Monday, February 10, 2014

Sinopsis Prime Minister and I Episode 17 (Final) Part 1


“Nam Da Jung-ssi, bisakah kau hidup tanpaku?” tanya Yul. Da Jung hanya terdiam memandangi Yul.


Yul, “Aku berpikir akan seperti apa hidup tanpa melihatmu dan aku juga berpikir, ya.. waktu dimana aku hidup tanpa mengenalmu jauh lebih lama dari aku mengenalmu, jadi harusnya tak terlalu sulit. Tapi, memikirkan tentang waktu ke depan tanpa bertemu denganmu.. aku merasa tak percaya diri. Jika aku tak bertemu denganmu, aku tak akan khawatir dengan waktu, tapi sekarang aku tak yakin akan waktu dan sangat takut akan itu.”


Keduanya berhenti. Yul menatap Da Jung dan berkata, aku merindukanmu.


Na Young berjalan dalam shock. Ia bertemu anak-anaknya tadi. Woo Ri melihatnya dan bergumam, ‘Ibu’. Man Se mengenalinya sebagai Ahjumma yang sering datang ke sekolah, mendekatinya dan bertanya apa yang ia lakukan di sini? Na Ra berkata pada Oppanya kalau Ahjumma itu mirip dengan ibu mereka.


“Apa yang kaubicarakan? Siapa yang terlihat seperti siapa? Dan ibu kita sudah meninggal. Jika ibu kita masih hidup, dia tak akan pernah tinggal diam, dia akan datang untuk kita,” sahut Woo Ri marah dan mengajak adik-adiknya pergi. Na Young menangis.


Yul mengantar Da Jung kembali ke RS. Da Jung minta Yul segera kembali saja. Tapi karena sudah di sini, Yul merasa harus menyapa ayah dulu. Ah, Yul ingat kalau ia datang dengan tangan kosong dan akan pergi membeli sesuatu. Da Jung tersenyum dan berkata tak apa-apa, Ayah akan sangat senang jika tau Anda berada di sini.


Da Jung dan Yul masuk ke kamar Ayah, tapi Ayah tertidur. Da Jung membangunkannya, tapi Ayah tak bangun. Yul berkata tak apa-apa, ia pergi saja. Da Jung tak enak pada Yul yang sudah datang kesini dan minta Ayah bangun sebentar, Jongri-nim ada di sini. Yul ikut memanggil Ayah, tapi tak ada reaksi. Da Jung menatap Yul cemas, memanggil Ayah sekali lagi, dan tetap tak ada reaksi. Da Jung panik dan langsung berlari memanggil dokter.


Di rumah, Man Se berkata ia pernah bertemu Ahjumma itu sebelumnya, apa dia terlihat begitu mirip dengan ibu kita? Na Ra mengiyakan, dia terlihat benar-benar sama. “Sama? Siapa yang terlihat sama? Kwon Na Ra, kau bahkan tak ingat ibu,” sangkal Woo Ri.


Na Ra ingat, aku ingat persis, aku ingat dia membuatkanku sweater merah, mengepang rambutku, dan dia menyanyikan sebuah lagu untukku saat bermain piano. Aku ingat semuanya! Kenapa aku tak ingat?


“Apa seseorang yang mengingat dengan baik akan berkata dia terlihat sama? Dia tidak terlihat seperti ibu kita. Dia sama sekali tak mirip. Bahkan dalam mimpi pun tidak!” Woo Ri marah dan pergi. Na Ra kesal Oppanya malah marah padanya, dan pergi juga.


Tinggal Man Se sendirian yang sedih, ia tak punya memori sedikitpun tentang ibunya.


Kondisi Ayah kembali terkontrol. Dokter lega mereka cepat mengetahuinya, sepertinya tekanan intracranial meninggi dan membuatnya shock saat tidur. Dokter sudah memberikan terapi darurat, dan minta Da Jung jangan terlalu khawatir. Da Jung terduduk lega. Yul memegang bahunya, menguatkan.


Da Jung mengingatkan Yul untuk segera pergi. Tidak, jawab Yul, aku akan tinggal denganmu. Tapi anak-anak menunggu, Anda sebaiknya pulang. Yul menenangkan Da Jung, ia sudah memberitahu Bibi kalau ia tak bisa pulang malam ini.


