Thursday, July 9, 2015

Sinopsis Oh My Ghost Episode 1 Part 2


Di perjalanan pulang, Bong Sun membeli banyak kubis sampai ia keberatan membawanya. Ia berlatih memotong-motong kubis itu, tapi karena ia hidup di asrama, yang ada penghuni lain protes karena berisik. Bong Sun cuma bisa minta maaf dan mencoba untuk tak bersuara.


Kubis-kubis itu ternyata diolah Bong Sun menjadi bubur kubis. Saat ia masih kecil dan sering punya masalah pencernaan, neneknya sering membuatkan bubur kubis. Neneknya menakutinya dengan jarum akupunktur kalau Bong Sun tak mau memakannya, jadi terpaksa ia menurut. Kalau dipikir-pikir, neneknya tak hanya membuat perutnya lega, tapi juga hatinya. Jadi Bong Sun mengupload foto bubur kubis yang ia buat beserta resepnya dan cerita itu di blognya.


Sedang asik mengetik, tiba-tiba pintu kamar Bong Sun diketuk karena ada kiriman. Buru-buru ia mematikan dupanya, berharap baunya segera hilang. Tapi karena sudah tak ada suara lagi, Bong Sun tak jadi membuka pintu dan menyalakan dupanya lagi.


Di Sun restoran, seorang anak laki-laki berlarian sementara ibunya yang food blogger sibuk memotret makanannya. Wanita yang cerewet ini meminta Bong Sun memanaskan lagi makanannya karena sudah dingin dan gambarnya jadi tak bagus. Bong Sun mencoba menjelaskan kalau nanti mienya akan terlalu matang dan jadi tak enak, tapi wanita itu tak mau dengar, ia sudah menjadi food blogger selama 5 tahun, dan Bong Sun cukup melakukan apa yang dimintanya. Terpaksa Bong Sun menurut. Sementara anak kecil yang tadi lari-larian mulai bosan dan bertanya kapan ibunya selesai?


Saat makanan itu selesai dipanaskan, anak kecil yang masih berlarian tadi tak sengaja menabrak Bong Sun yang membawa mangkuk panas dengan tangan kosong. Tangan Bong Sun yang terkena kuah panas, tapi si food blogger langsung memarahinya, bagaimana kalau anaknya terluka? Bong Sun cuma bisa berkali-kali meminta maaf sambil menahan sakit di tangannya. Wanita itu tak mau dengar, anak-anak memang sewajarnya berlarian, tapi orang dewasa yang harusnya hati-hati, pelatihan karyawan macam apa ini?


Sun Woo yang melihat semuanya daritadi akhirnya turun tangan. Ia mendekati anak itu dan bertanya berapa umurnya? Apa kau belajar kalau tak boleh berlarian di tempat umum? Anak itu mengiyakan. “Lalu apa kau melakukan sesuatu yang salah?” tanya Sun Woo lagi. Anak itu mengiyakan juga. Ibunya yang malah marah. Sun Woo tau kalau pelanggan itu marah karena ia mendisiplinkan anaknya, tapi ia juga marah karena karyawannya didisiplinkan.


Wanita itu makin marah. Sun Woo tetap tenang dan malah tersenyum, “Meminta makanan dihangatkan padahal mienya akan kematangan, dan saat itu tak enak kau pasti akan..”


Eun Hee berusaha menghentikan omongan kakaknya, tapi Sun Woo malah berkata to the point kalau untuk apa menyalahkan orang tak bersalah kalau tak bisa mengontrol anaknya sendiri? Tentu wanita itu makin marah. Saat Eun Hee memintanya tenang, ia melihat kursi rodanya dan malah berkata kalau tak ada orang normal di restoran ini.

 
 

Semua terdiam. Tapi kata-kata itu membuat Sun Woo tak tahan dan mengusirnya paksa dari restorannya. “Kami hanya melayani pelanggan normal, jadi pergilah,” ujar Sun Woo sambil mendorong bahu wanita itu. Wanita itu lalu pergi, tapi sambil mengancam kalau ia tak akan membiarkan ini begitu saja. Bong Sun yang ada di sana masih membungkuk dan minta maaf berkali-kali.


