Saturday, August 22, 2015

Sinopsis Oh My Ghost Episode 15 Part 1

 
 
 

Ingatan Soon Ae kembali, dan dengan shock ia tanya alasan Sung Jae membunuhnya. Sung Jae melakukannya karena Soon Ae melihat yang tak seharusnya ia lihat. Soon Ae tetap tak mengerti, bagaimana bisa seseorang..? Ia yakin kejahatan Sung Jae akan terbongkar dan tak akan bisa melarikan diri lagi. “Diam!” teriak Sung Jae. Tapi Soon Ae tak berhenti, Sung Jae pasti akan membayar kejahatannya dan terperangkap dalam tubuh itu selamanya.


Sung Jae makin marah, dan berusaha mencekiknya. Tapi tentu tak berhasil, karena Soon Ae hantu. Soon Ae lalu berlari secepat mungkin, dan lompat ke bis yang berjalan karena Sung Jae terus mengejarnya. Sung Jae hanya bisa teriak marah karena targetnya berhasil kabur.

[Tiga tahun lalu]


Sung Jae sedang razia pengemudi mabuk, dan ternyata orang di dalam mobil adalah ayah angkatnya. “Sepertinya kau mengenaliku, Ayah,” sapa Sung Jae pada Ayah yang tampak kaget melihatnya. Tentu, Ayah tak akan bisa lupa mata yang melihat Myung Joon-nya seperti hendak membunuhnya. Seharusnya Ayah tak pernah membawa Sung Jae pulang tanpa tau motif aslinya. Ayah lalu tertawa meremehkan, “Kau jadi polisi?”


“Kenapa? Tak bisakah aku jadi polisi?” tanya Sung Jae balik. Ayah tak begitu peduli, yang penting ia tak ingin mereka bertemu lagi meski cuma kebetulan. Melihat Sung Jae hanya membawa kembali kenangan yang lebih baik ia lupakan, ujar Ayah lalu pergi.


Di restorannya, Soon Ae tadi mendengar kalau Sung Jae masuk shift malam hari ini, jadi dengan semangatnya ia membuatkan makanan favoritnya.

 
 

Sung Jae melihat sendiri betapa orang tua angkatnya sangat memanjakan anak mereka. Dan itu membuat ia akan menyerang ayahnya yang pergi membuang sampah dengan palu. Dua kali Sung Jae mencoba, tapi dua kali itu juga tangannya terhenti. Ayahnya yang terus bergumam ingin membelikan es krim untuk Myung Joon sama sekali tak menyadari ada orang di belakangnya dan ingin menyerangnya.

 
 

Tanpa sadar Sung Jae meneteskan air mata dan pergi dari sana. Ia menyetir dengan perasaan kalut, sampai mobilnya terhenti sendiri.. tanpa sadar ia menabrak seseorang. Sung Jae panik, seorang gadis terkapar di jalanan karenanya.


Tapi sebuah bayangan hitam mendekat dan.. dalam hitungan detik, ekspresi paniknya hilang. Ia bersikap seolah itu bukan masalah besar, dan kembali masuk ke mobilnya. Ia menjalankan lagi mobilnya dengan wajah dingin, dan membiarkan ban mobilnya menggilas kaki gadis itu.


Soon Ae melihat itu, dan panik menelpon 911 dari telpon umum karena ponselnya tertinggal. Ia melaporkan tabrak lari itu, dan minta ambulance cepat datang.


Dalam keadaan shock Soon Ae kembali ke restoran dan menuliskan plat mobil yang dilihatnya tadi di diarynya.. 2368. Tanpa tau siapa yang ada di dalam mobil itu, Soon Ae menelpon Sung Jae dan memintanya datang.

 
 

Sung Jae datang, dan Soon Ae langsung memberitahu kalau ia baru saja menjadi saksi kasus tabrak lari. Ia sudah menelpon ambulance dan orang itu sudah dibawa ke RS, dan ia melihat plat mobil yang menabraknya. Soon Ae mau melaporkannya ke polisi, tapi lalu ia mengingat Sung Jae. “Ah, kau melakukannya dengan bagus, Soon Ae-ssi,” puji Sung Jae, “Jadi, berapa plat nomornya?”

