Friday, April 18, 2014

Sinopsis Steal My Heart / Catch Me Part 1


Movie: Steal My Heart (English title) / Catch Me (Korean English title)
Revised romanization: Kaechimi
Hangul: 캐치미
Director: Lee Hyun-Jong
Writer: Lee Hyun-Jong
Release Date: December 18, 2013
Genre: Melodrama, romance, comedy
Runtime: 115 min        
Distributor: Lotte Entertainment
Language: Korean
Country: South Korea

Sinopsis

Lee Ho Tae (Joo Won), detektif dengan karir cemerlang, tindakan kecilnya mampu membuat seorang penjahat tertangkap. Menurutnya, hal terpenting dalam menangkap penjahat adalah otak. Rasional digabung dengan perasaan. Jika melihat penampilan luar atau hanya dengan perasaan, kita akan mudah jatuh dalam perangkap pelaku kejahatan. Kenapa? Karena mereka adalah manusia yang gila.


Kepala polisi masuk dan marah-marah, dalam 3 bulan terakhir ada 6 orang yang hilang, 5 diantaranya ditemukan sudah menjadi mayat. Tapi tak ada jejak pelaku, TKP tak diketahui, pelakunya orang yang sama atau bukan juga tak dapat dikonfirmasi. Kepala polisi makin marah, bukankah ini pembunuhan berantai?


Lee Ho Tae masuk dan membenarkan, persamaan dari kasus pembunuhan berantai ini adalah tak diketahuinya TKP. Menurut kesaksian orang dalam, kontak terakhir dari para korban yang hilang adalah cafe, gym, atau tempat ramai lainnya. Jadi ini bukan penculikan, tapi sukarela dan kemungkinan pelakunya adalah orang yang dikenal. Ho Tae berkata dengan yakin kalau malam ini pelakunya akan segera tertangkap. Kemungkinan besar pelaku akan muncul di lapangan golf yang sering dikunjunginya.


Detektif lain pun segera mengincar target. Ho Tae menyebutkan ciri si pelaku yang tingginya sekitar 180 cm, dahinya berbentuk M karena rambut rontok, jadi ia mungkin akan muncul mengenakan topi. Dan dari tulisan tangannya, kemungkinan pelaku orang yang kidal. Dugaan terbesar, tersangka adalah direktur klinik bedah plastik, Park Teuk Lee.


Dan ciri yang disebut Ho Tae persis dengan target. Detektif yang mengintai melapor kalau pelaku mengambil sesuatu dari bagasi belakang, dan ternyata sekop. Di kantor polisi, semua bersorak, pelaku telah tertangkap!


Tapi, saat menyebrang tersangka ditabrak mobil yang lewat dengan kecepatan tinggi sampai terpental jauh. Tersangka masih bisa bangun, tapi mobil tadi malah mundur.. dan menabraknya lagi. Detektif yang ada di tempat kejadian langsung berlari panik, tapi mobil tadi keburu kabur.


Tersangka yang luka parah dilarikan ke RS. Ho Tae malah mengejarnya dengan pertanyaan korbannya dikuburkan dimana. Dokter jadi marah dan memintanya melihat keadaan pasien. Ho Tae tak terima, pasiennya adalah seorang kriminal. Reporter yang ada disana mulai protes, nyawa yang paling penting. 


Kepala polisi mendekat dan berbisik, minta Ho Tae menjaga citra baik kepolisian. Ho Tae mengangguk patuh, dan menjelaskan pada para reporter kalau ia yakin dengan analisanya, kesimpulan yang diambil dari bukti-bukti yang ada.


“Jika kesimpulanku salah, konsekuensinya akan ditanggung oleh...” Ho Tae melirik Kepala Polisi yang langsung protes. Ho Tae mendapat laporan kalau mayat yang tak sempat dikuburkan telah ditemukan. Ho Tae tersenyum bangga, tapi Kepala Polisi mengambil alih dan berkata pada reporter kalau mereka telah menemukan mayat di tempat kejadian.


