu? 8 hari? 9 hari? 10 hari? Atau lebih?

Semua orang punya preferensinya masing-masing. Bisa tergantung jatah cuti, budget, jumlah kota yang mau didatangi, bisa juga kehendak semesta. Di aku, pilihan terakhir yang akhirnya menentukan tanggal keberangkatan dan kepulangan. Sebenernya, karena tujuan awal pergi ke Jepang buat nonton MotoGP Motegi yang udah fix diadakan tanggal 16 Oktober 2016, kita sudah merencanakan pergi ke Jepang tanggal 11 – 19 Oktober 2016.

Tapi manusia boleh berencana, Tuhan juga yang menentukan.

Di hari perburuan tiket promo di Japan Travel Fair AEON Mall sekitar bulan Februari, nggak ada promo di tanggal yang kita mau. Tiket promo yang ada untuk tanggal 10 – 20 Oktober 2016, di harga 5,1 juta dengan ANA rute CGK – HND pp. Meski nambah 2 hari dari rencana awal, nggak pake lama mikir tiket itu kita ambil, urusan cuti yang kelamaan ntar aja dipikirin belakangan. Kita lebih khawatir nggak dapet tiket promo semurah itu lagi, haha. Ya begitulah resiko promo travel fair, belum tentu tersedia di tanggal yang kita mau. Kudu sedia plan A, B, C, sampai Z. Pokoknya nggak boleh nyerah!


Karena opsi multicity nggak tersedia, bandara kedatangan dan kepulangan sama-sama Tokyo Haneda. Idealnya, misal kita datang dari Haneda, pulang paling oke dari Kansai, Osaka. Rutenya searah, nggak perlu bolak balik, hemat waktu dan bisa menghemat biaya transportasi. Tapi balik lagi namanya promo travel fair yang harganya bisa setengah harga normal, udah deh terima nasib aja jangan kebanyakan protes. Udah bagus bisa terbang enak tanpa bikin bangkrut, haha.

Singkat cerita, kami menerima keputusan semesta untuk terbang dari Jakarta ke Tokyo Haneda dan sebaliknya tanggal 10 – 20 Oktober 2016. Dan setelah diutak-atik itinerarynya, tanggal itu yang terbaik (only God knows!). Osaka dapat 1 hari, Kyoto yang cantik dapat 2,5 hari, Nara meski cuma sebentar masih bisa disempilin, Motegi dapat 2 hari, dan Tokyo dapat 3 hari full. Total 11 hari dengan perjalanan.

Yak, kota yang dipilih masih versi Japan for beginner banget. Osaka, Kyoto, Nara, Tokyo, dan ekstra Utsunomiya demi MotoGP Motegi. Alurnya Tokyo – Osaka – Kyoto – Nara – Tokyo. Mau melipir kota lain waktunya nggak ada. Mungkin lain kali *amiin*.

Penyusunan itinerary terbantu banget sama itinerary dari mbak Vika dan blognya Pichunotes yang super duper lengkap dan detail. Aku bahkan bisa membayangkan arah menuju ramen Kaijin sebelum bener-bener ada di Jepang saking canggihnya mbak Vika mengingat direction. Ketakutan nyasar jadi agak berkurang *meskipun pas di lokasi blank juga, haha*. Rute kita kurang lebih sama, cuma aku start dari Tokyo, mbak Vika dari Osaka. Tinggal dibalik aja gampang kan? Haha.

Itinerary sifatnya panduan, mengarahkan kegiatan harian biar teratur, terarah, efektif dan efisien. Sebagai orang yang well planned, itinerary harus dibuat sedetail mungkin, sampai ke exit stasiun dan petunjuk arah ke suatu tujuan. Tapi meskipun sebelum berangkat itinerary sudah disusun serapi mungkin, pelaksanaan di lapangan nanti masih butuh penyesuaian sana sini. Kayaknya bisa ikut 80% dari itinerary udah bagus deh, haha.

Faktornya macem-macem, bisa karna ada fakta yang kelewat kayak hari tutup tempat wisata, cuaca, badan yang super capek, atau yang paling sering.. berangkat kesiangan dari hostel. Analisisku, semakin banyak orang dalam satu trip, deviasi itinerary akan makin besar. Namanya orang banyak, kebiasaan bangun pagi beda-beda, yang di itinerary jam 8 udah jalan, jam 9 udah turun sarapan aja udah bagus. Belum lagi alokasi waktu di tempat wisata, foto-foto sampe puas jelas makan waktu lama.. dan endingnya waktu buat tempat lain jadi nggak cukup. Mungkin kalo jalan sendiri akan lebih gampang nurut itinerary, kan tinggal perlu disiplin ke diri sendiri, hahaha *tapi belom berani*.

Ini itinerary awal yang kubuat sebelum berangkat ke Jepang.
Day 1 (10 Okt 2016): Heading to Tokyo
Day 2 (11 Okt 2016): Tokyo – Osaka (by shinkansen), Universal City Walk, Dotonburi Namba
Day 3 (12 Okt 2016): Osaka Castle, Osaka – Kyoto (by shinkansen), Nishiki Market, Kiyomizudera, Gion
Day 4 (13 Okt 2016): Arashiyama, Kinkakuji, Kyoto Imperial Palace
Day 5 (14 Okt 2016): Fushimi Inari, Nara, Kyoto – Tokyo (by shinkansen)
Day 6 (15 Okt 2016): MotoGP Motegi
Day 7 (16 Okt 2016): MotoGP Motegi
Day 8 (17 Okt 2016): Kawaguchiko Lake, Shinjuku, Tokyo Metro Government Building
Day 9 (18 Okt 2016): Asakusa, Fujiko F. Fujio Museum, Odaiba, Tokyo Tower
Day 10 (19 Okt 2016): Omotesando, Harajuku, Meiji Shrine, Shibuya, Ginza, Akihabara
Day 11 (20 Okt 2016): Back to Indonesia

Dan seperti inilah realisasinya..       
Day 1 (10 Okt 2016): Heading to Tokyo
Day 2 (11 Okt 2016): Tokyo – Osaka (by shinkansen), Universal City Walk, Dotonburi Namba
Day 3 (12 Okt 2016): Osaka Castle, Osaka – Kyoto (by shinkansen), Kiyomizudera, Gion
Day 4 (13 Okt 2016): Arashiyama, Kinkakuji, Nishiki Market
Day 5 (14 Okt 2016): Fushimi Inari, Nara, Kyoto – Tokyo (by shinkansen)
Day 6 (15 Okt 2016): MotoGP Motegi
Day 7 (16 Okt 2016): MotoGP Motegi, Asakusa
Day 8 (17 Okt 2016): Harajuku, Meiji Shrine, Shibuya, Akihabara
Day 9 (18 Okt 2016): Kawaguchiko Lake, Shinjuku, Tokyo Tower
Day 10 (19 Okt 2016): Fujiko F. Fujio Museum, Odaiba
Day 11 (20 Okt 2016): Back to Indonesia

Lumayan banyak kan perubahannya?

·         Day 3 terpaksa nggak jadi ke Nishiki Market karena pagi keluar hostelnya molor 2 jam dari itinerary dan Osaka Castle ternyata cakep banget jadi butuh waktu lebih lama baru puas. Sampe Kyoto udah lumayan sore, dan daripada Kiyomizudera keburu tutup, jadwal ke Nishiki Market dimundurkan ke day 4.
·         Day 4 terpaksa rencana ke Kyoto Imperial Palace dibatalkan karena punggung rasanya mau patahh kebanyakan jalan (ampun deh padahal baru berapa hari di Jepang). Akhirnya borong oleh-oleh di Nishiki Market, terus santai-santai deh.
·         Day 7 sebenernya Asakusa nggak ada di rencana, tapi karena bis balik dari Motegi cuma ada sore, jam 7 malam kita sudah sampai di hostel di Asakusa buat ambil koper. Kebetulan aku penasaran sama Kaminarimon pas malem, akhirnya jadwal keliling Asakusa dimajukan. Nakamise street sih sudah tutup, tapi Asakusa pas malem enak banget ternyata karena nggak rame.
·         Selanjutnya day 8, 9, 10 berubah semuaa! Day 8 rencana ke Kawaguchiko terpaksa dimundurkan karena hujaaan. Mau liat apa di sana ujan-ujan? Jadi day 8 berubah agenda jadi keliling Tokyo. Harajuku sambil ujan-ujanan, Meiji Shrine, Shibuya, Akihabara.
·         Ginza terpaksa dicoret dari revisi itinerary day 8 karena jalurnya nggak masuk coveran JR Pass (iye, lagi pelit bayar tiket subway). Jadi belom sempet ke Uniqlo sama liat Ginza Wako deh.
·         Day 9 akhirnya dipake ke Kawaguchiko yang alhamdulillah cerah ceria, tapi rencana awal naik kereta berubah jadi naik bis karena JR Pass habis masa berlakunya di day 8 (tambah ongkoos huhu). Malem harusnya ke Tokyo Metro Government building, tapi udah sampe sana ternyata hari Selasa tutup sodara-sodara. Jadi rencana berubah, Tokyo Tower dimajukan di day 9.
·         Day 10 yang harusnya keliling Tokyo berubah jadi Museum Doraemon begitu kita mendarat di Haneda. Aku naro jadwal Doraemon di hari Selasa tanpa tau kalau Selasa itu museum tutup, hahaa. Jadi jadwal dimundurin ke day 10. Pagi harusnya ke Asakusa lagi, liat-liat Nakamise Street, tapi kita terlalu mager buat pergi pagi dan milih tidur lebih lama plus packing.

Tuh kan, sampe 80% dari rencana awal nggak? Kayaknya mah nggak, tapi nggak masalah, itinerary toh sifatnya fleksibel. Plan A nggak jalan, kudu cepet mikirin plan B dan seterusnya. Yang penting, enjoy aja. Iya sih aku jadi belum sempet ke Kyoto Imperial Palace, Ginza, Tokyo Metro Government building, sama liat-liat Nakamise Street. Tapi aku jadi punya alasan buat ke Jepang lagi kan? Hahaha, doain doong..


Yang penting dari penyusunan itinerary itu menyesuaikan gaya traveling. Pergi ke banyak tempat tapi sebentar-sebentar, atau selektif pilih tempat wisata tapi bisa di sana sampe puas. Aku versi yang laid back, nggak mau ambisius. Terbukti naro 4 tempat wisata sekaligus dalam sehari ada aja yang nggak kelakon, realisasinya sehari paling cukup untuk 2 – 3 tempat. Faktor fisik jadi pertimbangan penting. Osaka Kyoto aku berasa capek banget karena jalan terus, tapi begitu di Tokyo udah lumayan agak santai nggak kebanyakan jalan. Prinsipnya sih jangan dipaksa, kalo berasa capek yaudah istirahat dulu. Kalaupun sampe ada satu tempat yang harus dicoret, kayak aku nyoret Kyoto Imperial Palace, ikhlaskan aja. Daripada kecapekan terus sakit, padahal di Jepangnya masih lama kan sayang.

Alokasi waktu di tempat wisata juga perlu diperhitungkan. Semakin banyak orang dalam satu trip, alokasi waktu kayaknya perlu ditambah. Rata-rata satu tempat butuh waktu eksplore sekitar 2 – 3 jam. Seriusan Jepang itu cakeep, butuh waktu lama sampe puas foto-foto, haha. Molor dari estimasi boleh, tapi jangan kebangetan.. daripada nyaris ketinggalan bis ke Tokyo yang udah dibayar? *pengalamaan*


Perkiraan waktu perjalanan juga penting. Di Osaka dan Tokyo relatif gampang karena transportasi utama dengan kereta atau subway yang ketepatan waktunya nggak perlu diragukan. Jauh pun berasa deket karena jalur kereta relatif bebas hambatan. Beda sama di Kyoto yang transportasi utamanya city bus, perkiraan waktu perjalanan agak susah. Semakin jauh jarak, semakin lama sampenya (banyak lampu merah, berhenti di tiap halte). Belum lagi bis lebih sering penuh jadi harus berdiri, capeek. Nunggu bis juga waktunya agak-agak misteri alam semesta, beda sama kereta yang jadwalnya jelas. Jadi di Kyoto perkiraan waktu perjalanan dibikin agak panjang.

#ruweet

#ruweeet
Berkat berbulan-bulan nyusun itinerary, aku jadi sahabatan sama hyperdia.com. Situs yang mumpuni dan membantu banget buat jalur dan perkiraan waktu perjalanan. Sahabatan juga sama jalur kereta Osaka, peta bis Kyoto, plus peta subway super ruwet Tokyo.. sahabatan yang bikin puyeng luar biasa. Tapi begitu paham rasanya bangga banget.


Oh yaa, karena Jepang bukan negara muslim, soal makanan halal dan tempat sholat perlu dipikirkan di itinerary. Dan dari awal aku udah memplot mau makan dimana aja selama di Jepang. Oh, karena urusan perut itu penting, menyangkut kelancaran trip, haha. Semua rekomendasi tempat makan halal dicatat, dan tinggal dipilih mana yang sesuai rute dan budget. Kalo pas nggak nemu yaudah tinggal melipir ke Lawson beli onigiri, atau bikin mi aja begitu sampe hostel. Di Jepang kemarin aku makan Ramen Gion Naritaya, Ramen Ayam-Ya Kyoto, kebab di Motegi, kebab di Harajuku, kebab di Akihabara, Naritaya Ramen Asakusa, Kaijin Ramen Shinjuku, sama Sojibo DiverCity Tokyo Plaza. Alhamdulillah Jepang memudahkan muslim traveler banget. Perut kenyang, hati senang.


Prayer room juga penting karena kebanyakan waktu sholat Dzuhur Ashar posisi lagi di luar (sisanya bisa sholat di hostel). Dan selama di Jepang aku pernah numpang sholat di Islamic Cultural Center Kyoto, prayer room Kyoto Tower, prayer room tempat makan (ramen Ayam-Ya, ramen Naritaya Gion, ramen Naritaya Asakusa semua nyediain), mushola di Shibuya, ruang staf Museum Doraemon. Sisanya ada yang siang pas sampe hostel, sholat di shinkansen, di  tribun penonton Motegi, di pinggir Lake Kawaguchiko. Di mana aja nggak masalah, dan aku yakin makin lama prayer room di Jepang akan makin banyak. Nggak ada prayer room khusus pun, mereka senang hati minjemin ruangan kosong buat sholat. Gimana Jepang nggak super nyenengin dan bikin betah?

Penyusunan itinerary Jepang pasti bikin pusing karena buanyak banget yang harus dipikirin detailnya. Karena bagaimanapun, pergi ke Jepang beda dengan pergi ke KL yang nggak perlu ribet mikirin di sana mau ngapain aja. Tapi begitu perjalanan lancar tanpa nyasar yang berarti, semua rasanya paid off. Itinerary nggak perlu sempurna pelaksanaannya, yang penting semua happy dan bisa menikmati betapa nyenenginnya Jepang.

Karena aku gaptek dan nggak tau caranya upload detail itinerary, aku kasih itinerary buat pengajuan visa aja ya, hahaa..

旅行日程表 Itinerary
Jadwal Perjalanan

日付 date
tanggal
訪問先 place you visit
tempat yang akan dikunjungi
宿泊場所 place you stay
tempat menginap
10 October 2016
Depart from Soekarno Hatta International Airport (CGK), Jakarta to Tokyo Haneda International Airport
Flight to Tokyo, Japan
11 October 2016
-       Depart from Tokyo Haneda International Airport to Osaka
-       Universal City Walk
-       Dotonbori
J-Hoppers Osaka Guesthouse 4-22, Fukushima 7-chome, Fukushima-ku, Osaka-City +81-6-6453-6669
12 October 2016
Osaka
-       Osaka Castle
Kyoto
-       Nishiki Market
-       Kiyomizudera Temple
-       Gion
Piece Hostel Kyoto 601-8004, Kyoto, Minami Ward, Minami-ku Higashikujo Higashisannocho 21-1
p. +81-75-693-7077
13 October 2016
Kyoto
-       Arashiyama
-       Kyoto Imperial Palace
-       Kinkakuji
Piece Hostel Kyoto 601-8004, Kyoto, Minami Ward, Minami-ku Higashikujo Higashisannocho 21-1
p. +81-75-693-7077
14 October 2016
Kyoto
-       Fushimi Inari
Nara
-       Todaiji Temple
-       Nara Park
Depart to Tokyo
Khaosan Tokyo Original
2-1-5 Kaminarimon
Taito-ku, 111-0034, Tokyo
p. +81-3-3842-8286
15 October 2016
Twin Ring Motegi
Khaosan Tokyo Original
2-1-5 Kaminarimon
Taito-ku, 111-0034, Tokyo
p. +81-3-3842-8286
16 October 2016
Twin Ring Motegi
Anne Hostel. 111-0052, Tokyo, Taito Ward, Taito-ku Yanagibashi 2-21-14 p. +81358299090
17 October 2016
Tokyo
-       Lake Kawaguchiko
-       Shinjuku
-       Tokyo Metro Government Building
Anne Hostel. 111-0052, Tokyo, Taito Ward, Taito-ku Yanagibashi 2-21-14 p. +81358299090
18 October 2016
Tokyo
-       Asakusa
-       Fujiko F Fujio Museum
-       Odaiba
-       Tokyo Tower
Anne Hostel. 111-0052, Tokyo, Taito Ward, Taito-ku Yanagibashi 2-21-14 p. +81358299090
19 October 2016
Tokyo
-       Harajuku
-       Meiji Shrine
-       Shibuya
-       Ginza
-       Akihabara
Anne Hostel. 111-0052, Tokyo, Taito Ward, Taito-ku Yanagibashi 2-21-14 p. +81358299090
20 October 2016
-       Check out hostel
-       Return to Jakarta from Tokyo Haneda International Airport



Ciao, selamat berpusing-pusing dengan itinerary Jepang! Good luck!