 
 

“2368,” jawab Soon Ae langsung. Tapi ekspresi leganya langsung hilang saat melihat mobil Sung Jae yang terparkir di luar, plat nomornya persis seperti yang baru saja ia sebutkan. Ia terdiam, dan dengan panik dan suara terbata-bata, ia berkata lupa harus menjemput ayahnya yang pergi minum dengan temannya, ujar Soon Ae lalu berlari pergi.


Tapi Sung Jae mengejarnya. Soon Ae berhasil sembunyi, tapi tangannya yang gemetaran membuat ponselnya terjatuh saat akan menelpon ayahnya. Bunyi itu membuat Sung Jae menemukannya.


Soon Ae pun berakhir di jok belakang mobil Sung Jae dengan tangan dan mulut dilakban. Diam-diam Soon Ae menelpon ayahnya, tapi tak ada jawaban. Ia mulai menuliskan pesan soal plat nomor itu, tapi Sung Jae yang sudah menghentikan mobilnya menoleh, “Kita sudah sampai sekarang.”


Dengan kejamnya Sung Jae membenamkan kepala Soon Ae berkali-kali ke air sampai ia tak bernapas lagi. Sung Jae yang dirasuki roh jahat, santai saja lalu mandi dan minum jus jambu sambil memandangi tubuh Soon Ae yang terbujur kaku di lantai kamar mandi. Dan untuk menghilangkan bukti, Sung Jae melempar tubuh Soon Ae dari atas jembatan.


Hari masih belum terang saat Kyung Mo dan ayah histeris saat jenazah Soon Ae ditemukan di sungai. Ayah terus menangis dan berteriak memanggil nama Soon Ae.


Sadarlah Soon Ae kalau ia bukan hantu perawan, ia sudah mati tiba-tiba dan tak bisa pergi dengan tenang. Ia hanya seorang hantu dengan dendam besar yang belum terselesaikan. Seolah mengerti kesedihannya, saat itu hujan turun dengan derasnya dan membuat semua orang kebasahan.


Shaman Unni yang penasaran menunggu kabar dari Soon Ae lagi-lagi dikagetkan Soon Ae yang hanya berdiri diam di dekat pintu. Ia yang tadinya mau ngomel langsung berhenti melihat wajah sedih Soon Ae. Soon Ae yang menangis berkata ia ingat kenapa ia meninggal dan bagaimana itu terjadi, ia ingat itu semua sekarang. Shaman Unni memeluk Soon Ae dan menahan tubuhnya yang nyaris jatuh karena shock.


Saat sudah lebih tenang, Shaman Unni minta pikiran Soon Ae tetap lurus. Lawannya adalah seseorang yang dirasuki roh jahat. Dan karena sekarang ia sudah melihat wajah Soon Ae, ia pasti tak akan tinggal diam. Soon Ae hanya diam dengan kepala yang tertunduk lemah.

 
 

Sung Jae yang terus mencari Soon Ae malah bertemu ayah Soon Ae di jalan. Dengan ramahnya ia menawarkan diri membawakan bawaan ayah. Ayah tak masalah, ia hanya membeli camilan kesukaannya dan Kyung Mo. Tapi jumlah yang banyak membuat Sung Jae heran, dan tanpa curiga ayah berkata mereka punya tamu di rumah. Ayah memang tak memberitahu siapa yang ada di rumahnya, tapi sepertinya Sung Jae bisa menebaknya dengan mudah.


Setelah memikirkan kata-kata Soon Ae tadi siang soal plat nomor itu, Bong Sun menelpon Sun Woo yang ada di speed dial nomor 1-nya. Bong Sun ingin menyusul Sun Woo ke restorannya, tapi Sun Woo mencegah. Ia yang akan pergi, sudah malam dan ia minta Bong Sun menunggu. Ayah lalu kembali dengan Bong Sun yang menyambutnya, dan memanggil Kyung Mo untuk makan snack bersama mereka.


“Chef seharusnya sudah di sini,” gumam Bong Sun yang lalu menunggu di luar. Bong Sun langsung menoleh saat seseorang mendekat, mengira itu Sun Woo. Tapi orang itu membungkam mulutnya dan menariknya pergi dari sana.


Saat sampai, Sun Woo terus menelpon Bong Sun, tapi ponselnya selalu tak aktif padahal ia sudah bilang untuk tak pernah mematikan ponselnya. Ia sudah mau masuk restoran, saat kakinya menyentuh sesuatu.. sepatu Bong Sun yang cuma sebelah. “Na Bong..” serunya panik sambil melihat sekeliling. Ia mencoba menelpon Bong Sun lagi, tapi tetap tak aktif. Sun Woo lalu menelpon kantor polisi, bertanya apa Sung Jae ada di situ?


Shaman Unni sedang melakukan ritual agar kekuatannya kembali saat Sun Woo dengan panik datang dan memberitahu kalau Bong Sun menghilang, juga adik iparnya. Shaman Unni khawatir, roh jahat itu pasti memilih Bong Sun sebagai tamengnya. Sun Woo tak mengerti, “Apa maksudmu dengan roh jahat?”


Shaman Unni pun menjelaskan semuanya. Soal Soon Ae yang sudah mengingat semuanya, ia menjadi saksi saat Sung Jae menabrak Eun Hee dengan mobil. Ia mau melaporkannya ke polisi, tapi lalu dibunuh olehnya. Sung Jae dirasuki roh jahat, dan hanya menggunakan topeng sebagai manusia.


Di rumah, Eun Hee mengkhawatirkan suaminya yang tak bisa dihubungi. Kejadian yang menimpa Officer Han membuatnya makin takut. Ibu berusaha menenangkan, ia bukan anak 1 atau 2 tahun, mungkin ia bertemu dengan temannya. Tapi tetap saja Eun Hee merasa perasaannya tak enak.


Tiba-tiba Eun Hee teringat sesuatu, ia sedang tidur saat Sung Jae menaruh sesuatu di koper di atas lemari, tapi ia terbangun dan melihatnya. Dan sekarang Eun Hee minta ibunya mengambilkan koper itu. Ibu melakukannya, tapi isi koper itu penuh barang-barang mencurigakan. Terutama dompet dan ponsel yang layarnya sudah retak.


Dompet itu, dompet milik Officer Han. Dan ponsel itu, saat dinyalakan, tiga wajah yang muncul sebagai wallpaper sama sekali asing untuk Eun Hee.


Sun Woo datang di saat yang tepat. Tak ingin Eun Hee dan ibunya curiga, Sun Woo berbohong tadi ia bertemu Sung Jae yang lalu harus menjalankan tugas di area pinggiran, tapi lupa mau memberitahu. Ibu percaya, tapi Eun Hee tetap curiga, “Lalu ini apa? Kenapa Sung Jae punya barang-barang ini di kopernya? Ini dompet Officer Han dan ponsel milik seseorang yang tak kukenal.”


“Bukankah ini bukti dari kasus-kasusnya?” dalih Sun Woo yang lalu membereskan barang-barang itu agar Eun Hee tak makin khawatir.


Bukti itu membuat Sun Woo dan beberapa mobil polisi pergi ke tempat terakhir kali ponsel Sung Jae terlacak. Mereka menggrebek tempat itu, tapi tak ada siapa-siapa. Hanya ponsel Sung Jae yang sengaja ditinggalkan di sana. Sun Woo hanya bisa menghela napas khawatir, “Na Bong Sun..”


Sun Restoran sedang santai, seolah pengunjung tau kalau Chef tak disana. Bahkan Eun Hee juga tak masuk karena sakit. Mereka bingung, kemana Chef mereka? Joon merasa akhir-akhir ini Chef tak seperti dirinya. Dan karena Sun Woo tak ada, Min Soo makin bertingkah sesukanya. “Aigoo aigoo, hanya karena harimau tak di rumah, rubah ini berpura-pura jadi raja,” komentar Ji Woong melihat Min Soo yang bertingkah berlebihan karena pelanggannya adalah seniornya di sekolah.


Ia memperkenalkan menu kreasinya (sekaligus membanggakannya).. Shrek pasta. Sunbae Min Soo mencicipinya, dan memujinya enak, tapi mulutnya terasa kering. Min Soo yang show up tak kira-kira menyuruh Dong Chul mengambilkan sampanye, dan berkata kalau mereka semua itu bawahannya.


Dong Chul terpaksa mengambilkannya. Awalnya sunbae Min Soo tak memperhatikan, tapi karena Min Soo yang annoying terus mengganggu Dong Chul. Sunbae itu pun mengenali kalau Dong Chul adalah sunbaenya di SMA Yong Jin. Dong Chul juga mengingatnya, dan si sunbae menyapanya hormat. Min Soo tertawa tak percaya, bagaimana bisa Dong Chul jadi sunbaenya sunbae Min Soo? Si brengsek ini?


Dan plak, Min Soo mendapat tamparan berkali-kali, “Hey, kau tak tau sunbae Jo Dong Chul?” Dia membereskan semua dengan tendangannya yang fenomenal. Dong Chul mulai mencoba tendangannya, “Aah.. Sous Chef, jadi kau juniorku di SMA?” Min Soo cuma bisa diam, dan menurut saja saat didorong untuk memberi hormat pada Dong Chul.


Shaman Unni berusaha mencari keberadaan Bong Sun dengan kekuatannya. Ia merasa akan melihat sesuatu, tapi lalu tak bisa. Sun Woo tak sabar dan minta Shaman Unni terus berusaha sampai bisa melihatnya, “Kupikir kau ahlinya dalam menemukan orang. Kenapa kau tak bisa menemukan Na Bong Sun?”

Shaman Unni juga ingin melihatnya, tapi ia kehilangan banyak kekuatan akhir-akhir ini. Soon Ae yang tak tega melihat frustasinya Sun Woo minta Shaman Unni terus mencobanya, kalau sesuatu terjadi pada Bong Sun, ia akan merasa bersalah padanya dan Chef. Shaman Unni mengerti, tapi ia minta mereka berdua tak terus melihatnya seperti itu.


Barulah Shaman Unni bisa melihat sesuatu. Tempatnya di sekitar Seoul, tak jauh, tapi ada suara-suara yang terus mengganggunya.. suara anak-anak. Banyak anak-anak.


Dan penglihatan Shaman Unni benar, Sung Jae ada di panti asuhan, bermain dengan banyak anak. Ibu panti memuji Sung Jae yang tak hanya memberi donasi, tapi juga mau bermain dengan mereka. Sung Jae merendah, ia juga tumbuh besar di sini. Ibu panti tau, ia sudah mendengarnya, dan ia juga dengar kalau Sung Jae mendonasikan sebuah mobil. Mobil dengan plat nomor 2368.

 
 

Sung Jae hanya mengiyakan. Dan selama di sini, Sung Jae diberikan satu ruangan, dan Bong Sun ada di sana dalam keadaan tangan terikat dan mulut tertutup lakban. Sung Jae memandangi ekspresi Bong Sun yang tampak sangat ketakutan, padahal ia tak akan melakukan apapun padanya secepat ini. Itu tak akan menyenangkan, menurutnya.


Bong Sun hanya diam dan menangis. Saat menoleh ia melihat hantu seorang anak kecil di pojok kamar. Anak itu hanya duduk diam, tapi begitu Sung Jae menoleh ke arahnya, anak itu refleks teriak ketakutan dan kabur. Sung Jae menutup lagi tiirainya dan pergi.


Bong Sun memikirkan cara agar bisa selamat, bukan karena ia takut. Ia lebih takut Chef khawatir. Ia bertanya-tanya di mana dirinya sekarang, sepertinya satu jam perjalanan dengan mobil dari Seoul. Bong Sun tak tau ia di mana, tapi ada bau yang familiar di hidungnya.


Ia ingat, Chef dulu pernah mengajari mereka masak dengan daun rosemary dan minta mereka mencium aromanya dengan seksama. Dan benar itu bau daun rosemary, karena ada kebun tanaman herbal di dekat sana. 


Bersambung ke Part 2

No comments:

Post a Comment