Sun Woo tak habis pikir. Ia menyuruh Bong Sun bicara dengannya sambil menahan marah. Ketakutan dan sambil menahan sakit di tangannya, Bong Sun terus minta maaf, harusnya ia lebih hati-hati. “Apa kau tau kenapa aku tak menyukaimu?” tanya Sun Woo membuat Bong Sun kaget. “Sikapmu menggangguku,” lanjut Sun Woo. Bersalah atau tidak melakukan kesalahan, Bong Sun selalu merasa bersalah, itu membuat orang-orang di sekitar Bong Sun tampak buruk.

 
 

“Ma.. maafkan aku,” ujar Bong Sun terbata-bata. Mendengar ucapan maaf lagi membuat Sun Woo berkata kalau dapur bukanlah tempat yang mudah, itu adalah medan perang, hanya orang yang kuat yang bisa bertahan. Bong Sun tak akan punya kesempatan kalau selalu membuat dirinya selemah ini. Sun Woo terpaksa memberi saran kalau Bong Sun harus memikirkan ini dengan keras, soal dirinya seharusnya ada di dapur atau tidak. Jangan bertindak bodoh dan keras kepala, lalu terluka dan menyusahkan orang lain. Sebelum pergi, Sun Woo yang tau tangan Bong Sun terluka menyuruhnya mengobatinya, tangan seorang gadis tak boleh ada bekas luka bakar. Bong Sun hanya bisa terus menunduk tanpa menjawab apapun.


Begitu kakaknya masuk, Eun Hee yang khawatir membela Bong Sun, ini bukan salahnya kali ini, jadi baik bukanlah suatu kejahatan. Tapi ia lebih khawatir, apa mereka akan baik-baik saja? Wanita itu blogger bepengaruh. Sun Woo sebal, sekarang ini yang lebih mengganggu dari reporter adalah blogger (wait, aku nggak ganggu kok Sun Woo :p).


Sun Woo masih marah-marah saat sebuah pesan masuk. Ia yang membacanya seksama membuat Eun Hee penasaran, ada apa? Sun Woo beralasan itu spam, padahal pesan tentang waktu dan lokasi reuni SMPnya. Tanpa pikir panjang, pesan itu dihapusnya.

 
 

Penyebabnya, masa SMP ternyata memberi kenangan buruk bagi Sun Woo. Ia dibully, meski tak bersalah ia yang harus minta maaf. Di rumah, ibunya sangat sibuk bahkan di hari ulang tahunnya. Ibunya hanya meninggalkan uang untuk membeli kimbap, tapi Sun Woo malah merebus air dan makan ramen seperti biasa.


Sun Woo yang dulu adalah Bong Sun yang sekarang. Sejak kejadian tadi, Bong Sun takut sekali bertemu Sun Woo.


Choi Sung Jae, seorang polisi baik hati, makan di tempat langganannya. Si pemilik warung tampaknya kesusahan dengan usahanya, karena hanya bisa menyajikan menu pendamping seadanya. Sung Jae tampaknya sudah kenal baik dengan ahjussi pemilik, karena ia menanyakan keberadaan Kyung Mo, anak laki-laki ahjussi itu. Tampak jelas kalau Sung Jae tak tega dengan kondisi ahjussi itu, yang bahkan mesin kopinya juga rusak.

 
 

Polisi baik hati itu ternyata suami Eun Hee, yang segera menjemput istrinya begitu pekerjaannya di restoran selesai. Sun Woo yang mengantar adiknya ke depan berbasa-basi dengan rekan polisi yang bersama Sung Jae karena sudah lama sekali ia tak makan di tempatnya, pasti kau punya restoran favorit baru? Polisi itu berkata tentu saja ia masih mengidamkan mie seafood di restoran Sun Woo, tapi antriannya terlalu panjang. Tapi begitu Eun Hee berkata mereka akan menyiapkan tempat khusus nanti, polisi itu langsung girang dan menyuruh Sung Jae baik-baik pada Eun Hee.