Di kantor, Kepala Polisi menyinggung soal posisi ketua tim pencarian ilmiah yang sedang kosong. Ho Tae udah geer, tapi habis itu Kepala Polisi malah bilang kalau bukankah mereka harus memberi penghargaan pada si penabrak? Ho Tae kesal, Kepala Polisi sampai ngakak sendiri.


Identitas dan alamat si penabrak sudah diketahui, Ho Tae berkata ia yang akan mengurusnya. Ia masih kesal, ia yang bersusah payah, tapi malah si penabrak yang akan dapat penghargaan. Berdasar buku psikologi yang dibacanya, Ho Tae yakin kalau si penabrak tak akan memarkir mobil di lapangan parkir rumahnya. Tapi, tak ada tanda-tanda mobilnya di tempat parkir umum. Ho Tae menduga mobilnya akan direparasi di bengkel terdekat, tapi nihil juga.


Memarkir mobil di tempat parkir rumah sendiri... idiot!” pikir Ho Tae. Tapi, mobil itu beneran terparkir manis di depan rumah, dengan bemper depan yang rontok. Ho Tae tertawa tak percaya, “Dia pasti orang yang aneh. Bukan, tepatnya idiot.


Ho Tae mengetuk pintu, tak ada jawaban. Eh tapi ternyata pintunya tak terkunci. Ho Tae masih mengamati saat pengantar mie datang dan mendorongnya masuk. Si pengantar mie minta Ho Tae membayar. Kesal, tapi dibayarnya juga. Ho Tae masuk dengan mangkuk mi di tangannya. Orang yang dicarinya ternyata ada di dalam, sedang menyiram tanaman, membelakanginya.


Ho Tae: “Mobil putih dengan plat 72-7651 yang parkir di luar adalah milik anda? Anda punya hak untuk tetap diam...” Tak ada tanggapan. Ho Tae kesal dan memanggilnya, Yoon Jin Sook-ssi! 


Yang dipanggil menoleh, wajahnya tertutup masker, dan memakai headset. Ia mengira Ho Tae adalah pengantar mie. Ho Tae menunjukkan identitasnya, 4 hari lalu, tanggal 17 sekitar jam 12 tengah malam, Anda membawa mobil dan menabrak orang kan? Orang itu adalah pelaku pembunuhan berantai. Wanita itu hanya mendengarkan dan bertanya apa kau menginterogasiku? Lalu masuk ke kamar.


Ho Tae tak sabar menunggu dan memintanya cepat keluar. Jin Sook keluar, sudah siap untuk ikut dengan Ho Tae. Ho Tae minta maskernya dicopot dulu. Jin Sook menggeleng. Ho Tae kesal, kita akan ke kantor polisi, kalau tak mau terlihat pakailah topi. Jin Sook tetap tak mau dan bertanya apa kau siap menanggungnya? Ho Tae tertawa, apa kau takut wajah tanpa make up-mu terlihat, memangnya kita sedang kencan buta? 


Ho Tae akhirnya berhasil melepas maskernya dan terkejut. Jin Sook tersenyum, lama tak berjumpa.



“Lee Sook Ja?” panggil Ho Tae kaget. Wanita di depannya ternyata mantan pacarnya. 


Bukannya terus pergi, Ho Tae membiarkan Jin Sook memakan mienya dulu. Ho Tae berkata ini tepat 10 tahun, ternyata kau adalah Yoon Jin Sook? Jin Sook akan menjelaskan, tapi Ho Tae memintanya makan saja. Jin Sook menawari mienya, tapi Ho Tae menolak. Jin Sook menyudahi makannya yang belum habis dan masuk untuk bersiap-siap. 


Lihat mie nganggur, Ho Tae tergoda dan memakannya. Jin Sook muncul, aku kena flu, tak apa-apa kau makan itu? Ho Tae buru-buru berkata ia hanya makan kuahnya sedikit, haha, malu ih.


