Sunday, November 30, 2014

Sepang Trip 2014: Race Day

Race day sebenernya hari yang antara ditunggu-tunggu dan nggak. Ditunggu-tunggu karena keinginan nonton balapan MotoGP live di sirkuit akhirnya kesampaian. Dan nggaknya karena begitu balapan berakhir, berakhir pula keseruan selama beberapa hari di Sepang. Sayangnya, hari yang kutunggu-tunggu ini nggak berakhir seperti yang diharapkan, meski ada beberapa kejutan kecil yang menyenangkan.


Seperti biasa, kita siap berangkat pagi-pagi ke sirkuit. Jam setengah 8 kita sudah cantik dan nunggu taksi jemputan di depan hotel. Perjalanan masih sama seperti hari-hari sebelumnya, karena daerah hotel dan sirkuit sama-sama di pinggiran, taksi bisa melaju kencang di jalanan yang relatif sepi. Dan jam setengah 9 kita sudah duduk manis di Main Grandstand North, di dekat start/finish, persisnya di depan starting grid Dani. Persis di tempat incaran, bagian terdepan tribun jadi kalo mau neriakin Dani ntar gampang, hahaa. So, berangkatlah sepagi mungkin biar dapet tempat paling yoi dan paling dekat dengan pembalap kesayangan kalian.


Karena masih pagi, area Main Grandstand masih sepi. Belum ada aktivitas di track karena sesi pertama pagi itu, Warm Up Practice Moto3 masih nanti di jam 9.40 dan untuk MotoGP di jam 10.40. Daripada bengong, aku bertiga dengan Oya dan Dina main-main ke paddock. Niatnya mau ngucapin good morning and good luck ke abang. Tapi rupanya kami belum cukup beruntung pagi itu, Dani sudah di garasinya dan sibuk meeting untuk persiapan race nanti. Kita nunggu sampe jam 10, tapi Dani yang sesekali kelihatan mondar mandir di garasinya cuma dadah-dadah aja dari dalem, udah dipanggil-panggilin padahal. Sampai kita balik ke Main Grandstand, Dani sama sekali nggak keluar dari garasinya, hiks.

With om Gavin Emmet 
With Vanessa Carlotta
Tapi, lumayan juga selagi nunggu Dani kita ketemu banyak orang penting di MotoGP lainnya. Om Gavin Emmet, reporter BT Sports yang dulunya bawain After The Flag MotoGP dengan kocaknya. Marc Marquez yang baru dateng dan masuk garasi dengan buru-buru. Mbak cantik Vanessa Carlotta, PRnya HRC. Stefan Bradl (lagi), dan kali ini aku motoin Oya bareng sama Stefan. Btw, aku merasa dudul sekali sekarang, berkali-kali ketemu Stefan tapi cuma ngajak foto sekali dan hasilnya jelek sekali, malah motoin orang sama dia berkali-kali.


Emang sih pagi itu aku nggak ketemu langsung sama Dani lagi, tapi keinginanku yang lain terkabulkan. Foto bareng sama Raul Jara dan Emanuel Buchner, om-om kesayangan yang selalu ada di samping Dani. Sebelum ini, aku udah ketemu om Raul beberapa kali, tapi karena lagi buru-buru permintaan foto barengku ditolaknya. Nah, pas nongkrongin Dani di depan garasi Repsol Honda itu tau-tau om Raul keluar dan siap pergi dengan motor yang daritadi terparkir di depan garasi.


Merasa nggak akan dapat kesempatan foto bareng lagi, aku cukup puas dengan memfoto gerak geriknya. Kita sempat nanyain soal Dani dan dijawab om Raul kalau Dani lagi meeting di dalam. Selagi diajak ngobrol, aku refleks mengarahkan kamera depan ke mukaku dan muka om Raul yang sudah siap keluar dengan motornya, siap selfie. Untungnya, kali ini aku nggak ditolak. Om Raul mau berpose dengan muka gantengnya itu. Muahahaa, foto bareng om Raul, checked!


Begitu om Raul pergi, om Emanuel muncul. Karena foto bareng kemaren gagal, kali ini aku kembali mendekat dan minta foto bareng. Om Emanuel yang baik hati mengabulkan permintaanku. Dan akhirnya, komplitlah sudah misiku. Ketika dapet akses paddock, misiku sederhana. Cukup foto bareng sama Dani, Raul Jara, dan Emanuel Buchner. I don’t really care about other rider karena fokusku cuma sama tiga orang itu. Jadi selama di Sepang foto bareng pembalap-pembalap lain emang sedikit, apalagi aku nggak begitu apal sama muka-muka pembalap Moto2 atau Moto3. Mungkin mereka mondar mandir selagi nongkrongin Dani dan aku cuma menganggap mereka kru tim, haha. Maklum, Dani terlalu mengalihkan perhatianku *halah*.

Karena misi sudah komplit, aku tenang-tenang aja waktu baik ke Main Grandstand meski nggak ketemu Dani. Suasana Main Grandstand udah makin rame saat itu karena Warm Up Practice Moto3 sudah selesai, tinggal giliran Moto2 dan MotoGP. Masing-masing sesi warm up hanya selama 30 menit, dan Dani ada di posisi 3 saat warm up berakhir. Yang aku suka dari MotoGP Sepang, Dani selalu meraih hasil bagus di sini. Dua tahun lalu berturut-turut, Dani menang di sini dan hasil free practicenya juga meyakinkan, Dani selalu ada di posisi 3 besar dan nanti Dani juga start dari posisi 2. Tentu saja aku berharap Dani kembali menang saat akhirnya aku bisa nonton balapannya live.

We're ready to support you, bang!
Di Main Grandstand yang makin lama makin ramai, kita siap-siap pasang bendera buat dukung Dani. Ada satu bendera official punya Dina dan beberapa bendera bikinan sendiri yang sayangnya hasilnya kurang maksimal karena waktu pembuatan yang mepet. Saat udah terpasang, rasanya masih kurang, jadi Tristan sama Dina pergi ke Mall Area buat beli satu bendera official lagi. Karena ini merchandise official, harganya lumayan mahal, RM 100 yang mana aku nggak sanggup beli, haha. Setelah semua atribut terpasang, kita foto bareng dulu. Minta tolong sama mas-mas Medical Crew yang stand by di bawah buat fotoin, muehehe.

Race MotoGP yang kita tunggu-tunggu masih lama, masih jam 4 sore nanti. Tapi kita juga nggak bisa kemana-mana karena area Main Grandstand makin penuh, mau kemana-mana juga males sih, panasnya nggak nahan. Duduk di Main Grandstand aja harus kipasan mulu saking panasnya.

Starting grid Moto3 Sepang
Jam 1 siang, race Moto3 dimulai. Jack Miller start dari pole position, and i don’t even khow who’s the rest of the grid selain Alex Marquez dan Alex Rins. Sepertinya kalau mau berangkat lagi tahun depan aku harus memperluas pengetahuan dulu deh, haha. Di sisi starting grid, bertebaran pembalap MotoGP yang ikut ngasih dukungan, aku nggak inget ada Marc dukung adeknya atau nggak, tapi yang jelas ada Valentino Rossi, Aleix Espargaro, Karel Abraham, Alvaro Bautista, sama Stefan Bradl (lagi).

Race start. Ini pertama kalinya aku nonton race Moto3 dan langsuung dari Sepang, hehe, biasanya kan yang kutonton MotoGP doang. Race Moto3 berjalan seperti biasanya, ketat. Seru aja rasanya liat race leader yang berganti-ganti tiap lewat garis start/finish. But, inilah nggak enaknya duduk di Main Grandstand, kita nggak tau apa yang terjadi di bagian sirkuit lain selain saat pembalap lewat start/finish. Ada sih layar besarnya, tapi cuma 1 dan posisinya setelah tikungan terakhir, nggak kelihatan dari tempat kita berdiri.

