Tuesday, March 3, 2015

Sinopsis Heart to Heart Episode 14 Part 1

 

Di jalan setapak yang bersalju, Yi Suk mengucapkan cinta dan mencium Hong Do lembut.

Episode 14. Aku mencintaimu...


Yi Suk shock mendengar pengakuan Hong Do. Ia bertanya apa ibunya yang mengubah Cha Hong Do menjadi Young Ji. Yi Suk tak percaya, “Kenapa kau Young Ji? Kau Cha Hong Do!” Ibu membenarkan itu, Kakek juga mengetahuinya, tapi ia tak mau Yi Suk tau. Itu sebabnya Kakek menentang mereka. Ibu mengajak Yi Suk pulang dan bicara di rumah. Yi Suk tak mau, ia ingin bicara di sini.


Yi Suk masih meminta penjelasan Hong Do. Hong Do hanya menangis dan menunjukkan foto lama mereka. Yi Suk menyangkalnya berulang kali, tapi ia terlalu shock dan pergi. Ibu menyusulnya, setelah menatap Hong Do dengan pandangan menyalahkan.


Yi Suk langsung menemui kakeknya begitu tiba di rumah, minta Kakek mengatakan apa yang terjadi dari awal. Yi Suk hanya ingin mendengar kakek marah karena penyamaran Hong Do, tapi ia benar-benar tak mengerti alasan Kakek menentangnya, alasan ibu mengubah pikirannya, mengapa dia menemui Hong Do dan berkata bahwa dia akan mati. Yi Suk merasa kakek pasti salah.


Kakek menjawabnya dengan menunjukkan dokumen perubahan nama Young Ji menjadi Hong Do oleh neneknya di tahun 1993, tak lama setelah musibah itu terjadi. Menurut Yi Suk itu tak penting, dan ia tak akan percaya. Kakek bisa saja mengelabui ibunya, tapi ia tak akan tertipu. Yi Suk akan membuktikan kalau Cha Hong Do bukan anak itu lalu pergi tanpa menghiraukan Kakek yang memanggilnya marah.


“Ahjussi, kau yang membuat ini kan? Apa Kakek menyuruhmu membuat semua ini? Apa dia menyuruhmu menciptakan omong kosong ini dan menuduh Cha Hong Do?” tanya Yi Suk pada Butler Ahn yang ia temui di bawah. Butler Ahn berkata kalau kakek menyuruhnya mencari tau tentang nenek Cha Hong Do karena berpikir dia adalah Oh Young Rae yang kita tau. Dan itu memang benar, Butler Ahn juga terkejut saat mengetahuinya. Yi Suk masih sulit percaya, sesuatu bisa saja salah dan minta Butler Ahn menyelidiki lebih lanjut.


Butler Ahn minta Yi Suk mengikutinya. Ia menunjukkan foto masa lalu mereka. Foto yang persis sama dengan yang ditunjukkan Hong Do tadi. Butler Ahn heran darimana Yi Suk mendapatkannya, dan semakin heran saat tau itu dari Hong Do, “Dia ingat yang terjadi kemudian? Dia baru 6 tahun.” Butler Ahn menduga Hong Do tau dari neneknya, akan lebih baik jika dia tau persis apa yang terjadi.

 

Yi Suk masih saja menyangkalnya, “Kau salah orang, dia tau segalanya. Aku bercerita tentang kakakku, jika anak ini Cha Hong Do, dia pasti sudah bilang padaku. Dia akan ingat ketika aku bercerita tentang kakakku! Tapi, dia tidak bilang apa-apa. Cha Hong Do bukan Young Ji. Tak mungkin.”


Hong Do bercerita pada neneknya kalau ia sudah menceritakan semuanya. Semua sudah berakhir. Semuanya telah pergi. Ia sudah menyakiti orang itu. “Bisakah aku bertemu dengannya di suatu tempat? Aku merindukanmu, Nenek,” ujar Hong Do yang terisak sendirian di taman kecilnya.


Yi Suk menyetir dan ingatan masa kecil itu datang. Ia yang kutu buku dan serius, Young Ji kecil yang ceria dan selalu mengikutinya. Meski begitu, mereka selalu bermain dengan riang. Yi Suk tetap tak mengerti, ini tak masuk akal, mana mungkin Cha Hong Do itu Young Ji?


Yi Suk kembali ke rumah Hong Do dan mengetuk pintunya dengan keras. “Apa kau punya bukti?” tanya Yi Suk begitu masuk rumah. Hong Do tak menjawab. Yi Suk makin yakin dengan pikirannya, hanya karena nenek yang membesarkanmu dipanggil Ahjumma dari Naju, bukan jaminan kalau kau Young Ji. Hong Do mengingatnya, dulu nenek memanggilnya Young Ji dan samar-samar ia ingat saat bermain di depan rumah Yi Suk.

“Kau tak pernah bilang padaku hah? Lalu apakah kau tau semuanya ketika datang ke rumahku?”

Hong Do menggeleng, ia tak ingat. Hanya saja saat melihat foto lama itu, Hong Do mengingat gudang itu, fakta bahwa ia menyalakan korek, dan juga wajah Yi Suk.

 

“Kapan kau mengetahuinya? Ketika kau bilang kau melakukan kesalahan.. apa karena ini? Apa kau menghabiskan malam bersama Detektif Jang karena ini? Apa kalian mencoba mencari alasan untuk ini?” Yi Suk marah, harusnya Hong Do memberitahunya. Hong Do takut, jika Yi Suk tau ialah yang membuat kakaknya seperti itu.. itu begitu mengerikan sampai Hong Do tak bisa memberitahunya.

Yi Suk tanya apa yang akan Hong Do lakukan sekarang, kehilangan Il Suk berarti kehilangan segalanya. Se Ro yang tak melakukan kesalahan dibesarkan di asrama, tanpa keluarga. Ibu jatuh sakit. Kakek kehilangan anaknya, cucu, dan bahkan menantu. Ini semua karena seorang anak yang bermain dengan api. Yang membuat Yi Suk marah, itu Hong Do.

 

Hong Do tak kuat mendengarnya, ia yang menangis daritadi memalingkan wajahnya. Yi Suk menarik Hong Do untuk menatapnya, “Jika itu kau.. kau tau apa artinya? Kau.. kau, mengubah keluargaku, hidupku menjadi puing. Bagaimana kau akan membayarnya? Apa yang akan kau lakukan untuk bertanggung jawab?”

Hong Do tak tau, ia benar-benar ketakutan. Ia kembali tak bisa menatap orang lain seperti dirinya yang dulu. Yi Suk yang masih emosi mengatai Hong Do tak tau malu lalu pergi begitu saja.


Doo Soo masih melihat file 23 tahun lalu dan terus menerus berkata itu aneh. Dari catatan pemadam kebakaran disebutkan api menyala dengan korek api, tapi ada pemantik yang ditemukan di lokasi kebakaran. Detektif Yang ikut heran, tapi mau penyebabnya korek api atau pemantik, itu kasus lama dan bukan kasus mereka, lagipula bukankah kasus ini sudah ditutup?


Detektif Yang sudah ngoceh panjang lebar, ternyata Doo Soo tak ada lagi di situ. Ia keluar menemui Se Ro. Se Ro yang awalnya tak bersemangat, jadi merasa berenergi setelah melihat Doo Soo dan akhirnya ia bisa mengembalikan jaketnya. Doo Soo menerimanya heran, kau datang kesini untuk ini? Bukannya menjawab, Se Ro malah bertanya kemarin saat ia menelpon, apa kau bersama Hong Do unni? Doo Soo membenarkan.


Se Ro langsung kecewa, kau bersama dengannya karena dia mengalami kesulitan kan? Se Ro tau kalau kematian kakak tertuanya ada hubungannya dengannya. Tapi tak satupun dari keluarganya mengatakan tentang hal itu. Tentang Oppanya, ia juga mendengarnya sekilas dari mereka, bahkan sekarang tak ada yang bicara padanya tentang hal itu. Se Ro merasa seperti orang asing di keluarganya sendiri.


Doo Soo mungkin simpati, tapi pertanyaannya tak menunjukkan itu. Ia malah bertanya apa ayah atau kakekmu merokok? Apa kau punya anggota keluarga yang menggunakan pemantik? Melihat Se Ro diam saja, ia sadar sudah menanyakan hal yang salah dan minta maaf. Se Ro datang karena khawatir pada Doo Soo, dan itu bahkan membuatnya lebih lelah. Se Ro lalu pamit tanpa semangat.


Doo Soo menyusulnya, bahkan menyentuh bahu Se Ro agar ia berhenti. Se Ro tersenyum senang karena bukannya membiarkan pergi, Doo Soo malah memegang bahunya. “Tidakkah kau tau bahwa gadis-gadis salah paham pada hal-hal seperti itu dan berpikir kau menyukai mereka? Kau terus membuatku terlalu berharap,” keluh Se Ro.


Doo Soo tak tau, ia hanya melakukan yang terlintas di pikirannya. Menurut Se Ro, Doo Soo adalah tipe pemberi harapan (PHP!!). “Awalnya aku juga tak tertarik padamu, tapi kau bernyanyi untukku, mengantarku pulang. Terakhir kali, kau mendengarkan aku dan bertanya apakah aku punya teman. Tapi sekarang kau bilang itu bukan apa-apa lagi dan membuatku kecewa,” keluh Se Ro lagi. Di saat rumahnya kacau, kakaknya sakit, karena Doo Soo memegang bahunya rasanya semuanya jadi lebih baik. Tapi tetap saja itu tak berarti untuk Doo Soo.


Doo Soo seperti ini karena khawatir pada Se Ro. Se Ro tak terbuai dan malah mengatai Doo Soo playboy yang khawatir pada setiap wanita. Doo Soo tak terima, ia melakukannya karena peduli, bukan antara pria dan wanita, tapi antara manusia dan manusia. Mereka bukan orang asing, tak bisakah ia mendengarkan saat Se Ro mengalami masa sulit?


Se Ro minta Doo Soo berhenti, kau bilang aku bukan ‘The One’ kan? Se Ro mengerti dan pamit pergi.. sambil berharap Doo Soo mencegahnya lagi. Tapi yang diharapkan tak terjadi, Doo Soo langsung masuk lagi.


Kakek berkata ibu sedang mencoba membunuh satu-satunya anak yang tersisa. Sekarang Yi Suk sudah tau, apa yang akan kau lakukan? Tepat saat itu Yi Suk pulang. Ia tak menyapa sama sekali dan langsung ke dapur, mengambil alkohol, meski Ahjumma Geum Shim yang khawatir menawarinya makanan. Kakek memanggil Yi Suk, mengajaknya bicara.


Yi Suk datang dengan botol alkoholnya. Dengan sinis ia berkata ia pikir Hong Do sudah mendapat hukuman. Hukuman mati, hukuman seumur hidup, atau klaim ganti rugi? Sepertinya Hong Do harus menjual organ tubuhnya karena tak punya uang. Ibu tak peduli berapa kalipun Yi Suk bilang mencintai gadis itu, dia membunuh Il Suk, apa gadis itu hebat? Gadis yang baru saja kau kenal?


“Apa sekarang kau senang memiliki seseorang yang bisa kau salahkan? Apa kau bahagia setelah membuang rasa bersalahmu pada Cha Hong Do?” ujar Yi Suk dingin. Ibu hampir meledak marah, tapi Kakek menghentikannya, Yi Suk tak akan mengerti dan menyuruhnya naik.


Yi Suk tak bergerak dan malah menantang siapa yang harusnya bertanggung jawab. Young Ji masih 6 tahun, kakaknya 12 tahun, orang dewasalah yang seharusnya bertanggung jawab. Yi Suk ingat ibu yang menyuruh mereka keluar dan bermain dengan Young Ji karena sedang bertengkar dengan ayah. Ibu jadi sakit karena rasa bersalah. Yi Suk berkata sinis kalau ibu pasti lega sekarang karena Cha Hong Do muncul.

Ibu tak suka disebut sebagai penyebab kematian Il Suk. Kakek minta keduanya berhenti, itu sebabnya ia ingin mengubur semua. Kata-kata Kakek membuat Yi Suk meledak marah, karena Kakek ingin mengubur semuanya, waktu mereka berhenti 23 tahun yang lalu! Yi Suk berteriak kalau itu bukan salah ibunya, tapi kesalahannya. Yi Suk yang membunuhnya.

“Kau.. apa yang kau bicarakan?” tanya ibu shock.


“Aku membencinya. Kau tak tau, kan? Kakek, Ibu, Ayah, kalian hanya menyukainya. Aku membencinya. Aku.. menguncinya dalam drum itu dan menutupnya rapat-rapat sehingga dia tak bisa keluar bahkan jika dia mencobanya. Kau mengerti? Dengan rapat!”


Ibu mulai teriak histeris. “Sebaliknya kau berharap aku yang mati kan, Ibu?” tanya Yi Suk. Ibu yang menangis berulang kali mengatakan tidak, tapi Yi Suk tak sanggup lagi dan pergi dari sana. Ia bahkan mengabaikan panggilan Se Ro yang berdiri di dekat mereka sedari tadi.

 

Butler Ahn menemui Profesor Uhm, memberitahu soal Young Ji yang ternyata adalah Cha Hong Do. Profesor Uhm tak percaya, bagaimana bisa? Apa Yi Suk tau? Butler Ahn mengiyakan, mereka berdua tau, Kakek dan Nyonya juga, semuanya jadi kacau. Butler Ahn berpikir akan lebih baik membuka semuanya sekarang, tapi Kakek hanya ingin menutupi semuanya.


Profesor Uhm setuju, menutup-nutupi tak akan ada gunanya. Ketika bencana menimpa, reaksi pertama bagi kebanyakan orang adalah berharap mereka tak ada hubungannya dengan itu atau semacam penyangkalan. Itu membuat semua hal makin membesar dan membusuk di dalam. Setiap menjalani sesi konseling dengan ibu Yi Suk, Profesor Uhm mendapat firasat itu. Mungkin ini tanda bagi mereka untuk membuka dan mengeluarkan semua yang sudah mereka tutup-tutupi. Butler Ahn setuju. (oh please tell us what really happen??)

 

Ayah yang mabuk terhuyung-huyung masuk ke kamar kakek. Kakek menyuruhnya duduk, lebih baik kalau ayah tak pulang untuk sementara waktu. Ayah tau ini pasti hubungannya dengan wanita yang dikencani Yi Suk. Ia minta maaf, kenapa aku begitu buruk? Ayah mulai menangis, ia juga sangat membenci dirinya sendiri. Ia selalu membuat hidup kakek lebih sulit, seharusnya pada saat itu ia menyelamatkan Il Suk dari gudang. Ayah benar-benar tak tau Il Suk ada di sana.


Kakek menyuruh ayah diam, jangan mengatakan hal-hal tak berguna. Ayah menyalahkan dirinya sendiri di tengah mabuknya sampai ia terjatuh dan tertidur di lantai.


Hong Do di rumahnya. Hanya duduk diam dan mengabaikan telpon Doo Soo.


Yi Suk yang minum sendirian di apartemennya mengingat kejadian itu. Saat ia menutup rapat drumnya. Saat ia mendengar teriakan kakaknya yang minta diselamatkan. Yi Suk sudah berlari ke gudang, tapi terlambat. Ingatan itu membuat Yi Suk terus menangis.