Sung Jae tentu mengiyakan, dan menyapa kakak iparnya apa ingin pergi ke suatu tempat? Sun Woo berkata kalau adik kelasnya di sekolah membuka restoran, jadi dia ingin datang dan memberi selamat, sekaligus mengajarinya. Sun Woo lalu pergi, rekan polisi Sung Jae juga pergi. Sementara Sung Jae dan Eun Hee bertukar senyum dulu sambil pergi dan bercerita tentang hari mereka. Aduh aku sukaa liat pasangan ini..


Sun Woo menilai sekaligus menginspeksi restoran temannya. Dapurnya, kulkasnya, dan tentu makanannya. Sun Woo mencicipi pastanya, baru suapan pertama ia langsung membuang garpunya, tapi sambil berkata kalau temannya tak akan bangkrut. Temannya tentu saja girang, kalau begitu sekarang ia sudah selevel dengan kotoran di hak sepatu Sun Woo. Sun Woo yang pedenya selangit jelas tak setuju, bagaimana bisa Tuhan disamakan dengan manusia? Masakannya adalah rahasia terbesar dari surga. Teman-temannya langsung heboh.


Sun Woo memberi saran agar jangan pernah bermain-main dengan makanan. Yang kau letakkan di piring bukanlah makanan, tapi wajah kalian. Dan ini membuat teman-temannya makin heboh lagi.


Bong Sun kembali ke kamarnya yang sempit, gelap, dan penuh berbagai macam jimat, tanda salib besar, juga serangkaian bawang putih. Yang pertama dilakukannya adalah menyalakan dupa. Tapi baru sebentar pemilik kamar sudah mengetuk dan membuka pintu kamarnya, mengeluhkan kebiasaan Bong Sun membakar dupa. Seperti biasa Bong Sun hanya bisa minta maaf. Tapi itu tak membuat omelan berhenti, di kamar bahkan tak ada jendela, orang-orang bisa mati lemas.


Bong Sun minta maaf lagi, lain kali ia akan hati-hati. Tapi ahjussi pemilik tak bisa mentoleransi, cari tempat lain untuk tinggal. “Ahjussi...” bujuk Bong Sun memelas. Ahjussi itu malah menunjuk benda-benda aneh di kamar Bong Sun dan tetap menyuruhnya pindah secepatnya.

 
 

Putus asa, Bong Sun membuka scrap book-nya. Isinya resep-resep masakan, tapi semakin ke belakang, ada foto-foto Sun Woo berikut artikel tentangnya. Itu membuat Bong Sun mengingat perkataan Sun Woo tadi, tentang dirinya seharusnya ada di dapur atau tidak. Ya, Bong Sun memang diam-diam mengagumi Sun Woo, tapi itu membuatnya merobek selembar kertas dari scrap book-nya. Di kertas itu, Bong Sun menuliskan sesuatu dan berjalan enggan menuju suatu tempat.


Sun Woo masih di restoran temannya. Mereka kedatangan satu-satunya wanita di antara mereka, teman-temannya senang melihatnya sementara Sun Woo menyambutnya biasa saja. Wang Joo, wanita itu, berencana mengadakan pesta ulang tahun dan meminta Sun Woo mengurus makanannya, semua temannya fans Sun Woo. “Ah, apa yang harus kulakukan? Aku cukup mahal,” canda Sun Woo. Wang Joo tak masalah, asalkan tak meminta rumah, ia akan membayar berapapun. Tak heran, karena ia kaya. Tadinya Sun Woo mau melakukannya karena wanita itu cantik, tapi lalu menolaknya dengan alasan ia punya janji lain saat itu. Dan sekarang ia juga punya janji dan pamit pergi duluan.


Sun Woo sudah keluar saat temannya menyusul dan mengajaknya minum kopi dulu. Sun Woo berdalih ia akan minum kopi dengan seseorang.

“Siapa? Wanita?”

“Bukankah lebih aneh kalau aku bertemu dengan pria semalam ini?” jawab Sun Woo sambil menyodorkan amplop. Tadinya temannya yang ternyata bernama Jung Woo mau menolak, tapi diterimanya juga. Sun Woo berpesan agar Jung Woo bekerja keras karena sudah mendapatkan pinjaman untuk membuka restorannya, lalu pergi. Jung Woo membuka amplopnya, dan sepertinya jumlahnya besar, karena ia langsung bergumam ‘i love you’ pada Sun Woo yang sudah berjalan pergi.


Dan Sun Woo benar pergi minum kopi bersama wanita, tapi wanita itu adalah ahjumma yang menjual kopi di pasar, haha. Sun Woo memuji kopinya yang terbaik, dan setelah berbasa basi sebentar ia lanjut berkeliling pasar. Sun Woo sepertinya sudah biasa berbelanja kebutuhan restorannya sendiri dan tampak menikmati pencarian bahan segar untuk menu besok.


Bong Sun sampai di Sun Restoran yang gelap. Ia sudah mau pergi setelah meletakkan surat perpisahannya, tapi keburu Sun Woo datang. Sun Woo heran, apa yang kau lakukan jam segini? Kau baru datang atau mau pulang? Bong Sun gugup, “Aku baru datang.. tidak, akan pulang.” Sun Woo tak ambil pusing dan mau menyimpan udang yang dibelinya, tapi Bong Sun berkata ia yang akan melakukannya.


Di kamarnya, Sun Woo makan ramen sambil browsing dirinya sendiri di internet. Ia sebal karena rankingnya ada di bawah Chef Marco yang mengupdate blognya dengan foto-fotonya bersama selebriti. “Dia tak bisa melakukannya dengan kemampuannya, jadi ia selalu melakukan ini,” keluh Sun Woo.


Ia lalu lanjut browsing dan menemukan blog yang menulis resep bubur kubis. Blog ‘You are my sunshine’ dengan tagline kebahagiaan hidup sehari-hari, dan mimpi akan meja yang hangat. Itu saja sudah membuat Sun Woo tertarik, dan dari postingannya, Sun Woo bisa merasakan kalau orang itu sangat tulus dalam masakannya. Ia pun menulis pesan untuk si blogger.


To: Sunshine. Resepmu selalu mengandung kebahagiaan yang dapat dirasakan dari rasanya. Aku adalah seorang fan, fighting!

Aww, ah seandainya Sun Woo tau kalo itu blognya Bong Sun.


Chef, aku ingin berterimakasih untuk segalanya. Kau benar atas apa yang kau katakan, ingin melakukan sesuatu dan mampu melakukannya itu berbeda. Aku terlalu ambisius. Maaf untuk semuanya di restoran. Selamat tinggal.

Tapi ada yang tak bisa dituliskan Bong Sun di suratnya. Ia berterimakasih pada Sun Woo karena ia jadi tau satu hal lagi. Perasaan seseorang itu seperti flu. Begitu dimulai, tak peduli berapapun kau berusaha untuk tak sakit. Itu hanya akan berakhir saat kau sudah melalui sakit yang diperlukan.


Bong Sun ingat hari pertamanya kerja di Sun Restoran. Sun Woo menyemangatinya untuk bekerja keras, meski ia tak tau mimpi Bong Sun adalah menjadi seorang chef atau bukan. Tapi ia melihat sendiri kerasnya Sun Woo. Masakan yang tak sesuai standarnya akan berakhir di tempat sampah.


Bong Sun ingin menjadi chef seperti Sun Woo. Bong Sun bersemangat karena Sun Woo. Bong Sun bahagia karena Sun Woo. Dan terluka karena Sun Woo, lagi dan lagi. Bong Sun merasa sudah melalui sakit yang harus ia rasakan, jadi sekarang waktunya ia pergi.

Untuk orang abnormal sepertinya, Sun Restoran seperti rumah bagi Bong Sun, dan dunia mungkin akan mendorongnya menjauh lagi. Tapi, bagaimanapun Bong Sun akan pergi.


Selamat tinggal, Chef,’ gumam Bong Sun dalam hati sambil membungkuk ke arah Sun Restoran, lalu perlahan berbalik pergi.