Jadi, kita harus puas liat pembalap lewat dengan kencangnya di depan kita dalam hitungan detik, terus sepi, terus mereka lewat lagi, begitu seterusnya. Dan anehnya, di tengah cuaca terik plus bisingnya suara motor saat race, aku bisa tidur siang. Haha serius! I’m not even wearing earplug. Kadang-kadang aku memang bisa begitu awesome. *Karepmu Diif, karepmu!*

Race Moto3 selesai dan Efren Vazquez melintasi garis finish pertama kali, diikuti Jack Miller dan Alex Rins dengan gap yang amat sangat kecil seperti race Moto3 biasanya. Alex Marquez, pemimpin klasemen Moto3 saat itu, hanya finish di posisi 5. Alex Marquez belum bisa mengamankan gelar juara dunia di Sepang, dan perebutan gelar dengan Jack Miller nanti masih akan lanjut di seri terakhir di Valencia.

Starting grid Moto2 Sepang
Waktu Moto3 podium, starting grid buat race Moto2 selanjutnya dipersiapkan. Mbak-mbak cantik mulai sudah bersiap di posisinya dengan papan nomor grid. Sesuatu yang nggak pernah kita lihat kalau nonton race di tv. Podium Moto3 selesai, gantian pembalap Moto2 menempati grid masing-masing. Sama dengan Moto3, pengetahuanku soal Moto2 juga payah sekali. Kalau nggak salah ingat pole postition milik Tito Rabat, terus di belakangnya ada teman setimnya Mika Kallio, terus ketiga nggak tau siapa, terus keempat baru Maverick Vinales. Selanjutnya nggak tau, haha.

Penuhnya Main Grandstand North
Race start. Dan aku sama Oya cabut dulu ke mushola buat sholat dzhuhur dijamak ashar. Main Grandstand saat itu sudah super penuh sekali. Gimana nggak, kabarnya total yang nonton saat race day aja hampir 82 ribu. Setelah susah payah keluar area Main Grandstand, kita baru tau kalo di luar juga penuh orang-orang yang antri di stand makanan. Air mineral dingin aja mereka sampe kehabisan, jadi ya adanya yang nggak dingin. Mushola yang biasanya adem ayem juga jadi penuh orang dan ACnya jadi kurang dingin. Waaw daebak, mantap sekali emang race day ini.

Selesai sholat kita langsung balik ke tempat semula. Pinggiran tribun paling depan makin penuh orang, dan kalau mau nontonnya nggak ketutupan kita harus berdiri di pinggiran tribun itu. Demi melihat jelas muka abang nanti, adek rela berdiri berjam-jam bang, haha.

Podium Moto2 Sepang
Race Moto2 selesai, yang melintasi garis finish berturut-turut, Maverick Vinales, Mika Kallio, dan Tito Rabat. Tito Rabat memang cuma finish di posisi 3, tapi itu cukup untuk mengunci gelar juara dunia Moto2 musim ini. Yay, congrats Tito!


Selanjutnyaa, race yang ditunggu-tunggu pun tiba... MotoGP. Posisi start, pole position milik Marquez, Dani di P2 dan Lorenzo P3. Balapan akan dimulai jam 4, tapi 20 menit sebelumnya pembalap sudah siap di starting grid. Daan, kalau biasanya di rumah aku selalu deg-degan tiap sebelum race MotoGP, kali ini aku juga deg-degan. Tapi karena Dani ada persis di depan mata. Sekitar 10 meter jarak yang memisahkan kami. Seperti biasa, Dani dikelilingi om Emanuel yang alih tugas jadi umbrella boy, om Raul, om Mike, dan beberapa mekaniknya yang lain.