Di mobil, Jin Sook bertanya apa orang yang ditabraknya tak apa-apa? Ho Tae mengangguk, kau telah berjasa, orang itu adalah pembunuh berantai. Jin Sook jadi takut, tapi terus bertanya, aku yang menangkap orang itu? Ho Tae tertawa, kau menabrak orang yang kutangkap. “KTP dan SIM bawa?” tanya Ho Tae. Jin Sook menggeleng, ia tak punya SIM.


Saking kagetnya Ho Tae sampai berhenti mendadak, apa? Tak punya SIM berani bawa mobil? Jin Sook menjelaskan yang penting punya mobil dulu, sambil latihan. Ho Tae berpikir keras sementara Jin Sook tertidur di mobil karena flunya.


Mereka mampir ke apotek membeli obat flu. Ho Tae hendak membayar dengan cek, tapi Jin Sook menolak, ia bayar sendiri. Semua bersikeras, sampai si Apoteker bingung dan minta bayar pakai kartu saja, hanya 4500 won. Jin Sook pun menyodorkan kartunya.


Di jalan, Ho Tae memberitahu kalau mengemudi tanpa SIM hukumannya jauh lebih berat dari yang dibayangkan. Tapi yang diajak ngomong ternyata tidur, haha. Ho Tae mendapat telpon kalau pipa air di rumahnya bocor. Saat pulang, air sudah menggenang sampai keluar. “Soketnya tak basah kan? Tak akan tersetrum kan?” tanya Jin Sook. Ho Tae berkata tak apa-apa dan mulai melangkah masuk, tapi baru satu langkah udah kesetrum, huahahaa. Untung tak apa-apa.


Mereka malah akhirnya mengepel rumah. Ponsel Ho Tae berdering, dari kantor. Ho Tae mengajak Jin Sook segera pergi sebelum jam pulang kantor. Jin Sook mengerti dan bangkit berdiri, tapi malah nyaris terpleset dan jaketnya jadi basah, tapi tetap dipakai oleh Jin Sook. Ho Tae ingat kalau Jin Sook sedang flu dan melepas jaketnya, tapi kemudian memakaikan lagi, berulang-ulang. Jin Sook berkata ia tak apa-apa dan bersiap pergi. Ho Tae malah makin ragu dan menawarkan teh. Tak usah, jawab Jin Sook, nanti dapat makanan kok di penjara. Ho Tae tertawa, akhir-akhir ini makanan di penjara tak enak dan pergi membeli makanan. Sementara Jin Sook melihat-lihat rumah Ho Tae sampai bosan.


Saat kembali, Ho Tae ditelpon Detektif Park, tapi ia berbohong kalau ia tak bertemu si penabrak dan buru-buru pulang karena pipa air di rumah pecah.


Ho Tae sedang menyiapkan minuman saat Jin Sook bangun. Ho Tae berkata mereka pergi kalau flu Jin Sook sudah hilang. “Kalau begitu apa boleh aku pulang ke rumah dulu?” tanya Jin Sook. Ho Tae mengomelinya, situasi sudah seperti ini. Jin Sook mengangguk-angguk dan teringat, mereka pasti sudah terekam CCTV. Jin Sook mulai menghitung, 1, 2, 3, 4, 5,.. lebih kurang ada 8, apa tak akan masalah buatmu? Ho Tae menenangkan dan menyodorkan minumannya.


Jin Sook tertarik melihat koleksi mainan Ho Tae dan memegang salah satu. Dengan bangga Ho Tae menjelaskan kalau itu dibuat tahun 1979, edisi terbatas yang hanya ada 100 di dunia ini. Seorang kolektor bahkan menawarinya 10 juta, tapi Ho Tae tak akan menjualnya. Tapi pluk, tangan robot itu terlepas tanpa sengaja. Jin Sook menunjukkan tangan yang putus. Ho Tae melotot kaget, tapi tak bisa marah. Jin Sook tak enak dan mencoba memperbaikinya, tapi bruk.. robotnya malah terbelah dua. 


Ho Tae mukanya sampai merah menahan marah. Jin Sook pura-pura tak terjadi apapun dan malah pergi tidur, haha.