Keduanya memandangi Ayah yang tertidur. Da Jung bertanya cemas, apa Ayah akan baik-baik saja? Yul yakin Ayah akan baik-baik saja, jadi jangan khawatir.


Joon Ki akan bertemu Woo Ri langsung, jika aku bicara dengannya bukankah dia akan menemuimu? Tidak perlu Oppa, jawab Na Young, aku sudah bertemu anak-anakku. Joon Ki terkejut. Madam Na bertanya dimana dan bagaimana Na Young bisa bertemu anak-anak?


“Woo Ri.. dia melihatku dan berkata seperti ingin aku mendengarnya, ‘ibu sudah meninggal. Jika ibu masih hidup, dia pasti akan datang melihat kita.’ Oppa, tak ada lagi yang bisa kukatakan.”


Joon Ki malah memarahinya, “Dari awal, apa kau pikir mereka akan langsung menerimamu karena kau ibu mereka? Apa kau mencoba bertemu mereka tanpa memperkirakan ini?” Madam Na mengingatkan suaminya untuk tak marah pada Na Young. “Na Young, ini baru awalnya, kau tak bisa sudah selemah ini, kecuali kau punya pikiran yang kuat, kau tak akan pernah bisa kembali.” Joon Ki benar-benar marah dan pergi.


Madam Na minta Na Young tak memikirkannya, dia hanya sedang marah. Na Young mengerti, tapi ia bahkan tak bermimpi bisa kembali seperti dulu, ia hanya berpikir akan menyenangkan jika bisa melihat anak-anak, ia tak akan meminta lebih. Bagaimana jika Woo Ri membenciku? Tidak akan, sahut Madam Na, Woo Ri sangat mencintai ibunya. Madam Na tiba-tiba teringat, apa mungkin PM Kwon menceritakan semuanya? Bahkan tentang Kang Soo Ho?


Da Jung dan Yul masih ada di samping Ayah sampai pagi. Ayah bangun, dan Da Jung langsung bertanya apa Ayah baik-baik saja? Bisakah Ayah mengenaliku? Ayah minta Da Jung jangan bercanda. Da Jung senang Ayah mengenalinya dan Yul lega Ayah baik-baik saja. Ayah baru sadar, kenapa Kwon-seobang disini? Kau seharusnya pergi kerja. Yul akan segera pergi kerja dan minta Ayah jangan khawatir.


Da Jung mengantar Yul keluar dan bertanya tidakkah Anda terlambat? Tidak, Yul bisa pulang dan berganti pakaian kemudian segera pergi, dan Da Jung tak perlu mengantarnya keluar, masuklah.


“Jongri-nim, terimakasih..”

“Jangan berterimakasih padaku, dia ayahku juga.”


Yul minta Da Jung makan dengan baik, berpikir positif dan jangan menangis di depan Ayah, kau tau itu kan? Da Jung mengangguk. Yul tersenyum dan berjanji akan menelpon Da Jung lagi nanti.


Ayah sedang termenung saat dokter masuk melihat keadaannya. “Dokter..” panggil Ayah. Dokter senang Ayah tak memanggilnya ‘Yeobo’ hari ini, apakah Anda mengenaliku? Ayah mengangguk, setelah tidur nyenyak begitu lama, kepalaku terasa begitu jernih.


Ayah ingin bertanya sesuatu, “berapa hari lagi yang tersisa untuk hidup? Tidak banyak hari kan?” Dokter tak menjawab, Ayah tersenyum mengerti. Omooo, ini sedih banget!


Da Jung mengeluh, karena Ayah ia merasa seolah-olah hidupnya lebih pendek 10 tahun. Ah, Jongri-nim bilang ia akan menelpon nanti. Jika Ayah tak makan siang lagi, aku akan mengkhianatimu untuk menantumu, ancam Da Jung. “Da Jung-ah, aku akan menulis jurnal, jadi beri aku buku harian,” pinta Ayah.


Da Jung heran, bukankah Ayah malas untuk menulis jurnal, kenapa tiba-tiba? Ayah berkata kalau anak-anak datang kemarin, Kwon-seobang juga, aku harus menulisnya agar tak melupakannya. Da Jung tersenyum dan mengambilkan jurnalnya, dokter berkata ada baiknya jika Ayah menulis jurnal, jadi lakukan dengan baik.


Ayah mencari pulpen yang harusnya menggantung di jurnalnya, tapi dimana? Da Jung mencari di laci, tapi tak ada. Jadi Da Jung mencari di tasnya, dan malah menemukan hadiah dari anak-anak. Ayah berkata kalau anak-anak yang memasukkan ke sana dan menunjukkan topi hadiahnya dengan gembira.


Da Jung membukanya, ada kartu ucapan yang ditulis Woo Ri, “Ahjumma, segera kembali, Man Se benar-benar akan membunuhku.” Da Jung tertawa dan melihat hadiahnya, sebuah kalung yang cantik. “Aah anak-anak, mereka tak punya banyak uang saku,” gumam Da Jung gembira.


Perawat memanggil Da Jung, terapis Ayah ingin bertemu dengannya. Da Jung mengerti dan segera pergi setelah minta Ayah menunggu. Tapi Da Jung kan belum memberi Ayah pulpen? Ayah pun mencari sendiri pulpennya. Ayah mengambil pulpen yang ada di jurnal Da Jung, tapi malah tergoda untuk membukanya. Dan, Ayah membaca apa yang ditulis Da Jung kalau pernikahannya dengan Yul adalah pernikahan kontrak.


Da Jung langsung memakai kalung pemberian anak-anak dan mengirim pesan ke Woo Ri. “Woo Ri-ah, kudengar kau datang bersama Na Ra dan Man Se kemarin. Terimakasih untuk kalungnya.


Da Jung kembali ke kamar Ayah, dan Ayah langsung bertanya dengan shock, A..apa yang tertulis di sini? Apa maksudnya pernikahan kontrak? Dan apa maksudnya ibu anak-anak yang sudah meninggal masih hidup?


Na Young bertemu Yul dan bertanya sejauh mana Yul telah memberitahu Woo Ri? Apa kau bicara dengannya tentang Soo Ho? Yul tanya apa maksud Na Young? “Aku senang saat kau memberitahuku untuk kembali sebagai ibu anak-anak, tapi kau memberitahu Woo Ri semuanya kan?”


Apa kau bertemu Woo Ri? Tanya Yul. Aku tak mengatakan apapun. Na Young minta Yul jangan berbohong, jika bukan lalu mengapa Woo Ri bersikap seakan tak mengenalku? Yul sudah bilang kalau ia tak berbohong, kau tau itu, kau hanya cemas tak bisa mendapatkan hatinya lagi. Yul tak berpikir waktu akan menyelesaikan semuanya, tapi Woo Ri butuh waktu sekarang. Bertahanlah dan tunggu sedikit lebih lama. Na Young minta maaf sudah mengatakan hal bodoh, ia tak akan mengganggu Yul tentang ini lagi.


“Na Young-ah, aku lupa memberitahu sesuatu yang penting, terimakasih untuk tetap hidup. Saat aku melihatmu lagi, aku ingin memberitahumu ini.”


Da Jung menelpon Yul, tapi ponselnya tak aktif. Da Jung takut-takut mendekat pada Ayah. Tapi Ayah benar-benar marah, bagaimana bisa kau menipu Ayah seperti ini? Da Jung minta maaf, ia tak bermaksud menipu Ayah. Aku benar-benar mencintai Jongri-nim saat ini, Jongri-nim mencintaiku juga, jadi Ayah.. Ayah tak merasa semua akan selesai jika kalian berdua saling mencintai, dan lagi ibu anak-anak masih hidup, kalau begitu bagaimana dengan itu?

“Kenapa kau melakukan ini? Katakan padaku mengapa kau berbohong kepada orang-orang, bahkan padaku. Untuk apa kau melakukannya?”

Da Jung hanya menahan tangis.


“Apa karenaku?” tanya Ayah, “Karena aku menderita penyakit parah. Itulah sebabnya kau melakukannya?” Melihat Da Jung yang diam Ayah sadar, ini semua salahnya. Da Jung mengaku salah. Tidak, kau tidak melakukan sesuatu yang salah, akulah yang membuatmu seperti ini. Akan lebih baik jika aku sudah mati, karena aku hidup terlalu lama, aku menyakitimu. Da Jung menangis.


Saat Da Jung tertidur, Ayah menulis di jurnalnya.


In Ho mendatangi kakaknya di RS, dan ada Na Young disitu. In Ho bertanya apa pertemuan dengan Jongri-nim kemarin berjalan baik? Na Young mengiyakan, dia bahkan berterimakasih karena aku tetap hidup. In Ho-ssi, setelah kembali sebagai Park Na Young, keserakahanku semakin besar. Ini keajaiban bahwa aku masih hidup dan bisa bermimpi bertemu anak-anakku. Aku sadar aku terlalu serakah. Na Young akan menunggu dengan sabar sekarang, sampai keajaiban Woo Ri mau bertemu denganku datang dan sampai keajaiban Soo Ho bangun menjadi kenyataan.


In Ho juga ingin percaya, sangat.


Da Jung memberitahu Yul kalau Ayah tau segalanya, kontrak pernikahan dan bahkan Na Young masih hidup. Yul mengerti dan akan ke sana sekarang, ia yang akan menjelaskan semuanya pada Ayah dan minta Da Jung jangan khawatir. In Ho ada di belakang Da Jung, tapi Da Jung tak menyadarinya dan pergi.


Saat Da Jung kembali ke kamar, Ayah tampak semangat melihat keluar jendela. Da Jung tanya apa yang Ayah lakukan? Apa Ayah berencana pergi ke suatu tempat? Ayah mengambil topinya, “Da Jung-ah, kau sudah kembali dari sekolah? Salju turun di luar. Ayo kita perang bola salju!” Da Jung sedih, salju apa yang Ayah bicarakan? Ayah menyuruh Da Jung melihat keluar, salju turun dengan lebatnya! Kau mengeluh bahwa tak ada salju sebelumnya, tapi apa kau menyukainya karena salju turun sekarang?


“Ayah...”


“Kau bilang saat salju turun banyak, kau ingin perang bola salju dengan Ayah? Ayo kita pergi! Kita bisa perang bola salju dan membuat boneka salju! Ayo kita bersenang-senang hari ini!” ajak Ayah gembira. Melihat Da Jung diam saja Ayah tak sabar, Da Jung-ah, Ayah akan membuatkanmu boneka salju yang sangat besar hari ini! Ayo kita pergi sekarang. Da Jung akhirnya tersenyum mengiyakan, ayo kita pergi.


Da Jung membawa Ayah keluar. Ayah senang karena salju turun begitu banyak. Tangan Ayah menggapai udara yang kosong, ya, tak ada salju sama sekali. “Da Jung-ah, kau menyukainya juga kan?” tanya Ayah.


“Iya, aku menyukainya, sangat menyukainya Ayah,” jawab Da Jung menahan tangis. Ayah masih mengagumi salju yang turun begitu banyak. Da Jung menghela napas panjang.


Yul sampai di RS, tapi tak ada siapapun di kamar Ayah.


In Ho bertanya-tanya bagaimana sampai Ayah Da Jung tau. Na Young terburu-buru memanggilnya, cepat kemari In Ho-ssi! In Ho khawatir, apa kakaknya kejang lagi? Tidak, jawab Na Young, entah bagaimana tapi.. kurasa Soo Ho mengenaliku. In Ho langsung berlari ke kamar kakaknya.


“Hyung,” panggil In Ho. Soo Ho melirik ke arah In Ho. In Ho mendekat dan bertanya apa kau mendengarku? Kau mengenaliku? Soo Ho diam, tapi matanya seolah mengangguk dan menangis. Soo Ho sudah mengenali mereka! In Ho dan Na Young menangis.


Da Jung khawatir Ayah kedinginan dan mengajaknya masuk. “Aigoo, masih tidak ada orang yang peduli padaku sepertimu, Da Jung. Bagaimana bisa aku membiarkanmu menikah ketika kau begitu cantik seperti ini? Aku tak tau siapa yang akan menikahimu, tapi orang yang melakukannya benar-benar diberkati. Aku ingin tau seperti apa pria yang akan kau nikahi. Kau harus bertemu dengan orang yang hanya melihat dirimu, hanya peduli padamu dan satu-satunya untukmu. Kau harus menemukan orang yang baik.”


“Dia orang seperti itu, Ayah. Seseorang yang hanya melihatku dan semata-mata untukku. Orang yang baik,” jawab Da Jung. Ayah senang, Da Jung harus mencari orang baik seperti itu.


Ayah menggenggam tangan Da Jung, “Hari di mana Ayah memegang tanganmu dan berjalan menuju altar, kuharap itu akan bersalju seperti sekarang ini.” Da Jung tanya apa Ayah tidak ingat? Hari dimana aku menikah, salju pertama turun. Salju turun lebat seperti hari ini. Seluruh dunia putih dan cantik. Ayah teringat saat memegang tangan Da Jung, menuntunnya ke altar, menuju Yul, menantunya, dan tersenyum.


Tiba-tiba kepala dan tangan Ayah terkulai. Da Jung bertanya lagi apa Ayah tak ingat? Tak ada jawaban. Da Jung memanggil-manggil Ayah yang tersenyum dalam tidur panjangnya. Ayah sudah pergi dengan tenang. Da Jung memeluk Ayah dan menangis.


Yul akhirnya menemukan mereka. Saat melihat Da Jung yang menangis memeluk Ayah, Yul sadar ia sudah terlambat.


Yul berdiri di depan tempat abu Ayah, meminta maaf.


Da Jung bersama anak-anak. Man Se bertanya apa mereka tak bisa melihat Kakek lagi? Tidak, jawab Da Jung, Kakek hidup di dalam hatimu, Man Se. Jadi jika kau merindukannya, katakan padanya kau merindukannya. Dia mendengarkan semuanya. “Benarkah?” tanya Man Se. Da Jung membelai kepala Man Se, tentu itu benar. Na Ra dan Woo Ri diam saja, mereka tampak sedih.


Yul datang dan minta Woo Ri mengantar adik-adiknya kembali ke mobil lebih dulu. Woo Ri mengiyakan dan mengajak adik-adiknya pergi.


Na Ra akhirnya menangis, “Aku menyukai Kakek. Dia begitu baik padaku.” Man Se minta Noonanya jangan menangis, Ahjumma berkata jika kita rindu Kakek, kita bisa bicara dengannya melalui hati kita, dengan cara itu kita bisa bertemu dengannya. Na Ra tentu tak percaya, Kakek sudah meninggal, bagaimana bisa kita bertemu dia? Lalu, bisakah kita bertemu ibu kita juga? Ini semua bohong!


“Hyung, apa benar yang Noona katakan?” tanya Man Se pada Woo Ri, “Kita tak bisa bertemu Kakek?” Woo Ri berkata kita tak bisa bertemu Kakek lagi, tapi kita bisa bertemu ibu. Na Ra dan Man Se bertukar pandang, tak mengerti.


Da Jung berkata Jongri-nim sudah bekerja keras, ia akan pergi sebentar lagi, jadi pergilah lebih dulu dengan anak-anak. “Menangislah, di waktu seperti ini kau bisa menangis,” ujar Yul. Da Jung tersenyum, apa aku punya hak untuk menangis? Aku ingin dimaafkan oleh ayahku, tidak, tak apa-apa jika ia tak mau memaafkanku, ia bisa marah dan membenciku. Itu semua tak apa-apa. Tapi ayahku, melihat ayahku pergi seperti itu, aku.. tak bisa memaafkan diriku sendiri.


Da Jung membereskan barang-barang dari kamar Ayah di RS. Bahkan barang-barang kenangannya juga. Syal merah Ayah. Topi bulu Ayah. Foto Ayah bersamanya. Jepit rambut pemberian Yul. Hadiah pemberian anak-anak. Jurnalnya dan jurnal Ayah. Tapi Da Jung membuka jurnal milik Ayah dan membacanya..

Da Jung memberikan jurnal ini kepadaku, apa yang harus kutulis?

Aku bermain Go-Stop dengan Kwon-seobang, aku menang.

Hal yang tak bisa kulupa. Ulang tahun Da Jung, 15 Agustus. Namaku, Nam Yu Shik. Putriku, Nam Da Jung.



Da Jung akhirnya menangis, dan bergumam berkali-kali, “Maafkan aku, Ayah.”

Komentar:
Berapa kali pun aku nonton episode ini, part ini, rasanya selalu pingin nangis. Dan aku semakin pingin nangis saat sadar ini hari Senin dan nggak ada lagi PMAI yang biasanya kutunggu-tunggu, huhuu..

1 comment:

  1. Gmna skrg udh bisah kah menerima kl sma sdh brakhr??? Hehehe...
    sejujur nya,aku mlh sdh berdamai,dg drama in^^aku mlh udh lpa kl hr in hr senin,dan g bs lg melihat drama in^^

    Dan sejujurnya,aku rasa ending nya g buruk2 amat hehehe thank you Fa

    ReplyDelete