Dari kejauhan, aku memandangi (sekaligus memotret berkali-kali) Dani and his moment of silence. Itu cara Dani untuk fokus sebelum race. Sampai 8 menit sebelum race start, Dani turun dari motornya diikuti om Raul dan mendekat ke arah Main Grandstand. Bukan untuk menyapa kami, tapi buat.. keramas. Sepang yang super hot rupanya bikin Dani nggak tahan dan melipir untuk dapet guyuran sebotol air dingin dari om Raul. Setelah itu Dani balik lagi ke motornya. Ih si abang ih, padahal sengaja kan pengen deket-deket kita, pake pura-pura cuek lagi biar udah dipanggil-panggilin. *karepmu Dif, karepmuu! Hahaa*

Starting grid MotoGP Sepang
Race start. Dani start dengan oke dan berhasil mempertahankan posisi 2-nya. Lorenzo menyodok ke posisi pertama, sementara Marquez melorot ke posisi 6 setelah lap pertama. Waktu pertama Dani lewat setelah lap 1, rasanya super excited! Ternyata begini rasanya nonton MotoGP langsung di sirkuit. Tapi yang terjadi selanjutnya jauh di luar harapan, Dani jatuh. Hati ini langsung mencelos rasanya. Ya ampun, again? Dani baru aja jatuh di Aragon dan Phillip Island. Dan kali ini, ketika kita bahkan datang langsung buat dukung dia.

Tapi, ternyata Dani bangkit dan melanjutkan balapan. Meski jelas langsung melorot ke posisi terakhir (P20) dan jarak ke pembalap di depannya lebih dari 15 detik. Dani nggak menyerah dan melajukan motornya makin kencang. Dani memang lewat setelah selang lama dari leading grup, tapi semangatnya bikin aku terus bersorak menyemangati tiap dia melintas kencang di depanku.

Lap demi lap Dani terus memangkas jarak dan berhasil menyalip pembalap di depannya di lap 7. Pacenya oke dan di lap 12, Dani sudah ada di posisi 11. Tapi apa yang terjadi di lap awal terulang, Dani jatuh lagi. Entah dengan sebab apa. Kali ini Dani nggak bangkit, atau dengan kata lain.. his race is over. Perebutan posisi 3 di klasemen juga selesai karena Dani yang nggak finish di 3 race belakangan ini. Hati ini rasanya langsung nggak karuan. Rasanya kayak 5 balon yang ada di tangan terbang semua. Harapan yang kita pegang erat di tangan tiba-tiba terlepas dan terbang menjauh. Sedih. Super sedih.

Khawatir dengan keadaan Dani, aku dan Tristan mengabaikan apa yang selanjutnya terjadi di balapan dan melangkah cepat ke paddock. Memastikan kalau Dani baik-baik saja. Yes, he’s fine seperti kata om Raul yang kita temui di depan garasi Repsol Honda. “.. but he’s a little bit sad,” tambah om Emanuel. Kita nggak berhasil ketemu Dani saat itu, tapi kita mengirimkan pesan penyemangat lewat om Emanuel. Om Emanuel yang baik hati menenangkan kalau Dani akan lebih kuat lagi musim depan, just believe he can. Yes, absolutely he can! Selama Dani percaya, selama orang-orang di sekitarnya percaya, selama kita percaya. So chin up, Dani!


Setelah om Emanuel masuk garasi lagi, kita sempat bingung mau ngapain sampai Tristan ngajakin jalan lewat pitlane access yang persis di sebelah garasi Repsol Honda. Biasanya pagar ke arah pitlane tertutup, tapi waktu itu pagar dalam posisi terbuka dan nggak ada satupun penjaga di situ. Aku sama Tristan langsung girang bisa jalan-jalan di pitlane lagi. Kali ini bukan di tengah kerumunan orang pun. Garasinya Dani juga terbuka dan ada om Emanuel lagi di situ, tapi nggak ada penampakan Dani.