Paginya, Sun Woo terbangun karena telpon Ji Woong yang mengabarkan kalau Bong Sun sepertinya sudah pergi. Masih dengan baju tidurnya, Sun Woo turun ke restoran dan membaca suratnya sendiri. Eun Hee sedih karena Bong Sun bahkan tak berpamitan. Sun Woo bisa menduga dari kepribadiannya, Bong Sun tak akan berani melakukan itu. Sun Woo baru meminta Eun Hee memberikan 3x gaji sebagai pesangon pada Bong Sun saat Min Soo heboh memberitahu kunci lemari penyimpanan bahan hilang. Sepertinya Bong Sun yang membawanya.


“Siapa maksudmu? Na Bong Sun?” tanya Sun Woo heran. Ia baru ingat kalau semalam Bong Sun membantunya menyimpan bahan makanan yang dibelinya. Semua laci sudah dicek, tapi tak ada. Dan tak ada waktu untuk membuat duplikat, karena itu kunci khusus dan sekarang sudah pukul 10. Ji Woong sudah menelpon Bong Sun dari tadi, tapi tak ada jawaban.


Sementara itu yang mereka cari sedang mencari tempat tinggal baru dengan jendela, tapi harganya terlalu mahal untuk kantong Bong Sun. Dan ia sengaja tak mengangkat telpon Ji Woong. Terdengar suara teriakan, dan tiba-tiba kepala Bong Sun sakit sekali.


Teriakan itu berasal dari mulut Soon Ae yang super bosan. Ia berusaha membujuk Ahjumma agar dibolehkan pergi, ia janji akan hidup tenang seperti ia sudah mati. “Kau sudah mati, bagaimana bisa kau hidup seolah-olah kau mati?” sahut Ahjumma yang tentu saja tak percaya.


Bel pintu berbunyi. Soon Ae sudah girang, dipikirnya itu pelanggan. Tapi yang datang ternyata kiriman makanan. Tapi Soon Ae tetap girang, bukan karena makanannya, tapi ia bisa kabur selagi Ahjumma lengah karena berdebat dengan si pengantar makanan. Begitu sadar Soon Ae tak ada, Ahjumma langsung lari mengejar Soon Ae yang belum jauh.

 
 

Bong Sun yang entah kenapa tampak sempoyongan terduduk di halte bis. Soon Ae berlari ke arah halte itu, dan di pandangannya, hanya Bong Sun yang tampak bersinar. Tak ada waktu pikir panjang, Soon Ae masuk ke tubuh Bong Sun, tepat saat Ahjumma sampai di sana.


Bong Sun langsung melek sepenuhnya sambil berusaha mengindari pandangan Ahjumma yang masih di sana. Beruntung, Seo Joon datang dengan motornya dan langsung menyuruh Bong Sun ikut dengannya. Awalnya bingung, tapi ia menurut juga dan pergi dari sana. Ahjumma langsung tau Soon Ae merasuki orang lagi, tapi terlambat,  ia sudah pergi dengan motor.


Sampai Sun Restoran, Bong Sun yang bingung mereka ada di mana langsung ditarik Seo Joon masuk. Di dalam, pandangan semua orang yang seperti ingin memakannya membuatnya makin bingung, “Apa.. apa maksudnya ini?”


Sun Woo mengulurkan tangannya tanpa berkata apapun. Bingung, Bong Sun menjabat tangan itu, berpikir ia sedang disapa. Sun Woo langsung menepis tangannya dan minta Bong Sun berhenti main-main, serahkan kuncinya!


“Kunci apa?” tanya Bong Sun tak mengerti, tanpa nada takut dalam suaranya. Sun Woo tak sabar dan mulai mencari kuncinya di saku Bong Sun, tapi refleks malah membuat Bong Sun mengunci Sun Woo dan membuatnya jatuh ke lantai. Semua kaget.

Note:
Jarang-jarang aku naksir drama dari episode 1, tapi aku langsung naksir aja sama drama ini. And i'm falling for Kang Sun Woo's charm right from episode 1. Can't wait to see how the drama goes..

1 comment: