Monday, March 9, 2015

Sinopsis Heart to Heart Episode 15 Part 2


Yi Suk memikirkan kata-kata Butler Ahn soal Hong Do yang berjalan dengan kosong seperti orang tertidur. Dan malam itu, Hong Do kembali keluar rumah. Orang yang disuruh mengikutinya segera melaporkannya pada Butler Ahn. Butler Ahn yang sedang berada di kamar Kakek segera memberitahu hal itu. Kakek tak bisa melakukan apapun, hanya berharap Hong Do segera kembali pada kesadarannya, dan pastikan ia sampai rumah dengan aman.


Kakek bertanya apa Yi Suk belum pulang? Butler Ahn mengiyakan, sepertinya dia punya banyak pekerjaan. Kakek tau cucunya mencoba mengisi kekosongan dengan pekerjaan (dear harabeoji, you’re so damn confusing! They became like this because of you..)


Ayah yang baru pulang menemui Kakek dan bercerita soal Yi Suk yang meminta maaf padanya beberapa kali tadi pagi. “Menjadi seorang ayah, itu tak akan cukup untuk menenangkan luka anakku, dan ini bukan apa yang seharusnya dilakukan manusia,” racau Ayah. Kakek menyuruh Ayah memperhatikan dirinya sendiri agar bisa melindungi istrinya dan Yi Suk. Kakek mulai menyalahkan dirinya, ini semua tanggung jawabnya.


“Ini kesalahan pecundang ini. Ini semua karena aku kurang...”


“Memikirkan Yi Suk?” lanjut Kakek, apa kau mencoba membebani Yi Suk dan istrimu selama sisa hidup mereka atau apa? Kakek tetap keras kepala agar semua dibiarkan saja dan mereda dengan sendirinya. Ayah hanya bisa menangis frustasi.


Dimana kau Go Yi Suk-ssi? Apa yang kau lakukan? Apa kau sudah makan? Aku akan menyiapkan makan siang dan membawakannya untukmu. Aku akan datang dengan nasi goreng Thailand yang kau sukai. Tunggulah.

Itu yang menyibukkan pikiran Hong dan membuatnya berjalan tanpa mempedulikan sekitarnya. Seolah hanya kakinya yang melangkah, tapi jiwanya entah kemana.


Sampai di rumah sakit, Hong Do melakukan apa yang biasa dilakukannya. Menyalakan lampu-lampu meja, dan duduk mengeluarkan peralatan merajutnya. Ia menemukan guntingnya yang ketinggalan kemarin di meja, dan mulai merajut. Sama sekali tak menyadari Yi Suk sedari tadi duduk di sofanya. Melihat Hong Do yang benar-benar mengabaikan dunia sekitar membuat Yi Suk sangat khawatir. “Cha Hong Do, apa yang kau lakukan?”

 

Tak ada respon. Hong Do tak mendengarnya dan terus merajut. “Apa kau benar-benar mengabaikan aku sekarang? Jika kau marah, marahlah padaku. Apa kau memperlakukan aku seperti orang yang tak terlihat? Ini tak seperti dirimu. Kenapa kau melakukan ini?” tanya Yi Suk tak mengerti. Mereka sudah berjanji. Hong Do bilang akan hidup dengan penuh percaya diri tanpa bersembunyi. Yi Suk mohon agar Hong Do kembali pada kesadarannya.

 

Hong Do berhenti merajut dan mengamati benangnya, bertanya-tanya apa Yi Suk akan menyukai warnanya. Yi Suk melihat benang merah yang mengarah padanya, bergumam kalau Hong Do tau itu warna yang paling ia benci. Yi Suk memohon agar Hong Do kembali pada kesadarannya.


Tanpa menyadari keberadaan Yi Suk yang sepanjang malam bersamanya, Hong Do berjalan pulang saat hari mulai terang. Yi Suk mengikutinya dari belakang. Ia memuji Hong Do yang berjalan baik-baik saja tanpa kesulitan sekarang, dan mulai membanggakan dirinya, “Siapa dokternya? Dia menyembuhkannya dengan baik.”


Baru saja dipuji langkah Hong Do terhenti. Yi Suk buru-buru menyusul dan melihat apa yang membuat Hong Do takut, beberapa orang sedang menghangatkan diri dari api yang menyala di sebuah drum. Hong Do menguatkan diri dan berlari cepat melewati mereka. Yi Suk sadar, Hong Do takut api sekarang.


“Cha Hong Do!” panggilan itu membuat Hong Do berhenti berlari dan berbalik. Tapi tak ada siapapun di sana. “Cha Hong Do, apa yang kau lakukan? Kau jelek,” suara Yi Suk kembali memanggilnya dengan nada mengejeknya yang biasa saat Hong Do berbalik sedih. Hong Do melihat sekeliling, tapi sekitarnya benar-benar sepi. Hong Do merasa ia berhalusinasi dan melangkah gontai ke pintunya.

“Cha Hong Do jelek. Hei, Cha Hong Do!”


Hong Do tak tahan. Ia meyakinkan diri kalau tak mungkin Yi Suk ada di sini dan tak seharusnya ia ada di sini, lalu segera masuk rumahnya. Yi Suk melihat dari kejauhan dengan khawatir.


Di dalam, Hong Do memaksa dirinya untuk kembali ke kesadarannya, “Sampai kapan kau akan seperti ini? Apa kau akan mati setelah melakukan begitu banyak kesalahan?” Hong Do memikirkan tentang nenek yang membesarkannya, dan mulai mengacaukan rajutannya tadi.

 

Profesor Uhm yang baru sampai kaget melihat Yi Suk yang duduk seperti orang putus asa di tangga rumah sakitnya. “Cha Hong Do benar-benar sakit, Profesor. Dia takut api, dulu ia tak pernah. Dia gadis yang suka memasak. Jika aku membiarkannya seperti itu, dia akan mati,” ujar Yi Suk cemas. Profesor Uhm menenangkan dan mengajaknya bicara di dalam saja. Tapi Yi Suk malah menangis dan memohon agar Profesor Uhm membantu Hong Do, kau harus menyelamatkannya. Profesor Uhm mengiyakan sambil menepuk-nepuk punggung Yi Suk agar lebih tenang.


Ibu sedang membantu Ahjumma Geum Shim menyiapkan meja makan saat Yi Suk pulang. Ia tak punya tenaga untuk menjawab pertanyaan ibunya, dan memilih naik untuk segera beristirahat. Di tangga, Butler Ahn memberitahu kalau Kakek ingin bertemu dengannya. Tanpa menjawab, Yi Suk  melangkah gontai ke kamar kakeknya. Kakek mengeluh bahunya sakit dan meminta Yi Suk cuti beberapa hari agar mereka bisa pergi ke pemandian air panas.

 

Bukannya menjawab, Yi Suk malah berlutut dengan nafas terengah-engah. Kakek heran melihatnya, apa yang salah denganmu? Yi Suk minta agar Kakek membunuhnya saja, ia tak bisa bernapas. Berkali-kali Yi Suk minta maaf, “Silakan bunuh aku, Kakek.” Butler Ahn dan Se Ro mendengarnya dari luar dan tak tega. Mereka tau seberapa besar penderitaan Yi Suk.


Se Ro langsung menemui Doo Soo, memintanya cepat menemui Hong Do dengan panik. Ia benar-benar tak tega dengan keadaan Oppanya, kau bisa menghubungi Hong Do kan? Doo Soo tak yakin soal itu. Se Ro jadi berpikir kalau Doo Soo khawatir perasaan Hong Do yang mungkin akan terluka. Doo Soo tak menjawab, jadi Se Ro berkata kalau ia mengerti dan segera pergi.


Doo Soo menyusulnya. Se Ro benar-benar khawatir Oppanya akan mati kalau terus begini, ia harus membawa Hong Do padanya. Doo Soo minta Se Ro tenang dulu, ia akan mengantarnya.


Yi Suk termenung di kamarnya. Ia akhirnya menelpon Hong Do. Di rumahnya, Hong Do memandang tak percaya ponselnya yang berbunyi, tapi memilih mengabaikannya. Ia melanjutkan apa yang sedang dikerjakannya tadi, membereskan rumahnya yang kacau. Panggilan yang diabaikan membuat Yi Suk tak tahan lagi dan segera menuju rumah Hong Do.


Yi Suk memanggilnya dari depan pintu, tapi Hong Do masih merasa ia berhalusinasi. Ia harus segera sadar, jadi ia tak akan merasa bersalah padanya. Yi Suk akhirnya masuk sendiri, dan langsung khawatir melihat Hong Do yang terduduk lemas di meja makan. Hong Do shock melihat Yi Suk di dekatnya. “Tidak, tidak! Aku tak bisa bertemu denganmu! Aku tak bisa bertemu denganmu!” teriaknya saat melihat Yi Suk nyata di hadapannya kali ini.

 

Yi Suk berusaha memeluk Hong Do yang terus menjerit. “Aku merindukanmu. Aku sangat merindukanmu. Yang aku lakukan salah, aku tak akan melakukannya lagi, Hong Do-ku,” ujar Yi Suk begitu Hong Do lebih tenang. Hong Do terus menangis di pelukan Yi Suk, dan Yi Suk terus menenangkannya agar berhenti menangis.

 

Se Ro dan Doo Soo sudah hampir sampai rumah Hong Doo saat Se Ro melihat ada mobil Oppanya di sana. Se Ro benar-benar lega, jadi Doo Soo tak perlu pergi ke sana, dan ia akan pulang sendiri. Doo Soo menahannya, “Beristirahatlah. Aku akan mengantarmu pulang,” ujar Doo Soo sambil memakaikan seatbelt Se Ro kembali.


Doo Soo merasa Se Ro terlalu mengkhawatirkan Oppanya, itu biasanya tak terjadi antara adik dan kakak. Se Ro melakukannya karena tau Oppanya dengan baik, ia tak bicara tentang rasa sakit atau penderitaannya. Ia hanya bercanda sebagai gantinya, jadi Se Ro menemukan kesedihannya saat melihatnya. Doo Soo minta Se Ro jangan khawatir, Hong Do dan Go Yi Suk akan melakukannya dengan baik.


Doo Soo menyentuh kepala Se Ro sayang sambil tersenyum. Hal itu membuat Se Ro sulit melakukan satu hal, yaitu mencoba mengeluarkan seseorang yang disukai dari pikiran, tapi ia akan berlatih. Doo Soo tertawa, kenapa kau akan berlatih itu? Ia lalu menyuruh Se Ro istirahat saja, kau sudah melewati banyak hal.


Se Ro masih tertidur nyenyak saat mereka sampai. Bukannya membangunkan, Doo Soo malah meningkatkan suhu mobilnya agar Se Ro tidur dengan nyaman. Saat Detektif Yang menelpon ia juga buru-buru menutup telpon, dan mengubah ponselnya ke mode hening. Aww, super sweet Doo Soo Jang!

 

Yi Suk mau membuatkan minuman untuk Hong Do, tapi bau piring-piring kotor di bak cuci membuatnya menutup hidung, berapa hari kau tidak mencuci piring? Kulkas juga kosong sama sekali. Hong Do hanya terus memandangi Yi Suk, seolah meyakinkan kalau ia tak sedang bermimpi.  


Kekacauan ini membuat Yi Suk akan mempertimbangkan kembali semuanya. Ia menyuruh Hong Do mencuci rambut, baunya benar-benar. Tapi pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Hong Do malah soal kesehatan Kakek. Yi Suk mencibir, kenapa tiba-tiba bersikap baik? Yi Suk bermaksud bercanda, tapi Hong Do sama sekali tak tersenyum. “Senyum ya? Aku ingin melihatmu tersenyum,” pinta Yi Suk.

“Kenapa kau datang?”


“Karena aku tak bisa melakukannya. Tidak melihatmu.. aku tak bisa melakukannya. Ini juga tak mungkin untukmu. Kau melewati masa yang sulit, dan aku juga. Aku sakit, dan kau juga. Aku merindukanmu, dan aku merasa seperti akan mati. Pilihannya antara mati atau melihatmu. Karena aku tak bisa mati, bukankah kita harus bertemu lagi?”


Pandangan Hong Do tetap seolah tak percaya, dan itu membuat Yi Suk ingin memeluknya. Mereka harus makan, tapi di kulkas tak ada apapun dan mereka harus pergi belanja. Hong Do akhirnya berkata kalau ia bingung karena Yi Suk tiba-tiba datang. Menurut Yi Suk tak ada yang perlu dibingungkan, ia suka mereka bersama-sama seperti ini. Menghindar bukanlah jawabannya, lagipula mereka sudah mencoba segalanya. Mereka mencoba menghindari satu sama lain dan putus, tapi itu tak berhasil. Jadi, yang bisa mereka lakukan hanyalah melewatinya bersama-sama.


Yi Suk berusaha meyakinkan, tapi Hong Do tetap menatapnya dengan pandangan yang sama sedari tadi. Yi Suk mengerti dan memberi kesempatan Hong Do untuk berpikir. Tapi ia melihat swater merah yang berakhir menyedihkan di atas meja. Yi Suk protes, ia minta Hong Do merajutnya lagi untuknya. Tapi pandangan Hong Do tetap sama.


Yi Suk tertawa pasrah, Hong Do bahkan tak tersenyum sampai akhir. Jadi ia mencubit pipi Hong Do seperti yang biasa dilakukannya, barulah Hong Do tersenyum.


Se Ro baru bangun saat di luar sudah gelap. Ia jadi tak enak, harusnya ia dibangunkan. Doo Soo tak tega karena Se Ro sedang tidur dengan nyenyak. Se Ro berterimakasih dan turun dari mobil. Karena ini terakhir kalinya, Se Ro mengulurkan tangannya di depan gerbang. Doo Soo menyambutnya. Se Ro tak suka mengatakannya, tapi karena ini yang terakhir, ia berterimakasih atas semua yang Doo Soo lakukan sampai sekarang, ini adalah cinta bertepuk sebelah tangan yang bahagia. Dan Se Ro minta maaf kalau apa yang ia lakukan mengganggu, “Baik-baiklah, Doo Soo Jang.”


Doo Soo hanya senyum dan membiarkan tangan Se Ro terus di genggamannya. “Kenapa kau tak melepaskannya? Jika kau terus melakukan ini, aku akan salah paham lagi,” ujar Se Ro. Barulah Doo Soo melepaskan tangannya, tetap sambil senyum.


Doo Soo: “Pada awalnya, aku benar-benar tidak menyukaimu. Tapi sekarang kau benar-benar pergi, aku cukup sedih. Kau akan menjadi hebat dalam segala hal. Selamat tinggal.” Se Ro minta Doo Soo untuk tak datang ke bandara untuk mengucapkan selamat tinggal, karena ia akan berpikir kalau Doo Soo benar-benar menyukainya. Se Ro lalu masuk, meninggalkan Doo Soo yang bingung pada dirinya sendiri yang tak bisa berhenti tersenyum, kenapa aku seperti ini? Ihiww!


Doo Soo kembali ke kantor polisi, dan Detektif Yang langsung menyambutnya dengan dugaan si pemilik pemantik. Karena Go Yi Suk tak mungkin memilikinya 23 tahun lalu, pasti salah seorang dari keluarganya. Doo Soo kagum karena untuk pertama kalinya Detektif Yang mengatakan sesuatu yang benar setelah sekian lama. Ia akan menanyakannya nanti.


Paginya, Doo Soo menemui Yi Suk dan langsung minta Yi Suk mengamati fotonya lagi. Doo Soo bertanya-tanya pemantik itu milik siapa, atau kenapa ditemukan di lokasi kebakaran tapi tidak diselidiki dengan benar. Yi Suk tanya apa maksudnya api berawal dari pemantik itu? Doo Soo tak tau, tapi inisial ‘K’ di pemantik itu mungkin bisa membantunya. Kali ini Yi Suk tak mengabaikannya dan membawa foto itu masuk.


Kakek sedang turun untuk sarapan saat Yi Suk tau-tau meminjam tongkatnya. Di sana, ada inisial ‘K’ yang persis sama. “Ini milikmu. Ini pemantik milikmu kan?” tanya Yi Suk ke Kakek sambil menunjukkan fotonya. Yi Suk menjelaskan itu pemantik yang ada di lokasi kebakaran 23 tahun lalu. Kakek pura-pura tak mengerti, kenapa kau berbicara tentang sesuatu yang terjadi bertahun-tahun lalu pagi-pagi begini? Kakek lalu mengakui itu pemantiknya dan bertanya apa masalahnya?


Yi Suk minta Kakeknya berkata jujur, “Api itu.. apa benar-benar Young Ji yang memulainya?”


“Anak nakal. Lalu apa kau berkata bahwa aku yang menyalakan apinya?” jawab Kakek tergagap-gagap. Tapi Yi Suk terus mendesaknya dan membuat Kakek kesal, hal pertama yang kau lakukan di pagi hari adalah menyalahkan kakekmu? Yi Suk tetap tak mengerti, kalau bukan kenapa itu ada di lokasi kebakaran?


Ayah yang sedari tadi duduk di meja makan minta Yi Suk berhenti, itu bukan milik Kakek, itu milikku. “Pemantik itu.. milikku,” ungkap Ayah. Kakek langsung berteriak marah menyuruh Ayah diam, dan itu membuat jantungnya sakit lagi. Ayah menangis dan mengakui itu kesalahannya. Ia yang melakukannya, “Maafkan aku karena membuat anakku sendiri seperti itu.”


Ibu mendengar itu dan mulai teriak histeris, “Tidak! Jangan katakan padanya. Tidak!” Penyangkalan itu membuat ibu terduduk lemas. “Kau tau?” tanya Ayah shock melihat reaksi ibu. Yi Suk lebih shock lagi melihat keluarganya.



Komentar:
Gila! Ketebak sih ayah pelaku sebenarnya. Tapi membuat anak kecil nggak bersalah jadi pelaku dan mengacaukan hidupnya bener-bener kejam. Ayah terlalu pengecut untuk mengakuinya selama 23 tahun. Kakek terlalu keras kepala ingin melindungi anak dan keluarganya dengan cara yang salah. Dan ibu terlalu shock sampe menghapus memori menyedihkan itu dari otaknya, dan menyalahkan Hong Do.


Kasian Hong Do..

6 comments:

  1. daebaakkk!!!
    heart to heart ini segelintir kdrama yang memikat sampai akhir. nda pernah bosan membaca tiap episode.
    seperti kata mba irfa, karena tema nya yang ringan & umum.
    akting nya juga jempoooolll....
    go yi suk-cha hong do, happily ever after yaaa...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa.. *bantuin Yi Suk jawab* :p
      Ho'oh, aku yang pemilih banget aja kepincut.. gara-gara urri quack doctor, haha. Makasih ya udah mampir ^^

      Delete
  2. kamsahamnida difa-unni, sinopsisnyaa.... *bow

    ReplyDelete
  3. Di tiap episode nya gak bosen.makasih ya

    ReplyDelete
  4. bener-bener sulit ditebak. dramanya nyesss banget.

    ReplyDelete