Orang-orang pada berlarian ke arah podium, akunya adem ayem :) 
 

Saat itu race MotoGP sudah selesai, dan orang-orang di tribun berhamburan menuju arah podium. FYI, Marquez lagi-lagi menang, Rossi P2, dan Lorenzo P3. Aku yang masa bodo dengan apa yang terjadi di ujung sana karena toh Dani nggak ada di sana, malah sibuk foto-foto di depan garasi Dani, di pitlane, atau foto-fotoin garasi tim lain dalam jarak jauh lebih dekat dari pas pitlane walk kemarin. Tau gini kemaren nggak usah panas-panasan ikut pitlane walk ya? Hahaa.

Puas foto-foto di pitlane, kita kembali ke paddock. Baru sampe di depan garasi abang lagi, Oya nelpon, katanya Dina nangis. Kita yang nggak tau apa-apa langsung panik, ha, nangis kenapa? Ternyata bendera official Dina dan punya kita yang belinya mahal itu, diambil orang waktu pada heboh larian ke arah podium. Dina yang nggak mikir apa-apa lagi langsung loncat (padahal tinggi.. banget) dan ngejar orang itu, alhamdulillah kekejar dan benderanya berhasil diambil lagi. Nggak kebayang deh kalo itu bendera beneran ilang, Dina pasti nangis nggak berhenti-berhenti sampe kita pulang ke Indo. Bener-bener deh ini, trip penuh drama banget ya Allah.

Setelah yakin bendera udah aman, kita duduk-duduk di depan hospitality Repsol Honda Team. Oh ya, sebelumnya Tito Rabat lewat dan aku sempat neriakin, “Congrats, Tito!”. Titonya noleh dan senyum ihiyy. Lanjut di depan hospitality, di sana sudah ada 2 om-om dari Jerman yang kemarin sudah sempat kenalan sama Tristan. Mereka datang jauh-jauh dari Jerman, tapi setia banget ngikutin MotoGP sampai ke Malaysia gini.

My precious, haha..
Lihat kita yang kepanasan, om-om baik hati ini mengambilkan air mineral dari dalam hospitality Repsol Honda. Mereka bilang mereka temannya om Emanuel. Saat itu aku cuma berpikir orang-orang ini baik sekali ya Allah. Belakangan aku baru tau kalau salah satu dari mereka itu ayahnya om Emanuel. Ealaaaah, pantes mereka sama-sama baik hati! Sampai sekarang botol air mineral pemberian om itu kusimpan, karena selain itu dikasih langsung sama ayahnya om Emanuel, itu diambil dari hospitalitynya Repsol Honda. Jadi, berharga sekali. Haha.


Kita masih anteng duduk di depan hospitality waktu ada Alex Marquez lewat. Pertamanya dia lewat tapi buru-buru jadi nggak ada yang sempet ngajakin foto. Nah pas dia balik, dia mau nerima ajakan foto orang-orang. Aku tadinya ragu, tapi ikutan mendekat juga dan berhasil dapet foto bareng. Padahal aku orang kesekian yang minta foto bareng, tapi Alex dengan baik hatinya mau bertahan dan selfie sama aku. Sejak saat itu, aku resmi mendukung Alex Marquez juga. Dengan alasan yang shallow abis, gara-gara dia baik banget mau diajak foto bareng, hahaa.

Nggak enak lama-lama di paddock sementara yang lain masih pada di Main Grandstand, aku ngajakin Tristan buat balik. Meskipun dengan berat hati, karena begitu aku melangkah meninggalkan paddock, aku nggak akan ketemu Dani lagi. Tapi karena belum ada tanda-tanda Dani mau keluar, dan sedikit khawatir dengan mood Dani yang bisa saja memburuk, aku say goodbye sama garasi Dani yang sepi. “Bye, abang. I hope someday we’ll meet again.”

