Sunday, March 8, 2015

Sinopsis Heart to Heart Episode 15 Part 1

 

Flashback kejadian 23 tahun lalu. Ayah dan ibu Yi Suk bertengkar hebat, sampai ibu mengurung diri di gudang. Ayah berteriak agar ibu keluar, tapi ibu yang histeris menahan pintunya. Ayah tak sabar dan memecah jendela gudang dengan batu, ia mengancam ibu untuk keluar dan bicara dengannya dengan pemantik di tangannya. Ayah benar-benar menyalakannya, dan menjatuhkan pemantik itu ke dalam gudang. 



Entah apa isi gudang itu, tapi api segera membakar gudang. Ayah berteriak panik menyuruh ibu keluar, tapi tak ada suara apapun dari dalam. Ayah mendobrak pintu gudang, api benar-benar sudah membesar dan ayah segera membopong ibu yang pingsan keluar.


Yi Suk mendengar keributan itu, berlari panik menuju gudang. Berteriak hyungnya ada di dalam. Tapi terlambat, api benar-benar membesar dengan cepat. Mereka sama sekali tak bisa mendekat. Yi Suk terus berteriak histeris agar kakaknya keluar.


Young Ji kecil melihat semua itu, dengan korek api yang masih utuh di tangannya. Ia sama sekali menyalakannya.

Episode 15.


Yi Suk memeriksa kondisi Kakeknya sambil meyakinkan kalau ia tak akan menemui Hong Do diam-diam di belakang Kakeknya. Ia melakukan ini untuk Hong Do karena keluarganya dan dirinya adalah bekas luka untuk Hong Do. Yi Suk memutuskan untuk tak menemuinya agar rasa bersalah Hong Do tak bertambah. Kakek hanya diam mendengarkan sedari tadi.


Tekanan darah Kakek sepertinya tidak begitu bagus, karena Yi Suk menyuruh Kakek mengawasi apa yang dimakan dan berolahraga sedikit. Saat Butler Ahn masuk, Yi Suk memintanya membawa Kakek pergi jalan-jalan karena cuaca sudah lebih baik. Butler Ahn mengiyakan. Yi Suk terus memberikan saran agar Kakek menambah intensitas olahraganya agar lemak di perut tak makin menumpuk, lalu pamit pergi kerja.


Kakek tau cucunya memaksa dirinya untuk tersenyum dan melihatnya seperti itu benar-benar menyedihkan. Dia tak mengambil libur dan pergi ke rumah sakit dengan sangat rajin. Kakek benar-benar tak tau apa yang Yi Suk pikirkan. (lah yang nyuruh putus pan situ! Kenapa jadi tiba-tiba khawatir?? -.-“)


Butler Ahn hanya menyodorkan sebuah amplop pada Kakek. Semalam saat menutup pintu depan, ia bertemu Hong Do yang menunggu di pintu gerbang, membeku seolah dia menunggu selama berjam-jam.


Sepertinya Hong Do memang sudah menunggu lama saat ia melihat Butler Ahn di balik pagar dan memanggilnya. Butler Ahn heran melihat Hong Do yang berlari menghampirinya, apa kau datang untuk bertemu Yi Suk? Hong Do menggeleng dan mengembalikan amplop yang diberikan Kakek sebelumnya. Ia tau apa maksud Kakek memberinya, tapi ia minta maaf karena tak bisa menerimanya. Dan untuk Yi Suk, karena ia tak akan bertemu dengannya lagi, Hong Do minta Butler Ahn mengatakan padanya agar tak khawatir. Butler Ahn yang tak tega melihat Hong Do kedinginan mengajaknya masuk sebentar untuk menghangatkan diri. Tapi Hong Do buru-buru menolak dan berterimakasih atas semuanya, lalu berlari pulang.

Butler Ahn benar-benar tak tega. Mereka putus seperti itu dan tak ada seorang pun yang merasa lebih baik. Kakek minta Butler Ahn mencari tau kabar Hong Do karena itu mengganggunya.


Yang dikhawatirkan baru saja bangun dari tidurnya, mengambil sebungkus mi instan, dan memakannya begitu saja tanpa memasaknya sambil menonton TV. Ia mengabaikan apapun yang terjadi di luar sana. Meski Ahjumma pemilik rumah terus memanggilnya keluar karena ada yang mau melihat rumahnya, Hong Do bergeming seolah tak mendengar apapun. Ia malah memilih kembali ke balik selimutnya.


Sementara Yi Suk kembali menemui pasien, meski hati dan pikirannya tak sepenuhnya ada di sana. Profesor Uhm datang mengajaknya makan siang, tapi Yi Suk tak menyambutnya dan mulai membaca buku. Profesor Uhm tau Yi Suk masih tak mood bicara, jadi ia minta mereka bicara tentang pasien saja, karena Yi Suk yang terlalu pendiam benar-benar menyebalkan. Profesor Uhm lebih suka saat Yi Suk datang ke kantornya karena melakukan kesalahan.


Yi Suk menutup bukunya dan mulai bicara tentang pasiennya. Pasien yang baru saja pergi punya gangguan makan. Ayahnya yang menyiksanya ketika dia masih kecil baru-baru ini didiagnosis kanker perut dan dirawat di rumah sakit, dia harus merawatnya. Dia makan lebih banyak sekarang.

“Jadi?”

“Kurasa aku harus memberitahu dia untuk memaafkan, tapi aku tak bisa melakukannya,” jawab Yi Suk. Profesor Uhm tanya penyebabnya, karena tampaknya orang tuamu dan Kakek tak bisa memaafkan Cha Hong Do? Profesor Uhm membenarkan, memaafkan bukan sesuatu yang mudah dilakukan. Yi Suk malah bertanya apa itu memaafkan? Jika seorang pembunuh berantai dihukum 30 tahun penjara dan keluar dari sana, apakah itu berarti dia diampuni? Seorang anak kecil yang menyalakan api karena kesalahan, apa ini soal memaafkan atau tidak memaafkan?


Itulah yang Profesor Uhm pikirkan, kita tak memaafkan demi orang lain, tapi untuk diri sendiri. Kebanyakan orang secara naluriah cenderung membiarkan hati mereka menuju kebahagiaan, bukan kemalangan, bukankah kita memaafkan untuk mencoba dan berbahagia? Yi Suk merasa memaafkan bukanlah kata yang pas untuknya dan Hong Do. Yi Suk tak ingin membicarakannya lagi dan bangkit mengajak Profesor Uhm pergi makan siang.

 

Doo Soo membawakan seplastik besar belanjaan dan menaruhnya di tangga rumah, berteriak agar Hong Do mengambilnya karena ia tau sudah berhari-hari Hong Do tak keluar. Ia akan memeriksanya saat pekerjaannya selesai nanti. Hong Do mendengarnya, tapi tak berniat bergerak sedikitpun dari kasurnya. Ia hanya mengirim pesan agar Doo Soo membawanya lagi dan jangan datang lagi.

Doo Soo melihat seorang pria mencurigakan di sekitar rumah Hong Do, tapi orang itu langsung lari saat Doo Soo teriak memanggilnya. Refleks Doo Soo mengejarnya.


Butler Ahn memberitahu Kakek soal Hong Do yang selalu pergi keluar di tengah malam dan kembali saat fajar, seperti tidur sambil berjalan. Setengah sadar dia berkeliaran dan kembali saat fajar dalam keadaan membeku. Kakek malah bertanya-tanya apa yang begitu menyiksanya sampai dia seperti itu? Kakek khawatir, tapi hanya waktu yang bisa menyembuhkan, sampai ia kembali ke akal sehatnya, suruh seseorang mengawasinya. Butler Ahn mengiyakan dan pergi.


Se Ro baru pulang syuting saat Ibu menyapanya dan mengajaknya duduk minum teh. Ibu bahkan bertanya perhatian apa Se Ro syuting sepanjang malam? Ibu menyuruh Se Ro meminum tehnya, mandi air hangat dan tidur nyenyak, kau sudah bekerja keras. Se Ro heran sendiri dengan perhatian ibunya, ia hanya pernah melihatnya saat sakit, jadi ia ingin tau bagaimana ibunya sebelum Il Suk meninggal. Ibu tak tau, ia juga tak ingat.


“Apa kau senang Oppa dan Hong Do unni putus?” tanya Se Ro. Ibu berpikir begitu, tapi ternyata tidak. Ibu tak tau apakah itu karena Yi Suk, tapi ia terus berpikir tentang itu. Se Ro kasihan pada Oppanya, dan berkata setelah syuting berakhir, ia ingin kembali ke Amerika Serikat. Se Ro tak suka ada di sini lagi. Saat kembali, ia berpikir mereka bisa mencoba dan menjadi keluarga, tapi ia membencinya. Ia tak bisa hidup seperti ini, ia lebih suka hidup di asrama. Se Ro lalu naik untuk  tidur dan minta ibu tak mengganggunya.


Malamnya, Doo Soo kembali ke rumah Hong Do, tapi belanjaannya masih tetap di tempat semula. Doo Soo memindahkannya persis di depan pintu, dan beranjak tanpa memanggil Hong Do. Ia menelpon Yi Suk, mengajaknya minum.


Yi Suk menunggu di rumah sakit. “Kenapa kau mau minum denganku? Apa kau tak punya teman?” sambut Yi Suk malas begitu Doo Soo datang. Doo Soo tau-tau menyodorkan foto pemantik yang ditemukan di lokasi kebakaran 23 tahun lalu. Yi Suk hanya melihatnya sekilas tanpa tertarik sedikitpun. Ia malah menyuruh Doo Soo memikirkan urusannya sendiri.


Karena Yi Suk tak memberi respon yang diharapkan, Doo Soo beralih memberitahu soal seseorang yang berkeliaran di rumah Hong Do, dan bertanya apa Yi Suk yang menyuruh seseorang mengikutinya? Yi Suk bisa menduga itu perbuatan kakeknya. “Apa mereka mengawasi untuk memastikan kalian tak bertemu?” tanya Doo Soo. Sepertinya begitu, jawab Yi Suk.


Doo Soo jadi berandai-andai apa yang akan ia lakukan jika jadi Go Yi Suk, ia akan memilih putus seperti yang Yi Suk lakukan. Ia anak tertua, jadi ia lebih mengkhawatirkan keluarga. Doo Soo merasa soal itu mereka mirip, tapi kalau itu dirinya, ia tak akan bisa berada di tempat ini lebih lama lagi karena ini tempat dimana mereka bekerja bersama, dan juga lingkungan yang sama. Doo Soo penasaran bagaimana Yi Suk bertahan, apa kau tidak menderita?


Doo Soo lanjut berkata hari ini Hong Do mengiriminya pesan untuk tak datang lagi. Yi Suk merasa Doo Soo terlalu banyak bicara hari ini dan menyuruhnya minum saja. Tapi Doo Soo tetap saja bicara, “Apa kau akan membiarkan Hong Do seperti ini? Kau tak seperti aku. Kau seorang pria yang egois. Jangan berpikir tentang keluargamu. Sebaliknya, bawa Hong Do bersamamu dan melarikan diri.” Yi Suk hanya menjawab kalau ia juga ingin melakukannya.


Yi Suk yang mabuk pulang dengan supir pengganti. Ia yang tak sepenuhnya sadar melihat bayangan wajah Hong Do di jendela mobilnya. Ia menyentuh pipi Hong Do gemas, seperti yang biasa dilakukannya, sambil menggumamkan namanya. “Cha Hong Do, apa kau hidup dengan baik? Apa kau bahagia?”


Di rumah, ia bertemu Se Ro yang langsung tau Oppanya habis minum. Yi Suk mengiyakan dan minta maaf. Se Ro bertanya Oppanya minum dengan siapa, dan tertarik saat tau ia minum dengan Detektif Jang, kenapa kau minum dengan dia? Yi Suk langsung berkata kau tak boleh bersama pria itu, berhentilah tertarik padanya. Se Ro berkata ia sedang dalam proses berhenti dan mengajak Yi Suk menonton film, ia punya film bagus dan setoples besar popcorn yang daritadi dibawanya.


Mereka menonton di kamar Yi Suk. Film selesai, dan Se Ro bertanya apa Oppanya ingin menonton yang lain? Yi Suk berkata mereka harus tidur, sudah malam. “Apa menurutmu kau bisa tidur?” tanya Se Ro khawatir. Yi Suk akan mencobanya. Se Ro menghela napas panjang sebelum berkata ia menyerah pada mimpinya menjadi aktris, itu tidak seperti yang ia pikirkan. Se Ro tadinya butuh alasan untuk kembali ke rumah, ia ingin datang dan entah bagaimana bersama seperti sebuah keluarga. Tapi Se Ro menyerah, ia tak suka berada di sini lagi.



“Anak kecil kita terluka, aku mengerti,” ujar Yi Suk. Se Ro benci kembali ke rumah, itu membuatnya frustasi dan ia sudah bilang pada ibu kalau ia akan kembali ke Amerika Serikat. Ketika syuting selesai, ia akan pergi dan belajar. Sepertinya ia tipe yang lebih suka belajar. Karena Se Ro pergi karena keinginannya, Yi Suk tak akan menghentikan. Tapi mendengar Se Ro akan pergi, rasanya tak menyenangkan.

Yi Suk minta Se Ro mempertimbangkan untuk belajar di Korea, kau bisa tinggal di apartemenku, aku yang akan bicara pada Kakek. Se Ro heran dan merasa ini seperti bukan Oppanya, apa kau tak ingat begitu menentangku pindah? Yi Suk hanya senyum. Se Ro bangkit pergi setelah mengucapkan selamat malam.


Hong Do tiba-tiba terbangun dari tidurnya, bergumam ia harus pergi. Ia mengenakan mantelnya dan pergi ke.. rumah sakit. Hong Do menyalakan lampu-lampu meja dan mulai mengeluarkan peralatan merajutnya dari dalam tas. Ia ingin membuat sweater merah untuk Yi Suk, mengira-ira ukuran bahu Yi Suk dari kursi yang biasa didudukinya dan lanjut merajut.


Yi Suk turun dari kamarnya, dan Ahjumma Geum Shim langsung membawanya ke meja makan, ia sudah membuatkan sup pereda mabuk. Ahjumma mengeluhkan kebiasaan lama Yi Suk yang kembali, ia bahkan menemukan beberapa botol alkohol kosong di bawah tempat tidur. “Jika kau terus minum alkohol karena kau tak bisa tidur, kau bisa sakit. Kau bisa bertemu wanita lain saat kau menjalani hidupmu. Jangan terlalu kecewa,” hibur Ahjumma lalu pergi membawakan jus untuk Kakek.

 

Yi Suk cuma mengaduk-aduk supnya saat ayah memutuskan duduk bersamanya di meja makan. “Apa kau sedang bersiap untuk bekerja?” tanya ayah canggung. Yi Suk mengangguk. Jeda sebentar sebelum Yi Suk meminta maaf, ia melakukan kesalahan. Ia tak menyadari kalau ayah juga kehilangan anaknya. Yi Suk pikir hanya ibu yang sakit, dan ayah tidak. Ia hanya berpikir ayah menghindarinya dengan tak bertanggung jawab, tanpa sadar kalau ayah juga mencoba untuk menahannya sendiri.


Yi Suk memberitahu soal Ahjumma Naju, setelah dia meninggalkan rumah mereka, dia membesarkan gadis kecil itu dengan susah payah. “Gadis itu, setiap kali dia bicara tentang neneknya, aku tau hatinya sedang terkoyak. Setelah Hyung meninggal, kupikir tak ada seorang pun yang tak terluka,” ujar Yi Suk. Ia sudah menjadi psikiater, tapi tak bisa memahami ayahnya dengan baik, dan ia meminta maaf untuk itu.

“Yi Suk-ah..”


“Aku ingin memberitahumu sebelum terlambat, bahwa aku menyesal. Maafkan aku, Ayah,” lanjut Yi Suk lalu pergi kerja tanpa menyentuh makanannya sama sekali. Sementara Ayah masih tercenung, kenapa kau meminta maaf? Kenapa?


Yi Suk masuk ruang kerjanya, dan sebuah benda di meja menarik perhatiannya. Gunting, dan sisa potongan benang. Tanpa sadar Hong Do meninggalkan jejaknya semalam. Yi Suk langsung menghubungi Butler Ahn, memintanya datang ke rumah sakit.


Saat Butler Ahn datang, Yi Suk minta maaf sudah memintanya datang karena ia punya banyak pasien. Butler Ahn tak masalah, Kakek juga sedang keluar, jadi tak ada yang ia lakukan. Mereka duduk, dan Yi Suk langsung bertanya apa Kakek menyuruh seseorang untuk mengikuti Cha Hong Do? Butler Ahn mengiyakan, bukan karena alasan lain, tapi Kakek hanya khawatir.

“Khawatir tentang apa? Apa sesuatu terjadi padanya?”

“Yi Suk-ah..”


Yi Suk tau mereka sudah putus, tapi tetap saja Hong Do harus baik-baik saja. Jika sesuatu terjadi padanya, ia tak bisa tinggal diam. Butler Ahn akhirnya memberitahu kalau Hong Do berkeliaran di malam hari, dan itu membuat Yi Suk kaget.


Di rumah, tak ada apapun yang bisa dimakan Hong Do, sampai remah-remah mi instan di meja pun ia makan. Di kulkas hanya ada sebutir telur dan kimchi. Dan tanpa dimasak, Hong Do menyesap telur mentah itu bersamaan dengan kimchi. Di luar rumahnya Se Ro terus memanggilnya, bertanya apa Hong Do ada di dalam? Se Ro memberitahu kalau Oppanya baik-baik saja. Ia datang karena ingin melihat Hong Do sebelum pergi ke Amerika, tapi ia merasa Hong Do tak akan keluar dan memintanya jaga diri. Se Ro menaruh hadiah terakhirnya lalu pergi.

 

Hong Do mendengarnya dari dalam. Meski tampak kaget ia berusaha tak peduli, dan kembali menyibukkan diri dengan telur dan kimchinya. (hueek, apa rasanya telur mentah? Huuft kasian Hong Do yang jadi takut api, dari kemaren dia makan yang mentah2 terus..)


Doo Soo masih memandang foto pemantik itu dengan serius selagi Detektif Yang telponan mesra dengan pacarnya (wait, kapan Yang dapet pacar yaa? haha). Detektif Yang kesal karena Doo Soo tak tertarik memberinya saran percintaan. Padahal saat Doo Soo jatuh cinta, ia yang melatih, menasehati, dan membantu dengan segala cara yang ia bisa. Tapi Doo Soo diam saja dan tetap serius. Detektif Yang malah mengira Doo Soo cemburu, kenapa kau cemburu atas sesuatu seperti itu? Tapi Doo Soo tetap saja serius, jadi Detektif Yang ikut mengamati foto itu dan melihat inisial ‘K’ di pemantik itu. “K berarti.. Go Yi Suk?” duga Detektif Yang.

Tapi lagi-lagi Detektif Yang diabaikan, karena begitu membaca pesan di ponselnya, Doo Soo langsung keluar. Tentu saja untuk menemui Se Ro yang menunggunya di dekat mesin penjual minuman. Sepuluh langkah darinya, Se Ro minta Doo Soo berhenti. Ia mencoba memotret Doo Soo dengan tangannya, dan merekamnya di matanya. Setelah tiga jepretan tangan, Se Ro membolehkan Doo Soo mendekat.

 

“Apa ada sesuatu yang terjadi? Aku belum bisa menelponmu,” tanya Doo Soo yang berjalan mendekat. Se Ro berkata ia akan kembali ke Amerika. “Kenapa?” tanya Doo Soo langsung. Se Ro kembali karena suasana di rumah, pekerjaan akting, dan seorang pria yang tak tau bagaimana perasaannya.

 

Doo Soo memberondongnya dengan pertanyaan, “Apa ini sungguhan? Apa kau menetap permanen? Kapan kau berangkat?” Se Ro hanya tanya kenapa Doo Soo ingin tau. Doo Soo agak gelagapan menjawabnya, dan itu membuat Se Ro menyimpulkan ada yang terjadi di antara mereka. Tapi Se Ro tak memperpanjangnya dan pamit pergi. Meski ia memandang sedih mesin penjual minuman di belakangnya, ia bahkan tak bisa memiliki satu cangkir terlebih dulu.


Tanpa berpikir Doo Soo memanggil Se Ro yang sudah melangkah pergi, menawarinya untuk minum kopi dulu. Ia akan membelikannya. Se Ro tak menyambutnya, hanya berkata akan mengirimkan pesan soal waktu keberangkatan. Terserah Doo Soo akan memeriksanya atau tidak, lalu pergi.

Tak lama pesan itu masuk ke ponsel Doo Soo, ‘7 Maret jam 16.00 ke Washington’.


Bersambung ke Part 2

No comments:

Post a Comment