Wednesday, July 30, 2014

[PREVIEW] Marriage Not Dating Episode 9

Preview 15s: disini
Preview 30s: disini








Translation (30s video):
Se Ah : In the end, it's going be a broken marriage anyway. Isn't it? Aren't you a bit too serious?
Ki Tae's Mom: She is someone Ki Tae was originally going to get married to.
Jang Mi's Mom: I'll have to think about this marriage twice.
Hoon Dong: You two went a bit too far.
Aunt: I know who Jang Mi is with.
Jang Mi: Hyun Hee-ah!
Ki Tae: Hop in, I know where Hyun Hee is.
Jang Mi: There's no more oil.
Ki Tae: I think this needs an hour. Han Yeo Reum. Go and get Hoon Dong here.


Written preview:
The 6 men and woman spent a night together at the beach thoughtlessly! Jang Mi accidentally saw the scene of Ki Tae and Se Ah kissing, her heart felt weird. As Yeo Reum sensed that Jang Mi's heart was wavering, he kept on finding ways for Jang Mi and him to be alone. Also, Hyun Hee left a weird text message and disappeared. Jang Mi, Ki Tae and Yeo Reum kept on finding her throughout the night, however....


Komentar:
Ahaha, preview yang baru keluar ini lebih nyenengin daripada preview di ending episode 8, because more of OTP moment, yay! Ki Tae sama Jang Mi kayaknya terjebak di suatu tempat gara-gara nyari Hyun Hee dan gantian Jang Mi yang bakalan cemburu sama Ki Tae gara-gara Se Ah, ihiiy! Ah, jadi nggak sabar pengen buru-buru Jum'at..




source: Soompi

Sinopsis Marriage Not Dating Episode 7 Part 2



Ki Tae yang kedinginan dalam tidurnya menarik selimut, dan ngulet ke samping, memeluk seseorang. Hah, seseorang? Ki Tae membuka matanya perlahan, dan super kaget melihat Yeo Reum yang ada di sebelahnya, kenapa kau di sini? Yeo Reum bangun masih dengan mata terpejam, di luar sangat dingin pagi ini. Ki Tae berteriak mengusirnya pergi. Yeo Reum malah heran kenapa Ki Tae begitu marah dan tidur lagi dengan santainya. Ki Tae melongok ke bawah selimut, dan lega Yeo Reum masih pakai celana. Hahaa, lucu amat Ki Tae ini!


Ki Tae menyiapkan sarapan hanya untuk dirinya sendiri, dan terganggu dengan Yeo Reum yang ada di hadapannya, sedang apa kau? Kau bilang makan dilarang, jawab Yeo Reum, jadi cukup mataku saja yang makan. Ki Tae tadi menyuruh Yeo Reum pergi, tapi sama Yeo Reum malah dikira suruh pergi dari tempat tidur aja, hahaa.

“Kau melakukan ini dengan alasan kan? Untuk membuatku marah?” tanya Ki Tae. Yeo Reum tak mengerti, untuk apa? Ki Tae tanya apa benar-benar tak ada tempat untuk pergi? Kau tak punya saudara atau teman? Tapi teman Yeo Reum semuanya perempuan, ia hilang kontak dengan saudaranya, ia tak pernah punya ayah, dan ibunya pergi meninggalkannya.


Ki Tae terdiam sebentar, tapi terus curiga kau berakting menyedihkan agar bisa bergantung padaku kan? Yeo Reum tertawa, ini tak bekerja padamu, tak seperti pada Jang Mi. Ki Tae bangkit dengan kesal, dan Yeo Reum malah senang karena Ki Tae masih meninggalkan sebutir telur di meja, kumakan ya? Ki Tae tak mengiyakan atau melarang, hanya menyuruh Yeo Reum cuci piring. Ki Tae kasian juga ternyata sama Yeo Reum, hehe.


Yeo Reum minta Ki Tae yang sudah akan pergi menunggunya, tapi Ki Tae sengaja lewat begitu saja dengan mobilnya, padahal Yeo Reum udah siap buka pintu mobil. Yeo Reum yang ditinggal malah bergumam kalau Ki Tae manis juga. Ki Tae mulai batuk-batuk dan ngomel sendiri karena Yeo Reum mengambil selimutnya. Dan sepertinya Ki Tae mulai kena flu, karena pas periksa pasien, Ki Tae bersin-bersin.


Ki Tae berkata pada asistennya untuk membatalkan semua janji, ia ingin istirahat di rumah. “Hari ini ada perbaikan listrik kan?” tanya Ki Tae. Asistennya membenarkan, dari pukul 8 malam sampai besok pagi pintu akan terkunci, tak ada listrik atau telpon yang aktif, genset juga sedang diperbaiki. Ki Tae mengingatkan agar ketamin dan botox tetap disimpan di tempat dingin. “dr Gong, kau baik-baik saja?” tanya asistennya melihat Ki Tae mulai batuk-batuk lagi. Ki Tae mengiyakan, aku baik-baik saja dan pergi.


Ibu Jang Mi menelpon ke rumah sakit Ki Tae, tapi asistennya memberitahu kalau dr. Gong membatalkan semua janji siang ini, dia sedang flu. Ibu jadi khawatir dan membangunkan ayah Jang Mi, minta ayah membelikan ayam di pasar, yang paling segar dan sehat. Ayah terbangun kesal, kenapa? Ibu ingin membuatkan sup ayam untuk calon menantunya. Ayah terpaksa bangun, tapi ngedumel sulit sekali agar putri kita menikah.


Jang Mi yang baru pulang mencium bau enak dari dapur, dan berteriak kegirangan saat tau ibu memasak samgyetang (sup ayam ginseng ala Korea). Tapi ibu langsung menjauhkan Jang Mi dari panci dan minta memberikannya ke Ki Tae. “Ibu! Apa ibu benar-benar berpikir aku bisa menikah dengan orang itu? Dia di level yang berbeda denganku.” ujar Jang Mi. Ibu memegang dagu Jang Mi, aku melahirkanmu dengan kecantikan di level yang berbeda. Jang Mi diam memegangi pipinya sambil tersenyum tipis, senang. Tapi ibu jadi menduga kalau orang tua Ki Tae menentang pernikahan kalian kan?

Belum, jawab Jang Mi, tapi pasti segera. Ibu minta Jang Mi diam, jangan mengkhawatirkan hal yang tak akan terjadi. Ibu menyodorkan pancinya, jangan biarkan orang sakit sendirian. Jang Mi kaget, “Apa Gong Ki Tae sakit?”


“Kau bahkan tak tau?” tanya ibu dan menyuruh Jang Mi cepat pergi. Jang Mi enggan, ia capek, tapi pergi juga saat ibunya berkata ia saja yang mengantar, meski sedikit nggak ikhlas, samgyetang ini milikku.



Jang Mi pergi dengan sepedanya, dan di jalan ibu Ki Tae menelponnya, kau bilang kau ingin dekat denganku? Jang Mi mengiyakan saja, tapi ibu minta bertemu sekarang. Jadi, Jang Mi datang ke sebuah butik dengan panci samgyetang di tangannya dan disambut bibi yang geleng-geleng melihat penampilan Jang Mi. Jang Mi berkata kalau Ki Tae sakit, dan ia tadi akan mengantarkan samgyetang ini. Bibi minta Jang Mi menaruh panci itu dan mencoba baju yang dipilihnya.


Bibi melihat Jang Mi keheranan, “Kau bilang kau ingin pergi berbelanja dan berkencan.” Jang Mi baru ingat, tapi ia harus mengantarkan ini sebelum dingin. Bibi tak mau dengar, Ki Tae akan bergabung dengan kita nanti malam dan menyodorkan bajunya ke Jang Mi.


Ki Tae yang sakit menolak ajakan makan malam dengan ibunya, ia ingin berdua saja dengan Jang Mi. “Joo Jang Mi juga akan pergi bersama kita,” sahut ibu. “Apa?” tanya Ki Tae. Ibu berkata sepertinya Jang Mi kecewa dengannya, jadi ibu ingin membelikan makan malam di restoran bagus, ayo bertemu di restoran Perancis. Ki Tae menutup telponnya curiga, apa yang ibu rencanakan sekarang?


KI Tae menelpon Jang Mi yang langsung minta diselamatkan, mereka membuatku mencoba ini dan itu karena aku tak tampak layak dengan pakaianku. Jang Mi bingung kenapa mereka begini tiba-tiba? Sepertinya ibu menyukaiku. Ki Tae berpesan agar Jang Mi jangan terintimidasi, itu tak mungkin, aku tak tau apa rencananya, tapi terima saja apa yang dia beli untukmu. “Tidak, tidak, beli semua yang kau inginkan,” ralat Ki Tae sambil terbatuk-batuk. “Kau sedang sakit, tapi tetap jahat seperti biasa,” omel Jang Mi pelan.




Bibi tak sabar dan mengetuk pintu kamar ganti, kenapa lama sekali? Jang Mi menutup telponnya setelah Ki Tae menyemangatinya, fighting! Jang Mi keluar dan bibi memintanya berputar, tidak bagus, coba yang lain. Bibi memilih baju lagi, dan Jang Mi mengikutinya kemanapun, bolak balik tak cuma sekali, dengan panci samgyetang di tangannya. Iya, itu panci digotong Jang Mi kemana-mana, hahaa kasian Jang Mi.

Jang Mi yang capek sekali memilih berbagai macam baju, tapi tak ada yang oke di mata bibi. Di pilihan terakhir saat Jang Mi hampir putus asa, baru bibi setuju dengan pilihan Jang Mi. 



Tapi penderitaan Jang Mi belum berakhir karena bibi lanjut membawanya ke salon. Bibi menginstruksikan deretan pegawai salon untuk menata rambut Jang Mi agar mengembang, make up yang glamour, dan kukunya juga penting, semuanya harus bagus. Dan bibi cerewet sekali, cat kuku Jang Mi berulang kali diganti, tatanan rambut juga.



Dan selagi Jang Mi di make over, panci samgyetang yang diletakkan begitu saja tertendang kemana-mana oleh banyak orang. Seorang pengunjung bahkan kebauan. Jadi terpaksa itu Jang Mi nyalon sambil mangku panci, hahaha. Saat akhirnya selesai pun bibi masih minta ganti gaya yang lebih elegan. “Cukup. Aku mohon padamu,” pinta Jang Mi mengajak bibi segera pergi ke restoran saja.


Bibi dan Jang Mi mampir ke rumah sakit Ki Tae. Jang Mi lega sekali akhirnya bisa istirahat. Bibi bilang nanti Ki Tae dan ibunya akan menjemput. Tapi Jang Mi mau menelpon malah dicegah bibi, seorang gadis jangan menelpon dan bertanya kapan mereka datang, atau untuk segera datang, artinya kau tak punya pesona. Bibi menyuruh Jang Mi tidur dulu saja sambil ikut rebahan. Nggak lama Jang Mi sudah tertidur, karena bibi panggil-panggil sudah nggak dengar. Bibi mengambil ponsel Jang Mi, dan berbisik minta maaf, sebenarnya aku tak ingin sejauh ini dan pergi diam-diam.


“Dia tertidur?” tanya ibu Ki Tae kaget. Bibi bingung karena tak ada cara lain lagi untuk menahannya. Ibu jadi cemas dengan Jang Mi yang ditinggalkan sendirian di sana, bagaimana jika dia bangun? Ki Tae pasti sudah tau. Bibi minta ibu jangan khawatir, ponsel Jang Mi ada di tangannya dan ponsel itu diserahkan pada ibu.


Ki Tae yang masih flu sampai di restoran, tapi malah hanya ada Se Ah di sana. “Kenapa kau ada di sini?” tanya Ki Tae tak suka. Se Ah berkata ayahnya ingin bertemu denganmu dan sepertinya ibumu juga ada perlu dengan ayah. Ki Tae tak suka Se Ah melibatkan orang tua mereka, Se Ah juga sebenarnya tak nyaman dan mengajak Ki Tae pergi saja agar tak mengganggu. “Jika kau datang denganku, aku akan memberimu hadiah,” tawar Se Ah yang menyodorkan kunci hotel dan sebuah memory card. Ki Tae ingat dengan orang suruhan Se Ah yang memberi hasil jepretannya di memory card itu.


“Mereka akan segera datang, putuskanlah secepatnya.. jika kau tak ingin ibumu melihat apa yang terjadi di sini” ujar Se Ah. Ki Tae belum berkata apapun, tapi ibu sudah datang, jadi Se Ah segera menyembunyikan barang yang dipegangnya tadi. Ibu minta maaf datang sedikit terlambat, tapi di mana ayah Se Ah? Se Ah berkata ayahnya ada operasi mendadak, jadi akan terlambat. Mendengar pembicaraan ini, Ki Tae bisa menebak kalau ibu menyuruh bibi untuk menahan Jang Mi, ya kan? ibu hanya berkata kalau ini sesuai keinginan Jang Mi, pergi belanja dan menata rambut, ia bersenang-senang, jadi jangan terlalu khawatir.


Ki Tae menelpon Jang Mi, tapi bunyi getar ponsel malah terdengar dari tas ibu. Ki Tae, “Ini ponsel Jang Mi kan? Kenapa ponselnya bisa di ibu?” Ibu berkata ini salah paham. “Dimana Joo Jang Mi? Dimana ia?” tanya Ki Tae khawatir.


Jang Mi terbangun dan memanggil bibi, tapi tak ada sahutan. Jang Mi mencari ponselnya, tapi ia tak bisa menemukan. Dan ruangan seketika gelap saat jam menunjukkan pukul 8 malam. Jang Mi panik dan melangkah ke pintu perlahan, tapi pintunya terkunci. Jang Mi minta bibi berhenti bercanda, ini sedikit keterlaluan, “Bibi di mana kau?”. Tak ada jawaban. “Gong Ki Tae, ini kerjaanmu kan? keluarlah! Kau di sini kan?”. Sama sekali tak ada jawaban.


 Jang Mi makin panik, pintunya tak mau terbuka dan tak ada seorang pun di sini. Jang Mi ingat untuk menelpon 119, dan mencari telpon di tengah kegelapan, sampai ia terjatuh, tapi saat bangun lagi Jang Mi malah menyenggol panci samgyetang sampai isinya menumpahi badan Jang Mi (ya ampun, untung supnya udah dingin >.<). Jang Mi menangis ketakutan.


“Rumah sakit? Kau bilang Jang Mi di sana sendirian?” Ki Tae melihat jamnya, sudah jam 8 lewat, dan Ki Tae ingat soal pemadaman listrik malam ini. Ki Tae tak percaya ibunya menculik dan bahkan juga mengurung Jang Mi. Ibu yang tak tau apa yang terjadi menganggap Ki Tae berlebihan, dan turunkan suaramu, orang-orang memperhatikan. Ki Tae malah makin berteriak, “Apa ibu tak malu?” Se Ah minta Ki Tae jangan marah pada ibu, ia yang memintanya. Se Ah jadi merasa bersalah pada Jang Mi. Ibu menenangkan, tak apa-apa.

“Aku tak baik-baik saja! Ibu tak bisa meninggalkannya sendirian. Jangan pernah meninggalkannya sendirian!” ujar Ki Tae marah lalu pergi. Se Ah dan ibu sama-sama terdiam melihat Ki Tae yang begitu marah.


Ki Tae mengemudikan mobilnya seperti kesetanan. Ia ingat Jang Mi yang berkata saat 5 tahun, Jang Mi hampir mati karena sendirian di rumah, jadi Jang Mi tak pernah mau sendirian. Ia juga ingat ayah Jang Mi yang terus merasa bersalah karena kejadian itu. 


Sementara itu, Jang Mi masih berteriak minta bantuan dan berusaha membuka pintu dengan panik. Jang Mi kelelahan dan terduduk putus asa. ‘Tolong mengerti bagaimana perasaan Jang Mi’, permintaan ayah juga terngiang di pikiran Ki Tae, membuat Ki Tae bahkan tak berhenti di lampu merah dan nyaris menabrak orang yang menyebrang.


Ki Tae sampai. Yeo Reum yang ada di situ heran melihat Ki Tae, apa kau tak tau ada pemadaman listrik malam ini? “Sudah berapa lama sejak listrik mati?” tanya Ki Tae khawatir. Kira-kira setengah jam, jawab Yeo Reum. Ki Tae langsung berlari ke rumah sakitnya, tapi Yeo Reum menghentikannya, apa yang terjadi? “Jang Mi terkunci di dalam,” jawab Ki Tae buru-buru.



Ki Tae berusaha membuka pintu, tapi sama sekali tak bergerak. Yeo Reum datang membawa linggis, baru pintu berhasil terbuka. Keduanya mencari Jang Mi. Ki Tae mengarahkan senter di ponselnya ke segala arah, dan menemukan panci dengan isi berantakan di lantai. Ki Tae makin panik, Joo Jang Mi! Ki Tae mencari Jang Mi di ruangannya, dan menemukan Jang Mi yang duduk ketakutan di bawah meja. Tapi Ki Tae yang terlalu khawatir malah berteriak, “Apa kau bodoh? Kenapa kau disini?”



“Bibi memintaku menunggu di sini,” jawab Jang Mi bingung. “Meski kau bodoh apa kau tak bisa mencerna maksudnya? Dan ada apa dengan samgyetang ini?” teriak Ki Tae.


“Kenapa kau berteriak padaku? Kau tak tau betapa menderitanya aku?” tanya Jang Mi memelas dan menangis. Ki Tae terdiam di tempatnya, dan seseorang datang memeluk Jang Mi.. Han Yeo Reum. Yeo Reum menenangkan Jang Mi yang menangis ketakutan. Dan Ki Tae hanya bisa memandangi Jang Mi, merasa bersalah.


Di apartemen Ki Tae, Jang Mi memandangi panci samgyetangnya dengan sedih, ibuku sudah membuatnya untukmu. Jang Mi yang berantakan melangkah gontai ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ki Tae lagi-lagi hanya diam dan memandangi Jang Mi. Yeo Reum memeriksa panci samgyetang dan berkata ini masih cukup banyak untuk kita bertiga. Ki Tae tak yakin, tapi membiarkan Yeo Reum melakukan sesuatu dengan samgyetangnya.


Ki Tae sudah ganti baju dan melirik Yeo Reum yang sibuk memasak. Jang Mi selesai mandi persis saat masakan Yeo Reum selesai, pasta ayam. “Pasta adalah hidangan yang cocok untuk orang yang tak bisa memasak,” sindir Ki Tae. Jang Mi tak mendengarnya dan langsung mencoba pastanya. “Enak!” puji Jang Mi, menyuruh Ki Tae mencobanya juga. Ki Tae yang masih terbatuk-batuk menolak. Jang Mi mendekat, mau menyuapi Ki Tae. Ki Tae awalnya menolak, tapi mau juga akhirnya, hehe. “Enak kan?” tanya Jang Mi. Ki Tae yang gengsi mengakuinya berkata kaldu ayam ibumu yang enak. Yeo Reum membenarkan, ia tak berbuat banyak, semua berkat keterampilan ibu Jang Mi.


Ki Tae menghela napas, merasa bersalah pada ibu Jang Mi, aku tak pantas menerima ini. Tak apa, jawab Jang Mi, ibuku tak akan pernah mewujudkan mimpinya punya menantu dokter jika bukan karenamu. Orangtuaku bisa menikmati mimpi manis mereka, meski tak akan berlangsung lama. Yeo Reum bergabung, dan Ki Tae langsung ngedumel, kau ini ikut campur saja!



Jang Mi mengajak minum wine, dan pergi mengambilnya meski Ki Tae ngomel, ia sedang sakit di sini! Jangan adakan pesta wine. Meski ngomel, tapi Ki Tae ikut minum wine-nya juga. Yeo Reum menyuapi Jang Mi, dan Jang Mi menyuapi Ki Tae. Yeo Reum lanjut beraksi dengan gitarnya, bernyanyi untuk Jang Mi dan Ki Tae. Jang Mi menikmati nyanyiannya, dan saat menangkap tatapan mata Ki Tae padanya, Jang Mi tersenyum dan memberi isyarat, dengarkan lagunya.


Ki Tae yang sangat suka sendirian perlahan menikmati keramaian di apartemennya, ia ikut tertawa dan bahkan menari sedikit.


Sementara Se Ah minum sendirian di bar, masih tak percaya dengan reaksi Ki Tae soal Jang Mi tadi. Flashback 3 tahun lalu, Ki Tae dan Se Ah di bar yang sama. Ki Tae, menjadi lajang lebih cocok untukmu, aku juga lebih suka sendirian. Ki Tae minta maaf. Se Ah seolah merasa lega,ia sangat stres dengan persiapan pernikahan, kupikir pilihan ini tak benar. Se Ah merasa dirinya menyedihkan dan berterimakasih karena Ki Tae telah memberitahunya duluan. Ki Tae tak yakin, apa kau baik-baik saja? Se Ah tersenyum, tentu saja.


Back to now. “Aku harus bagaimana, Ki Tae? Aku tak baik-baik saja,” gumam Se Ah sedih.


Tengah malam Ki Tae terbangun karena batuk-batuk dan keluar mengambil air. Belum sempat diminum, Ki Tae terhenti melihat meja makannya yang berantakan dan mendesah kesal, “Aku sedang sakit.” Ki Tae yang tak bisa melihat rumahnya berantakan sedikit, mulai membersihkan meja, tapi langkahnya terhenti saat melihat ke arah sofa. Jang Mi tidur di bahu Yeo Reum.



Ki Tae tertegun, pertanyaan orang-orang apa ia baik-baik saja merentet di pikirannya, Ki Tae tersadar, “Tidak. Aku tak baik-baik saja.”



Komentar:

Ya, Ki Tae akhirnya menyadari perasaannya. Sementara Jang Mi, dia bahkan cuma tau Ki Tae yang datang dan langsung marahin Jang Mi. Sebenarnya wajar, Ki Tae marah karena segitu takutnya Jang Mi bakalan kenapa napa. Tapi karena itu, Ki Tae malah harus merelakan Yeo Reum yang jadi hero. Hih, aku sebel banget sama Yeo Reum, dia tipe yang nggak tau malu ngambil usaha keras orang lain. Gimana Jang Mi mau sadar kalo Ki Tae suka, tapi di mata Jang Mi Ki Tae nggak pernah melakukan apapun untuknya. Karena di episode ini pun Jang Mi nggak tau seberapa paniknya Ki Tae waktu tau Jang Mi kekunci sendirian. Padahal semua orang bisa liat itu di mata Ki Tae, bahkan ibunya dan Se Ah.