Bye, abang.. :(
Itu langkah terberat selama sekian hari di Sepang. Hari yang ditunggu-tunggu nggak berjalan seperti yang diharapkan. Bukannya menang Dani malah jatuh. Nggak ketemu Dani sama sekali meski udah nongkrongin di depan garasinya pagi sore. Bendera nyaris ilang. Mau nemenin Tristan ke kota nyari oleh-oleh tapi bingung baliknya gimana, taksi pada pasang tarif selangit padahal kita udah nggak ada duit.

Tapi, tetep banyak hal yang bisa disyukuri sih. Ketemu om Raul berkali-kali, foto bareng. Ketemu om Emanuel berkali-kali, foto bareng. Ketemu ayahnya om Emanuel yang baik hati. Dapet minuman gratis waktu lagi haus (dari hospitality Repsol Honda pula). Dapet makanan gratis waktu lagi laper. Serius, waktu mau balik stand makanan di deket tempat kita duduk-duduk bagi-bagi sisa roti isi sayurannya yang nggak habis terjual. Rejeki anak sholeh banget, itu kalo beli harganya lumayan e, RM 20 :”). Terus sebelum hari berakhir, aku sempat menginjakkan kaki di Bukit Bintang.

Iya, sejujurnya aku penasaran Bukit Bintang yang hits di Kuala Lumpur itu tempatnya kayak apa. Tapi aku mikirnya kalo nggak sempet kesana juga nggak apa-apa lah, jauh juga. Tristan juga paling mau cari oleh-oleh di Chinatown aja, mana yang sempet lah. Tapi setelah duduk-duduk di depan pintu masuk utama lamaaaa banget kayak anak ilang yang bingung gara-gara nggak bisa pulang, kita makin pesimis. Jangankan cari oleh-oleh, bisa balik ke hotel sebelum malem banget aja udah alhamdulillah.  Untunglah Indri dkk datang dengan taksi pesananya menjemput kami. Dan tau tujuan mereka kemana? Yak, Bukit Bintang. Mereka juga mau cari oleh-oleh. Yaampun, ternyata aku bertakdir sama Bukit Bintang juga :”). Meskipun ongkos taksi ke sana dari SIC juga fantastis, RM 150. Untung dibagi 7 (ups, jangan bilang-bilang ya kalo kita naik taksi bertujuh :p).

Sampai Bukit Bintang, yang ternyata masih bagusan bukit bintangnya Jogja, Indri dkk cari makan dulu. Aku yang masih kenyang roti tadi nungguin mereka makan aja. Kelar makan mampir supermarket, mereka cuma pada nyari minuman dingin, aku malah keliling rak.. nyari milo, hahaha. Dari kemaren emang niatnya beli milo, tapi belum kesampaian. Tapi alhamdulillah apa yang aku pinginin kesampaian semua, milonya ada. Harganya RM 7,85 buat kemasan kecil, lumayaan. Nggak beli yang besar karena selain nggak ada duitnya, tempat di koper juga nggak muat. Btw baru kali ini aku beli milo Malaysia sendiri, biasanya pasti nitip nggak pake bayar.

Teman-temanku heran ngapain juga aku bela-belain beli milo di sini? Mereka belum tau kalo milo indo sama malaysia itu rasanya beda banget. Dan aku nggak doyan milo indo. Haha, gaya banget yak minum susu aja maunya yang belinya di luar negeri? :p

Habis itu Tristan beresin urusan oleh-oleh dan kita balik naik LRT dari Bukit Bintang ke KL Sentral. Selanjutnya naik KTM Komuter ke Nilai. Dari stasiun komuter naik taksi balik ke hotel. Sampai hotel langsung packing. Terus tidur bentar karena pagi-pagi udah harus berangkat ke bandara. Terus, pulang......

Terus, selesailah Sepang trip ini. Huhuu, sedih sekali rasanya. Bye, Dani. Bye, Sepang. Bye, KL. Bye, teman-teman. See you again next year! Amiiiin..



2 comments:

  1. Berangkat lagi iya, tapi belum tau nonton racenya apa nggak.. :p

    ReplyDelete