Saturday, December 10, 2016

[Jepang 2016] Universal City Walk, Namba – Dotonburi

(Masih) Selasa, 11 Oktober 2016


Beres mandi dan kembali cantik (iyain aja), kita cabut dari hotel sekitar jam setengah 5. Tujuan pertama kita di Osaka adalaah.. The Wizarding World of Harry Potter, Universal Studio Japan!! Yang sayangnya masih sebatas angan dan impian belaka, haha. Kita memang nggak memplot USJ di Japan Trip kali ini karena budget dan waktu terbatas ibu-ibuu (but someday i will). Cukuplah kita foto di depan globe Universal buat gaya-gayaan (yang mana di SG aku juga melakukan hal yang sama haha #turiskere).

Universal City Walk #1
Berbekal niat cetek itu, kita naik JR lines Fukushima ke Nishikujo, dan ganti kereta ke Universal City Station. Universal City Walk ibaratnya adalah gerbang masuk Universal Studio, yang meskipun kita nggak masuk ke main attractionnya, we still get a glimpse the fun of theme park.

Universal City Walk #2

Universal City Walk #3

Universal City Walk #4

Universal City Walk #5

Ada apa aja di Universal City Walk? Ada globe Universal yang tersohor itu. Ada Osaka Takoyaki Museum (tapi kita nggak kesana). Ada McD dan tempat-tempat makan lainnya. Ada hotel. Ada Lawson (haha!). Ada Hard Rock Cafe. Ada Universal Studio Store. Dan lain-lain.

Dan ngapain aja kita di sana?

Universal City Walk #6

Universal City Walk #7

Universal City Walk #8

Universal City Walk #9

Universal City Walk #10

Universal City Walk #11

Universal City Walk #12

Yaa foto-foto laaah! Sore yang gloomy dan duingiin nggak menyurutkan niat untuk eksis sambil memperhatikan warga Jepang yang kawaai. Mereka lho pergi ke theme park niat banget pake kostum. Ada yang serombongan dateng pake piyama malah (mungkin mau pajamas party di dalem, haha). Tapi aku paling takjub sama mereka yang pake rok mini! Sumpaah hari itu Osaka dingin bangeeet, kok ya tahaan? *makhluk tropis gumunan*


Puas foto-foto sampe kedinginan dan kelaparan, PR pertama di Jepang adalah menentukan mau makan apa dimana. Ada McD tapi kita nggak bisa makan ayam atau burgernya. Ada Takoyaki Museum tapi habis dari situ kita mau ke Dotonbori dan plannya mau nyobain takoyaki di sana. Ada Lawson, tapi kita belum pernah sama sekali masuk sana dan nggak yakin ada sesuatu yang mengenyangkan (kita belum makan siang btw).

Satu-satunya pilihan yang memungkinkan adalah Saizeriya, resto Itali yang lumayan menjamur di Jepang. Pernah baca pas blogwalking kalau Saizeriya ini salah satu restoran “aman” selama kita pesan menu seafood, dan harganya termasuk murah. Saizeriya di kompleks Universal City Walk gampang banget ditemukan karena plang namanya besar banget, meski posisinya di lantai 3.

Kita sempat ragu sebelum masuk, tapi melihat keberadaan mbak-mbak berjilbab di dalam resto, akhirnya kita masuk juga. Dan malam itu Saizeriya ramee banget, nggak heran sih setelah lihat daftar menunya, harganya termasuk murah untuk standar Jepang. Spaghetti seafood yang kupesan harganya “cuma” 499 yen, sampe kita pesen pizza juga buat menu tambahan. Menu di Saizeriya ada gambarnya plus logo hewan kalau memang menu tersebut mengandung hewan-hewanan (i mean hewan di sini yang berkaki 4 yaa). Yang paling aman adalah memesan menu yang nggak ada logo apa-apa seperti spaghetti seafood. Dan yang terpenting adalah baca bismillah dulu sebelum makan *doa khusyuk*. Rasanya lumayan, meskipun yaa agak nggak cocok sama lidah Indonesia, yang penting kenyang dan kita jadi punya tenaga untuk melanjutkan perjalanan.

Namba
Sekitar jam 8 kita beranjak dari Universal City menuju Namba dan Dotonbori. Dari Universal City station kita kembali ke Nishikujo, dan masih dengan JR lines lanjut Nishikujo – Shin imamiya, semua tercover JR Pass. Nah, dari Shin imamiya ke Namba karena kita naik Nankai lines, pasmo akhirnya diberdayakan untuk bayar ongkos transport 150 yen. Sampai sini perjalanan masih berjalan lancar tanpa nyasar. Meskipun aku lupa gimana rute dari stasiun Namba (Nankai), kita sampai juga di Dotonbori. Aku cuma inget kita lewat kompleks pertokoan, dan tentunya dengan bantuan google maps (apalah kita tanpa google maps).

Dotonbori #1

Dotonbori #2

Dotonbori #3

Dotonbori #4

Dotonbori #5

Dotonbori #6

Penanda kalau akhirnya kita sampai di Dotonburi adalah deretan restoran dengan logo super besar dan iconic. Dari pertama sampe, aku langsung suka sama gemerlapnya Osaka pas malem. Rame dan atraktif. Menyenangkan banget buat strolling around at night.

 
 

Dan yang paling mencuri perhatian pertama kali adalah.. stand takoyaki! Baru nyampe udah langsung nyangkut ke Creo Ru yang logonya gede banget, dan kita pesan 6pc takoyaki seharga 450 yen buat bertiga. Yaap, kan niatnya icip-icip doang. Dan kesimpulannya, enakan takoyaki beli di Indonesia! Hahaa. But at least, udah pernah nyicip takoyaki di negara asalnya.


Setelah duduk-duduk menghabiskan takoyaki, kita lanjut cari main attraction di Dotonbori (versiku tentu saja) yang adalah.. logo Glico Man!

Hah, siapa itu Glico Man?

Hahaa, bukan.. dia bukan temennya P-Man! Tau Pocky kan? Nah, Glico itu perusahaan pembuatnya, dan logo mereka si Glico Man itu. Belum afdol main ke Dotonbori Osaka kalo belum foto di depan Glico Man. Tapi ternyata kita salah baca google maps dan malah menjauh ke jalanan yang makin lama makin sepi. Padahal area Dotonbori kan harusnya rame orang. Curiga, kita pun puter badan ke arah datang tadi setelah jalan lumayan jauh (adek lelah baang).

 
 

Dan ternyata oh ternyata, lokasi si Glico Man ternyata nggak jauh dari stand takoyaki tadi. Salahnya kita, kita malah santai aja jalan lurus melewati belokan ke kanan yang rame orang. Deket banget ternyata, tinggal belok kanan dikit udah nemu jembatan, terus balik badan 180° tadaaa.. ketemu deh Glico Man-nya!  

 

Yeay, akhirnya sudah sah bertandang ke Dotonbori! Foto-foto sebentar, kita lalu melanjutkan perjalanan ke Umeda melalui Shinsaibashi Station yang tau-tau aja ketemu setelah kita menyusuri kompleks pertokoan Shinsaibashi. Perjalanan ke Umeda nggak dicover JR Pass, kita naik Osaka subway Midosuji line yang harga tiketnya 240 yen. Cuma 7 menit, kita sudah sampai di Umeda station. Dan nightmare kita dimulai di situ..

Sebelum berangkat ke Jepang, yang paling kutakutkan adalah kemungkinan nyasar dan butuh waktu lama untuk sampai tempat yang dituju. Dari mendarat di Haneda sampai akhirnya tiba di Osaka, everything went so smooth, tanpa insiden nyasar ataupun kebingungan. Tapi ketakutan itu ternyata terjadi di Umeda Station. Tujuan kita di Umeda adalah Umeda Sky Building yang sudah kucatat directionnya, plus exit stationnya. Di petunjuk, kita perlu keluar dari exit 5.

The problem is.. kita nggak berhasil menemukan exit 5 ataupun petunjuk arah menuju exit 5. Setengah jam kita berputar-putar kebingungan di stasiun yang rasanya mirip labirin. Yang semakin membingungkan adanya tulisan Osaka Station, kita dimana sih ini sebenernya? Tadi bener kok turunnya di Umeda Station. Sudah lelah dan nyaris putus asa, untungnya ada ibu-ibu Jepang yang baik banget mau nganterin ke jalan keluar. Alhamdulillaaaah, makasih yaa bu. Orang Jepang ini emang baik-baik bangeet.


Pas bikin tulisan ini baru aku cari tau tentang Umeda Station. Jadi ternyata Umeda subway station ini salah satu rute transit paling penting di Osaka. Naah yang bikin dia njlimet banget adalah karena posisinya yang connected dengan JR Osaka station, Hankyu Umeda station, Higashi Umeda station, Hanshin Umeda station, dan Umeda station posisinya persis di tengah-tengah. Ya panteeeees!

Di Shinjuku aja aku (alhamdulillah) nggak nyasar, nyasarnya malah di Umeda station, hahaha!

Long story short, kita berhasil menemukan underpass menuju Umeda Sky Building. Sudah hampir jam 10 malam dan Osaka makin dingin. Tujuan kita adalah Floating Garden Observatory di lantai 39 yang last entrance-nya ternyata jam 10. Dan karena udah jauh-jauh dan dibelain nyasar, kita tetep coba untuk naik dulu. Mana di depan lift pake acara berdebat dulu lagi sama mas-mas yang jaga lift. Jadi ceritanya, buat masuk ke Floating Garden perlu bayar 1000 yen, cuma aku baca di salah satu blog, kita tetep bisa naik dan liat pemandangan Osaka dari atas di jendela deket restoran for free. Dan itu yang Wiwin pertahankan.


Mas-mas penjaga lift juga bersikeras kalau naik itu harus bayar dan sebentar lagi udah mau tutup. Kita akhirnya iyain aja dan diperbolehkan naik. Dan sampe atas ternyata zonk sodara-sodara. Nggak adaa jendela yang buat liat pemandangan tanpa harus bayar. Jadi kita cuma duduk bentar sambil minum (capeek bok), terus turun lagi. But at least, kita tetep liat pemandangan Osaka waktu malem dari eskalator. Mayanlaaah.

Begitu keluar Umeda Sky Building niatnya mau duduk-duduk dulu istirahat, tapi tempat yang mau didudukin ternyata dingiin dan malem juga makin dingin. Mau foto gedungnya dari bawah juga nggak cakep karena lampunya nggak nyala. Yaudah deh kita jalan pulang. Alhamdulillah nggak pake acara nyasar lagi. Dari JR Osaka station kita tinggal naik kereta sebentar ke JR Fukushima station.


Yang kita lakukan begitu sampe hostel adalah bikin coklat panas! Dan yang aku suka dari J-Hoppers adalah tamu lain pada enak diajakin ngobrol. Sebenernya ini seninya nginep di hostel. Iya, kita sekamar sama orang-orang yang kita nggak kenal, privasi kurang. Tapi poin plusnya, kita bisa berinteraksi sama orang-orang dari berbagai negara, tuker cerita.. dan itu menyenangkan!


Kita ketemu temen-temen dari Indonesia yang nyampe Jepang lebih duluan dari kita. Obrolannya standar lah seputar asal kota, sama udah kemana aja di Jepang. Kita juga ngobrol lumayan lama sama cewek Jepang, Asumi namanya. Tadinya Asumi diem aja dan sibuk sama kerjaannya di meja deket kita. Tapi begitu kita basa basi nawarin dia minum, dia ikutan bikin minum dan malah terus ngobrol sama kita. Talking with stranger ternyata menyenangkan.


Malam pertama di Jepang ditutup dengan perut tenang dan hati senang! Tadinya kupikir Osaka akan jadi least favorite city, tapi aku suka gemerlapnya Osaka pas malem. Rame dan atraktif banget! Jepang udah bikin jatuh cinta dari hari pertama.