Se Ro datang karena khawatir dan minta Oppanya berhenti minum. Yi Suk minta maaf pada Se Ro. “Kenapa kau minta maaf? Aku senang ada kau di dekatku,” ujar Se Ro.Yi Suk merasa bersalah pada Se Ro yang tak bisa tumbuh di dekat ibu dan ayah, itu semua salahnya. Se Ro memeluk dan menenangkan Yi Suk. Ia tak mau Oppanya seperti ini.


Butler Ahn mengetuk pintu rumah Hong Do, berkata kalau Kakek menunggunya di kafe persimpangan jalan. Hong Do hanya diam dan menangis.


Pagi-pagi Se Ro sudah mendatangi Doo Soo di rumahnya untuk meminjam ponselnya. Ia sudah mencoba menelpon Hong Do, tapi tak diangkat. Ia minta Doo Soo coba menghubungi Hong Do, apa kau bicara dengan Hong Do unni tadi malam atau pagi ini? Doo Soo tak melakukannya, memangnya untuk apa? Se Ro khawatir, harusnya Doo Soo mengeceknya setiap jam apa dia baik-baik saja, kau benar-benar tak bertanggung jawab.


“Apa Oppamu yang menyuruhmu?” tanya Doo Soo. Katakan padanya untuk tak khawatir, Hong Do akan mengatasi hal ini. Dia tak akan mengunci dirinya dan tak bisa keluar seperti sebelumnya. Se Ro yakin Oppanya tak akan menyerah soal Hong Do. Doo Soo belum membereskan perasaannya, jadi Se Ro membutuhkan bantuan hanya sampai Oppanya pulih dari shock. Se Ro minta Doo Soo menjaga Hong Do agar tidak sakit atau terluka, jaga dia baik-baik.


Se Ro harus bertemu dengan Hong Do, ia minta Doo Soo menghubunginya selagi ia masih di sini. Doo Soo  tak melakukannya, Hong Do juga tak akan menjawab panggilannya. Kalau begitu Se Ro akan pergi ke rumahnya. Doo Soo menahannya, mereka pasti sangat terkejut dan butuh waktu. Tapi Se Ro bersikeras, ia harus bertemu dengan Hong Do.


Hong Do akhirnya keluar menemui Kakek dan Butler Ahn. Kakek tetap berpendapat kalau semua akan lebih baik jika tetap terkubur. Hong Do sangat menyesal, bahkan perkataan maaf tak cukup. Ia tak tau harus berkata apa, Hong Do benar-benar minta maaf. Kakek tanya apa Hong Do ingat kejadiannya. Sangat sedikit, jawab Hong Do. 


Menurut Kakek tak ada gunanya meributkan siapa yang salah sekarang. “Selama lebih dari 20 tahun, membayar harga atas kesalahan yang dilakukan, kita sudah hidup dengan ganjalan besar di hati kita. Bukankah lebih baik untuk hidup tanpa beban mulai sekarang?” Kakek minta Hong Do melupakan semua. Yi Suk, masa lalu dengannya, lupakan semua.


Kakek menyodorkan  amplop untuk menutupi biaya kepindahan Hong Do. Hong Do menolak, ia tak bisa menerimanya. Jika ia memberikan seribu kali lebih dari ini bahkan tak cukup, jadi bagaimana bisa ia menerimanya? Hong Do minta Kakek tak perlu khawatir, ia akan mencari tempat yang tidak Yi Suk ketahui dan segera pergi. 


Kakek tak mau menerima uangnya lagi, ini bukan karena kasihan, ia melakukannya agar hatinya merasa nyaman. Kakek minta Hong Do menerimanya dan mari kita tak saling bertemu lagi. Kita bukan lagi orang yang bisa saling bertemu, ujar Kakek lalu pergi. Sementara Hong Do hanya bisa menangis.

Bersambung ke Part 

3 comments: