Sunday, March 1, 2015

Sinopsis Heart to Heart Episode 13 Part 1

 

Selagi Young Ji kecil masih berhitung, Yi Suk dan kakaknya masuk ke gudang untuk bersembunyi. Il Suk melihat sebuah drum besar dan akan sembunyi di sana. Yi Suk membantu kakaknya masuk, juga menutup drumnya sesuai perintah kakaknya. Ia bahkan menaruh sebuah box di atasnya. Daritadi Yi Suk kecil hanya diam sambil menuruti kata-kata kakaknya, tapi ia tersenyum senang melihat kakaknya terkurung di dalam drum. Ia sengaja menendang drum itu dan pergi meninggalkan gudang.


Bukannya bersembunyi, Yi Suk malah duduk santai di atas dedaunan kering, membaca buku.

Episode 13.

 

Hong Do tertawa melihat Yi Suk yang ada di depan pintunya. Tapi ia heran melihat koper Yi Suk. Yi Suk berkata ia melakukan tindakan ekstrim dengan pergi dari rumah, jadi beri dia tempat untuk tidur. Hong Do belum menjawab apapun, tapi Yi Suk sudah masuk ke rumah dan mulai menginvasi setiap sudutnya. Ia mengomentari taman kecil Hong Do, tertarik dengan loteng yang tangganya dipenuhi tumpukan buku, menepuk-nepuk helm Hong Do. 

Sementara Hong Do sibuk menyuruhnya keluar. Ini pertama kalinya ia kedatangan tamu di rumah dan rasanya aneh. Tentu saja Yi Suk tak peduli, ia duduk di sofa dan minta Hong Do membuatkan makanan, ia lapar. (Oh my, scene ini ngingetin pas Kkae Geum pertama kali masuk ke rumahnya Dok Mi deh, haha)




Hong Do tak setuju Yi Suk keluar dari rumah, Kakek bisa lebih marah. Tak ada yang bisa Yi Suk lakukan karena ia lebih khawatir pada Hong Do dibandingkan Kakeknya. Menurutnya Hong Do seperti jiwa kecil yang baru saja datang ke dunia, tak seperti Kakek yang mungkin sudah merasakan hal lebih berat dari ini dalam 80 tahun hidupnya.


Hong Do jadi merasa bersalah, ia menyuruh Yi Suk makan malam tapi lalu pergi agar Kakek tak khawatir. Yi Suk tak mau, ia berencana tinggal selamanya. Seperti anak kecil, Yi Suk benar-benar tak bisa diam. Baru berbaring sebentar di sofa, ia bangun dan tertarik melihat ikan-ikan Hong Do. “Kalian ingin makan juga?” tanya Yi Suk pada si ikan sambil memberi mereka makan. Hong Do melihatnya dari dapur dan bergumam sendiri kalau ikan-ikannya sudah makan.


Kakek bertanya pada Butler Ahn apa Yi Suk benar-benar pergi ke rumah Hong Do? Butler Ahn mengiyakan, ia sudah minta seseorang memeriksanya. Kakek geleng-geleng, ia minta Butler Ahn menyiapkan tiket pesawat. Kakek akan mengirim Hong Do keluar negeri. Butler Ahn tak menduga Hong Do muncul lagi setelah 23 tahun, ia merasa itu karena mereka tak bisa menyembunyikannya terus menerus, sudah waktunya untuk mengungkapkan segalanya. Ia ingin mengatakan semuanya dan membiarkan Hong Do dan Yi Suk memutuskan sendiri. (Hmm, i feel something fishy here)


Kakek malah marah, “Apa yang kau bicarakan? Untuk anak yang menggila hanya dengan menyebut nama saudaranya? Kau ingin menyeretnya dalam lubang neraka atau apa? Benar-benar!” Butler Ahn cukup melakukan apa yang Kakek perintahkan. Terpaksa Butler Ahn diam.


Yi Suk mengambil cangkir teh yang disiapkan sambil kembali ke sofa, “Hong Do-ya, di mana kau biasanya duduk? Di sini atau di sini?” Di sana, jawab Hong Do yang malah menunjuk lantai di depan sofanya. Yi Suk heran dan pindah duduk di bawah, “Kenapa kau duduk di sini bukannya kursi?” Hong Do hanya tertawa dan tanya apa Yi Suk benar-benar tak akan pergi? Kau bisa pergi ke apartemen. Semua yang Yi Suk lakukan membuat orang khawatir.

 

Yi Suk malah menggoda Hong Do, memangnya apa yang akan mereka lakukan sepanjang malam jika tinggal berduaan? Mereka akan tetap terjaga sepanjang malam, mengingat kembali apa yang dikatakan Kakek berulang-ulang. Mereka akan melakukan semuanya bersama, baik itu begadang semalaman ataupun menangis. “Kita ada di perahu yang sama sekarang, mengerti?” Hong Do cuma senyum memandangi Yi Suk, tak percaya.


Benar saja, sedetik kemudian Yi Suk mengeluh lelah dan mengajak Hong Do tidur. Yi Suk menepuk-nepuk sisi di sebelahnya, menyuruh Hong Do datang. Hong Do akhirnya mengijinkan Yi Suk tidur selama satu malam karena sudah larut. Tapi ia mengambil selimut lain dan mau tidur di tempat lain, ia hidup sendirian untuk waktu yang lama dan merasa tak nyaman.


Yi Suk menahan tangan Hong Do, anggap saja ini latihan, lagipula mereka akan hidup bersama suatu hari nanti. Hong Do menggeleng, tapi bukan Yi Suk kalau tak membuatnya jatuh. Ia langsung memeluki Hong Do. Yi Suk melihat tombol untuk mematikan lampu di langit-langit, dan bangun untuk mencoba mematikannya. Hong Do melihat itu sebagai kesempatan untuk kabur, tapi Yi Suk langsung menangkapnya dan menjatuhkannya lagi ke kasur dengan gemas.

 

Yi Suk menggoda Hong Do lagi dan membalikkan posisi wajahnya menghadapnya. Kali ini Hong Do pasrah. Yi Suk mengecupnya, “Aku mencintaimu.” Jelas Hong Do makin pasrah dan membiarkan Yi Suk menciumnya. Saat itu Yi Suk sempat-sempatnya menyuruh ikan-ikan Hong Do untuk tutup mata, hahaa.


Hari sudah pagi. Yi Suk sudah menyiapkan minuman dan buah di atas meja saat ia mempreteli kunci-kunci tambahan di pintu, tapi Hong Do masih asik tidur. Hong Do terbangun mendengar teriakan Yi Suk yang mengajaknya makan dan langsung bangkit dengan senyum lebar. Ekspresi Hong Do berubah saat melihat apa yang Yi Suk lakukan. “Kau memiliki terlalu banyak kunci. Kau hanya perlu satu agar mudah bila kau ingin masuk atau keluar. Ini bukan untuk menjaga dari pencuri, tapi bentengmu dari dunia luar. Iya, kan?” ujar Yi Suk.


Hong Do mendesah kesal, itu seperti hadiah untuk pencuri. Yi Suk selesai dan mengajak Hong Do pergi makan di luar, tak ada apa-apa yang bisa dimakan di lemari es. Hong Do tertawa dan pergi mengambil ponselnya yang berbunyi. Ibu Yi Suk yang menelpon ingin bertemu dengannya. Yi Suk mendekat curiga, siapa pagi-pagi begini? Ibu mau Hong Do tak memberitahu anaknya kalau ia menelpon. Tak ingin Yi Suk mendengarnya, Hong Do langsung berbaring dengan ponsel menempel di bantal dan mengiyakan dengan pelan lalu menutup telponnya.


Itu membuat Yi Suk makin curiga, “Siapa itu? Pria atau wanita?” Wanita, jawab Hong Do. Yi Suk langsung tak mempermasalahkannya dan bertanya password pintu Hong Do. Awalnya Hong Do enggan, tapi memberitahu juga kalau passwordnya tanggal peringatan kematian neneknya, 0929 (whoops, itu kan tanggal lahirnya Dani! *OOT* :p)


Hong Do menyuruh Yi Suk segera pergi kerja, ia mau tidur sebentar lagi. “Hei, setelah membuatku melakukan pekerjaan sulit ini untuk pertama kalinya, bagaimana bisa kau mengusirku tanpa makanan,” keluh Yi Suk. Hong Do yang sudah bergelung selimut menyuruh Yi Suk cepat pergi, ini sangat tak nyaman. Yi Suk minta Hong Do jangan sedih atau kecewa, berpikir positif saja kalau Kakek sangat menyukaimu. Yi Suk mengecup kening Hong Do lembut lalu pergi, meski tentu ia tak ingin pergi.


Hong Do menyapa ibu Yi Suk di tempat janjian mereka. “Anak-anakku.. satu tidak cukup, jadi sekarang kau ingin merampas yang lainnya juga?” tanya Ibu marah begitu melihatnya. Hong Do tak mengerti. Ibu makin tak bisa menahan emosinya, bagaimana mungkin Ahjumma Naju begitu tak bertanggung jawab? Bagaimana bisa dia mati tanpa memberitahumu apa-apa? Hong Do makin tak mengerti, apa Anda mengenal nenekku?


“Aku juga mengenalmu... Cha Young Ji. Kau membunuh anakku,” ujar ibu menahan tangis sekaligus amarah, “Kakak Yi Suk. Karena kau membunuh Il Suk.” Hong Do belum mengingat apapun dan menatap ibu shock.

 

Begitu sampai rumah, Hong Do dengan panik segera mencari foto-foto lama. Ia menemukan beberapa amplop dengan cap perusahaan kakek Yi Suk, dan juga.. foto masa kecil mereka. Hong Do menangis tak percaya.. ia mengingatnya. Flashback saat ia menyalakan korek dan membakar area sekitarnya. “Tidak. Tidak. Tidak. Ini tidak mungkin,” sangkal Hong Do tak mau percaya.


Ibu memberitahu Kakek kalau ia menemui Young Ji. Cha Hong Do, dia juga harus tau apa yang dia lakukan, entah dia belum dewasa atau tidak tau karena masih kecil, dia melakukan kejahatan dan harus mendapat ganjaran untuk itu. Menurut Kakek Ibu sudah melakukan sesuatu yang sangat tidak berguna, “Jika dia tau, bukankah akhirnya Yi Suk mengetahuinya juga? Lalu apa yang akan kau lakukan?” Pandangan ibu mengeras, khawatir akan putranya.


Se Ro sedang syuting di sebuah minimarket, menjadi anak SMA. Dialognya hanya 2 kalimat, tapi ia terus menerus melakukan kesalahan sampai sutradara kesal, apa kau hanya pandai menjadi polisi wanita? Berkali-kali juga Se Ro minta diberi kesempatan lagi, tapi senyumnya hilang saat sutradara menyuruhnya merobek rok sedikit, kau tak punya apa-apa untuk dilihat kecuali kaki. Se Ro langsung sedih.


Tak punya orang untuk mengadu, Se Ro pergi ke kantor polisi. Ia sedang menunggu di mesin minuman saat Doo Soo datang menemuinya. Ia tertekan dan minta diberikan sesuatu yang manis. Tanpa banyak kata Doo Soo membelikan kopi untuk Se Ro dan memberikannya.

“Apa kau baik-baik saja? Kau terkejut, bukan?”

“Terkejut dengan apa?” tanya Doo Soo bingung. Se Ro berkata ia hanya punya dua baris dialog, tapi ia bahkan tak bisa melakukan itu dan mengacaukan bagiannya hari ini. “Biasanya aku mengatakan ini pada Oppaku, tapi Oppaku kabur dari rumah. Jadi aku tak punya siapa-siapa selain kau untuk bercerita,” ujar Se Ro sedih. 

 

Ia minta dibelikan alkohol, tapi Doo Soo tak bisa, ia kerja lembur. Se Ro maklum, ia sudah tau kalau Doo Soo akan seperti ini, ia bahkan tak terluka lagi oleh itu. Se Ro mengembalikan kopinya, minta maaf sudah mengganggu lalu pergi.


Yi Suk pulang karena Butler Ahn memberitahu keadaan ibu yang sedang histeris. Yi Suk bertanya sebabnya, tapi Butler Ahn menyuruhnya masuk dan melihat sendiri, dia sudah diberi obat tidur tapi tetap ingin melihatmu. Yi Suk mengerti dan akan melihat ibunya. Tapi Butler Ahn memanggilnya lagi, berkata kalau Kakek mungkin akan mengirim Hong Do ke luar negeri. Yi Suk terkejut.


Ibu yang tak tampak tidur dengan tenang langsung membuka mata saat Yi Suk datang. Ia minta Yi Suk duduk di sampingnya, jangan pergi kemanapun dan tinggallah di sini. “Apa yang ibu bicarakan? Ke mana aku akan pergi?” tanya Yi Suk. Ibu tak menjawab, hanya memeluk tangan Yi Suk erat, memintanya untuk tak pergi.


Yi Suk tak mengerti kenapa ibunya seperti ini. Ia menelpon Ahjumma Geum Shim, memintanya untuk kembali dan berkata pada ibunya kalau masalah sudah terpecahkan, Ahjumma akan segera datang. Yi Suk akan pergi menyapa Kakek, tapi ibu tetap menahan tangannya. “Aku menemuinya hari ini,” ujar ibu.

“Siapa? Cha Hong Do?”

 

Ibu bahkan tak mau mendengar namanya, “Aku membencinya. Kau tak boleh bersamanya. Dia tak akan bisa muncul di depan kita lagi atau dia bukan manusia.” Ibu memeluk tangan anaknya makin erat, membuat Yi Suk makin bingung.

 

Hong Do terduduk diam di rumahnya yang gelap. Otaknya mengingat kejadian 23 tahun lalu. Saat gudang itu habis terbakar. Saat ibu Yi Suk menangis histeris. Saat ia dan neneknya dibawa pergi dengan mobil polisi. Ia berusaha menyangkal ingatan itu, “Apa itu benar-benar aku, Nek? Apa aku benar-benar melakukannya?”

 

Yi Suk berusaha menghubungi Hong Do, tapi tak ada jawaban. Yi Suk bertanya-tanya apa yang ibunya katakan pada Hong Do. Mata ibunya terpejam, tapi saat Yi Suk melepas tangannya dan bangkit pergi, ibu menahannya, “Jika kau pergi.. aku akan mati.”


Se Ro yang akhirnya diantar pulang Doo Soo bercerita panjang lebar soal dirinya. Ia pertama kali pergi ke Amerika Serikat saat ia berusia 10 tahun. Ia tak bisa bicara bahasa Inggris jadi ia selalu sendirian. Ia tak punya teman, mereka semua mengolok-olok matanya yang sipit.  Ia sangat kesepian saat itu. “Kau ingat anak yang menjadi ciuman pertamaku?” tanya Se Ro. Namanya Aiden, seorang anak dengan rambut pirang dan muka bintik-bintik khas Amerika. Setelah beradaptasi dengan kehidupan SMA di sana, ia bahkan menjadi ratu dansa dan anak-anak mulai melihat keindahan Asia dalam dirinya.


Selama Se Ro bercerita, Doo Soo hanya diam mendengarkan dan baru menginterupsi saat melihat kaki Se Ro. “Bagaimana bisa seorang gadis menunjukkan kakinya di mana saja seperti ini?” ujarnya sambil menutupinya dengan jaketnya. Se Ro tersenyum senang dan melanjutkan cerita, kali ini soal profesor filsafatnya. Kali ini Doo Soo tertawa mendengar cerita Se Ro.


Mereka sampai. Se Ro agak tak rela, masih banyak yang ingin ia bicarakan. “Apa kau tak punya teman di Korea?” tanya Doo Soo. “Oppaku. Oppa adalah seorang teman dan ibu bagiku,” jawab Se Ro. Tapi ia buru-buru menambahkan kalau ia tak datang pada Doo Soo untuk menjadi teman. Ia mengatakan ini untuk berjaga-jaga, tapi ia tak bisa menerima kata-kata ‘Aku tak bisa menerima hatimu, jadi mari kita berteman’. Se Ro turun, sebagai balasan karena sudah mendengarkannya, ia akan mencucikan jaket yang dipakainya tadi.


Doo Soo buru-buru turun dan mencegahnya, kau tak perlu melakukan itu. Tapi Se Ro malah menciumi jaketnya dengan senang hati karena bau Doo Soo yang tertinggal di sana. “Bukankah menyenangkan mengobrol hari ini?” tanya Se Ro. Doo Soo mengiyakan. Se Ro berkata akan terus berbicara tentang dirinya mulai sekarang, jadi ini.. to be continued. Se Ro melambai dan masuk ke rumahnya dengan riang.


Yi Suk akhirnya tertidur di samping ibunya. Begitu terbangun ia langsung mengecek ponselnya, dan kecewa saat tak ada jejak Hong Do di sana. Ia memandangi ibunya yang tertidur lalu pergi tanpa membuatnya terbangun.


Di kamarnya, Kakek bingung mencari celana dalam kesayangannya sampai berteriak memanggil Butler Ahn. Tapi yang datang malah Ahjumma Geum Shim yang tak habis pikir karena Kakek selalu mencari celana dalam itu padahal usianya sudah lebih dari 10 tahun, sudah dicucipun tetap terlihat buluk. Kakek melihat Ahjumma seperti melihat hantu, bagaimana kau bisa masuk?


“Apa maksud Anda bagaimana aku bisa masuk? Aku berjalan dengan kaki sendiri,” jawab Ahjumma yang sudah menemukan celana yang Kakek cari. Ia melihat celana Kakek yang basah, berpikir Kakek ngompol. Tentu Kakek menyangkalnya, itu karena ia masih berfungsi normal. Ahjumma tak peduli dan menyuruh Kakek segera ganti celana. Kakek berteriak karena itu Ahjumma harus pergi. Ahjumma ganti berteriak kalau ia akan segera pergi.

 

Tapi baru sebentar Ahjumma kembali lagi, “Wanita tua itu, Nenek Oh atau siapapun dia, kudengar dia penipu. Aigoo, apa gunanya punya perusahaan besar ketika kau mencintai pengeruk emas dan kehilangan akalmu.” Kakek yang baru mau ganti celana kesal karena Ahjumma tak juga pergi, pergilah! Ahjumma berkata bahkan tak ada yang bisa dilihat lalu pergi, hahaa.

Doo Soo berusaha menghubungi Hong Do dalam perjalanannya. Ia khawatir karena tak ada tanda-tanda Hong Do di rumahnya. Apalagi mendengar Ahjumma pemilik berkata ia tak pernah melihat nenek itu, dan sekarang ia bahkan tak melihat cucunya.


Doo Soo akhirnya kembali dan mendobrak pintu belakang Hong Do. Ia menemukan Hong Do yang terbaring tak sadarkan diri di lantai rumahnya. Doo Soo panik dan langsung menggendongnya pergi ke rumah sakit.


Di rumah, ayah Yi Suk menyuruh Butler Ahn memindahkan tempat tidurnya ke kamar ibu Yi Suk setelah ia berangkat kerja. Bilang saja kalau kamarnya perlu beberapa perbaikan, dan jangan bilang kalau ia yang menyuruhnya. 

 

Butler Ahn hanya diam dan bertanya apa Ayah sudah tau soal wanita yang dikencani Yi Suk.. dia adalah cucu dari Ahjumma Naju yang dulu pernah tinggal di sini, Cha Young Ji. Dia kemudian mengganti namanya menjadi Cha Hong Do. Kakek dan Ibu sudah tau soal ini, tapi Yi Suk belum. Butler Ahn memikirkan Ayah yang seharusnya tau tentang hal ini lebih dari orang lain. Ayah hanya diam.


Komentar:
Reality can be so cruel. So brace yourself for the upcoming heart breaking episodes guys. Sepertinya ayah beneran terlibat, oh Butler Ahn please do your best. I wanna see happiness in the end for Yi Suk and Hong Do.

Btw, ternyata Se Ro lah yang paling kesepian. I wanna hug this girl waktu tau Yi Suk satu-satunya teman sekaligus ibunya. Pantes dari episode awal sama sekali nggak ada interaksi Se Ro dengan ibunya, kakeknya, apalagi ayahnya. Makanya Se Ro selalu nunggu Yi Suk pulang, karena ya cuma Yi Suk satu-satunya yang bisa diajak ngobrol. Untunglah progres episode ini menyenangkan buat Se Ro. Emang sih Doo Soo cuma beliin dia kopi, diem dengerin ocehannya, tapi his eyes speak. Pandangannya melembut, aaah, Doo Soo-ya please make urri Se Ro happy!

1 comment:

  1. Assalamualaikum wr.wb saya andy ingin berbagi cerita kepada anda bahwa dulunya saya ini cuma seorang pengamen jalanan yang pendapatannya tidak seberapa,buat makan saja nda cukup apalagi untuk beli obat buat ibu saya karna belakangan ini ibu saya lagi sakit sakitan jadi saya harus membantin tulang buat ibu saya dan adik saya karna bapak kami pergi meninggalkan kami entah kemana,,saya dapat nomor MBAH Darko dari teman saya..awalnya sih saya ragu tapi nda ada salahnya juga saya coba karna sudah banyak paranormal yang saya hubungi tapi tidak ada yang berhasil malahan cuma uang saya aja yang terkuras habis dan akhirnya saya menghubungi MBAH Darko dan mengikuti 4D nya yaitu 5713 dan alhamdulillah berhasil 085 394 591 995 .!!! Kini kehidupan kami sudah tidak seperti dulu lagi dan akhirnya saya juga sdh punya usaha sendiri dan bagi anda yang ingin seperti saya silahkan HBG MBAH Darko nomor ritual MBAH Darko meman benar2 100tembus.

    ReplyDelete