Ho Tae berusaha mereparasi robot kesayangannya, tapi gara-gara terdistraksi Jin Sook yang tidur dan bersin keras sekali, lengan robotnya malah terpasang di kepala, huahahaa. Ho Tae mendekati Jin Sook yang tidur dengan kesal, tapi begitu di dekatnya malah memandanginya dan akan membelai pipinya, tapi Jin Sook terbangun dan membuka mata. Ho Tae pura-pura mengecek suhu tubuhnya dan pergi.


Flashback. Jin Sook duduk di sebelah Ho Tae di bis, ia diikuti 2 pria bertampang seram dan diam-diam minta Ho Tae turun bis bersamanya. Ho Tae setuju dan mengantarnya pulang sekalian. Di jalan, Jin Sook bertanya apa Ho Tae mahasiswa? Bukan, jawab Ho Tae, ia siswa ulangan dan sedang berusaha bisa masuk Fakultas Seni Rupa. Jin Sook berkata ia juga suka lukisan. “Suka lukisan yang seperti apa?” tanya Ho Tae. “Lukisan yang mahal-mahal,” jawab Jin Sook jujur.


Di depan sebuah toko, Jin Sook berkata mereka sudah sampai. Ho Tae bertanya rumahmu di..? Jin Sook hanya tersenyum dan menunjuk sebuah plang, “Sook Ja Ga supermarket”. Ho Tae tersenyum, kalau begitu masuklah, Sook Ja-ssi. Jin Sook tak berusaha meralat namanya yang salah dan minta Ho Tae pulang lebih dulu. Ho Tae malah menyuruhnya masuk dulu. Jin Sook terpaksa masuk, baru buka pintu sedikit sudah terdengar suara anjing menyalak. Ho Tae masih memandanginya sampai pintu benar-benar tertutup. Di dalam, Jin Sook berteriak pada anjing yang terus menyalak, dan... si anjing pun terlempar ke udara. Ho Tae sampe bengong lihatnya.


Setelah aman, Jin Sook pun keluar dari rumah yang ternyata bukan rumahnya. Tinggal Ho Tae yang merasa bodoh karena lupa tanya nomor telpon Sook Ja-nya.


Di kantin kantor, Ho Tae menolak gagasan Detektif Park yang ingin mengeluarkan surat penangkapan terbuka. Ho Tae memastikan kalau dalam 2 hari, ia akan menyerah. Detektif Park tak percaya. Ho Tae pun mengajak taruhan, traktir minum? Detektif Park akhirnya setuju.


Ho Tae pulang dan tak menemukan Jin Sook. Melihat tas Jin Sook di sofa, Ho Tae penasaran dan menemukan stetoskop dan tang di dalam tas, err, mencurigakan. Tapi mendengar suara Jin Sook datang, Ho Tae buru-buru memasukkan lagi ke tas.


Jin Sook masuk dengan belanjaan dan sambil menelpon orang, bicara tentang sewa 3 bulan yang tertunda. Jin Sook cerita pada HoTae kalau rumah yang ia sewakan di Seong Book Dong uang sewanya belum dibayar. “Kukira kau kab.., ah kukira kau kemana, bikin khawatir saja,” sahut Ho Tae. Jin Sook pergi karena merasa aneh sendirian di rumah tanpa tuan rumah, ia harus ganti baju dan bersiap-siap memberi kuliah. Ho Tae kagum, kuliah apa? Jin Sook hanya menjawab pokoknya begitulah. Ho Tae jadi makin penasaran. Jin Sook akhirnya menjawab kalau itu termasuk agak spesialis, tapi agak susah dijelaskan. Ho Tae hanya mengangguk-angguk.


Jin Sook menawarkan diri memasak makan malam yang lezat. Ia memasak pasta, dengan cara yang berantakan, bahkan pake acara melempar pastanya ke kulkas. Hahaa, menurutnya kalau sudah matang harusnya langsung lengket, dan kembali sibuk.


Ho Tae menuang white wine sambil menunggu dengan sabar. Jin Sook mau mematikan api dan meniupnya tapi tak berhasil, apinya malah terlempar ke belakang dan... jatuh tepat di celana Ho Tae. Ho Tae masih bisa senyum-senyum, tapi begitu sadar langsung panik. Jin Sook ikutan panik, dan berusaha memadamkan apinya dengan lap, tapi tak berhasil.. dan menyiram dengan air yang ada di meja. Dan apinya malah makin berkobar, huahaha, itu kan white wine, bukaan air putih.


Seperti sulapan, Ho Tae baik-baik saja dan mereka akhirnya makan mi instan. Ho Tae tanya kenapa Sook Ja, eh Jin Sook memundurkan mobil? Saat itu Jin Sook panik karena menabrak sesuatu, bermaksud berhenti, tapi malah mundur. Ho Tae maklum, orang panik pasti begitu. “Besok mau kesana?” tanya Jin Sook pelan. Ho Tae tersenyum dan minta Jin Sook menyerahkan diri, ke kantor polisi kecil lebih bagus, toh cepat atau lambat ia akan mengambil alih. Jin Sook tanya berapa lama ia akan dihukum? Tak akan lama menurut Ho Tae, asal ia menerima investigasi tanpa perlawanan.


Ho Tae menyinggung soal perayaan hari ke 100 mereka dulu, ia takut Jin Sook benar-benar pergi, karena ia juga tak pergi. Jin Sook hanya mengangguk tak yakin, sementara Ho Tae merasa lega, rasa bersalah selama 10 tahun akhirnya hilang juga.


Tinggal 1 hari lagi, Detektif Park minta Ho Tae siap-siap mentraktirnya minum. Ho Tae cuma senyum. Menurut Detektif Park, dari mobil impor yang dibawanya, sepertinya karirnya cemerlang, rasanya tak mungkin ia akan kabur. Ho Tae menduga ia dosen dan bertanya berapa harga sewa rumah di Seongbook-Dong? Itu kawasan orang berduit, jawab Detektif Park, apa kau mau pindah kesana?


Ho Tae menggeleng dan akan mengambil kopinya, tapi sebuah tangan memukul tangannya dan mengambil kopi itu, detektif Oh, saingan Ho Tae. Ia berterimakasih atas kopinya dan pergi.


Detektif Oh menjelaskan kasus pencurian lukisan karya Andro... Androno... “Andronov Nikola Ivanovic, seorang maestro aliran realisme baru tahun 1960,” ralat Ho Tae yang daritadi sibuk sendiri. Detektif Oh membenarkan, lukisan itu sekarang berada di Museum Seni Soviet, tapi yang dicurinya adalah lukisan yang asli. 


Pelakunya adalah gadis bertudung hitam, yang di hari kejadian juga muncul di CCTV minimarket di dekat situ dan mencuri sesuatu. Kepala Polisi minta semua hal harus diinvestigasi. Detektif Oh sudah melakukannya, tapi profil pelaku tak ditemukan begitu saja, karena dia adalah ‘new face’. Tapi tanpa sengaja jejaknya terekam di CCTV di sebrang jalan, mukanya terlihat saat sedang makan ramen, dia adalah.. Yoon Jin Sook.


Ho Tae yang daritadi tak tertarik langsung kaget.



“Dia biasanya muncul di tempat-tempat yang tak begitu ramai. Dia adalah pencuri barang seni paling top di Korea. Dia adalah orang yang berbahaya bagaikan Rocky,” jelas Detektif Oh. Dari penyelidikan, dia menyewa sebuah rumah di Seongbook-Dong seharga hampir 500 juta won. Kepala Polisi menarik kesimpulan, berarti lukisannya laku terjual 500 juta won dan teringat, Yoon Jin Sook? Ah, si pelaku tabrak lari itu? Dan melirik Ho Tae, yang entah sejak kapan sudah pergi.


Bersambung ke Part 2

No comments:

Post a Comment